Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Trauma Abdomen

KELOMPOK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kehadirat Allah karena dengan izin dan karunia serta segala anugerah-nya, makalah
Keperawatan Anak dengan topik Trauma Abdomen dapat selesai tepat pada waktunya. Tak
lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini baik dengan materi maupun non materi. Kami sangat mengharapkan
saran, ulasan, dan kritik yang membangun dari semua pihak agar pembuatan dan penyusunan
makalah berikutnya bisa lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak
pada umumnya dan kami pada khususnya.

Wassalam

Peyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era modernisasi kemajuan dibidang tekhnologi trasnportasi dan semakin
berkembangnya mobilitas manusia berkendaraan di jalan raya, menyebabkan
kecelakaan yang terjadi semakin meningkat serta angka kematian semakin tinggi. Salah
satu kematian akibat kecelakaan adalah diakibatkan trauma abdomen. Kecelakaan lalu
lintas merupakan penyebab kematian 75 % trauma tumpul abdomen, sedangkan
penyebab lainnya adalah penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari tempat
ketinggian, sedangkan akibat dari penganiayaan ini disebabkan oleh karena senjata
tajam dan peluru. Oleh karena hal tersebut diatas akan mengakibatkan kerusakan dan
menimbulkan robekan dari organ organ dalam rongga abdomen atau mengakibatkan
penumpukan darah dalam rongga abdomen yang berakibat kematian. Di Rumah Sakit
data kejadian trauma abdomen masih cukup tinggi. Dalam kasus ini Waktu adalah
nyawa dimana dibutuhkan suatu penanganan yang professional yaitu cepat, tepat,
cermat dan akurat, baik di tempat kejadian ( pre hospital ), transportasi sampai tindakan
definitif di rumah sakit. Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja
baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya
melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada
pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap
bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut. Insiden trauma
abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma
tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru sudah
banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih
merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan
secara optimal. Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena
adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat
disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas
rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan
trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain :
1. Definisi trauma abdomen
2. Etiologi trauma abdomen
3. Patofisiologi trauma abdomen
4. Pemeriksaan penunjang trauma abdomen
5. Manifestasi klinis trauma abdomen
6. Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan trauma abdomen
7. Hospitalisasi pada anak dengan trauma abdomen
8. Terapi pada anak dengan trauma abdomen

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan trauma abdomen.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi trauma abdomen
b. Untuk mengetahui etiologi trauma abdomen
c. Untuk mengetahui patofisiologi trauma abdomen
d. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang trauma abdomen
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis trauma abdomen
f. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak dengan trauma
abdomen
g. Untuk mengetahui hospitalisasi anak dengan trauma abdomen
h. Untuk mengetahui terapi pada anak dengan trauma abdomen
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland,
2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma abdomen adalah cedera pada
abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut
dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan
laparatomi (FKUI, 1995).

B. Etiologi
1. Penyebab trauma penetrasi (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium)
- Luka akibat terkena tembakan
- Luka akibat tikaman benda tajam
- Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium).
- Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
- Hancur (tertabrak mobil)
- Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
- Cidera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga (FKUI, 1995)

C. Patofisiologi
Trauma (kecelakaan) Penetrasi & Non-Penetrasi Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom) Menekan saraf peritonitis Terjadi perdarahan
jar.lunak dan rongga abdomen Nyeri Motilitas usus Disfungsi usus Resiko infeksi
Refluks usus output cairan berlebih Gangguan cairan dan eloktrolit Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Kelemahan fisik Gangguan mobilitas fisik
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ;
kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya
darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
2. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
3. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
4. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran
kencing.
5. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang
diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang
disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum
pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran
bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih
dahulu.
6. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan
cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga
peritonium (FKUI, 1995).
7. Ultrasonografi dan CT Scan Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang
belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

E. Manifestasi Klinis
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium)
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ Respon stres simpatis Perdarahan dan
pembekuan darah Kontaminasi bakteri Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium)
Kehilangan darah. Memar/jejas pada dinding perut. Kerusakan organ-organ. Nyeri
tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut Iritasi cairan
usus (FKUI, 1995).

F. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel seluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan
belajar. Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan tentang besarnya,
jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun individu, sedangkan peristiwa
perkembangan pada anak dapat terjadi pada perubahan bentuk dan fungsi pematangan
organ mulai dari aspek social, emosional, dan intelektual.
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Pada Anak Dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan pada anak setiap individu akan mengalami siklus
berbeda setiap kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun
lambat tergantung dari individu atau lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
1. Faktor herediter
2. Faktor lingkungan
a. Lingkungan prenatal
b. Lingkungan postnatal
Budaya Lingkungan Status social ekonomi Nutrisi Iklim / cuaca Olahraga / latihan fisik
Posisi anak dalam keluarga Status kesehatan Faktor hormonal Salah satu factor yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak di atas adalah status kesehatan. Status kesehatan
anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini
dapat terlihat apabila anak dengan kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan untuk
tumbuh kembang sangat mudah, akan tetapi apabila kondisi status kesehatan kurang
maka akan terjadi perlambatan.
Berdasarkan pada kasus ini yaitu trauma abdomen, maka pencapaian kemampuan anak
untuk maksimal dalam tumbuh kembang akan terhambat, karena anak memiliki masa
kritis. Hal ini terkait dengan terapi yang diberikan pada anak. Dalam penanganan
awal,disebutkan bahwa anak diimobilisasi. Hal ini dapat berpengaruh pada tumbuh
kembang anak dapat terhambat karena tidak adanya pergerakan pada otot dan sendi
anak sehingga dapat menyebabkan atropi.

G. Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di
rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan
lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor
stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2000).
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan.
Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah besar dan
menimbulkan ketakutan dan cemas bagi anak (Supartini, 2004).
Hospitalisasi juga dapat diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat
menjadi sebab anak dirawat di rumah sakit (Stevens, 1999). Dari pengertian
hospitalisasi sendiri didapatkan hospitalisasi itu mengakibatkan trauma psikis pada diri
anak sehingga akan memperlambat proses penyembuhan pada anak.

H. Terapi
1. Penanganan awal Trauma
a. non- penetrasi (trauma tumpul)
1) Stop makanan dan minuman
2) Imobilisasi
3) Kirim kerumah sakit.
b. Penetrasi (trauma tajam)
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak
boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis
2) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain
kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak
memperparah luka.
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar
dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
4) Imobilisasi pasien
5) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
6) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
7) kirim ke rumah sakit
2. Penanganan dirumah sakit
a. Segera dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya. Jika
penderita dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan selain
pemberantasan syok (operasi)
b. Lakukan prosedur ABCDE.
c. Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.
d. Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang
keluar (perdarahan).
e. Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi
rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera
melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas
intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut)
f. Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang menunjukkan
trauma intra-abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri diafragma, abdominal
free air, evisceration) harus segera dilakukan pembedahan
g. Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara nonoperative
berdasarkan status klinik dan derajat luka yang terlihat di CT
h. Pemberian obat analgetik sesuai indikasi
i. Pemberian O2 sesuai indikasi
j. Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan
k. Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung kedalaman penetrasi
dan keterlibatan intraperitoneal
l. Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi steril)
untuk menunjukkan gangguan peritoneal ; jika peritoneum utuh, pasien dapat
dijahit dan dikeluarkan
m. Luka tikaman dengan injuri intraperitoneal membutuhkan pembedahan
n. Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan dengan
pembedahan

3. Penatalaksanaan Kedaruratan
a. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi)
sesuai indikasi.
1) Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat
menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan
menimbulkan hemoragi masif.
2) Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem saraf.
3) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.
4) Gunting baju dari luka.
5) Hitung jumlah luka.
6) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
b. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera abdomen,
khususnya hati dan limpa mengalami trauma.
c. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan
dilakukan.
1) Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan bendungan luka dada.
2) Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan cepat dan
memperbaiki dinamika sirkulasi.
3) Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal terjadi terhadap transfusi ; ini
sering merupakan tanda adanya perdarrahan internal.
4) Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi tempat
perdarahan.

d. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu


mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga
peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
e. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah
untuk mencegah nkekeringan visera.
1) Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.
2) Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan
muntah.

f. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria


dan pantau haluaran urine.
g. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital, haluaran urine,
pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila diindikasikan), nilai hematokrit,
dan status neurologik.
h. Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat
ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.
i. Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi peritonium pada
kasus luka tusuk.
1) Jahitan dilakukan disekeliling luka.
2) Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka.
3) Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x menunjukkan apakah
penetrasi peritonium telah dilakukan.
j. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.
k. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma dapat
menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri eksogen
dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan terapeutik
(infeksi nosokomial).
l. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok, kehilangan
darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau hematuria.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pasien trauma abdomen (Smeltzer, 2001) adalah meliputi :
1. Trauma Tembus abdomen
a. Dapatkan riwayat mekanisme cedera; kekuatan tusukan/tembakan; kekuatan
tumpul (pukulan).
b. Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya: cedera tusuk, memar, dan
tempat keluarnya peluru. Selain itu perlu juga di kaji anterior abdomen,
punggung,panggul, dan rectum. Sedangkan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pendarahan, maka perawat harus menggunakan petunjuk cullen s sign
yaitu perdarahan pada umbilicus bila terjadi truma panggul dan Turner s sign
yaitu perdarahan retroperitoneal bila terjadi perdarahan pada dinding abdomen.
c. Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar sehingga perubahan
dapat dideteksi. Adanya bising usus adalah tanda awal keterlibatan
intraperitoneal; jika ada tanda iritasi peritonium, biasanya dilakukan laparatomi
(insisi pembedahan kedalam rongga abdomen).
d. Perkusi dengan menggunakan jari tangan, bila terdengar suara timpani yang
berlebihan, maka dicurigai adanya penumpukan udara bebas yang
mengindikasikan adanya luka tembus. Namun, bila terdengar redup, maka
perawat menduga terjadinya akumulasi cairan atau darah pada daerah usus
besar dan lambung.
e. Palpasi harus hati-hati dan lembut, karena pada daerah abdomen terjadi
akumulasi cairan atau darah atau udara, sehingga abdomen akan mengalami
distensi.
f. Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakkan, nyeri tekan, kekakuan
otot atau nyeri lepas, penurunan bising usus, hipotensi dan syok.
g. Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen, observasi
cedera yang berkaitan.
h. Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien.
2. Trauma tumpul abdomen Dapatkan riwayat detil jika mungkin (sering tidak bisa
didapatkan, tidak akurat, atau salah). dapatkan semua data yang mungkin tentang
hal-hal sebagai berikut :
a. Metode cedera.
b. Waktu awitan gejala.
c. Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderita ruptur
limpa atau hati). Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe restrain yang
digunakan.
d. Waktu makan atau minum terakhir.
e. Kecenderungan perdarahan.
f. Penyakit dan medikasi terbaru.
g. Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.
h. Alergi. Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasien untuk mendeteksi
masalah yang mengancam kehidupan.

B. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen adalah :
1. Diagnosa Keperawatan NOC NIC Nyeri Akut berhubungan dengan Agens cedera
Biologis.
a. Definisi : Pengalaman Dalam waktu 3 x 24 jam nyeri yang di rasakan klien dapat
berkurang dengan Manajemen nyeri Definisi: mengurangi atau me-ringankan
nyeri yang dirasa-kan pasien.
b. Sensori dan emosional yang indikator : Kaji lokasi nyeri: tidak menyenangkan
akibat Kontrol nyeri (1-5: lokasi, karakteristik, kerusakan jaringan yang
ekstrem, berat, onset / dura-si, aktual atau potensial atau sedang, ringan,
frekuensi, kualitas, gambaran sebagai bentuk dari kerusakan(international
Association for the study of pain) ; Terjadi mendadak atau lamban dari berbagai
intensitas ringan ke sedang dengan akhir yang dapat diatasi atau diperkirakan
dan dalam durasi < 6 bulan) Batasan Karakteristik : Perubahan selera makan
Laporan isyarat Mengekspresikan prilaku (gelisah,merengek,mena ngis)
Melindungi area nyeri Indikasi nyeri yang dapat di amati Sikap tubuh untuk
melindungi Melaporkan nyeri secara verbal. nyaman) Definisi: aksi personal
untuk kontol nyeri.
c. Mengenali onset nyeri Mendiskribkan faktor penyebab nyeri secara sederhana
Memakai pengobatan preventif Memakai terapi non-analgesik Menggunakan
terapi analgesik yang terekomendasi Melaporkan perubahan nyeri kepada para
medis Melaporkan gejala yang tidak terkontrol kepada para medis Melaporkan
nyeri terkontrol Level nyeri (pain level) (1-5: ekstrem, intensitas keparahan nye-
ri, dan presipitasi nyeri.
d. Observasi keluhan ketidaknyamanan verbal, terutama ketika tidak da-pat
berkomunikasi secara efektif. Gunakan starategi komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan respon pasien tentang nyeri
Eksplor pengetahuan pasien tentang nyeri. Cari tau tentang dampak nyeri
terhadap kualitas hidup (mis. Tidur, napsu makan, aktifitas, kognitif, suasana
hati, pekerjaan, hubungan dengan orang lain, ) Eksplor bersama pasien tentang
faktor yang dapat memperingan / memperburuk nyeri.
e. Evaluasi riwayat penyakit terdahulu tentang nyeri baik dari pasien sendiri
atau berat, sedang, ringan, tidak ada) Definisi: observasi atau melaporkan
keburukan nyeri Melaporkan keparahan nyeri Mengobservasi tahapan nyeri
keluarga yang mempunyai riwayat nyeri ronik. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri terdahulu dengan pasien dan tim kesehatan. Dampingi pasien dan keluarga
ketika memerlukan dukungan.
f. Pilih implementasi untuk penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi,
interpersonal) Ajarkan untuk memakai tehnik non farmakologi (mis. Hipnosisi,
relaksasi, terapi musik, dan masase) Pantau pasien ketika mengunakan metode
farmakologi Ajarkan pasien tentang metode farmakologi Periksa level
ketidaknyamanan pada pasien, catat perubahannya dimedikal record. Dorong
pasien untuk menceritakan perasaan nyerinya. Adminitrasi analgesik
(Penggunaan agen farmakologi untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri)
Menentukan lokasi, sifat, kualitas, dan berat nyeri sebelum pengobatan Periksa
anjuran medis untuk obat, dosis dan frekuensi pemberian Nilai kemampuan
klien untuk ikut serta dan terlibat dalam pemilihan obat analgesik, dosis, dan
rute Pilih analgesik yang tepat, attau kombinasi analgesik saat lebih dari satu
analgesik yang dianjurkan Tentukan pilihan analgesik berdasarkan type dan
berat nyeri Pilih rute IV dari IM untuk suntikan analgesik yang teratur Pantau
tanda vital sebelum dan sesudah
2. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan faktor mekanik (mis.. gaya
gunting,tekanan, pengekangan)
a. Definisi : perubahan/ gangguan epidermis dan/ dermis Batasan Karakteristik :
Kerusakan integritas kulit Gangguan permukaan kulit Dalam waktu 1 minggu
integritas jaaringan kulit klien membaik, dengan indikator : Integritas Jaringan
Kulit (skala 1-5) Ferfusi jaringan Tekstur kulit Integritas Kulit Lesi Kulit
pemberian analgetik narkotik
3. Bentuk pengharapan positif berhubungan dengan keefektifan analgetik untuk
mengoptimmalkan respon klien, Evaluasi keefektifan obat analgesic, Catat respon
terhadap analgetik dan adanya efek yand tidak diinginkan. Evaluasi dan catat
tingkat sedasi pada klien yang mendapat golongan opioid. Pengawasan Kulit
Inspeksi Kulit Monitor Klembapan Kulit Monitor warna kulit dan temperatur
Monitor infeksi yang mungkin menyerang pada pasien Dokumentasi perubahan
warna kullit dan membran mukosa Perawatan luka
4. Resiko Infeksi Definisi : Peningkatan resiko pemajanan kontaminan lingkungan
dalam dosis yang cukup menyebabkan efek yang membahayakan kesehatan.
a. Faktor resiko : Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat Pertahanan tubuh
sekunder yang tidak adekuat Penurunan imun Dalam waktu 3 x 24 jam Px tidak
beresiko infeksi dengan : Kekerasan infeksi Indikator : gegabah (1-5) uncrusted
gelembung (1-5) kesalahan penghidu (1-5) dahak bernanah (1-5) sistem
pengaliran bernanah (1-5) pyuria (1-5) demam (1-5) hipotermia (1-5)
ketidakstabilan suhu (1-5) kelembutan (1-5) rasa tidak enak badan (1-5) gejala
gastrointestinal (1-5) mengerikan (1-5)
b. Monitor karakteristik luka, mulaii dari aliran darah Kontrol Infeksi Ubah
perawatan peralatan pasien dari protokol agency. Cuci tangan sebelum dan
setelah pasien beraktivitas Instuksikan pengunjung untuk cuci tangan Dorong
masukan cairan Dorong istirahat Kelola terapi antibiotik Pakai sarung tangan
steril Mempertahankan lingkungan aseptik secara optimal selama insersi tempat
tidur. lesu (1-5)
c. Deteksi resiko Indikator : Kenali tanda dan gejala indikasi resiko (1-5)
Identifikasi resiko (1-5) potensial kesehatan (1-5) Partisipasi di saringan
rekomendasi interval (1-5) Memperoleh pengetahuan riwayat keluarga (1-5)
Memelihara update pengetahuan riwayat keluarga dan riwayat personal (1-5)
Menggunakan perawatan kesehatan sesuai yang dibutuhkan (1-5) Penyakit (1-
5) Status imun (1-5) Status nutrisi (1-5)
5. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
a. Definisi : Ketidakhadiran atau kurangnya informasi kognitif berhubungan
dengan topik khusus Batasan Karakteristik : Tidak tepat saat mengikuti instruksi
Tingkah laku yang tidak sesuai Tingkkah laku melebihlebihkan
Mengungkapkan masalah Dalam waktu 1 minggu informasi kognitif klien
mengenai penyakit yang ia alami meningkat, dengan indikator :
1) Pengetahuan : Proses Penyakit (Tingkat pemahaman proses penyakit dan
pencegahan komplikasi) Spesipik proses penyakit Faktor penyebab dan
kontribusi Faktor resiko Efek penyakit Tanda dan gejala komplikasi penyakit
Tanda dan gejala penyakit
2) Pengetahuan : Perawatan Penyakit (Tingkat Pemahaman tentang penyakit
berkaitan dengan Informasi yang dibutuhkan Teaching : Prescribe
Medication (menyiapkan pasien untuk melakukan pengobatan yang
ditentukan dengan aman dan memantau efeknya) Anjurkan klien mengenali
sifat-sifat khusus dari obatobatannya Informasikan ke pasien tentang obat
generik dan nama dagangnya pada setiap obat Ajarkan klien tujuan dan kerja
setiap obat Jelaskancara pemberi pelayanan kesehatan memilih obat yang
tepat Ajarkan pasien cara pemberian /aplikasi yang tepat Ulangi kembali
pengetahuan klien tentang pengobatannya Puji pengetahuan klien tentang
pengobatannya Evaluasi kemampuan klien untuk meminum obat
sendiri untuk memperoleh dan mempertahankan kesehatan optimal)
rekomendasi diet Spesipik proses penyakit Teknik konservasi energi
Pencegahan dan kontrol infeksi Prosedur penanganan Penggunaan obat yang
aman Aktivitas teratur untuk kesehatan Pengetahuan Resimen Pengobatan
(Tingkat Pemahaman tentang resimen pengobatan khusus
3) Pengetahuan : Prosedur Pengobatan (Tingkat pemahaman tentang prosedur
yang dibutuhkan sebagai anjurkan klien melakukan tindakan yang dilakukan
sebelum minum obat Informasikan pada klien konsekuensi jika putus obat
Ajarkan klien efek samping yang dimiliki setiap obat Ajarkan pada klien cara
mencegah dan menghilangkkan efek sampingnya Ajarkan klien tindakan
tepat yang harus dilakukan bila ada efek samping Ajarkan kllien tanda dan
gejala overdosis/dosis kurang Ajarkan pada klien tentang kemungkinan
adanya interaksi obat dengan makanan Ajarkan kepada klien cara
menyimpan obatobatnya Bantu klien menulis perkembangan jadual
pengobatan bagian dari resimen pengobatan) Proses Informasi
4) Pengetahuan : Medikasi (Tingkanpemahama n tentang penggunaan obat
yang aman) Sediakan klien informasi tertulis tentang tujuan, cara kerja, efek
samping dan lain-lainnya- tentang pengobatannya Teaching :
Procedure/Treatment ( Menyiapkan pasien untuk mengerti dan siap mental
terhadap pengobatan dan tindakan yang ditetapkan) Informasikan ke
klien/orang terdekat tentang kapan dan dimana tindakan/pengobatan akan
dilakukan Informasikan ke klien/orang terdekat berapa lama
tindakan/pengobatan akan dilakukan hingga akhir Informasikan ke
klien/orang terdekat siapa yang akan melakukan tindakan/pengobatan
tersebut Kuatkan kembali kepercayaan klien saat melibatkan staf lain
Tentukan pengalaman masa lalu klien dan tingkat pengetahuan tentang
tindakan/pengobatan yang akan dilakukan Jelaskan tujuan dari
tindakan/pengobatan Gmbarkan kegiatan pengobatan/tindakan yang akan
dilakukan Jelaskan tindakan/pengobatan yang dilakukan Ajarkan pada klien
cara ikut serta dalam pengobatan/tindakan yang akan dilakukan Perkenalkan
klien kepada staf yang akan terlibat dapa tindakan/pengobatan Tentukan
harapan pasien terhadap tindakan/pengobatan yang akan dilakukan Perbaiki
harapan yang tidak realistik terhadap tindakan/pengobatan yang akan
dilakukan. Diskusikan pengobatn alternatif lainnya Sediakan waktu untuk
klien bertanya dan memperhatikan Libatkan keluarga/orang terdekat klien
Teaching : Disease Process (Membantu klien memahami informasi
berhubungan dengan proses penyakit) Nilai tingkat pengetahuan klien
sekarang tetang psoses penyakit Jelaskan patofisiologi penyakit dan
hubungannya dengan anatomi dan fisiologi Review pengetahuan klien
tentang kondisinya Puji pengetahuan klien tentang kondisinya Gambarkan
tanda dan gejala umum tentang penyakit klien Kaji apa yang telah dilakukan
klien untuk mengatasi gejala Gambarkan proses penyakit klien Kenali
kemungkinan penyebab Berikan informasi tentang kondisi klien Mengenali
perubahan kondisi fisik untuk pasien Berikan ketenangan tentang kondisi
pasien Berikan informasi kepada keluarga/orang terdekat tentang
perkembangan klien Berikan informasi tentang pengukuran diagnostik yang
tersedia Diskusikan perubahan gaya hidupyang dibutuhkan untuk mencegah
komplikasi di masa depandan/atau mengendalikan proses penyakit Diskusi
kan pilihan terapi dan tindakan Diskusikan alasan dibelakang
managemen/terapi/tind
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera,penyakit, trauma.
a. Definisi : Konfusi dalam gambaran mental fisik dari individu. Batasan
Karakteristik : Perubahan aktual pada fungsi Perubahan aktual pada struktur
Perilaku mengenali tubuh Dalam waktu 3-5 hari Px dapat menunjukan
Gambaran Mental diri yang positif dengan indikator :
1) Gambaran diri (persepsi penampilan diri dan fungsi tubuh) Kesesuaian antara
realita, ideal dan akan yang dianjurkan
2) Dukung pasien untuk mendapatkan pilihan/mencari pendapat kedua
3) Gali sumber/dukungan yang tersedia
4) Anjurkan klien pada tanda dan gejala apa harus melapor ke pemberi
pelayanan kesehatan
5) Berikan nomor telepon yang harus dihubungi bila terjadi komplikasi
6) Kuatkan kembali informasi yang telah diberikanoleh anggota tim kesehatan
lainnya.
Peningkatan Citra Tubuh (memperbaiki kesadaran pasien dan persepsi tidak
sadar dan kepada sikap tubuhnya) Menentukan harapan utama citra tubuh pasien
di tingkat perkembangan Gunakan panduan antisipatif untuk mempersiapkan
pasien untuk prediksi Perubahan dalam penampilan perubahan di citra
kemampuan tubuh tubuh memperkiraan hubungan Kepuasan
b. Kaji pasien untuk spasial tubuh terhadap dengan membahas perubahan
lingkungan penampilan yang disebabkan oleh Trauma pada bagian tubuh sakit
atau bedah yang tidak berfungsi Kepuasan Bantu pasien Respons nonverbal
dengan menentukan luasnya terhadap perubahan penampilan perubahan aktual
di aktual terhadap tubuh tubuh tubuh Verbalisasi perasaan Penyesuaian
c. Kaji pasien untuk yang mencerminkan terhadap menyaring penampilan
perubahan pandangan perubahan tubuh fisik dari perasaan tentang tubuh
individu akibat penyakiit harga diri Gambaran
d. Kaji pasien untuk internal diri menentukan pengaruh sendiri dari sebuah grup
Adaptasi untuk pertemanan cacat fisik
e. Kaji pasien untuk (respon adaftasi diskusi stress affektif untuk sebuah citra
tubuh karena tantangan fungsi kondisi kongenital, signifikan karena injury,
penyakit, atau cacat fisik) bedah
f. Monitor apakah pasien bisa terlihat ada perubahan bagian tubuh Tingkatkan
kalau perubahan di citra tubuh sudah berkontribusi untuk meningkatkan isolasi
sosial Bantu Px memisahkan penampilan fisik dan perasaan negati Px Fasilitasi
Px Kontak dengan orang lain ketika terjadi perubahan citra tubuh Identifikasi
support yang mungkin bagi Px
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat
(hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh
pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma abdomen
disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh
dari ketinggian.

B. SARAN
Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya trauma abdomen, faktor tertinggi
biasanyadisebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kemudian karena penganiayaan,
kecelakaan olahraga dan jatuh dari ketinggian. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
dikehendaki, hendaknya kita harus selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas, agar
terhindar dari bahaya trauma maupun cedera.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brooker, Christine Kamus Saku Keperawatan Ed.31. Jakarta: EGC


2. Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi
6. Jakarta: EGC.
3. Doenges Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
4. FKUI Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara.
5. Hudak & Gallo Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
6. Mansjoer, Arif Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI : Media Aesculapius
7. Sjamsuhidayat Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
8. Smeltzer, Suzanne C Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3.
: Jakarta: EGC.
9. Suddarth & Brunner Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai