Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA

KRISISNYA NASIONALISME GENERASI MUDA

Disusun Oleh :
Stevany Zyaned Waelauruw (158114088)
Galung Istri Setyoningsih (158114089)
Ni Putu Diana Eka Putri (158114090)
Natalia Ayu Triatmojo (158114096)
Andita Suryarini (158114105)
Maria Arielisa (158114106)
KELAS C

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Generasi muda mempunyai jiwa yang muda, mempunyai banyak mimpi, semangat
berkobar dan pantang menyerah. Sudah sepantasnya generasi muda meneruskan perjuangan
pembangunan bangsa dan menjadi penerus cita-cita serta pemegang nasib bangsa. Tetapi, dengan
berkembang pesatnya teknologi, pola pikir masyarakat khususnya generasi muda dipengaruhi
oleh budaya asing dan menyebabnya budaya kita yang sudah diperjuangkan oleh pahlawan dulu
luntur dan terjadinya krisis identitas nasional.
Contoh kasus yang menggambarkan hilangnya rasa kecintaan para pemuda Indonesia
pada saat upacara bendera atau upacara hari besar nasional masih banyak yang belum bisa
memaknainya secara utuh. Contoh lainnya adalah anak muda sekarang lebih menyukai produk
impor daripada made in Indonesia. Di samping itu, anak-anak muda justru sering menggunakan
bahasa-bahasa asing untuk meningkatkan gengsi mereka. Rasa kebangsaan, nasionalisme dan
patriotisme telah tergusur oleh budaya hura-hura yang menyesatkan.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah 1) bagaimana rasa nasionalisme pada generasi muda? 2) bagaimana
factor yang memengaruhi lunturnya rasa nasionalisme para generasi muda 3) bagaimana cara
membangkitkan rasa nasionalisme generasi muda? 4) bagaimana peran Pendidikan Pancasila
dalam membangkitkan rasa nasionalisme pada diri mahasiswa?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini untuk mengetahui rasa nasionalisme pada generasi muda
khususnya mahasiswa saat ini, mengetahui factor yang memengaruhi lunturnya rasa
nasionalisme generasi muda, membangkitkan rasa nasionalisme generasi muda dan berhubungan
dengan bela negara, serta mengetahui peran Pendidikan Pancasila.
Manfaat Penulisan
Diharapkan penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi penerus bangsa untuk
mengetahui kondisi nasionalisme bangsa Indonesia, factor yang memengaruhi lunturnya dan
krisisnya identitas nasional, membangkitkan rasa nasionalisme, dan peran Pendidikan Pancasila
dalam membangkitkan rasa nasionalisme generasi muda.
DASAR TEORI
Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari bahasa Nation dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman.
Serta Natie dalam bahasa Belanda yang berarti bangsa. Bangsa adalah sekelompok manusia yang
diam dalam suatu daerah tertentu dan memiliki hasrat kemauan untuk bersatu karena adanya
persamaan nasib, cita-cita kepentingan dan tujuan. Jadi pegertian nasionalisme secara sederhana
adalah semangat kebangsaan, perasaan kebangsaan, yaitu semangat cinta atau perasaan cinta
terhadap bangsa dan tanah air melebihi apapun juga. Sedangkan secara unum, nasionalisme
adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara yang memiliki
tujuan atau cita-cita bersama untuk kepentingan nasional. Penganut Nasionalisme disebut
dengan Nasionalis. (Anonym, 2015).
Pengertian nasiolisme menurut beberapa tokoh, yaitu : 1) Ir. Soerkano adalah pilar kekuatan
bangsa-bangsa yang terjajah untuk memperoleh kemerdekaan, 2) Anderson yang mengatakan
bahwa pengertian Nasionalisme adalah kekuatan dan kontinuitas dari sentimen nasional dengan
mementingkan nation, 3) Lothrop Stoddard yang memandang Nasionalisme sebagai
gejala Pengertian Nasionalisme psikologis yang mengatakan bahwa pengertian nasionalisme
adalah suatu keadaan jiwa atau suatu kepercayaan yang dianut oleh sejumlah besar manusia
sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan, 4) Joseph Ernest Rehan adalah kemauan untuk
bersatu tanpa paksaan dalam semangat persamaan dan kewarganegaraan, 5) H.Kohn yang
mengatakan bahwa pengertian nasionalisme adalah suatu prinsip politik yang beranggapan
bahwa unit nasional dan politik seharusnya seimbang, 6) Prof. Dr. M. Dimyani Hartono. SH
adalah rasa kecintaan terhadap negaranya yang tidak dapat dilepaskan dari rasa patriotism, 7)
Ernest Gellenervia, mengatakan bahwa pengertian nasionalisme adalah keseimbangan antara
rasa nasional terhadap bangsa dengan kekuatan berpolitik. (Rahayu, 2007).
Hal-hal yang mendorong munculnya faham nasionalisme , antara lain: 1) Adanya campur
tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam wilayahnya, 2) Adanya keinginan dan tekad
bersama untuk melepaskan diri dari belenggu kekuasaan absolut, agar manusia mendapatkan hak
– haknya secara wajar sebagai warga negara.Adanya ikatan rasa senasib dan seperjuangan, 3)
Bertempat tinggal dalam suatu wilayah.
Sejarah munculnya faham nasionalisme di dunia, juga tidak lepas dari pengaruh perang
kemerdekaan Amerika Serikat terhadap Revolusi Perancis dan meletusnya revolusi industri di
Inggris. Melalui revolusi perancis, paham nasionlisme meyebar luas ke seluruh dunia antara lain
: 1) Hasrat untuk mencapai kesatuan, 2) Hasrat untuk mencapai kemerdekaaN, 3) Hasrat untuk
mencapai keaslian, 4) Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.
Elemen-elemen nasionalisme yang paling penting adalah : 1) Suatu proses pembentukan,
atau pertumbuhan bangsa-bangsa, 2) Suatu sentimen atau kesadaran memiliki bangsa
bersangkutan, 3) Suatu bahasa dan simbolisme bangsa, 4) Suatu gerakan sosial dan politik demi
bangsa bersangkutan, 5) Suatu doktrin dan/atau ideologi bangsa, baik yang umum maupun yang
khusus. (Bahri, 2015).
Bentuk-bentuk Nasionalisme
Nasionalisme terdiri dari berbagai macam bentuk yang ada didunia. Macam-macam bentuk
nasionalisme antara lain : 1) Nasionalisme kewarganegaraan (nasionalisme sipil), adalah
nasionalisme yang terjadi dimana negara memperoleh kebenaran politik dari partisipasi aktif
rakyatnya. Keanggotaan suatu bangsa bersifat sukarela. Bentuk nasionalisme dibangun pertama-
tama oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan tulisannya. Di antara tulisannya yang
terkenal adalah buku yang berjudul Du Contract Social (kontrak sosial), 2) Nasionalisme etnis
atau etnonasionalisme, adalah nasionalisme yang terjadi dimana negara memperoleh kebenaran
politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Keanggotan suatu bangsa bersifat secara
turun temurun. Seperti joko merupakan orang dari jawa karena orang tua dan nenek moyangnya
berasal dari suku Jawa. Joko menggunakan bahasa Jawa karena bahasa itu dipakai oleh orang
tuanya dan orang-orang sebelumnya, 3) Nasionalisme romantik, adalah bentuk nasionalisme
etnis di mana negara memperoleh kebenaran politik sebagai suatu yang alamiah (organik) dan
merupakan ekspresi dari bangsa atau ras. Nasionalisme romantik menitikberatkan pada budaya
etnis yang sesuai dengan idealisme romantik. Contohnya adalah cerita rakyat (folklore) "Grimm
Bersaudara" yang diambil dari tulisan Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan
dengan etnis Jerman, 4) Nasionalisme budaya, adalah nasionalisme di mana negara
memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan tidak bersifat turun temurun misalnya
warna kulit atau ras atau bahasa. Contohnya adalah rakyat cina yang menganggap negara
berdasarkan budaya bersama. Unsur ras telah dikesampingkan sehingga golongan minoritas telah
dianggap sebagai rakyat Cina kesediaan Dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat Cina juga
membuktikan keutuhan budaya Cina, 5) Nasionalisme kenegaraan, merupakan variasi
nasionalisme kewarganegaraan, yang sering dikombinasikan dengan nasionalisme etnis. Dalam
nasionalisme kenegaraan, bangsa adalah suatu komunitas yang memberikan kontribus terhadap
pemeliharaan dan kekuatan negara. Contoh nasionalisme kenegaraan adalah fasisme italia yang
menganut slogan Mussolini: Tutto nello stato, niente al di fuori dello stato, nulla contro lo stato
(semuanya di dalam negara, tidak ada satupun yang di luar negara, tidak ada satupun yang
menentang negara). Tidaklah mengherankan jika nasionalisme ini bertentangan dengan cita-cita
kebebasan individual dan prinsip demokrasi liberal, 6) Nasionalisme agama, adalah
nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Seperti
semangat nasionalisme di Irlandia yang bersumber dari agama Hindu. Namun demikian, bagi
kebanyakan kelompok nasionalis. agama hanya merupakan simbol dan bukanlah motivasi utama.
(Listyarti, 2006).
Upaya Meningkatkan Nasionalisme
Meningkatkan nasionalisme dengan antisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai
nasionalisme. Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai-
nilai nasionalisme antara lain yaitu: 1) Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh,
misal semangat mencintai produk dalam negeri, 2) Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai
Pancasila dengan sebaik-baiknya, 3) Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan
sebaik- baiknya, 4) Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam
arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya, 5) Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang
politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.(Bahri, 2015).

PEMBAHASAN
Rasa Nasionalisme Generasi Muda Sekarang
Globalisasi dewasa ini, memiliki berbagai macam dampak bagi negara kita, khususnya
para pemuda-pemudi Indonesia. Bukan hanya dampak negatif yang terjadi, namun kita
menikmati dampak positifnya. Misalnya saja, kita dapat mengakses informasi melalui internet
tentang apa saja yang kita hendaki. Kita dapat mengetahui keadaan negara bagian utara, timur,
barat, selatan, tanpa harus datang ketempatnya. Kita bisa memakai sepatu buatan Amerika, tas
buatan Eropa, baju buatan Korea, kita bisa mengkonsumsi barang barang import tanpa harus
datang ke tokonya langsung. Bahkan sebenarnya kita bisa belajar sendiri melalui internet.
Namun, masih banyak orang-orang yang tidak bijak dalam menggunakan kebebasan ini.
Sangat mudah sekali orang-orang terlarut dalam globalisasi ini. Rasa ingin memiliki selalu ada
saat produk produk baru diiklankan. Dan buruknya, semua itu hanya untuk menutupi rasa gengsi.
Cara bertemanpun digolongkan dengan perbedaan ke-gaul-an masing masing anak. Anak-anak
yang bergadget canggih pasti akan mengelompok jadi satu. Mereka akan berlomba-lomba
membicaran hal-hal baru apa yang sedang terjadi. Lagu-lagu dengan bahasa asingpun yang
menjadi favorit telinga kita. Pemilihan film dibioskop juga film-film luar negeri.
Sekarang rasa nasionalisme generasi muda sudah mulai meluntur. Rasa kepekaan
terhadap sesama meluntur karena keegoisananya dengan gadgetnya. Pengetahuan akan sejarah
bangsa pun hanya sebatas memenuhi pembelajaran dikelas. Keinginan untuk melestarikan
peninggalan leluhur hanya sebatas keinginan. Dunia luar kini lebih menggiyurkan daripada dunia
kita sendiri.
Faktor yang Mempengaruhi Lunturnya Rasa Nasionalisme Para Generasi Muda
Generasi muda saat ini sangat senang dengan hal-hal yang baru. Apalagi jika hal-hal
tersebut menjadi tren dalam era itu, maka banyak anak muda yang akan berbondong-bondong
ingin memilikinya. Apalagi jika produk yang tren itu berasal dari luar negeri. Jika handphone
merk Z telah merilis versi baru, akan mengganti hp dengan versi terbaru. Jika ada baju yang
sedang tren, lalu semua membeli baju yang berbentuk seperti itu. Jika lagu A yang sedang naik
daun, semua akan mencari lagu itu dan mendengarkannya berkali-kali. Keinginan seperti itu
menumbuhkan sikap yang kurang positif seperti sikap konsumtif. Sikap konsumtif juga
menghambat rasa ingin tahu untuk membuat inovasi yang baru. Tidak hanya sikap konsumtif,
ada juga pengaruh lingkungan yang dapat mempengaruhi lunturnya rasa nasionalisme. Mulai
dari lingkup keluarga yang tidak pernah memberi tahu pahlawan-pahlawan yang terdapat di
sejarah Indonesia, lingkup masyarakat yang melaksanakan upacara tanpa menghayati makna dari
upacara, juga tidak mengetahui pahlawan dan jasa apa yang telah diperbuat yang tercetak pada
uang yang sehari-hari selalu digunakan. Timbulnya etnosentrisme yang menganggap sukunya
lebih baik dari suku-suku lainnya, membuat para pemuda lebih mengagungkan daerah atau
sukunya daripada persatuan bangsa. Mereka kehilangan semangat persatuan dan berjuang
sendiri-sendiri di bawah sukunya. Mereka hanya merasa bangga terhadap daerahnya namun tidak
bangga terhadap negaranya. Berikut ini adalah penyebab memudarnya nasionalisme dikalangan
generasi muda : Faktor Internal diantaranya adalah : 1) Terkuaknya kasus kasus yang ada di
Indonesia seperti korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan membuat para pemuda tidak lagi
memerhatikan pemerintahan, 2) Sikap keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar yang tidak
mencerminkan rasa nasionalisme dan patriotisme, sehingga para pemuda meniru sikap tersebut,
3) Hilangnya optimisme, sehingga yang ada hanya sifat malas, egois dan emosional, 4)
Tertinggalnya Indonesia dengan negara lain dalam segala aspek kehidupan, membuat para
pemuda tidak bangga pada bangsa Indonesia, 5) Timbulnya etnosentrisme yg menganggap
sukunya lebih baik dari suku-suku lainnya membuat persatuan bangsa semakin pecah. Faktor
Eksternal diantaranya adalah : 1) Cepatnya arus globalisasi, mereka lebih memilih
kebudayaan negara lain, dibandingkan dengan kebudayaanya sendiri, 2) Paham liberalism
memberikan dampak pada kehidupan bangsa. Masyarakat kita, khususnya anak muda melupakan
identitas diri sebagai bangsa Indonesia
Membangkitkan Rasa Nasionalisme Pemuda
Upaya untuk menumbuhkan kembali nasionalisme dan patriotism di kalangan pemuda
antara lain dari peran keluarga yaitu 1) Memberikan pendidikan sejak dini tentang sikap
nasionalisme dan patriotisme terhadap bangsa Indonesia, 2) Memberikan contoh atau tauladan
tentang rasa kecintaan dan penghormatan pada bangsa, 3) Memberikan pengawasan yang
menyeluruh kepada anak terhadap lingkungan sekitar, dan 4) Selalu menggunakan produk dalam
negeri. Peran pendidikan antara lain : 1) Memberikan pelajaran tentang pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan dan juga bela Negara, 2) menanamkan sikap cinta tanah air dan menghormati
jasa pahlawan dengan mengadakan upacara setiap hari senin, 3) Memberikan pendidikan moral,
sehingga para pemuda tidak mudah menyerap hal-hal negative yang dapat mengancam
ketahanan nasional. Peran Pemerintah antara lain : 1) Menggalakan berbagai kegiatan yang dapat
meningkatkan rasa nasionalisne dan patriotism, seperti seminar dan pameran kebudayaan, 2)
Mewajibkan pemakaian batik kepada pegawai negeri sipilsetiap hari jum’at, 3) Lebih
mendengarkan dan menghargai aspirasi pemuda untuk membangun Indonesia agar lebih baik
lagi. (Anonim,2008)
Bela negara merupakan sebuah semangat berani berkorban demi tanah air, baik harta
bahkan nyawa sekalipun berani dikorbankan demi keutuhan negara kesatuan republik indonesia.
Bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warganegara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan
berkelanjutan yang dilandasi oleh kecintaan terhadap tanah air serta kesadraan hidup berbangsa
dan bernegara (Kaelan & Achmad Zubaidi, 2007).
Menunjukan semangat dan sikap bela negara tidak hanya dilakukan melalui peperangan
yang menghasilkan kemerdekaan saja, akan tetapi dapat ditunjukan dengan menampilkan
perilaku-perilaku yang sesuai dengan kerangka ideologis dan konstitusional bangsa indonesia
dalam mengisi kemerdekaan indonesia. Menurut Kansil (2001), Mengisi kemerdekaan dapat
dikatakan sebagai usaha bela negara, sebab melauli usaha-usaha positif dalam mengisi
kemerdekaan dapat membuat keberlangsungan Indonesia sebagai sebuah negara dapat tetap
dipertahankan dan senantiasa mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ditengah kerasnya
tantangan globalisasi yang justru mengikis rasa kebangsaan dan kecintaan warga negara terhadap
tanah airnya.
Kekuatan sebuah bangsa terletak di tangan para Generasi Mudanya. Karena merekalah
akan menunjukkan wajah kehormatan suatu bangsa dalam kontes kehidupan. Jika para Generasi
Muda dalam suatu negara mengalami kerusakan moral dan agama, maka nasib bangsa perlu
dikhawatirkan. Bagaimanapun, Generasi Muda adalah kader bangsa yang harus dibina dengan
segala bentuk pendidikan, baik pendidikan kejiwaan (Psikologi) sampai pendidikan politik.
Jangan sampai pendidikan yang dirancang dan dilaksanakan oleh negara tidak memerhatikan
masa depan para Generasi Mudanya.
Generasi Muda harus sadar bahwa masa depan bangsa dan kepemimpinan negara berada
di tangannya. Karena itu Generasi Muda harus mengetahui asas kepemimpinan. Asas
Kepemimpinan adalah kesadaran dan kemauan.Menurut Lemhanas (2001), Generasi Muda perlu
memiliki pengetahun tentang kewarganegaraan dan kepemimpinan. Dari apa itu pemimpin, ciri-
ciri, dan tugasnya. Pemimpin adalah seseorang yang pandai dan menggunakan kepandaian
tersebut untuk menggerakkan diri, organisasi dan masyarakat.
Membangun Kesadaran Bela Negara pada Generasi Muda merupakan sesuatu yang
penting dan tidak bisa dianggap suatu hal yang tidak penting, karena Generasi Muda merupakan
generasi penerus bangsa yang tidak dapat didisparitaskan dari sejarah bangsa ini. Kendatipun
demikian, kesadaran bela negara ini jangan pula ditafsir hanya berhubungan dengan angkat
senjata melawan musuh dari negara luar belaka, melainkan harus lebih luas memandangnya,
sehingga dalam pengejawantahannya, pemuda lebih kreatif mengimplementasikan arti bela
negara ini dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakekat bela negara itu sendiri.
Sebuah keharusan bagi Generasi Muda untuk ikut bersama bertanggung jawab mengemban
amanat penting ini, apabila Generasi Muda sudah tidak terpatri dalam dirinya akan kesadaran
mengenai bela negara, maka ini merupakan ancaman besar bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara, bisa jadi suatu saat mengakibatkan bangsa ini akan berada ke dalam kondisi yang
sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa lain yang telah mempersiapkan diri dari
gangguan bangsa lain.
Kalau kita coba melihat kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu indikator
bahwa sebagian kalangan pemuda di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran akan
pentingnya bela Negara. Hal tersebut bisa kita lihat dari segelintir persoalan seperti, kebiasaan
pemuda yang lebih bangga dengan budaya atau simbol-simbol bangsa lain dan tidak bangga
dengan budaya bangsa sendiri. Ataupun, Generasi Muda saat ini lebih cenderung meninggalkan
nilai-nilai budaya bangsa dengan memamerkan ciri westernisasi. Dan semakin banyaknya
Generasi Muda yang melakukan perilaku penyalahgunaan narkoba, dan kondisi ini diperparah
dengan minimnya kesadaran sosial dan perhatian kepada sesama yang ditunjukkan dengan
semakin individualisnya pemuda itu sendiri di tengah-tengah masyarakat. Permasalahan ini jelas
mengganggu sikap kesadaran bela Negara pada Generasi Muda.
Hal lain juga yang dapat mengganggu kesadaran bela negara di tingkat pemuda yang
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial di
tingkat Generasi Muda, padahal banyak persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan
peranan Generasi Muda untuk membantu memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan
masalah, baik itu masalah sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat
maka sedikit banyak himpitan persoalan akan dapat teratasi.
Salah satu hal penting yang harus disadari pemuda adalah bahwa Generasi Muda tidak
dapat melepaskan diri dari tanggung jawab atas problematika bangsa yang dihadapi saat ini.
Generasi Pemuda harus berperan serta dan berada dalam garis terdepan, dalam melakukan
perubahan, hanya dengan demikianlah pemuda menjaga keutuhan bangsa ini, mempersiapkan
diri dalam menghadapi tantangan yang lebih besar, untuk mengantisipasi terjadinya penjajahan
gaya baru disegala aspek, atas derasnya arus globalisasi yang tak terbendung juga merupakan
salah satu menjaga negara ini (Syarbani, 2002).
Generasi Muda harus memiliki kepekaan sosial dan memiliki tanggung jawab atas
kondisi masyarakat saat ini. Usaha pembelaan negara berdasar pada kesadaran setiap pemuda
akan hak dan kewajibannya. Kesadaran demikian perlu ditumbuhkembangkan melalui proses
motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut sert dalam pembelaan negara. Proses motivasi
untuk membela negara dan bangsa akan berhasil jika setiap pemuda memahami keunggulan
negaranya. Disamping itu setiap pemuda hendaknya juga memahami kemungkinann segala
macam ancaman terhadap eksistensi bangsa dan negara indonesia.
Peran Pendidikan Pancasila Dalam Meningkatkan Rasa Nasionalisme Pada Diri Pemuda
Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh generasi muda dalam menanamkan nilai-nilai
Pancasila adalah menjadi pelajar yang membekali diri dengan pendidikan yang berlandaskan
Pancasila. Pendidikan berperan sangat penting untuk menumbuhkan generasi muda yang
tanggap. Berkaca pada fenomena pendidikan di Indonesia khusunya terhadap kepedulian pelajar
memang masih miris, bagimana tujuan besar ini bisa diraih ketika pelajaran yang menanamkan
nilai-nilai Pancasila seperti PKn hanya dianggap pemberat mata pelajaran dan menjadi formalitas
saja. Pandangan pelajar tentang keberadaan pelajaran berbasis Pancasila memang tidak bisa di
toleran, mereka hanya belajar hanya untuk mencari nilai tuntas di raport sehingga bisa
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Alur yang sama terjadi setiap tahunya, ketika pelajar
membaca saat hanya ada tugas, menghafal saat hanya ada ujian, dan melupakannya setelah itu.
Jika untuk mengerti pentingnya Pancasila saja tidak bisa bagaimana pelajar bisa
mempraktekanya di kehidupan bermasyarakat. Padahal nilai-nilai Pancasila adalah pemikiran
besar yang dirancang oleh pembuatnya. Butuh pemahaman yang dalam terhadap konsep yang
dijarkan dalam pendidikan Pancasila dan bukan sekedar dihafal untuk mendapat nilai bagus saat
ujian. Kelemahan para pelajar saat ini memang telah turun-menurun dari generasi ke generasi
sebagai akibat kurangnya kepedulain terhadap pentingnya memiliki jati dari yang membedakan
dari bangsa lain dan menjadi pedoman untuk menetukan arah kebenaran dalam melakukan
tindakan. Oleh karena itu, hal pertama yang seharusnya pelajar lakukan adalah memiliki
kepedulian terhadap keadaan kritis bangsanya ini. Karena sebuah kepedulian memunculkan
kesadaran pentingnya menjunjung pendidikan berbasis Pancasila serta tekad kuat untuk merubah
realita saat ini.
Pendidikan dengan Pancasila menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga
negara yang baik dan patriotik. Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia,
sebagaimana yang terpendam dalam Pancasila, hendaknya dijadikan komitmen bangsa yang
mencerminkan identitas nasional. Pendidikan merupakan modal utama dan sangat penting dalam
menanamkan nilai-nilai Indonesia dan nasionalisme Indonesia secara keseluruhan terutama
dalam menyiapkan generasi muda. Pendidikan terutama materi PKn, sejarah, dan sebagainya
akan memperkenalkan generasi kepada pengalaman kolektif dan masa lalu bangsanya.
Pendidikan juga membangkitkan kesadaran dalam kaitannya dengan kehidupan bersama
dalam komunitas yang lebih besar, sehingga tumbuh kesadaran kolektif dalam memiliki
kebersamaan dalam sejarah. Proses pengenalan diri inilah yang merupakan titik awal dari
timbulnya rasa harga diri, kebersamaan, dan keterikatan (sense of solidarity), rasa keterpautan,
dan rasa memiliki (sense of belonging), kemudian rasa bangga (sense of pride) terhadap bangsa
dan tanah air sendiri.
Pendidikan mempunyai peran yang fundamental dalam memperkuat nasionalisme dan
jati diri bangsa di tengah berbagai persoalan internal dan eksternal bangsa Indonesia. Komunitas
merupakan suatu ikatan yang sentimental yang mengikat para anggotanya dalam kesatuan
solidaritas, kebersamaan dan diikat oleh kohesi sosial sehingga melahirkan the sense of
belonging.
Disamping itu juga diperlukan peran aktif dari generasi muda dalam meperkokoh
identitas Indonesia dan ketahanan budaya. Pemuda perlu berintraksi bersama masyarakat disertai
dengan pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila, dimulai dengan bertindak seperti yang pancasila
ajarkan, dampak positif yang dijanjikan pancasila akan datang melingkupi kehidupan sosial
masyarakat sekitar. Hal-hal positif dari nilai-nilai tersebut menyebar dan menciptakan persepsi
tentang kebanggan untuk mengamalkan pancasila. Pandangan masyarakat yang cenderung
mengesampingkan pancasila akan berubah secara bertahap. Pelajaran yang diberikanya akan
meberikan kesadaran akan manfaat yang lebih besar untuk meyakini indentitas nasional sendiri.
Rasa kebersamaan yang timbul dari pengamalan Pancasila menumbuhkan semangat
untuk saling memiliki dan menjadikan identitas ke-Indonesia-an sebagai hal yang patut dipegang
dan diperjuangkan. Tindakan itu dapat dimulai dari hal sekecil apapun. Pelajar bisa
membukitikan kebanggaan terhadap bangsanya walau hanya dengan mengajak orang tua atau
teman untuk memilih makanan tradisional sebagai menu makan siang daripada menghabiskan
uang untuk memilih makanan yang berasal dari luar negeri. Bahkan dari hal kecil ini nilai-nilai
Pancasila akan berkembang. Ketika melakukan itu, mereka yang awalnya hanya malu untuk
memilih mekanan asli Indonesia akan menjadi lebih terbuka dan berani untuk mengatakan bahwa
ini memang sesuai dengan lidah mereka. Sebuah pengakuan kecil akan kekayaan lokal yang akan
menciptakan keberanian untuk mengakui kekhasan lain milik Indonesia yang telah tercipta
dalam proses yang berabad-abad lamanya. Urutan langkah inilah yang akan membawa seseorang
untuk meyakini akan budaya nasional sebagai bagian dari jati diri serta menjadikan mereka akan
mengatakan bahwa dirinya bangga menjadi bangsa Indonesia dan tidak akan malu jika
meninggalkan gaya lain yang dibentuk oleh tata berkehidupan global. Dengan konsep seperti
inilah identitas ke-Indonesia-an yang kuat dan ketahanan budaya terbentuk sebagai benteng
yang mendasari pengaruh apapun dari dampak negatif globalisasi dan menguatkan nasionalisme
Indonesia secara keseluruhan. Oleh sebab itu, pelajar perlu melakukan sosialisasi dalam
masyarakat dengan tujuan menjalankan atau mengamalkan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan
Pancasila sehingga penyebaranya dapat menjangkau dan diamalkan pula oleh setiap orang yang
berkebangsaan Indonesia.
Semangat idealisme dari kelompok pemuda yang visioner tersebut menyebabkan bangsa
Indonesia dapat mengatasi masalah dan tantangan derasnya arus globalisai yang mungkin bisa
membuat Pancasila hanya sebagai ideologi yang pernah digunakan di Indonesia.
Jadi, Dalam menghadapi tantangan besar yang tidak bisa dihandari ini, diperlukan suatu
tindakan dari pemuda yang berperan sangat penting dalam membangun peradaban dan kemajuan
suatu bangsa. Sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi akar bangsa ini di masa
mendatang. Mereka dituntut harus bisa mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional dengan
memiliki modal dasar sebagai agent of change (agen perubahan) dan agent of social control
(agen pengawas sosial) dalam masyarakat. Beberapa peran itu yang dapat dilakukan oleh
generasi muda dalam memperjuangkan Pancasila adalah dengan membekali diri dengan
pendidikan yang berlandaskan Pancasila serta menguatkan nilai etnik dan menciptakan rasa cinta
terhadap tanah air. Pancasila sebagai jati diri bangsa melawan arus global.

PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah kondisi nasionalisme bangsa
Indonesia, factor yang memengaruhi lunturnya dan krisisnya identitas nasional, upaya
membangkitkan rasa nasionalisme, dan peran Pendidikan Pancasila dalam membangkitkan rasa
nasionalisme generasi muda.
Saran
Saran yang dapat diambil oleh tim penulis adalah agar para generasi muda Indonesia
sadar akan budaya dan mewujudkannya dengan upaya dalam membangun nasionalisme pada diri
generasi muda.

DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2015, Pengertian Nasionalisme,
http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-nasionalisme-para-ahli-
definisi.html# diakses pada tanggal 9 November pukul 21.33 WIB
Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Menghidupi Jati Diri
Bangsa. Jakarta: Grasindo.
Bahri, Samsyul, 2015 , Nasionalisme Bangsa Indonesia,
http://www.kumpulanmakalah.ga/2015/05/makalah-nasionalisme-bangsa-
indonesia.html diakses pada tanggal 9 November pukul 21.44 WIB
Listyarti, Retno. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA dan MA kelas
X. Jakarta : Esis.Hal : 26-29
Anonym, 2013, Lunturnya Nasionalisme Para Pemuda
https://faneniintan.files.wordpress.com/2013/03/makalah-pkn-1.pdf diakses pada
tanggal 9 November pukul 22.42 WIB
Rahmawati, Vivian, 2011, Rendahnya Nasionalisme di Kalangan Pemuda
research.amikom.ac.id/index.php/DMI/article/download/6802/4213 diakses pada
tanggal 9 November pukul 11.33 WIB
Kusuma, Anggun, 2015, Peran pemuda dalam Upaya Menanamkan Nilai Nilai
Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa Melawan Arus Global
http://lomba.web.unej.ac.id/2015/06/09/peran-pemuda-dalam-upaya-menanamkan-
nilai-nilai-pancasila-sebagai-jati-diri-bangsa-melawan-arus-global/ diakses pada
tanggal 9 November 2015 pukul 22.57 WIB
Permana, Graha, 2015, Peran Generasi Muda Indonesia dalam Membangun Kesadaran
Bela Negara http://www.siperubahan.com/read/1989/Peran-Generasi-Muda-
Indonesia-Dalam-Membangun-Kesadaran-Bela-Negara#sthash.E9dhQPDO.dpuf
diakses pada tanggal 9 November 2015 pukul 22.57 WIB

Anda mungkin juga menyukai