Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

PUSKESMAS SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

Oleh:
I Putu Eka Ariawan S.Ked 16710278

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH
SKIZOFRENIA
PUSKESMAS SEDATI KABUPATEN SIDOARJO
PERIODE Agustus- September 2018

Laporan Kunjungan Rumah ini sebagi salah satu persyaratan untuk dapat mengikuti
ujian profesi dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Oleh :

I Putu Eka Ariawan S.Ked 16710278

Menyetujui

Dosen Pembimbing Dokter Pembimbing

Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati T, dr, S.KM dr. Henny Wahyuning Tyas
NIDK. 8851710016 NIP. 198009172011012006

Kepala Puskesmas Sedati


Kabupaten Sidoarjo

Dr. Diah Laksmisari


NIP. 197404212005012014

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan kunjungan
rumah ini tepat pada waktunya. Penyusunan laporan kunjungan rumah ini sebagai
bagian dari tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan sebagai salah
satu syarat kelulusan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
Atas terselesaikannya laporan Kunjungan rumah ini, saya menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya berserta staf.
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo beserta staf.
5. Dyah Laksmisari, dr. selaku Kepala Puskesmas Sedati Kabupaten Sidoarjo
beserta staf.
6. Henny Wahyuning Tyas, dr. selaku pembimbing di Puskesmas Sedati.
7. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati T, dr, S.KM selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada saya.
8. Rekan – rekan dokter muda dan semua pihak yang telah membantu
terselesaikan laporan Kunjungan rumah ini.
Saya menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat saya hargai guna penyempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Sedati, Agustus 2018

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
Cover… ......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan… .................................................................................. ii
Kata Pengantar… .......................................................................................... iii
Daftar Isi… ................................................................................................... iv
Daftar Tabel… .............................................................................................. vi
Daftar Gambar ............................................................................................... vii
Lembar Laporan Kunjungan rumah Keluarga .............................................. 1
Karakteristik Demografi Keluarga ................................................................ 2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah… ......................................................................... 6
1.3 Tujuan ............................................................................................... 6
1.4 Manfaat… ......................................................................................... 6
BAB II Hasil Kegiatan Kunjungan rumah
2.1 Identitas Pasien… ............................................................................. 8
2.2 Anamnesis… ..................................................................................... 8
2.3 Anamnesis Sistem Tubuh… ............................................................. 11
2.4 Pemeriksaan Fisik… ......................................................................... 14
2.5 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 15
2.6 Resume… .......................................................................................... 15
2.7 Patient Disease Centered .................................................................. 16
2.8 Penatalaksanaan… ............................................................................ 17
2.9 Follow Up ......................................................................................... 18
BAB III Identifikasi Keluarga dan Faktor Lingkungan
3.1 Faktor Keluarga ................................................................................. 22
3.2 Faktor Lingkungan… ........................................................................ 29

iv
BAB IV Daftar Masalah
4.1 Masalah Aktif… ................................................................................ 33
4.2 Faktor Resiko… ................................................................................ 33
4.3 Diagram H.L. Blum........................................................................... 33
4.4 Fish Bone .......................................................................................... 35
4.5 Daftar Permasalahan Kesehatan… .................................................... 36
BAB V Patient Management
5.1 Patient Centered Management .......................................................... 37
5.2 Prevensi Bebas Penyakit untuk Keluarga.......................................... 39
BAB VI Pembahasan
6.1 Identifikasi Masalah .......................................................................... 41
6.2 Prioritas masalah… ........................................................................... 43
6.3 Prioritas Penyelesaian Masalah ......................................................... 44
6.4 Rencana Usulan Kegiatan… ............................................................. 45
6.5 Rencana Pelaksanaan Kegiatan… ..................................................... 46
BAB VII Penutup
7.1 Kesimpulan… ................................................................................... 48
7.2 Saran… .............................................................................................. 48
Daftar Pustaka ............................................................................................... 50
Lampiran

v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel APGAR………………………………………………….. 25
Tabel 3.2 Tabel SCREEM…………………………………………………. 26
Tabel 4.1 Daftar Permasalahan Kesehatan………………………………… 36
Tabel 6.1 Identifikasi Masalah……………………………………………. 41
Tabel 6.2 Tabel Scoring…………………………………………………… 43
Tabel 6.3 Tabel Skala Prioritas Permasalahan Utama…………………….. 44
Tabel 6.4 Rencana Usulan Kegiatan……………………………………..... 45
Tabel 6.5 Rencana Pelaksanaan Kegiatan…………………………………. 46

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Konsep Derajat Kesehatan Menurut H.L Blum…… 5


Gambar 3.1 Genogram……………………………………………………. 23
Gambar 3.2 Pola Interaksi Keluarga……………………………………… 28
Gambar 3.3 Denah Rumah Pasien………………………………………… 31
Gambar 4.1 Konsep Derajat Kesehatan Menurut H.L.Blum……………… 33
Gambar 4.2 Identifikasi Permasalahan Kesehatan Pasien……………….... 34
Gambar 4.3 Fish Bone……………………………………………………... 35

vii
FORM HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH DOKTER KELUARGA


Berkas Pembinaan Keluarga

Puskesmas : Puskesmas Sedati No. RM : 13464


Tanggal kunjungan pertama kali 11 Agustus 2018
Nama pembimbing : dr. Henny Wahyuning Tyas
Nama pembina keluarga :
Nama DM Pembina : I Putu Eka Ariawan S.ked
Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu
periode pembinaan )
Tanggal Tingkat Paraf Paraf Keterangan
Pemahaman Pembimbing

1
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. D
Alamat lengkap : Jl. Sedati Agung III RT 01/RW 01 Kecamatan
Sedati Kabupaten Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket


dalam Klinik
keluarga (Y/T)

1 Tn. D Ayah L 52 Tahun S1 Wiraswasta T -


Kandung
pasien
2 Ny. K Ibu Kandung P 50 Tahun S1 Guru T -
pasien
3 Tn. A Anak L 26 Tahun SMA Wiraswasta T -
4 Tn. S Anak L 23 Tahun SMA Tidak Y Skizofrenia
Bekerja
5 Nn.K Anak P 20 Tahun SMA - T -

Sumber: Keterangan Keluarga oleh Ny. K (ibu pasien)

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama
dalam pikiran, emosi dan perilaku di mana berbagai pemikiran tidak saling
berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, afek yang datar atau
tidak sesuai dan berbagai gangguan aktifitas motorik yang bizzare (perilaku
aneh), pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali
masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi (Davison,
2010).
World Health Organization (WHO) diperkirakan bahwa sekitar 24 juta orang
di seluruh dunia mengidap skizofrenia. Data American Psychiatric Association
(APA) menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
Diperkirakan 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25
tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang beresiko tinggi karena pada tahap
usia perkembangan ini banyak sekali stressor kehidupan (American Psychiatric
Association, 2013).
Beberapa sumber menyebutkan pasien skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1%
dari perkiraan jumlah penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka
diperkirakan sebanyak 2 juta jiwa menderita skizofrenia. Skizofrenia merupakan
gangguan jiwa yang sangat luas di Indonesia dari data yang telah dihimpun, lebih
dari 80% penderita skizofrenia di Indonesia tidak di obati (Gunarsa, 2000).
Beberapa sumber menyebutkan pasien skizofrenia memiliki kemungkinan
yang kecil untuk sembuh secara total. Menurut Arif (2006), 80% pasien
skizofrenia mengalami kekambuhan. Maka dari itu, pasien skizofrenia
memerlukan perawatan yang berulang. Pasien skizofrenia juga harus
mendapatkan perawatan yang memadai dari keluarga, baik secara meteri, fisik,
maupun emosional setelah menjalani perawatan di rumah sakit (Gunarsa, 2000).

3
Skizofrenia adalah jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau
disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi
gejala–gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok(Maramis, 2009) :

1. Gejala–gejala primer (gangguan proses berpikir, gangguan emosi, gangguan k


emauan, autism)
2. Gejala–gejala sekunder (waham, halusinasi, gejala katatonik atau gangguan ps
ikomotor yang lain)

DSM IV menyebutkan bahwa tipe paranoid ditandai oleh keasikan


(preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering
dan tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe
terdisorganisasi atau katatonik. Secara klasik, skizofrenia tipe paranoid
ditandai terutama oleh adanya waham kejar atau waham kebesaran. Pasien
skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua dari pada pasien skizofrenik
terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama
penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya
mencapai kehidupan sosial yang dapat membantu mereka melewati
penyakitnya. Selain itu, kekuatan ego pasien paranoid cenderung lebih besar
dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid
menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon
emosional dan perilakunya dibandingkan tipe lain pada pasien skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikalnya adalah tegang, pencuriga, berhati-hati
dan tak ramah.Mereka juga dapat bersikap bermusuhan atau agresif.Pasien
skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka sendiri
secara adekuat di dalam situasi sosial.Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi
oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap berfungsi secara baik (Maslim,
Rusdi, 2003).

4
Konsep hidup sehat dari H.L Blum merupakan suatu konsep yang masih
digunakan secara luas dalam identifikasi dan pembahasan masalah sebagai
dasar suatu intervensi yang akan dilakukan di masyarakat.

Gambar 1.1 Diagram Konsep Derajat Kesehatan Menurut H.L Blum

Menurut H.L Blum ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat yang merupakan faktor determinan sebagai penyebab

timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor

perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya),

faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik

(keturunan).

5
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara lingkungan tempat tinggal pasien, kehidupan
sosial dan ekonomi pasien dengan penyakit yang diderita oleh pasien?
1.2.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi apakah ada hubungan antara lingkungan tempat tinggal
pasien, kehidupan sosial dan ekonomi pasien dengan penyakit yang diderita
oleh pasien
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan anggota keluarga yang di
kunjungi sesuai dengan penyakit dan instrumen yang ditetapkan oleh
Puskesmas Sedati.
2. Mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR.
3. Mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM.
4. Mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram.
5. Mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan.
6. Mengidentifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya.
7. Mengidentifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial dan ekonomi).
8. Sebagai salah satu tugas akhir kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi dokter muda
a. Sebagai pengalaman riil di lapangan melakukan proses pendataan yang di
analisis secara holistik
b. Mengetahui peran serta sarana pelayanan kesehatan pada penatalaksaan
penyakit di masyarakat.
c. Memupuk sikap peduli dan sikap menolong sebagai bekal menjadi
seorang dokter.
1.3.2 Manfaat bagi pasien dan keluarga
a. Meningkatkan kepuasan dan juga mengedukasi pasien dan keluarganya.

6
b. Meminimalisir angka kekambuhan penyakit dengan pemahaman
pengobatan yang baik.
1.3.3 Manfaat bagi sarana pelayanan kesehatan
a. Menjamin terpenuhnya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.
b.Mencapai derajat hidup yang baik dan dapat maksimal di masyarakat.
c. Evaluasi dan pembelajaran tambahan terhadap kondisi penyakit yang
berdampak pada lingkungan di masyarakat
1.3.4 Manfaat bagi individu tenaga kesehatan
a. Lebih meningkatkan pemahaman terhadap kasus skizofrenia.
b. Meningkatkan pemahaman holistik pada kondisi penyakit pada pasien,
keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
c. Lebih meningkatkan hubungan baik dengan pasien

7
BAB II

HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

2.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. S
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat :Jl. Sedati Agung III RT 01/01 Kec. Sedati
Kab.Sidoarjo.
Suku : Jawa
Tanggal pemeriksaan : 11 Agustus 2018
2.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama : Sering marah-marah

2. Riwayat Penyakit Sekarang

a. (Heteroanamnesa dari Ibu kandung pasien, tinggal satu rumah)

Pasien laki-laki usia 23 tahun, dikeluhkan oleh ibunya sering


marah-marah kepada kedua orang tuanya apabila permintaan pasien tidak
dituruti. Pasien marah-marah dengan cara berkata kasar sambil berteriak-
teriak kepada orang tuanya dan langsung melempar barang yang ada di
sekitarnya. Pasien juga dikeluhkan tidak mau keluar rumah. Saat ditanya
kenapa tidak keluar rumah, pasien menjawab bahwa ada orang yang
memata-matai pasien. Saat ditanya siapa yang memata-matai pasien,
pasien menjawab tetangga di sebelah rumahnya. Selain itu, pasien juga

8
dikeluhkan sering bicara sendiri. Ketika ditanya bicara dengan siapa,
pasien menjawab bicara dengan teman. Saat ditanya temannya dimana,
pasien hanya diam. Saat ini pasien juga dikeluhkan tidak mau minum obat
karena merasa bosan dan merasa dirinya tidak sakit.

Lima tahun yang lalu, pasien tidak diterima saat mendaftar di


AKPOL karena berat badan lebih. Setelah kejadian tersebut, pasien lebih
sering berdiam diri di kamar dan mulai mengkonsumsi obat penurun berat
badan tanpa sepengetahuan orang tua. Pasien menjadi sering marah-marah
tanpa alasan yang jelas. Pasien marah dengan cara berkata-kata kasar
dengan nada yang keras kepada semua anggota keluarga yang tinggal
dirumah, memukul kedua orang tua dan kakak kandungnya. Pasien juga
sering marah sambil melempar barang-barang. Pasien juga dikeluhkan
sering keluyuran keluar rumah, kemudian anggota keluarga mencari
pasien dan membawa pasien pulang. Saat ditanya kenapa keluyuran,
pasien menjawab mau mencari orang yang memata-matainya. Pasien juga
sering mendengar suara anak kecil yang mengatakan bahwa “kamu gendut
kamu gak cocok masuk AKPOL” pasien langsung menangis dan lari ke
orang tuanya. Saat pasien dulu SMA sering dibuly oleh teman-temannya
karena badan pasien yang gemuk, sehingga pasien tidak memiliki banyak
teman. Karena merasa perilaku anaknya mulai aneh, akhirnya kedua orang
tua pasien membawa ke RSUD Sidoarjo dan dirawat selama 1 bulan.
Setelah pulang dari RS pasien membaik dan patuh minum obat.

b. Autoanamnesa

Pasien laki-laki, wajah sesuai usia, penampilan cukup rapi. Pasien


tahu namanya saat ditanya, pasien mengenal orang tuanya, dan tahu dia
tinggal dimana. Pasien mengetahui saat ini siang hari, mengenal
lingkungan dan orang-orang disekitarnya dengan baik. Kemudian pasien

9
ditanya mengapa marah-marah sambil memukul orang tua dan kakaknya
pasien mengatakan ada yang menyuruhnya. Saat ditanya apakah saat ini
pasien masih mendengar bisikan, pasien menjawab bahwa kadang-kadang
masih mendengar bisikan, tapi pasien tidak menghiraukan suara tersebut.
Pada saat pasien ditanya kenapa tidak mau keluar rumah, pasien
menjawab ada orang yang memata-matainya. Saat ini pasien sudah dapat
melakukan aktivitas seperti mandi sendiri, tapi pasien jarang untuk sholat.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


- Trauma kapitis : tidak ditemukan
- Epilepsi : tidak ditemukan
- Kejang demam : tidak ditemukan
- Hipertensi : tidak ditemukan
- Diabetes : tidak ditemukan
- NAPZA : tidak ditemukan
- Alkohol : tidak ditemukan
- Merokok : pasien sering merokok di warung kopi depan
rumahnya.
- Pengobatan : pasien mendapat pengobatan dari Puskesmas, obat
diminum 2 kali sehari.
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti pasien.
5. Riwayat Gizi.
Pasien makan sehari biasanya 3 kali dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk seperti
tahu, tempe, daging ayam dan daging sapi, dll. Kesan gizi baik.
6. Activity Day Living (ADL)
- Makan : pasien makan sendiri tanpa disuruh
- Mandi :pasien mandi sendiri tanpa disuruh
- Tidur : pasien tidur bisa pada malam hari

10
- Ibadah : pasien jarang mau beribadah.
7. Riwayat Kehidupan Pribadi
- Perinatal : pasien dilahirkan di bidan.
- Pendidikan : pendidikan terakhir SMA
- Keluarga : pasien anak ke dua dari tiga bersaudara
- Pekerjaan : tidak bekerja.
- Pernikahan : belum menikah.
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya, kakak dan adik kandungnya yang
tinggal satu rumah. Di dalam keluarga pasien tidak bekerja. Bapaknya bekerja
sebagai pegawai swasta, ibu bekerja sebagai guru, kakak kandungnya bekerja
pegawai swasta, dan adik kandung masih sekolah SMA.
9. Riwayat Pengobatan
Pasien mendapat obat Resperidon 2mg (2x1/2tab) dan Trihexyphenydil 2mg
(2x1/2 tab) dari Puskesmas. Obat diminum 2x1 hari, setiap jam 7 pagi dan 5
sore.

2.3 Anamnesis Sisten Tubuh

1. Kulit : warna kulit sawo matang


2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala
(-), benjolan/borok di kepala (-)
3. Hidung :
- pernafasan cuping hidung : (-)
- septum deviasi : (-)
- Sadle nose : (-)
- Sekret : (-)
- Epistaksis : (-)
4. Mata :
- konjungtiva pucat : (-)

11
- Sklera ikterik : (-)
- alopesia alis dan bulu mata : (-)
- lagoflatmus : (-)
- penglihatan kabur : (-)
- pupil isokor : 3mm/3mm
- reflek kornea : (+/+)
- radang/ conjunctivitis/uveitis : (-/-/-)
5. Telinga :
- otorhea : (-)
- pendengaran berkurang : (-)
- sekret : (-)
6. Mulut :
- bibir kering : (-)
- bibir pucat : (-)
- lidah kotor : (-)
- papil lidah atrofi : (-)
- tepi lidah hiperemis : (-)
- tremor : (-)
7. Tenggorokan :
- dinding faring hiperemis : (-)
- nyeri telan : (-)
- tonsil membesar : (-)
8. Leher :
- penonjolan vena jugularis : (-)
- pembesaran kelenjar getah bening : (-)
- trakea di tengah : (+)
- pembesaran kelenjar tiroid : (-)
- lesi pada kulit : (-)
9. Kardiovaskuler :

12
- inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- palpasi : ictus cordis tidak teraba
- perkusi : batas kiri : ICS IV-V Mid clavicula sinistra
: batas kanan : ICS IV Parasternal line dextra
: batas jantung kesan tidak ada pembesaran.
- auskultasi : S1S2 tunggal, regular, mur-mur (-), bising (-)
10. Pulmo :
- inspeksi : gerakan nafas simetris
- palpasi : fremitus raba sama kiri dan kanan
- perkusi : sonor/sonor
- auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
11. Gastrointestinal :
- inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada.
- auskultasi : bising usus (+)
- palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba
- perkusi : timpani seluruh lapang perut.
12. Genitourinaria : BAK lancar, 3-4 kali/hari warna dan jumlah
biasa
13. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
14. Muskuluskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri
otot (-)
15. Ektermitas : superior dan inferior akral hangat, kering
merah (+/+), CRT < 2 detik, edema (-)
16. Pemeriksaan Psikiatrik:
a. Kesan umum :
- Fisik : laki-laki, wajah sesuai usia, penampilan cukup rapi
- Psikis : pasien tenang
- Prilaku : tenang

13
- Sikap : kooperatif
b. Kontak : mata (+), verbal (+), relevan, lancar
c. Kesadaran : jernih
d. Orientasi : waktu (+), tempat (+), orang (+)
e. Daya ingat : segera (+), pendek (+), panjang (+)
f. Mood/afek : eutimia / approriate
g. Proses berpikir :
- bentuk : non realistik
- arus : koheren
- isi : waham kejar
h. Persepsi : halusinasi auditorik (+), visual (-)
i. Intelegensi : kurang
j. Psikomotor : kurang
k. Kemauan : menurun
l. Tilikan 1
m. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

2.4 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : baik


2. kesadaran : composmentis
3. Tanda Vital :
- tensi : 120/80 mmHg
- nadi : 85 x/menit
- pernafasan : 20 x/menit
- suhu : 36,60 C kulit
4. kulit : warna kulit sawo matang.
5. Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut
tidak mudah dicabut, atrofi m. Temporalis (-), makula (-), papula (-),
nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

14
6. Sistem Collumna Vertebralis I: deformitas (-), skoliosis (-),
kiphosis (-), lordosis (-)

P: nyeri tekan (-)

7. Perneriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik : 5 5

5 5

Pemeriksaana saraf perifer :

 Nervus aurikularis magnus : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri


 Nervus ulnaris : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri
 Nervus poplitea lateralis : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri
 Nervus tibialis posterior : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri
Pemeriksaan sensorik : tidak ada kelainan.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.6 Resume Berdasarkan Anamnesis, Pemeriksaan dan Penunjang

Pasien laki-laki, usia 23 tahun, wajah sesuai usia, penampilan rapi. Pasien
mengenal waktu orang dan tempat. Dari autoanamnesa didapatkan bahwa pasien
masih sering mendengar bisikan, tapi pasien tidak menghiraukannya. Namun pasien
masih jarang keluar rumah, karena masih ada orang yang memata-matainya. Dari
heteroanamnesa, pasien dikeluhkan sering marah-marah apabila keinginan tidak
langsung dituruti. Pasien juga dikeluhkan bicara sendiri dan masih mendengar

15
bisikan. Saat ini pasien tidak rutin minum obat, karena merasa bosan dan tidak
merasa sakit.

Lima tahun lalu pasien tidak diterima di AKPOL karena berat badan lebih,
sehingga pasien lebih sering menyendiri dan mulai mengkonsumsi obat penurun berat
badan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Pasien juga marah dengan cara memukul
dan berkata kasar kepada semua anggota keluarga yang tinggal serumah, selain itu
pasien dikeluhkan mendengar bisikan yang menceritakan tentang dirinya yang gemuk
dan merasa curiga ada orang yang memata-matainya. Karena sikap pasien semakin
aneh kedua orang tau membawa pasien ke RSUD Sidoarjo dan dirawat selama 1
bulan.

Pemeriksaan fisik interna secara terperinci dan pemeriksaan neurologis dalam


batas normal. Pada pemeriksaan psikiatrik kesan umum : fisik : laki-laki, wajah
sesuai usia, penampilan cukup rapi, psikis tenang, prilaku tenang, sikap kooperatif.
Kontak mata (+), verbal (+), relevan, lancar, kesadaran jernih, orientasi waktu (+),
tempat (+), orang (+), daya ingat segera (+), pendek (+), panjang (+). Mood/afek
eutimia / appropriate, proses berpikir bentuk non realistik, arus koheren, isi
waham kejar. Persepsi halusinasi auditorik (+), visual (-), intelegensi kurang,
psikomotor kurang, kemauan meningkat, tilikan 1, taraf dapat dipercaya dapat
dipercaya.

2.7 Patient Disease Centered

2.7.1 Diagnosa Biofisik: -

2.7.2 Diagnosa Psikologis:


- Aksis I : - Skizofrenia Paranoid Remisi Tidak Sempurna (F20.04)
- Ketidak-patuhan terhadap pengobatan (Z 91.1)
- Aksis II : gangguan kepribadian skizoid
- Aksis III : tidak ditemukan

16
- Aksis IV : masalah pendidikan
- Aksis V : GAF 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum baik)

2.7.3 Diagnosa Sosial, Ekonomi, dan Budaya:

1. Interaksi di keluarganya kurang baik, kerana kedua orang tua sibuk bekerja

2. Pasien memiliki kepribadian pendiam, jarang cerita setiap ada masalah

3. Gang sebelah rumah pasien ada yang mengalami gangguan jiwa seperti
pasien.

4. Dulu pasien sering di buly sama temen-temannya.

5. Status ekonomi pasien cukup.

2.8 Penatalaksanaan

2.8.1 Non Medika Mentosa

1. Edukasi kepada pasien jika sudah membaik:


- Pengenalan penyakit, cara pengobatan, manfaat dan efek samping
pengobatan
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol ke
dokter
- Memotivasi pasien untuk terbuka dengan orang terdekat jika ada masalah
dan segera menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
2. Edukasi kepada keluarga
- Memberikan penjelasan mengenai gangguan yang di alami oleh pasien
sehingga dapat mendukung ke arah kesembuhan pasien
- Memberikan penjelasan kepada keluarga agar selalu ingat untuk
membawa pasien kontrol teratur dan memperhatikan pasien untuk selalu

17
minum obat teratur, serta mendukung pasien agar memiliki aktivitas
positif.
3. Edukasi kepada tetangga sekitar
- Memberikan penjelasan mengenai gangguan dan kondisi pasien, sehingga
tidak menjauhi atau merasa takut kepada pasien, dapat turut serta memba
ntu mengingatkan keluarga atau pasien untuk minum obat dan kontrol ter
atur.
2.8.2 Medika Mentosa

- Resperidon 2mg (2x1/2tab)


- Trihexyphenydil 2mg (2x1/2 tab)

2.8.3 Family Focused

Memberikan pemahaman kepada pasien beserta keluarga pasien mengenai


penyakit skizofrenia, dan gejala awal. Memberikan pemahaman diharapkan pasien
beserta keluarga dapat mengenali gejala awal dari skizofrenia, selain itu agar keluarga
tidak mengucilkan pasien.

2.8.4 Community Oriented

Membentuk komunitas pasien dengan penyakit yang sama, supaya pasien


dapat berkomunikasi atau bercerita meneganai pengalaman ke sesama penderita
skizofrenia, tentang keluhan yang sering dirasakan pasien. Sehingga pasien dapat
berinteraksi dengan sesama pasien.

2.9 Follow Up ( SOAP)

Tanggal 14 Agustus 2018

S: pasien merasa dirinya sudah sembuh, sehingga pasien malas untuk kontrol dan
minum obat. Pasien kadang- kadang marah kalau permintaannya tidak dituruti. Pasien

18
kadang-kadang masih mendengar suara-suara. Aktifitas sehari-hari pasien hanya
berdiam diri dirumah.

O: KU : cukup, compos mentis.

Tanda Vital:

- Tensi : 120/70 mmHg - Pernafasan : 20x/ menit


- Nadi : 85 x/ menit - Suhu : 36,6oC

Status Generalis :

- Kepala : A(-), I(-), C (-), D (-)


- Thoraks : simetris, Pulmo vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-).
- Abdomen : supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-).
- Ekstremitas : akral hangat (+), oedem (-)
- Status Neurologis : dalam batas normal
- Status mentalis : masih sama dengan perkiraan awal

A: Skizofrenia Paranoid Remisi Tidak Sempurna (F. 20.04) + Ketidak-patuhan


terhadap pengobatan (Z 91.1).

P : Non Medikamentosa

- Motivasi, latih, dan ajak pasien untuk mampu mengerjakan hal-hal yang
berguna
- Ajak pasien berbincang-bincang tentang hal-hal yang bersifat ringan dan
menarik bagi pasien seperti acara TV, sepak bola, berlibur.
- Berika obat sesuai dengan dosis dan petunjuk dokter, awasi pasien dalam
meminumnya, dan taati jangka waktu pemakaian obat.
- Control rutin ke dokter bila obat habis atau tampak efek samping obat yang
tidak biasa pada pasien, ataupun jika tidak tampak perkembangan yang
bermakna dalam kejiwaan pasien.

19
Medikamentosa

- Resperidon 2mg (2x1/2tab)


- Trihexyphenydil 2mg (2x1/2 tab)

Tanggal 18 Agustus 2018

S: pasien sudah mau minum obat secara teratur dan sudah mulai diawasi oleh orang
tuanya. Pasien kadang- kadang marah kalau permintaannya tidak dituruti. Pasien
kadang-kadang masih mendengar suara-suara. Aktifitas sehari-hari pasien hanya
berdiam diri dirumah.

O: KU : cukup, compos mentis.

Tanda Vital

- Tensi : 120/80 mmHg - Pernafasan : 20x/ menit


- Nadi : 80 x/ menit - Suhu : 36,6oC

Status Generalis :

- Kepala : A(-), I(-), C (-), D (-)


- Thoraks : simetris, Pulmo vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-).
- Abdomen : supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-).
- Ekstremitas : akral hangat (+), oedem (-)
- Status Neurologis : dalam batas normal
- Status mentalis : masih sama dengan perkiraan awal

A: Skizofrenia Paranoid Remisi Tidak Sempurna ( F. 20.04) + Ketidak-patuhan


terhadap pengobatan (Z 91.1).

20
P : Non Medikamentosa

- Motivasi, latih, dan ajak pasien untuk mampu mengerjakan hal-hal yang
berguna
- Ajak pasien berbincang-bincang tentang hal-hal yang bersifat ringan dan
menarik bagi pasien seperti acara TV, sepak bola, berlibur.
- Berika obat sesuai dengan dosis dan petunjuk dokter, awasi pasien dalam
meminumnya, dan taati jangka waktu pemakaian obat.
- Control rutin ke dokter bila obat habis atau tampak efek samping obat yang
tidak biasa pada pasien, ataupun jika tidak tampak perkembangan yang
bermakna dalam kejiwaan pasien.

Medikamentosa

- Resperidon 2mg (2x1/2tab)


- Trihexyphenydil 2mg (2x1/2 tab)

21
BAB III

IDENTIFIKASI KELUARGA DAN FAKTOR LINGKUNGAN

3.1 Faktor Keluarga


3.1.1 Struktur Keluarga
1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari ibu penderita (Ny.K), ayah penderita
(Tn.D). penderita (Tn. S) usia 23 tahun, kakak penderita (Tn. A) usia
26 tahun dan adik penderita (Nn. K) . Penderita tinggal serumah
dengan ibu, ayah, kakak laki-laki dan adik perempuan. Penderita
sehari-hari hanya berdiam diri dirumah dan menonton TV, ibu
penderita sebagai guru, dan ayah penderita bekerja sebagai pegawai
swasta, kakak laki-laki bekerja sebagai pegawai swasta, dan adik
perempuan masih sekolah SMA.
2. Fungsi Psikologis.
Hubungan komunikasi antar individu dalam keluarga sangat
kurang. Sehingga pasien masih suka menyimpan uneg-unegnya dan
masalahnya dibanding menyampaikan kepada salah satu anggota
keluarganya.
Permasalahan yang hadapi pasien ini tidak pernah diceritakan
ke orang tua dan kakak kandungnya, sehingga pasien tidak
menemukan jalan keluar atas permasalahan yang hadapinya.
3. Fungsi Sosial
Dalam masyarakat penderita dan keluarga penderita hanya
sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial
tertentu dalam masyarakat. Sejak belum sakit dalam kesehariannya
penderita jarang bergaul dengan teman sebaya. Dulu waktu masih
sekolah SMA pasien sering dibuly oleh teman sebayanya.

22
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari kedua orang tuanya yang
bekerja. Penghasilan sekitar 3.500.000 perbulan. Penghasilan tersebut
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum
dan iuran listrik. Untuk kebutuhan air dengan menggunakan pompa air.
Memasak menggunakan kompor gas dengan tabung gas LPG. Makan
sehari-hari dengan nasi lauk bervariasi, dan frekuensi makan 2-3 kali
sehari.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Pasien termasuk orang yang cukup pendiam dan suka menyendiri.
Dalam setiap masalah pasien tidak mau bercerita kepada keluarga.
3.1.2 Bentuk Keluarga Genogram
Alamat lengkap : Jl. Sedati Agung III RT 01/01 Kec. Sedati
Kab.Sidoarjo
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Gambar 3.1 Genogram


Sumber : Data Primer, 11 Agustus 2018
Keterangan :
: Laki-laki : Laki-laki meninggal

: Perempuan : Perempuan meninggal

:Pasien

23
3.1.3 Fungsi Keluarga

1. APGAR SCORE
ADAPTATION

Pasien dalam menghadapi masalah jarang membicarakan pada anggota


keluarganya, pasien lebih sering menyimpan dan memendam masalahnya
sendiri. Pasien tidak pernah mengeluhkan penyakitnya, karena pasien merasa
dirinya tidak sakit. Hal ini dapat dibuktikan pada saat permasalahan yang
menjadi pemicu keluhan ini muncul, pasien tidak mau membaginya dengan
keluarga. Dalam membantu memecahkan masalah yang dimiliki pasien,
keluarga hanya mampu memberitahu pasien tanpa tindakan yang berarti,
karena pasien sangat susah untuk diberitahu, pasien hanya melawan.
Dukungan dan pendampingan dari petugas kesehatan menumbuhkan
kepatuhan penderita dalam menjalani pengobatan.

PARTNERSHIP

Penderita menyadari bahwa dirinya adalah anggota keluarga, komunikasi


antar keluarga kurang baik, karena kedua orang tuanya sibuk bekerja,
keluarga harus tetap memperhatikan kondisi penderita

GROWTH

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari pasien dibebaskan untuk melakukan


hal apapun yang ia inginkan, namun tetap tidak melanggar norma yang ada.
Pasien dijinkan berkeliaran keluar rumah, selagi tidak menggangu
kenyamayan dan ketentraman warga sekitar seperti nongkrong di warung kopi
yang ada di depan rumahnya. Namun dalam memotivasi dirinya untuk
sembuh, pasien tidak ada. Kondisi dan kegiatan pasien hanya berdiam
dirumah dan monoton hanya sebatas itu saja.

24
AFFECTION

Penderita merasa hubungan kasih dan interaksi dengan masing-masing


individu yang ada dalam rumah tersebut kurang diperhatikan oleh keluarga,
dibuktikan saat pasien sedang kambuh, pasien dibawa langsung ke RS.

RESOLVE

Dalam membagi waktu kebersamaan dalam keluarga penderita kurang, karena


kedua orang tuanya bekerja, kakak pasien bekerja, adiknya sekolah. Pasien sering
sendirian dirumah, maka komunikasi kurang.

Tabel 3.1 Tabel APGAR

Sering/ Kadang- Jarang


APGAR Tn. S Terhadap Keluarga
selalu kadang /tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga 


saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas 


dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima 


dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 


mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 


membagi waktu bersama-sama

25
Skoring

Sering/Selalu 2

Kadang – kadang 1

Jarang/tidak 0

Kategori Penilaian

Kurang :≤5

Cukup :6-7

Baik : 8 - 10

Fungsi fisiologis keluarga Tn. S terhadap seluruh anggota keluarga dengan


total poin 5 dimana fungsi keluarga dalam keadaan kurang.

2. Fungsi Keluarga SCREEM Score

SCREEM
Fungsi patologis dari keluarga Tn. S dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M
sebagai berikut

Tabel 3.2 Tabel SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang kurang baik antar anggota +


keluarga dan saudara, karena kedua orang tua
dan kakak pasien sibuk bekerja. Hubungan
dalam masyarakat juga terganggu karena kondisi
penderita yang dianggap membahayakan
lingkungan sekitar.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya -

26
baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-
hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan,
banyak tradisi budaya yang sudah tidak diikuti.

Religius Sebelum sakit pemahaman agama baik. Penerapan


ajaran agama baik, hal ini dapat dilihat dari pasien
+
dan keluarga menjalankan sholat dengan tepat
waktu. Namun setelah sakit pasien tidak rutin
beribadah.

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong ekonomi -


menengah ke atas, untuk memenuhi kebutuhan
primer dan sekunder sudah bisa terpenuhi.

Edukasi Pendidikan anggota keluarga sudah memadai. -


Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki
fasilitas pendidikan seperti buku-buku, koran
cukup. Pendidikan dan pengetahuan tentang
penyakit pasien memadai

Medical Belum mampu menggunakan pelayanan kesehatan +


yang secukupnya. Dalam mencari pelayanan
kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan
Puskesmas hal ini mudah dijangkau karena
letaknya dekat dengan rumah, namun kesadaran
untuk datang berobat masih kurang.

Kesimpulan :

Keluarga Tn. S memiliki masalah dalam hal interaksi sosial antara keluarga,
terjadi pembatasan aktifitas, kurang komunikasi dan interaksi terhadap
penderita, karena kedua orang tua dan kakak pasien sibuk bekerja. Sejak sakit
pasien jarang ibadah, dan kesadaran pasien untuk berobat masih kurang kerana
merasa pasien tidak sakit dan sudah sembuh.

27
3.1.4 Pola Interaksi Keluarga

Ayah Ibu Penderita


penderita

Penderita Saudara pasien

Gambar 3.2 Pola Interaksi Keluarga

Keterangan : : hubungan baik

: hubungan tidak baik

Hubungan antara Tn. S dengan kedua orang tua, kakak kandung dan adiknya
berjalan hubungan kurang baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik,
tetapi pasien kurang mendapat perhatian dari orang tua dan saudaranya.

3.1.5 Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan ?


Jawab :

Membawa ke tempat pelayanan kesehatan.

2. Ketika penderita bertindak seperti itu, apa yang dilakukan oleh keluarga?
Jawab :

Keluaraga mendukung apa yang dilakukan penderita, walaupun terkadang


terjadi perbedaan pendapat.

28
3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :

Dibutuhkan ijin kedua orang tua penderita, karena ia sebagai yang merawat
pasien. Namun sebelumya melalui musyawarah dengan anggota keluarga
lainya.

4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?


Jawab :

Tidak ada

5. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?


Jawab :

Tidak ada.

6. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?


Jawab :

Tidak ada

3.2 Faktor Lingkungan


3.2.1 Lingkungan
1. Lingkungan Sekitar
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 12x15 m2 yang
berdempetan dengan rumah tetangganya. Disamping kanan, kiri dan
belakang rumah pasien terdapat rumah tetangga. Di depan rumah pasien
terdapat gang yang kecil hanya cukup sepeda motor yang masuk,
depannya terdapat rumah tetangga pasien yang sering diajak berinteraksi
oleh keluarga pasien. Terdiri dari empat ruang kamar tidur, dapur, kamar
mandi yang memiliki fasilitas jamban keluarga, ruang tamu, terdapat 2
pintu keluar, yaitu 1 pintu depan rumah, 1 pintu belakang di rumah. Untuk

29
memasak, menggunakan kompor gas. Jendela ada 3 buah, terletak di
bagian depan rumah. Di depan rumah terdapat teras yang berukuran 1x2
m. Lantai rumah semua terbuat dari ubin. Ventilasi dan penerangan rumah
sudah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng yang ditutup langit-
langit. Setiap kamar menggunakan dipan untuk meletakkan kasur kecuali
kamar penderita tidak menggunakan dipan. Dinding rumah terbuat dari
batu bata yang sudah di cat berwarna putih. Perabotan rumah tangga
cukup. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini
menggunakan mesin pompa air yang di gabungkan dengan air
sumur.Secara keseluruhan kebersihan rumah terkesan cukup. Sehari-hari
keluarga memasak dengan kompor gas.

30
2. Denah Rumah

Gudang Kamar mandi Dapur Kamara pasien

sumur

Kamar tidur
kakak pasien Lemari

Meja Makan
Kamar Tidur adik penderita

RUANG TAMU
Kamar Tidur orang tua

Jendela Pintu Jendela

Teras Rumah

Gambar 3.3 Denah Rumah Pasien


3.2.2 Akses Pelayanan Kesehatan
Akses pelayanan kesehatan cukup dekat dengan rumah pasien, namun
masalah utama adalah pasien tidak mau berobat kerana sudah bosan minum obat dan
merasa dirinya sudah sembuh. Kedua orang tuanya sibuk bekerja, kakak kandung
bekerja dan adik kandung sekolah.

31
3.2.3 Identifikasi Faktor Prilaku dan Non Prilaku

1. Faktor Perilaku Keluarga


Tn. S tinggal di lingkungan rumah yang padat penduduk. Kedua orang
tua dan kakak kandung pasien kurang mendapat perhatian dan berkomunikasi
dengan pasien, dan pasien juga memiliki kepribadian tertutup, jika ada masalah
pasien jarang bercerita dengan orang tuanya.

2. Faktor Non Perilaku

Dari segi perekonomian, keluarga ini termasuk keluarga menengah ke


atas. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari kedua orang tuanya dan
kakak penderita yang bekerja sebagai pegawai swasta.

Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memenuhi standar kesehatan.


Lantai sudah dikeramik, pencahayaan ruangan dan ventilasi yang sudah cukup.
Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah
Puskesmas Sedati.

32
BAB IV

DAFTAR MASALAH

4.1 Masalah Aktif


1. Skizofrenia Paranoid Remisi Tidak Sempurna
2. Ketidakpatuhan minum obat
3. Kurangnya perhatian dari kedua orang tua
4.2 Faktor Resiko
1. Pasien tidak menyadari bahwa pasien sakit.
2. Pasien memiliki kepribadian yang pendiam, yang tidak mau menceritakan
masalahnya dengan keluarga.
3. Komunikasi antara keluarga yang kurang.
4. Di gang sebelah rumah pasien, ada yang menderita seperti pasien.
4.3 Diagram Permasalahn Kesehatan Pasien (H.L Blum)
Konsep hidup sehat dari H.L Blum merupakan suatu konsep yang
masih digunakan secara luas dalam identifikasi dan pembahasan masalah
sebagai dasar suatu intervensi yang akan dilakukan di masyarakat. Menurut H.L
Blum ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
yang merupakan faktor determinan sebagai penyebab timbulnya masalah
kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku atau gaya hidup
(life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor
pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturun

Genetik

Derajat Pelayanan
Lingku Kesehat
ngan Kesehatan
an

Perilaku

Gambar 4.1 Konsep Derajat Kesehatan menurut H.L. Blum

33
Faktor Keturunan
Tidak ada riwayat
penyakit keturunan di Faktor
keluarga pasien Pelayanan
Kesehatan:
Faktor Lingkungan:
1. Hubungan 1. Kurangnya
keluarga terjalin
penyuluhan
kurang baik.
2. Pasien dulu Tn. S kepada
sering dibuly. Skizofrenia masyarakat
3. Gang sebelah paranoid tentang
rumah pasien penyakit
ada menderita skizofrenia
seperti pasien 2. Belum adanya
konseling bagi
Faktor Perilaku: penderita yang
sudah di
1. Pasien senang menyendiri diagnosis
2. Pasien tertutup jika ada masalah
3. Pasien jarang sholat.
4. Pasien tidak patuh minum obat

Gambar 4.2 Identifikasi Permasaahn Kesehatan

34
4.4 Identifikasi Penyebab Masalah Fish Bone

INPUT Jarang Sholat PROSES


Belum adanya kader
Belum adanya dana Tidak di terima terlatih yang berperan
untuk melakukan di AKPOL untuk melakukan
pelatihan para kader pendekatan
mengenai Community Jarang bersosialisasi dengan Community Mental
Mental Health tetangga di lingkungan sekitar Health Nursing
Nursing (CMHN) rumah (CMHN)
.
Kurang Percaya
Sering menyendiri Diri
Tidak patuh
Sering memendam masalah
minum obat Skizofrenia
pada
Sdra. S

Sering dibully Kurangnya


perhatian dari kedua
orang tua.

Belum terbentuknya
komunitas dan Di lingkungan pasien
pemberdayaan skizofrenia ada yang menderita
gangguan jiwa

LINGKUNGAN

35
4.5 Daftar Permasalahan Keseahatn
Tabel 4.1 Daftar Permasalahan Kesehatan
No. Teori Blum Masalah Keterangan

1. Prilaku A 1. Pasien tidak patuh minum obat


2. Pasien senang menyendiri
3. Pasien tertutup jika ada masalah
4. Pasien jarang sholat
5. Jarang bersosialisasi dengan tetangga
disekitar rumah
2. Lingkungan B 1. Hubungan keluarga terjalin kurang baik.
2. Pasien dulu sering dibuly.
3. Gang sebelah rumah pasien ada menderita
seperti pasien
4. Belum terbentuknya komunitas dan
pemberdayaan penderita skizofrenia
3. Genetik C Tidak ditemukan
4. Pelayanan D 4. Belum adanya kader terlatih yang berperan
untuk melakukan pendekatan Community
Kesehatan
Mental Health Nursing (CMHN)
5. Belum adanya dana untuk melakukan
pelatihan para kader mengenai Community
Mental Health Nursing (CMHN)

36
BAB V

PATIENT MANAGEMENT

5.1 Patient Centered Management


1. Medikamentosa
a. Resperidon 2mg (2x1/2tab)
b. Trihexyphenydil 2mg (2x1/2 tab)
2. Non Medikamentosa

1. Dukungan Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kepercayaan diri pasien. Antara lain dengan cara :
a. Memberikan konseling serta memotivasi pasien dalam melakukan
pengobatan.
b. Memberikan edukasi kepada orang tua pasien agar dalam proses pengobatan
memberikan perhatian lebih kepada pasien dan harus sabar dalam
menghadapi pasien.
c. Jangan mengucilkan atau merendahkan diri pasien di depan orang
d. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.
e. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa, mengaji dan memohon hanya kepada
Tuhan YME. Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi
sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem psikologis
antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang penyakitnya,

37
kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami akibat penyakitnya.
Menentramkan hati penderita dengan memberikan edukasi tentang
penyakitnya dan dapat terjadi remisi. Faktor yang paling penting adalah
ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter. Diharapkan
pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap penyakitnya
maupun keluarga dan lingkungan sekitarnya, serta membangun semangat
hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas
hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Conseling dan Pendidikan bagi Pasien


Memberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah tentang
gangguan jiwa. Perhatikan semua kebutuhan pasien termasuk berkomunikasi,
makan, minum, dan mandi. Perhatikan hal-hal yang menimbulkan rasa sedih
atau marah pasien, dan sebisa mungkin hindarkan pasien dari hal-hal
tersebut, motivasi dan latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya secara
mandiri, motivasi, latih, dan ajak pasien untuk mampu mengerjakan hal-hal
yang berguna (misalnya bersih-bersih rumah) dengan perlahan-lahan, dimulai
dengan lebih sering memujinya jika pasien melakukan hal berguna dengan
baik. Ajak pasien berbincang-bincang tentang hal-hal yang bersifat ringan dan
menarik bagi pasien seperti acara TV, sepak bola, dan lain-lain. Jangan terlalu
sering memarahi dan menasehati pasien, karena hal itu akan menjadikan
pasien merasa tertekan dan memperlambat proses rehabilitasinya, berikan
obat sesuai dengan dosis dan petunjuk dokter, awasi pasien dalam
meminumnya, dan taati jangka waktu pemakaian obat, perhatikan efek
samping obat yang terlihat pada pasien. Kontrol rutin ke dokter bila obat
habis atau tampak efek samping obat yang tidak biasa pada pasien, ataupun
jika tidak tampak perkembangan yang bermakna dalam kejiwaan pasien.
Pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan kesembuhannya
melalui program pengobatan dan rehabilitasi yang dianjurkan oleh dokter. Juga

38
harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita termasuk
akibat penyakitnya terhadap hubungan dengan keluarganya, pemberian konseling
jika dibutuhkan. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri
sendiri. Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri pasien
bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga
ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam
jadwal kontrol, keteraturan minum obat.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri
Menimbulkan kembali rasa percaya diri dan tanggung jawab pada pasien
penderita skizofrenia diperlukan ketekunan dari keluarga dan petugas kesehatan
yang melakukan perawatan pada pasien. Keluarga dapat memberikan penjelasan
kepada pasien melalui komunikasi yang baik antar anggota keluarga. Penjelasan
berupa pentingnya memiliki keyakinan bahwa penderita dapat sembuh dan
melakukan aktifitas untuk dirinya sendiri. Keluarga dan petugas kesehatan tidak
ragu untuk memberikan tindakan langsung berupa perbaikan kondisi dan
penampilan pasien. Melatih pasien untuk kembali merawat diri. Melatih pasien
meningkatkan activity day living yang dimilikinya. Hal ini dititik beratkan lebih
pada waktu dan keinginan anggota keluarga dalam merawat pasien.

5.2 Prevensi Bebas Penyakit untuk Keluarga

Gangguan jiwa memang diturunkan. Jika ada seorang penderita


skizofrenia kawin dengan penderita skizofrenia juga, maka kemungkinan
anaknya mengalami gangguan jiwa skizofrenia juga akan semakin besar,
walaupun belum tentu seorang pasien skizofrenia lahir dari ayah ibu yang
salah satunya skizofrenia. Penelitian genetik tentang hal ini masih terus
dilakukan dan masih akan terus menghasilkan penemuan-penemuan yang
hasilnya akan dapat diketahui beberapa tahun kedepan. Prevensi bebas
penyakit untuk keluarga lainnya bisa berupa:

39
c. Pengobatan
Pengobatan ditujukan sebgai langkah pengobatan dini saat
gejala yang muncul dapat ditangani. Jadi, jika dalam suatu keluarga
dimana orang-orang terdekat memiliki gejala skizofrenia, segera bawa
ke dokter dan lakukan pengobatannya.
d. Obat-obatan
Dasar treatment yang dilakukan oleh penderita Skizofrenia
adalah dengan mengkonsumsi obat-obatan yang diajurkan oleh dokter.
Fungsi obat-obatan ini adalah agar dapat mengontrol gejala yang
muncul pada penderita. Pilihan obat juga disesuaikan dengan
kebutuhan penderita. Jika penderita adalah pribadi yang masih bisa
diminta untuk mengkonsumsi obat secara rutin, maka obat-obat seperti
pil dan tablet akan diberikan. Namun jika kondisi pasien sudah tidak
dapat mengorganisir obat yang dikonsumsi secara teratur, maka dokter
akan menyuntikan obat ketika pasien berkunjung. Bantuan keluarga
juga sangat dibutuhkan dalam hal ini.
e. Pelatihan Psikososial
Jika pengobatan medis sudah dilakukan, penderita juga perlu
ditunjang dengan terapi sosial. Guna terapi Skizofrenia ini adalah
untuk melatih penderita Skizofrenia agar tetap dapat hidup di dalam
keluarga dan masyarakat. Kenyataan jika Skizofrenia tidak memiliki
penyebab yang pasti membuat kita sulit melakukan tindakan
pencegahan kepada pasien. Jika penderita Skizofrenia adalah orang
terdekat anda, cara terbaik mencegah Skizofrenia agar tidak semakin
parah adalah dengan terus memberikan dorongan agar penderita
memiliki semangat untuk sembuh dari penyakitnya.

40
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi Masalah


Tabel 6.1 Identifikasi Masalah
No. Teori Blum Masalah Keterangan

6. Prilaku A 1. Pasien tidak patuh minum obat


2. Pasien senang menyendiri
3. Pasien tertutup jika ada masalah,
4. Pasien jarang sholat.
5. Jarang bersosialisasi dengan tetangga dise
kitar rumah
7. Lingkungan B 1. Hubungan keluarga terjalin kurang baik.
2. Pasien dulu sering dibuly.
3.Gang sebelah rumah pasien ada
menderita seperti pasien
4. Belum terbentuknya komunitas dan
pemberdayaan skizofrenia
3. Genetik C Tidak ditemukan
4. Pelayanan D 1. Belum adanya kader terlatih yang berperan
Kesehatan untuk melakukan pendekatan Community
Mental Health Nursing (CMHN)
2. Belum adanya dana untuk melakukan
pelatihan para kader mengenai Community
Mental Health Nursing (CMHN)
3. Belum terbentuknya komunitas
Skizoprenia.

41
1. Faktor Keturunan / Genetik
Pada genogram Tn. S ditemukan tidak adanya faktor keturunan yang
mempengaruhi penyakit.
2. Faktor Lingkungan
Dari faktor fisik seperti lingkungan rumah, biologis, dan kultural, tidak
berhubungan dengan kejadian skizofrenia. Namun pada lingkungan sosial
seperti hubungan keluarga terjalin kurang baik, pasien dulu sering dibuly dan
gang sebelah rumah pasien ada menderita seperti pasien dapat mempengaruhi
kejadian penyakit skizofrenia.
3. Faktor Perilaku
Pasien tidak patuh minum obat, senang menyendiri, pasien tertutup
jika ada masalah, jarang sholat, dan jarang bersosialisasi dengan tetangga
disekitar rumah. Untuk masalah perilaku ini disarankan agar keluarga dan
masyarakat sekitar dapat melibatkan penderita dalam kegiatan – kegiatan
sederhana, dan keluarga dapat memeberikan perhatian lebih kepada pasien
sehingga pasien merasa di perhatikan. Selain itu melalui kader desa atau petugas
kesehatan rutin melakukan konseling kepada pasien, dan memotivasi pasien agar
lebih terbuka dan patuh dalam pengobatan.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan
Belum maksimalnya peran kader desa dalam pelayanan kesehatan jiwa
sehingga diperlukan penyuluhan dari pihak kesehatan mengenai peran kader
dalam kesehatan jiwa. Namun, upaya yang dilakukan puskesmas dalam
pendampingan secara langsung terhadap keluarga maupun penderita sudah
cukup baik.

42
6.2 Prioritas Masalah (Tabel Scoring)

Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada kasus diatas dapat


menggunakan system scoring. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
penyelesaian masalah berdasarkan skala prioritasdari yang tertinggi sampai yang
terendah.

Tabel 6.2 Tabel Scoring

Tidak patu Kurang perhatian Belum terbentuknya komunitas


NO Parameter h minum o orang tua dan pemberdayaan skizofrenia
bat
1 Prevalence 5 3 4

2 Severity 4 2 4

3 Rate% 5 3 4
Increase
4 Degree of unmeet 5 5 5
Need
5 Social Benefit 5 5 4

6 Public Concern 4 3 4

7 Technical feasibility 5 2 2
Study
8 Resources Availability 5 4 3

Jumlah 38 27 26

4,75 3.375 3.25

43
6.3 Prioritas Penyelesaian Masalah

Tabel 6.3 Skala Prioritas Permasalahan Utama

No Kegiatan M I V C P (MxIxV/C)

Health Education kepada


penyakit Skizofrenia dan
1 4 3 4 4 12
kepatuhan minum obat

Pembentukan komunitas
2. 4 3 3 4 9
skizofrenia

Pemberdayaan penderita
3. skizofrenia 3 2 3 3 6

Keterangan :
P : Prioritas jalan keluar
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini dilaksan
akan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementation, kelanggengan selesainya masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, biaya yang diperlukan
Berdasarkan hasil skoring ini maka diketahui bahwa kurangnya keteraturan
pasien meminum obat menjadi permasalahan utama, selain itu terdapat masalah pada
kurangnya keterbukaan dari pasien kepada anggota keluarga serta kurangnya
sosialisasi tentang penyakit pasien kepada masyarakat sekitar

44
6.4 Rencana Usulan Kegiatan
Tabel 6.4 Rencana Usulan Kegiatan

Volume Tenaga Kebutuhan


No Kegiatan Sasaran Target Lokasi Jadwal
Kegiatan Pelaksana Pelaksanaan
1. pasien sadar bahwa
pasien sakit dan
memerlukan pengobatan.
Health - Ruangan
Penderita 2. keluarga pasien Tenaga 25 dan 31
Education 2x Rumah - Kursi
1 dan mengerti bahwa kesehatan Agustus
kepada pasien - pamflet
keluarga menyediakan waktu untuk Puskesmas. 2018
keluarga Tn.S
mendengarkan cerita
pasien, sangat membantu
dalam proses pengobatan
- Konsumsi
- Kepala - Ruangan
Ruang
Pembentukan desa 3 dan 8 - Kursi
Penderita 80% pada penderita pertemuan
2 komunitas 2x - Tenaga September - Buku
skizofrenia skizofrenia Puskesmas
skizofrenia kesehatan 2018 - Pulpen
Sedati

- Buku
Setiap - Pulpen
Kader
Pemberdayaan bulan - Alat lukis
Penderita Penderita bisa melatih diri Setiap Tenaga ahli di
3 penderita Balai desa pada - Alat
skizofrenia bekerja secara mandiri Bulan bidang seni,
skizofrenia minggu menjahit
penjahit,
pertama - Alat musik

45
6.5 Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Tabel 6.5 Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Volume Rincian Tenaga Kebutuhan


No Kegiatan Sasaran Target Lokasi Jadwal
Kegiatan Kegiatan Pelaksana Pelaksanaan
1.Pasien sadar
bahwa pasien sakit
dan memerlukan
pengobatan
Health Menginformasikan kepada
Penderita 2.Keluarga pasien
Education mengerti bahwa 2x keluarga pasien Tn. S, bahwa Tenaga 25 dan 31 - Data
dan Rumah Tn.
1 kepada menyediakan waktu akan mengunjungi rumah pasien kesehatan Agustus - Pulpen
keluarga S - Buku
keluarga dan memberikan informasi yang Jiwa 2018
Skizofrenia untuk
Tn.S mendengarkan mengenai penyakit pasien.
cerita pasien sangat
membantu dalam
proses pengobatan.

1. Pasien memiliki 1. Memiliki petugas kesehatan


kegiatan yang jiwa dan kader.
produktif 2. Memberitahukan kepada
Pasien semua keluarga pasien - Konsumsi
2. Pasien dapat
Skizofrenia Skizofrenia yang ada di wilayah - Ruangan
termotivasi dan Ruang Tenaga
Pembentukan yang ada di kerja Puskesmas Sedati untuk 3- 15 - Laptop
meningkatkan pertemuan kesehatan
2 Komunitas wilayah 2x mengikutkan setiap pasien September - Mic
kepercayaan diri Puskemas jiwa dan - LCD
Skizofrenia kerja Skizofrenia dalam komunitas 2018
pasien beraktualisasi Sedati kader - Kursi
puskesmas yang dibentuk.
diri dan
Sedati 3. Melaksanakan kegiatan pada
pengembangan
potensi diri yang hari yang telah disepakati
dimiliki. bersama.

46
Petugas Setiap - Data
Keluarga
Evaluasi 100% dari jumlah Setiap Pemberian kuesioner ke keluarga Kesehatan bulan - Pulpen
3 penderita Balai desa Buku
Kegiatan sasaran bulan pasien. dan kader Minggu
Skizofrenia
kesehatan pertama

47
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

1. Segi Psikologis :
- Tn. S, 23 tahun menderita skizofrenia paranoid remisi tidak sempurna +
Ketidah-patuhan terhadap pengobatan.
- Pasien pendiam jika ada masalah, tidak mau bercerita ke orang tuanya.
2. Segi Sosial :
- Penderita merasa komunikasi dan perhatian orang tuanya ke pasien masih
kurang
- Penderita dulu sering dibuly dan sebelah gang rumah pasien ada
menderita gangguan jiwa juga.
3. Segi fisik :
- Secara fisik lingkungan rumah pasien dapat menerima kondisi pasien dan
mendukung proses pengobatan pasien.
4. Segi Pelayanan Kesehatan
- Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskemas sudah baik. Namun
dalam kasus Tn. S, kesadaran untuk melakukan pengobatan secara
menyeluruh masih kurang, karena Tn. S merasa sudah tidak sakit.
7.2 Saran

Untuk masalah medis (Skizofrenia) berulang dilakukan langkah-langkah :


a. Preventif :
Penderita diminta untuk menghindari stress dan menceritakan tentang
perasaannya dan permasalahan yang dihadapi.
b. Promotif :
Edukasi mengenai penyakit skizofrenia sehingga masyarakat mengerti
dan paham mengenai skizofrenia, sehingga masyarakat dapat

48
menghindari faktor yang menjadi penyebab skizofrenia dan apabila ada
keluarga yang menderita penyakit tersebut, anggota keluarga dan
masyarakat dapat berpartisipasi dalam mendukung proses pengobatan.

c. Kuratif:
Medikamentosa dan non medikamentosa, penderita harus memahami
pentingnya minum obat dan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan secara
teratur, Perlu diadakan terapi kelompok bagi penderita skizofrenia.

49
DAFTAR PUSTAKA

Davidson, G.C. 2010.Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajagrafindo Permai.

Amerika Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorder Edition “DSM 5”. American Psychiatric Publishing. Washinton DC.

Gunarsa, S. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT Gunung Mulia.


Jakarta

Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga.

Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari P
PDGJ-III. Jakarta: Editorial Board PPDGJ

50
LAMPIRAN

51
52

Anda mungkin juga menyukai