METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Konsep Pemodelan Lumpur Aktif (Activated Sludge)
Start
input
Output
t
END
9
3.2 Studi Literatur
Studi literatur atau studi pustaka yang dilakukan berkaitan dengan konsep permodelan.
Kajian dapat dilakukan melalui buku-buku terkait, jurnal, artikel-artikel ataupun penelusuran
melalui internet, sehingga memperoleh materi pembahasan yang lebih luas. Tahapan metode yang
digunakan dalam pengembangan model dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
START
Studi Literatur
Output :
Model Proses
Activated Sludge
Implementasi Model
Output:
1. Power Designer 15.3
2.Delphi 7.0
3.MySQL ODBC
Analisis Hasil
Perhitungan
Verifikasi NO
Perhitungan dan
Perangkat Lunak
YES
END
10
berikut dengan beberapa perhitungan yang digunakan, unit-unit yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Unit Keterangan
DO Oksigen terlarut, mg/L
F/M Rasio food to microorganism
K Nilai maksimum utilisasi
substrat, 0C
kd Koefisien endogenous decay, g
VSS/g VSS hari
kdn Koefisien endogenous decay
untuk organism nitrifikasi, g
VSS/g VSS hari
kT Koefisien reaction rate at
temperature 0C
Kn half-velocity constant
oxygen inhibition coefficient
Ks half-velocity constant,
half-velocity constant for
nitrated limited reaction,
Lorg volumetric organik loading rate
µ Nilai pertumbuhan spesifik,
g/g.hari
µm Nilai maksimum pertumbuhan
spesifik, g/g.hari
Nilai pertumbuhan spesifik
untuk nitrifikasi g/g.hari
Nilai maksimum pertumbuhan
spesifik untuk bakteri nitrifikasi.
N Konsentrasi nitrogen , mg/L
Rasio substrat-nitrat dengan
oksigen sebagai penerima
elektron
Px Padatan, Kg/hari
Q Debit ( laju alir), m3/hari
Qw Laju alir sludge yang dibuang,
m3/hari
R0 Kebutuhan oksigen, g/g.jam
rg Nilai produksi biomassa bersih
rsu Utilisasi soluble substrate
S Substrat effluent, mg/L
SF Safety factor
S0 Konsentrasi influent, mg/L
SRT solids retention time, hari
TSS total suspended solids, mg/L
hydraulic retention time, hari
Koefisien aktifitas suhu
U Nilai utilisasi substrat
V Volum, m3
VSS volatile suspended solids, mg/L
11
Tabel 1. Unit-unit dalam perhitungan (Metcalf and Eddy,2003) (lanjutan).
Air
Secondary
clarifier
Influent
Effluent
Gambar 7. Skema proses lumpur aktif penyisihan BOD (Metcalf and Eddy,2003).
12
Bagian A. Penyisihan BOD saja
1. Mengidentifikasi karakterisitik air limbah yang dibutuhkan untuk perancangan
proses penyisihan BOD
a. Menentukan bCOD menggunakan Persamaan 1 :
bCOD = 1.6(BOD) (Persamaan 1)
(Persamaan 6)
Perhitungan yang digunakan adalah bagian a dan bagian b
Menghitung nilai S (Efluen substrat) jika diketahui Yk = µm,dengan Persamaan
7:
K s [1 (kd ) SRT ]
S (Persamaan 7)
SRT ( kd ) 1
Nilai µm dan Kd yang digunakan berdasarkan nilai pada Tabel 4.
Diketahui nilai Ks sehingga
mT m T 20 (Persamaan 8)
13
3. Menghitung massa VSS dan massa TSS pada tangki aerasi.
a. Massa = PX (SRT)
Menentukan PX, VSS dan PX, TSS menggunakan Persamaan 10 :
QY ( S0 S ) ( f )(k )QY ( S0 S ) SRT
PX, VSS bagian a d d bagian b
1 K d ( SRT ) 1 kd ( SRT )
QYn ( NO3 )
bagian c Q(nbVSS ) bagian d
1 kdn ( SRT )
(Persamaan 10)
b. Menghitung massa VSS dan massa TSS yang terdapat di dalam dalam instalasi
aerasi menggunakan rumus :
Menghitung massa MLVSS menggunakan Persamaan 13 :
XVSS V P
x,VSS SRT (Persamaan 13)
X TSS V P
x,TSS SRT (Persamaan 14)
14
4. Perhitungan volume tangki aerasi, waktu tinggal padatan (detention time), dan
konesentrasi MLVSS (Mixed liquor suspended solids).
a. Menentukan volume tangki aerasi menggunakan Persamaan 15:
(Vx ,TSS )
V
AtX TSS (Persamaan 15)
V Q.SRT
15
7. Menghitung permintaan O2 menggunakan Persamaan 24:
R 0 Q S0 – S – 1.42 PX.bio (Persamaan 24)
16
Bagian B. Penyisihan BOD dan nitrifikasi
Penyelesaian perancangan proses berikut ini pada umumnya sama seperti proses
penyisihan BOD tanpa nitrifikasi, hanya saja perhitungan desain SRT harus dilakukan
terlebih dahulu. Skema penyisihan BOD dengan nitrifikasi dapat dilihat pada Gambar 8
dibawah ini.
Air
Secondary
clarifier
Influent
Effluent
17
11. Menentukan produksi biomasa menggunakan Persamaan 38:
QY ( S0 S ) ( f )(k )QY ( S0 S ) SRT
PX, biomassa bagian a d d bagian b
1 K d ( SRT ) 1 kd ( SRT )
QYn ( NOx )
bagian c
1 kdn ( SRT )
(Persamaan 38)
a. Mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat pada Persamaan di atas
Nilai yang diketahui yaitu Q,Y,S0,kd,µm,Yn, kdn.120C
menghitung nilai S dengan Persamaan 39:
K s [1 (kd ) SRT ]
S (Persamaan 39)
SRT ( m kd ) 1
b. Mensubstitusikan nilai di atas ke dalam Persamaan untuk menghitung nilai Px, bio
13. Menentukan konsentrasi dan massa dari VSS dan TSS di dalam tangki aerator.
Mass = Px(SRT)
a. Menghitung konsentrasi VSS dan TSS di dalam aerator basin.
Px,VSS ; menggunakan Persamaan 41:
PX, VSS PX, bio Q(nbVSS ) (Persamaan 41)
XVSS V P
x,VSS SRT (Persamaan 42)
XTSS V P
x,TSS SRT (Persamaan 43)
14. Perhitungan konsentrasi massa MLSS dan penentuan volume tangki aerasi
sertas detetntion time menggunakan perhitungan massa TSS
a. Menghitung volume tangki aerasi
Jika diketahui nilai (V) (XTSS) dan At MLSS, maka perhitungan yang dilakukan
menggunakan Persamaan 44:
V Q.SRT (Persamaan 44)
18
c. Menghitung MLVSS menggunakan Persamaan 46:
Fraksi VSS ( X VSS ) V / ( X TSS ) V
(Persamaan 46)
MLVSS ( X VSS ) V / ( X TSS ) V
QS0 kgBOD
BOD Loading (Persamaan 48)
XV m3 .hari
16. Menentukan nilai observed yield berdasarkan nilai TSS dan VSS
Observed yield = g TSS / g bCOD dan diketahui nilai Px,TSS, perhitungan
menggunakan Persamaan 49:
bCOD removed Q S0 S (Persamaan 49)
(Persamaan 50)
(Persamaan 51)
18. Perhitungan gelembung aerasi dan penentuan laju alir udara pada lajualir rata-
rata.
Prosedur tahapan ini sama seperti tahapan no.8
a. Menentukan SOTR menggunakan Persamaan 53:
cs ,20
SOTR AOTR (Persamaan 53)
F ( cs ',T , H cL )
19
b. Menghitung laju alir udara menggunakan Persamaan 54:
SOTR
m3 / min (Persamaan 54)
( E )(60 min/ h)( KgO2 / m3air )
19. Estimasi BOD pada efluen (penyisihan BOD dengan nitrifikasi) menggunakan
Persamaan 55:
20. Perancangan clarifier sekunder untuk kedua proses yaitu dengan nitrifikasi dan
tanpa nitrifikasi.
a. Pendefenisian rasio lumpur yang diproses kembali menggunakan Persamaan 56:
; dengan asumsi massa lumpur adalah signifikan
= Laju alir lumpur yang diproses kembali , m3/d
= konsentrasi lumpur yang diproses kembali, mg/L
Sehingga , , dan
X
R (Persamaan 56)
Xr X
b. Menghitung ukuran dari clarifier.
Dengan menggunakan Persamaan diatas, dan diketahui nilai , maka
perhitungan nilai R dapat dilakukan, serta area menggunakan Persamaan 57.
Luas area Debit lim bah / asumsi nilai hydraulic application rate
(Persamaan 57)
4
Diameter area (Persamaan 58)
3.14
Volume Q.HRT (Persamaan 59)
HRT = Hydraulic retention time
V
Tinggi (Persamaan 60)
1 2
D
4 2
c. Cek solids loading
Sloids Loading Rate (SLR)
(Q Qr )( MLSS ) 1 R (Q)( MLSS )
(Persamaan 61)
A A
Dimana A = Luas permukaan, m2
A ( Diameter )2 ( jumlahclarifier ) (Persamaan 62)
4
20
21. Menghitung persentase penyisihan BOD dan TSS pada proses sedimentasi
primer.
Perhitungan luas permukaan tangki menggunakan Persamaan 63.
Q
A (Persamaan 63)
OR
OR = Overflow rate.
Q = Debit air limbah yang masuk.
Perhitungan a b
Penyisihan BOD 0.018 0.02
Penyisihan TSS 0.0075 0.014
22. Perhitungan laju alir limbah efluen, lumpur yag dibuang, dan lumpur yang
akan diproses kembali.
Perhitungan laju lumpur yang menjadi limbah menggunakan Persamaan 69.
VX
Qw (Persamaan 69)
X R SRT
X = Konsentrasi MLSS
Xr = Konsentrasi lumpur yang dibuang
21
Perhitungan laju limbah efluen menggunakan Persamaan 70.
Qe Q QW (Persamaan 70)
Perhitungan laju lumpur aktif yang diproses kembali menggunakan Persamaan 71.
XQ
QR (Persamaan 71)
XR X
Proses penyisihan nitrogen secara biologis meliputi sebuah zona aerobik yang mana
tempat nitrifikasi terjadi. Tipe dari pertumbuhan padatan tersuspensi pada proses peniyisihan
nitrogen secara biologis dapat dikategorikan menjadi dua yaitu single-sludge dan two-sludge.
Pada single-sludge, pemisahan yang terjadi hanya sekali. Pada sistem two-sludge, sistem
terdiri dari sebuah proses aerobik untuk nitrifikasi dan proses anoksik untuk denitrifikasi.
Skema proses penyisihan nitrogen dapat dilihat pada Gambar 8. Perhitungan yang digunakan
menggunakan metode single sludge. Koefisien biokinetik yang digunakan pada simulasi
model kurva SDNRb ditunjukkan pada Tabel 6.
Influent Effluent
Anoxic Aerobic/
nitrification
Sludge
Gambar 9. Skema proses lumpur aktif penyisihan nitrogen (Metcalf and Eddy,2003).
Q( SRT ) Y ( S0 S )
Xb 1 k ( SRT ) (Persamaan 72)
V d
Dimana S0-S ≈ S0
22
3. Menentukan jumlah NO3-N pada tangki aerasi menggunakan Persamaan 74.
Laju alir ke tangki anoksik IR Q RQ
NOx , feed laju alir ke tangki anoksik NO -N
3 aerator ,g / m3
(Persamaan 74)
23
d. Menentukan jumlah nitrat yang dapat tereduksi menggunakan Persamaan 84.
NOr = (Vnox) (SDNR) (MLVSS,biomassa)
Rasio kapasitas NOr / NOx ,feed (Persamaan 84)
Jika nilai >=1 maka nilai detention time diterima
e. Menyetarakan hasil nilai SDNR berdasarkan nilai MLSS menggunakan Persamaan 85.
SDNR MLSS SDNR Xb / Xr (Persamaan 85)
Nilai perhitungan berkisar antar 0.04 sampai 0.42 g/g.d.
Aerobic (nitrate)
recycle
Influent
Anaerobic Anoxic Aerobic Effluent
Sludge
Gambar 10. Skema proses lumpur aktif penyisihan fosfor (Metcalf and Eddy,2003).
24
1. Menentukan ketersediaan rbCOD untuk proses penyisihan fosfor menggunakan
kesetimbangan massa pada influent sampai reaktor.
a. Menghitung kesetimbangan massa pada nitrat menggunakan Persamaan 88.
Pused kadar fosfor pada heterotrophic biomass x Px, bio (Persamaan 92)
25
b. Menentukan total produksi lumpur menggunakan persamaan 96.
Menggabungkan Persamaan dibawah ini :
Px,TSS =
Sehingga menjadi
Fosforsludge
Fosfor (%) (Persamaan 97)
Pr oduksisludge
26
START
Kebutuhan
Pengguna (Staf
pengolahan
limbah)
Deskripsi Model
Identifikiasi
Informasi yang
Dibutuhkan
Kebutuhan Fungsional
Model
Output :
1. Data
2. Software (Perangkat
lunak)
3.Hardware (Perangkat
keras)
4.Pemeliharaan Model
END
27
3.3.2. Desain Model
Pada tahapan perancangan desain, metode yang digunakan dalam perancangan
adalah metode pemodelan berbasis objek yaitu dengan menggunakan UML (Unified
Modelling Language). Berdasarkan UML, pemodelan dirancang dengan mengunakan empat
jenis diagram. Diagram – diagram tersebut terdiri dari :
a. Diagram kasus (Usecase diagram)
Diagram kasus digunakan untuk mendapatkan kebutuhan fungsional dari sebuah
sistem, menggambarkan interaksi antara pengguna dan sistem, dan menjelaskan
secara naratif bagaimana sistem akan digunakan (Raharjo and Mahastama,2010).
28
START
Perancangan UML
Dengan
Power Designer
15.3, dan
Microsoft Visio
Pemrograman
model activated
sludge
Dengan Borland
Delphi 7.0
Pengolahan
database dengan
MySQL dan ODBC
connector
Program
Activated
sludge 0.1
END
29