Anda di halaman 1dari 10

37

Jurnal Ekonomi dan Bisnis GROWTH, Vol. 5, No. 1, Mei 2007: 37 – 46

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN KOTA TERHADAP


PERKEMBANGAN WILAYAH HINTERLAND
DI KABUPATEN BLITAR

Hardjono

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pusat pertumbuhan


melalui besarnya pertumbuhan ekonomi wilayah pusat pertumbuhan dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah hinterland pada tahun 2002
sampai dengan tahun 2006 dengan menggunakan analisis korelasi serta untuk
mengetahui kesenjangan pendapatan yang terjadi di pusat pertumbuhan dan
wilayah hinterlandnya pada tahun 2002 sampai dengan 2006 dengan
menggunakan analisis indeks Williamson. Penelitian ini menggunakan metode
eksplanatori dengan data sekunder yang dikutip dari Kantor Badan Pusat Statistik,
Bappeda Kota/Kabupaten Bliar dan studi literatur.
Hasil korelasi memperlihatkan bahwa pusat sub wilayah pembangunan
mampu memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan daerah
belakang (hinterlandnya) dan juga sebaliknya.
Hasil analisa indeks Williamson menunjukkan bahwa Kotamadya Blitar
sebagai pusat pertumbuhan mempunyai peranan dalam pengembangan wilayah di
Kabupaten Blitar, hal ini ditunjukkan oleh rendahnya nilai indkes Williamson yang
terjadi secara keseluruhan anara wilayah pusat pertumbuhan dan wilayah
hinterland sebesar 0,54958 dengan nilai rata-rata terendah 0,42988 dan nilai
rata-rata tertinggi sebesar 0,74544.

Kata kunci: wilayah pusat pertumbuhan, wilayah hinterland, dan kesenjangan

PENDAHULUAN pelosok tanah air. Dalam rangka meme-


Pembangunan nasional bertujuan ratakan pembangunan ke seluruh wilayah
untuk meningkatkan taraf hidup dan Indonesia, maka dilanjutkan dan di-
kesejahteraan rakyat di daerah melalui tingkatkan dengan pembangunan daerah.
pembangunan yang serasi dan terpadu, baik Secara operasional pembangunan da-
antarwilayah dengan perencanaan erah dilaksanakan berdasarkan pemberian
pembangunan yang efisien dan efektif prinsip-prinsip otonomi daerah dan pende-
menuju tercapainya kemandirian daerah legasian wewenang kepada pemerintah
dan kesejahteraan yang merata di seluruh daerah dalam mengelola pem-bangunan di
daerah. Konsep ini juga disebut sebagai
*) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas azas desentralisasi yakni penyerahan
Abdurachman Saleh Sitbondo wewenang pemerintahan oleh pemerintah
38

Jurnal Ekonomi dan Bisnis GROWTH, Vol. 5, No. 1, Mei 2007: 37 – 46

pusat kepada daerah otonom dalam tar sektor terutama sektor ekonomi. Secara
kerangka Negara Kesatuan Republik umum yang menjadi fenomena penyebab
Indonesia. Pemberian otonomi daerah pokok terjadinya kesenjangan adalah per-
mempunyai tujuan memberikan kele- bedaan dalam struktur industri atau struktur
luasaan kepada pemerintah daerah untuk ekonomi. Ketimpangan atau kesenjangan
mengatur rumah tangganya sendiri, wilayah dapat dikurangi atau bahkan dapat
meningkatkan daya guna dan hasil guna diatasi melalui alokasi faktor-faktor pro-
penyelenggaraan pemerintahan dalam duksi yang telah tumbuh dan meningkat,
rangka memberikan pelayanan kepada tanpa harus ada campur tangan dari peme-
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan rintah. Diharapkan dengan pengembangan
di daerah serta mendorong terciptanya struktur ekonomi yang beragam akan me-
kemandirian daerah. nimbulkan perbedaan pertumbuhan output
Perroux (Nursyaman, 1996:242) me- produksi dan kesempatan kerja. Sehingga
nyatakan bahwa perkembangan tidak mun- ada daerah yang tumbuh dengan cepat, ini
cul di semua tempat dan pada waktu yang disebabkan struktur industri atau struktur
bersamaan, timbulnya di beberapa tempat ekonominya mendukung dalam artian se-
(points) atau beberapa growth poles dengan bagian besar sektornya mempunyai laju
intensitas yang berlainan, dan kemudian pertumbuhan yang cepat. Bagi daerah yang
menyebar melalui berbagai macam saluran laju pertumbuhannya lamban, sebagian
dengan efek yang ber-lainan pula. Daerah sektornya mempunyai laju pertumbuhan
yang menjadi pusat pengembangan akan yang lamban pula (Budiharsono, 1991:68).
tumbuh lebih cepat, sedangkan daerah Permasalahan diatas dialami Kota/
lainnya akan tertinggal di segala bidang. Kabupaten Blitar, dimana pertumbuhan
Berkaitan dengan hal tersebut daerah yang daerah belum merata dan masih membu-
menjadi pusat pertumbuhan atau pengem- tuhkan perhatian yang lebih dominan dari
bangan yaitu daerah yang pertumbuhannya pemerintah daerah yang notabene menge-
lebih cepat bila dibandingkan dengan tahui kondisi wilayahnya secara baik.
daerah lain di sekitarnya. Dalam upaya untuk mengimbangi
Pembangunan yang telah dicapai pertumbuhan ekonomi maka diperlukan
Indonesia menghasilkan adanya daerah juga pemerataan ekonomi yang dengan
maju serta daerah yang pertumbuhannya cara mempercepat pembangunan ekonomi
lamban. Walaupun daerah yang bersang- yang efektif dan kuat dengan member-
kutan berusaha untuk menerapkan kebi- dayakan potensi ekonomi daerah yang
jakan pembangunan wilayahnya agar tidak dimiliki dengan memperhatikan penataan
terjadi kesenjangan antar wilayah serta an- ruang dan lingkungan.
39

Jurnal Ekonomi dan Bisnis GROWTH, Vol. 5, No. 1, Mei 2007: 37 – 46

Permasalahan kesenjangan juga ter- TINJAUAN PUSTAKA


jadi antara kota dengan desa-desa, antara Teori Kutub Pertumbuhan dan Titik
kota dalam hal ini kecamatan kota dengan Pertumbuhan
wilayah-wilayah lainnya, ditandai dengan
Perroux (Nursyaman,1996:242), dae-
adanya konsentrasi jumlah SD, SLTP, dan
rah yang terletak dalam suatu wilayah luas
SMU (umum atau kejuruan) baik negeri
tidaklah berkembang dalam intensitas dan
maupun swasta: 119 buah di kecamatan
kecepatan yang sama, dalam arti terdapat
kota dan 32 buah tersebar di 22 kecamatan,
daerah yang mampu berkembang lebih
17 buah di kecamatan kota, dan 17 buah
cepat daripada yang lainnya. Daerah yang
tersebar di 22 kecamatan.
memiliki faktor penentu dan faktor pen-
Data perekonomian tersebut di atas
dorong yang lebih banyak akan mampu
dapat dijelaskan bahwa pengembangan
berkembang lebih cepat daripada daerah
ekonomi tidak harus berada di daerah per-
lain, dan sebaliknya. Faktor-faktor penentu
kotaan. Kebijaksanaan pengembangan per-
perkembangan daerah adalah faktor-faktor
ekonomian diharapkan dapat mengem-
yang ada di balik penawaran dan per-
bangkan konsep perekonomian yang ber-
mintaan seperti tersedianya tenaga kerja
basis kerakyatan. Dengan langkah demiki-
dengan tingkat produktivitas yang relatif
an maka upaya pemerataan pembangunan
tinggi dan tingkat upah yang relatif lebih
tidak saja terkonsentrasi di perkotaan saja
murah, pendapatan perkapita penduduk
namun dapat terdistribusi secara merata di
lebih tinggi, dan sebagainya. Sedangkan
wilayah pengaruhnya atau hinterlandnya
faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
ikut mempengaruhi intensitas kecepatan
Kota/ Kabupaten Blitar, 2002:II-8).
perkembangan daerah selain faktor penentu
Dari uraian diatas dapat dirumuskan
seperti lokasi daerah yang relatif mengun-
permasalahan sebagai berikut:
tungkan, motivasi atau dorongan untuk
1. Apakah ada hubungan antara pertum-
maju yang kuat dari masyarakatnya.
buhan ekonomi di wilayah pusat per-
Menurut Myrdal (Richardson, 1977:
tumbuhan (Kota) terhadap pertum-
239) bahwa perkembangan yang tidak me-
buhan ekonomi di wilayah hinterland
rata dapat menimbulkan back-wash effect
(Kabupaten) Blitar?
yaitu menaikkan tenaga dan modal yang
2. Apakah kesenjangan pendapatan antara
diperlukan kepada tempat yang mulai ter-
wilayah pusat pertumbuhan (Kota) ter-
bangun, sehingga daerah lain dan daerah
hadap wilayah hinterland (Kabupaten)
sekitarnya menjadi mundur dan terbe-
Blitar makin menurun?
lakang. Segala macam pembangunan harus
40

Jurnal Ekonomi dan Bisnis GROWTH, Vol. 5, No. 1, Mei 2007: 37 – 46

ditujukan untuk menimbulkan spread beberapa pusat kegiatan ekonomi akan


effect, yaitu perluasan aktivitas dari pusat digantikan pengaruh dari pusat lainnya.
pembangunan ekonomi ke daerah lain. Satuan wilayah pembangunan merupakan
Hirschman (Richardson,1977:239) berbagai jenis kegiatan yang tercakup
berpendapat bahwa kemajuan ekonomi dalam sektor pemerintah maupun ma-
tidak terjadi di berbagai tempat pada waktu syarakat dan pelaksanaannya diatur dalam
yang sama dan apabila di suatu tempat atau rangka usaha-usaha memperbaiki tingkat
wilayah terjadi pembangunan, maka akan kesejahteraan hidup masyarakat melalui
terdapat daya tarik yang kuat yang akan proyek pengembangan antarsektor, pada
menciptakan pemerataan di sekitar wilayah satu atau lebih daerah dalam satu wilayah
pembangunan ekonomi itu bermula. pem-bangunan. SWP dibagi dalam Sub
Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP)
Konsep Dasar Pengembangan Wilayah yang menghubungkan beberapa daerah
Konsep pengembangan wilayah regi- untuk membentuk kegiatan hubungan tiap
onal mendefinisikan suatu wilayah, yaitu sektor ekonomi (Sukirno, 1982:2).
sebutan untuk lingkungan permukaan bumi
pada umumnya dan tentu batasnya. Untuk Pertumbuhan Antarwilayah
lebih menyederhankan pengertian wilayah, Pertumbuhan berasal dari kata tumbuh
dibagi wilayah nasional dan wilayah regi- yang artinya timbul dan bertambah besar.
onal. Wilayah nasional adalah sebutan un- Pengertian pertumbuhan ekonomi suatu
tuk wilayah dalam batas kekuasaan negara. wilayah merupakan suatu proses kenaikan
Daerah regional adalah sebutan untuk wi- output perkapita dalam jangka panjang.
layah dalam batas kewenangan pemerintah Menekankan pada tiga aspek yaitu proses,
Daerah. Sebagai contoh adalah batas pro- output perkapita, dan jangka panjang
pinsi, kabupaten, kota-madya, kecamatan, (Irawan dkk,1995:6). Pertumbuhan ekono-
dan desa. Wilayah nasional terbagi dalam mi ada apabila tidak hanya terdapat kena-
daerah-daerah, dalam pelaksanaannya me- ikan output per satuan input tetapi juga
nerapkan kebijaksanaan nasional melalui perubahan-perubahan dalam kelembagaan
proses pengaturan pemerintah daerah dan pengetahuan teknik dalam mengha-
regional (Hadjisaroso, 1990:8). silkan output yang lebih banyak.
Realisasi dari kebijaksanaan pemba- Kuznets (dalam Jhinghan,1998:5) men-
ngunan tersebut dibentuklah Satuan Wila- definisikan pertumbuhan ekonomi sebagai
yah Pembangunan (SWP) yang dikelom- kenaikan jangka panjang dalam kemam-
pokkan berdasarkan pembatasan daerah, puan untuk menyediakan semakin banyak
dengan memperhatikan pengaruh satu atau jenis barang kepada masyarakat. Kemam-
41

Jurnal Ekonomi dan Bisnis GROWTH, Vol. 5, No. 1, Mei 2007: 37 – 46

puan itu tumbuh sesuai dengan kemajuan Hipotesis


teknologi dan penyesuaian kelembagaan Bahwa daerah pusat pertumbuhan
ideologis yang diperlukan. (Kota) mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap wilayah belakang (Kabupatennya)
Indeks Williamson
sehingga dapat memperke-cil disparitas
Perkembangan pembangunan antara atau kesenjangan pendapatan antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain wilayah pusat pertumbuhan (kota) dengan
seharusnya sama, tetapi pada kenyataannya wilayah hinterland (kabupaten).
perbedaan itu tidak hanya nampak jelas
tetapi juga cenderung terus tumbuh. Ini METODE PENELITIAN
dapat dilihat dari perbedaan pendapatan- Jenis dan Sumber Data
nya. Perbedaan pendapatan regional bersi-
Jenis data yang digunakan adalah
fat relatif, tidak absolut. Menghitung per-
data sekunder, dilakukan dengan cara me-
bedaan tingkat pendapatan, membanding-
nyalin atau mengutip data yang sudah dise-
kan dalam bentuk relatif, pendapatan per-
diakan oleh pihak-pihak tertentu, dan data
kapita daerah diambil sebagai prosentase
diolah sesuai dengan analisis yang digu-
rata-rata pendapatan perkapita yaitu sebuah
nakan dalam penelitian. Data sekunder ta-
perbandingan dari rata-rata pendapatan re-
hun 2002 sampai dengan tahun 2006,
gional dan bersifat informatif, daripada
diperoleh dengan mengambil dari studi
perbedaan absolut. Ukuran Indeks
pustaka, instansi seperti BPS (Badan Pusat
Williamson dapat mengetahui perbedaan
Statistik) dan Bappeda Kabupaten Blitar
daerah pada proses pembangunan.
yaitu data time series.
Penyebab dari disparitas atau per-
Data-data yang diperlukan untuk me-
bedaan pendapatan ada beberapa faktor
ngetahui besarnya pengaruh pertumbuhan
yang ditentukan oleh produktivitas buruh,
ekonomi diwilayah pusat pertumbuhan ter-
perbedaan sumberdaya alam, kualitas bu-
hadap wilayah hinterlandnya adalah data
ruh, efisiensi penggunaan sumberdaya a-
PDRB Kabupaten Blitar, data laju pertum-
lam dan organisasi. Pengukuran disparitas
buhan PDRB wilayah pusat dan daerah
pendapatan dapat digunakan ketimpangan
hinterland Kota/Kabupaten Blitar. Data
regional dari JG. Williamson. Besar ukuran
yang diperlukan untuk mengetahui adanya
ketimpangan tergantung pada jumlah pem-
kesenjangan pendapatan adalah data jum-
bagian daerah dalam suatu negara dan
lah penduduk wilayah pusat pertumbuhan
sedikit perkecualian daerah dipengaruhi
dan daerah hinterland di kota/kabupaten
oleh sektor utama yang menonjol
Blitar, dan data PDRB Bruto perkapita
(Budiharsono, 1989:82).
kota/kabupaten Blitar.
42

Jurnal Ekonomi dan Bisnis GROWTH, Vol. 5, No. 1, Mei 2007: 37 – 46

Metode Analisis Data terhadap variabel terikat (wilayah hinter-


1. Analisis Korelasi landnya) maka digunakan koefisien kore-
Untuk mengukur kuatnya hubungan lasi dengan rumus (Supranto, 1995:92):
antara variabel bebas (pusat pertumbuhan)

nXiYi - XiYi
R=
nX12 – (Xi)2 nYi2 - (Yi)2
Dimana: Vw = Indeks Williamson
R = Koefisien korelasi Yi = pendapatan perkapita wilayah I
n = Banyaknya sampel (wilayah kecamatan)
i = Banyaknya variabel Y = pendapatan perkapita rata-rata di
Y = Variabel terikat (pertumbuhan wila- pusat pertumbuhan (Rp)
yah hinterland) fi = jumlah penduduk wilayah i (wilayah
X = Variabel bebas (pertumbuhan wila- hinterland) (jiwa)
yah pusat pertumbuhan) n = jumlah penduduk wilayah
pertumbuhan (jiwa)
Besarnya sumbangan dari variabel
bebas terhadap variabel terikat dapat dike- HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
tahui berdasarkan koefisien determinasi
berganda (Supranto, 1995: 102). Sektor Ekonomi
(XiYi)2 Struktur perekonomian Kabupaten
2
R = Blitar didominasi sektor perdagangan, ho-
Xi2 Yi2
Dimana: tel dan restoran, sektor industri pengolah-
R2 = koefisien determinasi an, dan sektor pertanian. Sedangkan sektor-
i = banyaknya variabel sektor yang kontribusinya kecil adalah sek-
tor air minum dan listrik serta sektor ang-
2. Analisis Indeks Williamson
kutan dan komunikasi.
Menguji hipotesa kedua mengenai
Sektor yang mendominasi perekono-
kesenjangan tingkat pendapatan antara pu-
mian kabupaten Blitar menurut PDRB ada-
sat pertumbuhan dengan daerah belakang
lah sektor perdagangan, hotel dan restoran
digunakan analisis Williamson, dengan
27,00%, industri pengolahan 23,37%, dan
rumus :
sektor pertanian 18,49%. Sedangkan sektor
_ fi
(Yi-Y) air minum dan listrik 0,94% dan sektor
n angkutan dan komunikasi sebesar 3,85%.
Vw =
Struktur perekonomian kota Blitar
Y
Keterangan: dapat dilihat dari distribusi persentase atas
43

Jurnal Ekonomi dan Bisnis GROWTH, Vol. 5, No. 1, Mei 2007: 37 – 46

dasar harga konstan tahun 1993 di mana sebesar 19,23% dan lapangan usaha jasa-
masih didominasi oleh lapangan usaha jasa sebesar 16,89%. (lihat tabel 1.)
perdagangan, hotel, dan restoran yaitu

Tabel 1
Persentase PRDB Kabupaten Blitar Atas Dasar Harga Konstan
2002-2006 (%)
Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006
Pertanian 22,74 23,02 19,14 19,46 18,46
Penggalian 0,42 0,46 0,48 0,50 0,51
Industri dan pengolahan 21,21 21,38 22,61 22,97 23,37
Listrik dan air minum 0,64 0,81 0,87 0,94 0,94
Bangunan atau konstruksi 8,07 7,37 8,04 8,04 8,46
Perdagangan, hote, restoran 27,22 25,86 27,30 26,78 27,00
Angkutan dan komunikasi 3,29 3,53 3,76 3,68 3,85
Keuangan, persewaan dan jasa
peruahaan 5,42 5,09 5,22 5,18 5,17
Jasa-jasa 10,98 12,48 12,58 12,46 12,12
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar 2006.

Tabel 2
Persentase PRDB Kabupaten Blitar Atas Dasar Harga Berlaku
2002-2006 (%)
Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006
Pertanian 6,76 5,59 5,72 5,57 5,69
Penggalian 0,09 0,07 0,07 0,06 0,08
Industri dan pengolahan 13,81 13,70 14,06 13,72 13,45
Listrik dan air minum 4,72 4,80 4,73 4,72 4,76
Bangunan atau konstruksi 6,56 5,75 5,59 5,53 6,35
Perdagangan, hote, restoran 19,58 19,61 19,41 19,30 19,23
Angkutan dan komunikasi 17,11 19,06 19,56 20,15 20,08
Keuangan, persewaan dan jasa
peruahaan 13,34 13,59 13,48 13,64 13,49
Jasa-jasa 18,04 17,82 17,38 17,31 16,89
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar 2006.

Analisis Korelasi terjadi diwilayah hinterlandnya (kabupa-


Dari hasil analisis data diperoleh ten) dan sebaliknya. Besar angka korelasi
hasil korelasi sebesar 83,1%. Dari hasil yang lebih dari 0,5 menunjukkan bahwa
tersebut diperoleh arah korelasi positif, laju pertumbuhan ekonomi kota berkorelasi
atau semakin tinggi pertumbuhan ekonomi kuat dengan laju pertumbuhan ekonomi di
yang terjadi di kota Blitar maka semakin wilayah kabupaten Blitar. Dari hasil uji
tinggi pula pertumbuhan ekonomi yang signifikansi sebesar 0,05 diperoleh hasil
44

Jurnal Ekonomi dan Bisnis GROWTH, Vol. 5, No. 1, Mei 2007: 37 – 46

0,081 yang berarti menunjukkan bahwa Ho Terbuktinya hipotesis yang diajukan


diterima atau signifikan. Dari hasil korelasi bahwa terjadinya pengaruh positif antara
sebesar 83,1 dapat dikatakan bahwa setiap wilayah kota dan hinterlandnya, antara per-
kenaikan laju pertumbuhan wilayah kota tumbuhan ekonomi di pusat pertumbuhan
dapat meningkatkan laju pertumbuhan di dengan daerah belakang atau hinterland-
wilayah hinterland (kabupaten) begitu juga nya, perkembangan kota beserta daerah
sebaliknya setiap kenaikan laju pertum- kotanya mempunyai pengaruh positif
buhan wilayah kabupaten dapat mening- terhadap hinterlandnya.
katkan laju pertumbuhan di wilayah kota. Pengaruh pertumbuhan ekonomi di
wilayah puat pertumbuhan terhadap per-
Analisis Indeks Williamson kembangan wilayah di kota/kabuaten Blitar
Peranan pusat pertumbuhan bagi pe- ditunjukkan dari hasil analisa korelasi,
ngembangan wilayah dapat ditunjukkan dengan variabel bebas pertumbuhan wila-
dengan ada tidaknya ketimpangan penda- yah di pusat pertumbuhan (kota) dan varia-
patan yang terjadi antara wilayah pusat bel terikat adalah pertumbuhan wilayah
pertumbuhan dengan wilayah hinter- hinterlandnya (kabupatennya).
landnya. Kesenjangan pendapatan merupa- Dari hasil analisis di atas, maka besar
kan salah satu indikator tentang efektif atau pengaruh pertumbuhan yang terjadi diwila-
tidaknya pusat sub wilayah pembangunan yah pusat pertumbuhan terhadap perkem-
terhadap perkembangan daerah belakang- bangan wilayah hinterland di seluruh kota/
nya atau hinterlandnya. Tingkat kesenjang- kabupaten Blitar bersifat nyata. Dalam
an pendapatan suatu daerah di kota/ realita yang terjadi adalah pertumbuhan
kabupaten Blitar dapat dilihat dari Indeks yang selama ini terjadi adalah pertumbuhan
Williamson. ekonomi di mana wilayah pusat pertum-
Indeks Williamson setiap tahunnya buhan cenderung lebih tinggi jika diban-
bervariasi, pada tahun 2002 terjadi kesen- ding pertumbuhan yang terjadi pada
jangan 0,6909 dan meningkat 0,054 pada wilayah hinterland.
tahun 2003 menjadi 0,7454 yang merupa- Kesenjangan merupakan salah satu
kan kesenjangan tertinggi yang terjadi di indikator intensitas keruangan. Besar kecil-
wilayah kota/ kabupaten Blitar. Pada tahun nya kesenjangan antarkawasan mampu
2004 dan tahun 2005 menjadi 0,4346 dan memperlihatkan tingkat intensitas penga-
04298. Secara keseluruhan kesenjangan di ruh suatu kawasan. Ketidak-seimbangan
wilayah kota/kabupaten Blitar 0,5495. yang terjadi dalam pola pertumbuhan di
Pembahasan kota/kabupaten Blitar sangat terlihat, hal
ini disebabkan daya komparatif yang dimi-
45

Jurnal Ekonomi dan Bisnis GROWTH, Vol. 5, No. 1, Mei 2007: 37 – 46

liki tiap wilayah kecamatan berbeda-beda. land dan pengembangan wilayah hin-
Peranan pusat pertumbuhan bagi pengem- terland kota/kabuaten Blitar secara ke-
bangan wilayah dapat ditunjukkan dengan seluruhan. Pertumbuhan ekonomi diwi-
perkembangan pendapatan yang diperoleh layah pusat pertumbuhan (kota) mem-
tiap wilayah hinterland per tahun, peranan punyai korelasi positif dengan per-
ditunjukkan dengan ada tidaknya ketim- kembangan ekonomi diwilayah hinter-
pangan pendapatan pada wilayah pusat land (kabupaten). Hal ini berarti aktivi-
pertumbuhan dengan wilayah hinterland. tas ekonomi di wilayah pusat pertum-
Kesenjangan pendapatan mendu- buhan (kota) mempunyai manfaat posi-
kung pendapat dari Hirschman bahwa ter- tif yang mampu mendukung aktivitas
jadi dampak balik di mana pembangunan di ekonomi diwilayah hinterland.
pusat sub wilayah pembangunan menye- 2. Disparitas atau kesenjangan pendapat-
rap seluruh sumber daya daerah belakang- an yang semakin kecil setiap tahunnya
nya. Penyerapan sumber daya tersebut bia- menunjukkan bahwa terjadi pemera-
sanya melalui ekspansi ekonomi yang ber- taan pendapatan perkapita penduduk
pengaruh merugikan daerah lainnya karena antara pendapatan perkapita penduduk
perpindahan tenaga kerja, modal dari dae- di wilayah pusat pertumbuhan (kota)
rah belakang ke pusat sub wilayah pem- dengan pendapatan perkapita penduduk
bangunan, sementara pendapatan tenaga di wilayah hinterlandnya (kabupaten).
kerja tersebut dibelanjakan kembali di
pusat sub wilayah pembangunan sehingga Saran
mendorong naik-nya investasi yang pada 1. Kebijakan pengembangan wilayah di
akhirnya mening-katkan pendapatan. kota/kabupaten Blitar hendaknya ditu-
Sebaliknya didaerah belakangnya kurang jukan untuk mendorong pertumbuhan
berkembang sebagai akibat rendahnya hinterland melalui peningkatan sarana
investasi yang berujung pada rendahnya maupun prasarana untuk memudahkan
pendapatan masyarakat. (backwash effect). interaksi antardaerah sehingga akan
memacu kegiatan ekonomi.
SIMPULAN DAN SARAN 2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
Simpulan potensi yang ada pada kecamatan untuk
Berdasarkan analisis, dapat diambil menentukan keunggulan komparatif
simpulan sebagai berikut. wilayah agar dapat dikembangkan me-
1. Kota/Kabupaten Blitar mampu mem- nuju keunggulan kompetitif wilayah.
berikan sumbangan yang cukup besar
terhadap pertumbuhan wilayah hinter- DAFTAR PUSTAKA
46

Jurnal Ekonomi dan Bisnis GROWTH, Vol. 5, No. 1, Mei 2007: 37 – 46

Sanusi, B. 2000. Pengantar Perencanaan


Arsyad, L. 1989. Ekonomi Pembangunan. Pembangunan. Jakarta: LPFEUI.
Yogyakarta: BPFE. Spillane, J. 1993. Ekonomi Regional.
Bappeda Kabupaten Blitar. Revisi Rencana Jakarta: UT.
Tata Ruang Rencana Wilayah Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan
Kabupaten Blitar 2000/2001- Proses, Masalah, Dasar Kebijakan.
2009/2010. Tidak dipublikasikan. Jakarta: LPFEUI.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar. Supranto, J. 1986. Pengantar Metode
1997. Blitar Dalam Angka 1996. Statistik. Jakarta: LP3ES.
Blitar. Todaro, M. 2000. Pembangunan Ekonomi.
Budiharsono, S. 1991. Perencanaan Jakarta: Bumi Aksara.
Pembangunan Wilayah: Teori, Wibowo, Rudi dan Sutrisno. 2002. Konsep
Model Perencanaan dan dan Landasan Analisis Wilayah.
Penerapannya. Jakarta: FE UI. Jember: Fakultas Pertanian
Djojohadikusumo, S. 1991. Perkembangan Universitas Jember.
Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yuliana, H. 1994. Peranan Kutub-kutub
Yayasan Obor Indonesia. Pertumbuhan Terhadap
Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan Pengembangan Wilayah di
Regional. Jakarta: LPFEUI Kabupaten Jember. Skripsi. Tidak
Hill, H. 2001. Ekonomi Indonesia. Jakarta. dipublikasikan.
Irawan dan Suparmoko. 1990. Ekonomi
Pembangunan. Yogyakarta: Liberty.
Jhinghan. 2000. Ekonomi Pembangunan
dan Perencanaan. Jakarta: Raja
Grafindo.
Kadariah. 1985. Ekonomi Perencanaan.
Jakarta: LPFEUI.
Kuncoro, M. 1997. Ekonomi
Pembangunan. Yogyakarta:
UPPAMPYKPN.
Novianti, Panca. 2002. Peranan Kutub
Pertumbuhan Dalam Menunjang
Pengembangan Wilayah Hinterland
di Kabupaten Sidoarjo. Skripsi.
Tidak dipublikasikan.
Nursyaman. 1996. Pengembangan Konsep
Pusat Pertumbuhan Terhadap
Wilayah Kepulauan Indonesia
Dalam Media Ekonomi. Jakarta:
Media ekonomi Trisakti.
Richardson, H.W. 1977. Dasar-dasar Ilmu
Ekonomi Regional. Terjemahan
oleh Paul Sitohang. Jakarta:
LPFEUI.

Anda mungkin juga menyukai