Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PERILAKU KEORGANISASIAN SAP XII

“Budaya Organisasi”

Oleh

Kelompok V

Putu Evi Rosalinda Dewi 1607521044 (80)

AA Istri Tia Maharani 1607521084 (80)

I Putu Dicky Mahardika 1607521141 (80)

I Gusti Putu Putra Suambara 1607521107 (80)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
PEMBAHASAN

12.1 PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI


Budaya Organisasi Menurut Para Ahli :

1) Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya


organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh
organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
2) Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya
organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola
tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
3) Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang
dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
4) Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh
organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang
mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota
organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru
sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang
dihadapi.
5) Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan
berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi
dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang
kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

12.2 FUNGSI BUDAYA

Menurut Robbins (1996 ), fungsi budaya sebagai berikut :

1) Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
2) Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3) Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri individual seseorang.
4) Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
5) Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.

12.3 TIPOLOGI BUDAYA

Menurut Siagian (2002:200-201) diketahui empat tipe budaya organisasi, yaitu:

a. Tipe akademi

Dalam organisasi, para anggotanya diharapkan atau bahkan dituntut untuk menampilkan
prestasi yang semaksimal mungkin.

b. Tipe klub

Seorang anggota organisasi yang baik diharapkan memenuhi kriteria kecocokan, loyalitas,
dan komitmen.

c. Tipe tim olah raga

Dalam organisasi keberhasilan akan diraih apabila para anggotanya mampu bekerja sebagai
tim dan bukan selaku ’pemain individual’.

d. Tipe benteng

Organisasi dimaksudkan untuk keamanan para anggota organisasinya.

12.4 MENCIPTAKAN DAN MEMPERTAHANKAN BUDAYA

Terdapat tiga hal yang berperan penting dalam mempertahankan budaya

organisasi :

1. Proses seleksi karyawan. Dalam proses ini organisasi berupaya untuk mengidentifikasi para

calon-calon karyawan yang akan direkrut oleh organisasi, biasanya akan terdapat lebih dari

satu calon yang dapat teridentifikasi. Individu-individu yang akan direkrut diidentifikasi
dalam hal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan agar berhasil dalam menjalankan

pekerjaan dalam perusahaan.

Dalam hal lebih dari satu calon yang teridentikasi untuk menjadi karyawan dalam perusahaan

tersebut, maka keputusan akhir adalah mengenai sejauh mana kecocokan dari calon tersebut

dengan nilai-nilai yang pada intinya selaras dengan nilai-nilai budaya organisasi perusahaan.

Demikan juga dengan calon karyawan, dalam proses seleksi memberikan gambaran

mengenai nilai-nilai budaya organisasi perusahaan yang akan dimasuki. Apabila calon

tersebut merasa kurang cocok, maka yang bersangkutan akan mundur teratur dari persaingan.

2. Manajemen puncak. Peran yang tak kalah pentingnya dalam memelihara dan

mempertahankan budaya organisasi adalah manajemen puncak. Tindakan dan perilaku

manajemen puncak sangat berpengaruh terhadap budaya organisasi. Para bawahan dan

eksekutif senior menjadikan manajemen puncak sebagai standard dan acuan dalam mereka

berperilaku dalam organisasi serta memantapkan norma-norma yang terkait dalam organisasi

terkair sejauh mana pengambilan resiko diharapkan, seberapa banyak kebebasan yang harus

diberikan oleh para manajer senior kepada para karyawan, pakaian apa yang pantas, promosi

dan lain sebagainya.

3. Doktrinisasi. Setiap karyawan baru tidak serta merta mengerti, memahami dan mampu

beradaptasi dengan budaya organisasi secara keseluruhan. Oleh sebab itu perusahaan wajib

memberikan sosialisasi dan doktrinisasi kepada karyawan tersebut untuk dapat memahami

secara detail tentang budaya organisasi dari perusahaan tersebut.

Salah satu hal yang paling penting dari masa perekrutan adalah memilih karyayawan dengan

kepribadian yang pas serta memberitahu para calon karyawan tentang organisasi secara

keseluruhan. Setiap individu yang datang adalah mereka datang dengan sekumpulan nilai,

sikap dan harapan tertentu mencakup pekerjaan yang akan dijalankan dan organisasi.
Keberhasilan para pendatang baru tersebtu terletak pada sejauh mana mereka mampu

mengetahui secara tepat harapan dan keinginan dari mereka-mereka yang ada didalam

organisasi khususnya mereka yang bertanggung jawab pada proses seleksi.

12.5 BAGAIMANA CARA KARWAYAN MEMPELAJARI BUDAYA

Menurut Stephen B. Robbin & Timothy A. Judge, terdapat berbagai bentuk transmisi

budaya organisasi yang ditansfer kepada para karyawan, antara lain :

1. Penceritaan kisah. Kisah-kisah heroik, pelanggaran terhadap aturan, kesuksesan,

pengurangan tenaga kerja, pemindahan karyawan reaksi terhadap kesalahan masa silam dan

penanganan organisasi banyak bergulir dibeberpa organisasi.

Kisah-kisah tersebut mengandung para pendiri organisasi dalam narasinya. Kisah-kisah

tersebut melabuhkan masa kini ke masa silam serta memberikan penjelasan dan legitimasi

atas praktek-praktek yang berjalan saat ini.

2. Ritual. Adalah serangkaian aktivitas berulang yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-

nilai dasar organisasi, sasaran apa yang terpenting, orang aman yang penting dan orang mana

yang bias dikeluarkan dari organisasi.

3. Simbol-simbol material. Simbol-simbol material menyampaikan kepada karyawan siapa

yang penting, tingkat egalitariansime yang diinginkan oleh manajemen puncak, dan jenis

perilaku (berani mengambil resiko, konservatif, otoriter, parsitipatif, individualistis, social)

yang tepat.

4. Bahasa. Dari waktu ke waktu organisasi terus mengembangkan istilah-istilah khas untuk

menggambarkan perlengkapan, kantor, personalia, pemasok, pelanggan atau produk yang

terkait dengan bisnisnya. Karyawan baru sering kerepotan dengan berbagai akronim dan

jargon yang kemudian sepenuhnya menjadi bagian dari bahasa mereka.

Anda mungkin juga menyukai