Hardjono
ABSTRAKSI
pusat kepada daerah otonom dalam tar sektor terutama sektor ekonomi. Secara
kerangka Negara Kesatuan Republik umum yang menjadi fenomena penyebab
Indonesia. Pemberian otonomi daerah pokok terjadinya kesenjangan adalah per-
mempunyai tujuan memberikan kele- bedaan dalam struktur industri atau struktur
luasaan kepada pemerintah daerah untuk ekonomi. Ketimpangan atau kesenjangan
mengatur rumah tangganya sendiri, wilayah dapat dikurangi atau bahkan dapat
meningkatkan daya guna dan hasil guna diatasi melalui alokasi faktor-faktor pro-
penyelenggaraan pemerintahan dalam duksi yang telah tumbuh dan meningkat,
rangka memberikan pelayanan kepada tanpa harus ada campur tangan dari peme-
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan rintah. Diharapkan dengan pengembangan
di daerah serta mendorong terciptanya struktur ekonomi yang beragam akan me-
kemandirian daerah. nimbulkan perbedaan pertumbuhan output
Perroux (Nursyaman, 1996:242) me- produksi dan kesempatan kerja. Sehingga
nyatakan bahwa perkembangan tidak mun- ada daerah yang tumbuh dengan cepat, ini
cul di semua tempat dan pada waktu yang disebabkan struktur industri atau struktur
bersamaan, timbulnya di beberapa tempat ekonominya mendukung dalam artian se-
(points) atau beberapa growth poles dengan bagian besar sektornya mempunyai laju
intensitas yang berlainan, dan kemudian pertumbuhan yang cepat. Bagi daerah yang
menyebar melalui berbagai macam saluran laju pertumbuhannya lamban, sebagian
dengan efek yang ber-lainan pula. Daerah sektornya mempunyai laju pertumbuhan
yang menjadi pusat pengembangan akan yang lamban pula (Budiharsono, 1991:68).
tumbuh lebih cepat, sedangkan daerah Permasalahan diatas dialami Kota/
lainnya akan tertinggal di segala bidang. Kabupaten Blitar, dimana pertumbuhan
Berkaitan dengan hal tersebut daerah yang daerah belum merata dan masih membu-
menjadi pusat pertumbuhan atau pengem- tuhkan perhatian yang lebih dominan dari
bangan yaitu daerah yang pertumbuhannya pemerintah daerah yang notabene menge-
lebih cepat bila dibandingkan dengan tahui kondisi wilayahnya secara baik.
daerah lain di sekitarnya. Dalam upaya untuk mengimbangi
Pembangunan yang telah dicapai pertumbuhan ekonomi maka diperlukan
Indonesia menghasilkan adanya daerah juga pemerataan ekonomi yang dengan
maju serta daerah yang pertumbuhannya cara mempercepat pembangunan ekonomi
lamban. Walaupun daerah yang bersang- yang efektif dan kuat dengan member-
kutan berusaha untuk menerapkan kebi- dayakan potensi ekonomi daerah yang
jakan pembangunan wilayahnya agar tidak dimiliki dengan memperhatikan penataan
terjadi kesenjangan antar wilayah serta an- ruang dan lingkungan.
39
nXiYi - XiYi
R=
nX12 – (Xi)2 nYi2 - (Yi)2
Dimana: Vw = Indeks Williamson
R = Koefisien korelasi Yi = pendapatan perkapita wilayah I
n = Banyaknya sampel (wilayah kecamatan)
i = Banyaknya variabel Y = pendapatan perkapita rata-rata di
Y = Variabel terikat (pertumbuhan wila- pusat pertumbuhan (Rp)
yah hinterland) fi = jumlah penduduk wilayah i (wilayah
X = Variabel bebas (pertumbuhan wila- hinterland) (jiwa)
yah pusat pertumbuhan) n = jumlah penduduk wilayah
pertumbuhan (jiwa)
Besarnya sumbangan dari variabel
bebas terhadap variabel terikat dapat dike- HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
tahui berdasarkan koefisien determinasi
berganda (Supranto, 1995: 102). Sektor Ekonomi
(XiYi)2 Struktur perekonomian Kabupaten
2
R = Blitar didominasi sektor perdagangan, ho-
Xi2 Yi2
Dimana: tel dan restoran, sektor industri pengolah-
R2 = koefisien determinasi an, dan sektor pertanian. Sedangkan sektor-
i = banyaknya variabel sektor yang kontribusinya kecil adalah sek-
tor air minum dan listrik serta sektor ang-
2. Analisis Indeks Williamson
kutan dan komunikasi.
Menguji hipotesa kedua mengenai
Sektor yang mendominasi perekono-
kesenjangan tingkat pendapatan antara pu-
mian kabupaten Blitar menurut PDRB ada-
sat pertumbuhan dengan daerah belakang
lah sektor perdagangan, hotel dan restoran
digunakan analisis Williamson, dengan
27,00%, industri pengolahan 23,37%, dan
rumus :
sektor pertanian 18,49%. Sedangkan sektor
_ fi
(Yi-Y) air minum dan listrik 0,94% dan sektor
n angkutan dan komunikasi sebesar 3,85%.
Vw =
Struktur perekonomian kota Blitar
Y
Keterangan: dapat dilihat dari distribusi persentase atas
43
dasar harga konstan tahun 1993 di mana sebesar 19,23% dan lapangan usaha jasa-
masih didominasi oleh lapangan usaha jasa sebesar 16,89%. (lihat tabel 1.)
perdagangan, hotel, dan restoran yaitu
Tabel 1
Persentase PRDB Kabupaten Blitar Atas Dasar Harga Konstan
2002-2006 (%)
Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006
Pertanian 22,74 23,02 19,14 19,46 18,46
Penggalian 0,42 0,46 0,48 0,50 0,51
Industri dan pengolahan 21,21 21,38 22,61 22,97 23,37
Listrik dan air minum 0,64 0,81 0,87 0,94 0,94
Bangunan atau konstruksi 8,07 7,37 8,04 8,04 8,46
Perdagangan, hote, restoran 27,22 25,86 27,30 26,78 27,00
Angkutan dan komunikasi 3,29 3,53 3,76 3,68 3,85
Keuangan, persewaan dan jasa
peruahaan 5,42 5,09 5,22 5,18 5,17
Jasa-jasa 10,98 12,48 12,58 12,46 12,12
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar 2006.
Tabel 2
Persentase PRDB Kabupaten Blitar Atas Dasar Harga Berlaku
2002-2006 (%)
Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006
Pertanian 6,76 5,59 5,72 5,57 5,69
Penggalian 0,09 0,07 0,07 0,06 0,08
Industri dan pengolahan 13,81 13,70 14,06 13,72 13,45
Listrik dan air minum 4,72 4,80 4,73 4,72 4,76
Bangunan atau konstruksi 6,56 5,75 5,59 5,53 6,35
Perdagangan, hote, restoran 19,58 19,61 19,41 19,30 19,23
Angkutan dan komunikasi 17,11 19,06 19,56 20,15 20,08
Keuangan, persewaan dan jasa
peruahaan 13,34 13,59 13,48 13,64 13,49
Jasa-jasa 18,04 17,82 17,38 17,31 16,89
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar 2006.
liki tiap wilayah kecamatan berbeda-beda. land dan pengembangan wilayah hin-
Peranan pusat pertumbuhan bagi pengem- terland kota/kabuaten Blitar secara ke-
bangan wilayah dapat ditunjukkan dengan seluruhan. Pertumbuhan ekonomi diwi-
perkembangan pendapatan yang diperoleh layah pusat pertumbuhan (kota) mem-
tiap wilayah hinterland per tahun, peranan punyai korelasi positif dengan per-
ditunjukkan dengan ada tidaknya ketim- kembangan ekonomi diwilayah hinter-
pangan pendapatan pada wilayah pusat land (kabupaten). Hal ini berarti aktivi-
pertumbuhan dengan wilayah hinterland. tas ekonomi di wilayah pusat pertum-
Kesenjangan pendapatan mendu- buhan (kota) mempunyai manfaat posi-
kung pendapat dari Hirschman bahwa ter- tif yang mampu mendukung aktivitas
jadi dampak balik di mana pembangunan di ekonomi diwilayah hinterland.
pusat sub wilayah pembangunan menye- 2. Disparitas atau kesenjangan pendapat-
rap seluruh sumber daya daerah belakang- an yang semakin kecil setiap tahunnya
nya. Penyerapan sumber daya tersebut bia- menunjukkan bahwa terjadi pemera-
sanya melalui ekspansi ekonomi yang ber- taan pendapatan perkapita penduduk
pengaruh merugikan daerah lainnya karena antara pendapatan perkapita penduduk
perpindahan tenaga kerja, modal dari dae- di wilayah pusat pertumbuhan (kota)
rah belakang ke pusat sub wilayah pem- dengan pendapatan perkapita penduduk
bangunan, sementara pendapatan tenaga di wilayah hinterlandnya (kabupaten).
kerja tersebut dibelanjakan kembali di
pusat sub wilayah pembangunan sehingga Saran
mendorong naik-nya investasi yang pada 1. Kebijakan pengembangan wilayah di
akhirnya mening-katkan pendapatan. kota/kabupaten Blitar hendaknya ditu-
Sebaliknya didaerah belakangnya kurang jukan untuk mendorong pertumbuhan
berkembang sebagai akibat rendahnya hinterland melalui peningkatan sarana
investasi yang berujung pada rendahnya maupun prasarana untuk memudahkan
pendapatan masyarakat. (backwash effect). interaksi antardaerah sehingga akan
memacu kegiatan ekonomi.
SIMPULAN DAN SARAN 2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
Simpulan potensi yang ada pada kecamatan untuk
Berdasarkan analisis, dapat diambil menentukan keunggulan komparatif
simpulan sebagai berikut. wilayah agar dapat dikembangkan me-
1. Kota/Kabupaten Blitar mampu mem- nuju keunggulan kompetitif wilayah.
berikan sumbangan yang cukup besar
terhadap pertumbuhan wilayah hinter- DAFTAR PUSTAKA
46