Oleh
Nama : Wahyu Nopilia Achmad
Npm : 1613034018
Program Studi : Pendidikan Geografi
Data-data kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS meliputi data makro dan data
mikro. Data makro kemiskinan adalah data yang hanya menunjukkan jumlah
agregat dan persentase penduduk miskin. Data ini dihasilkan dari Survei Sosial dan
Ekonomi Nasional (Susenas). Sedangkan data mikro kemiskinan dilakukan dengan
menggunakan kriteria akses terhadap kebutuhan dasar. Data mikro ini dihasilkan
dari Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS). Perbedaan antara data
kemiskinan makro dan mikro di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Perbandingan antara Data Kemiskinan Makro dan Data Kemiskinan
Mikro
DATA KEMISKINAN MAKRO DATA KEMISKINAN MIKRO
1. Metodologi: 1. Metodologi:
- Konsep: Basic Needs Approach - Konsep: Multi Dimensi
- Pendekatan Moneter - Pendekatan Non Moneter
- Didasarkan pada Garis Kemiskinan - Didasarkan pada Indeks atau Proxy
Makanan (2100 kkal/kapita/hari)+Non Means Test (PMT) dari ciriciri
Makanan esensial Rumah Tangga Miskin (variabel non-
moneter) yang dapat dikumpulkan
dengan mudah
2. Sumber data: Susenas tahunan 2. Sumber data: Pendataan Sosial
Ekonomi Tahun 2005 (PSE-05),
PPLS 2008, PPLS 20111.
Metodologi: - Konsep: Multi
Dimensi - Pendekatan Non Moneter -
Didasarkan pada Indeks atau Proxy
Means Test (PMT) dari ciriciri
Rumah Tangga Miskin (variabel non-
moneter) yang dapat dikumpulkan
dengan mudah
3. Data menunjukkan jumlah penduduk 3. Data menunjukkan jumlah RT
miskin di level nasional, provinsi, dan sasaran – by name by address
kabupaten/kota berdasarkan estimasi
4. Digunakan untuk perencanaan dan 4. Digunakan untuk target sasaran
evaluasi program kemiskinan dengan rumah tangga secara langsung pada
target geografis, tapi tidak dapat Program Bantuan dan Perlindungan
menunjukkan siapa dan dimana alamat Sosial (BLT, PKH, Raskin,
penduduk miskin Jamkesmas, dsb)
Perbedaan antara Data Kemiskinan Makro dan Mikro dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Angka kemiskinan yang selama ini digunakan oleh Pemerintah adalah angka
kemiskinan makro yang dihitung dengan menggunakan Susenas. Angka
kemiskinan makro digunakan untuk memberikan gambaran kondisi secara makro
dan untuk kepentingan perencanaan secara makro. Mulai tahun 2011, survei untuk
mendapatkan angka kemiskinan makro dilakukan 4 (empat) kali dalam setahun.
Selain angka kemiskinan makro, Badan Pusat Statistik (BPS) juga melakukan
sensus pendataan rumah tangga sasaran melalui PPLS yang akan menghasilkan
angka kemiskinan mikro. Angka tersebut digunakan untuk perencanaan
program/kegiatan secara mikro, khususnya untuk program/kegiatan yang sifatnya
targeted. Angka kemiskinan mikro dikeluarkan setiap 3 tahun sekali dan pada tahun
2011 dilakukan perubahan metode pendataan, yaitu dengan mendata 40%
penduduk dengan penghasilan terendah.
Data makro kemiskinan adalah data yang hanya menunjukkan jumlah agregat. Data
ini dihasilkan dengan menggunakan nilai garis kemiskinan, dimana penduduk
miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Data ini digunakan untuk mengukur
kemiskinan absolut yang ditentukan berdasarkan ketidakmampuan seseorang untuk
mencukupi kebutuhan pokok minimum dengan menggunakan standar
pengukuran/variabel penentu yang sama untuk seluruh wilayah. Untuk mengukur
kemiskinan absolut, dibutuhkan batasan Garis Kemiskinan absolut, seperti anjuran
dari berbagai lembaga internasional seperti PBB, FAO, dan sebagaianya. Garis
kemiskinan absolut dapat dibandingkan antar waktu, antar daerah, maupun antar
negara (jika garis kemiskinan absolut yang digunakan sama).
Tingkat pendidikan adalah suatu kondisi jenjang pedidikan yang dimiliki oleh
seseorang melalui pendidikan formal yang dipakai oleh pemerintah serta disahkan
oleh departemen pendidikan. Tingkat pendidikan di indonesia masih tergolong
rendah diakibatkan faktor ekonomi di indonesia yang masih rendah juka kedua
faktor ini saling berkaita satu sma lainnya
PEMBAHASAN
Lampung sebagai salah satu propinsi di Indonesia juga berjuang untuk mengatasi
kemiskinan di daerahnya dengan beragam kebijakan baik nasional maupun areaal
antara lain bantuan langsung tunai (BLT), pelayanan kesehatan gratis
(JAMKESMAS), pendidikan gratis dsb. Efektifitas kebijakan ini dapat dilihat dari
turunnya persentase penduduk miskin dari tahun ke tahun meski persentase
penurunannya bertahap, hal ini bisa dilihat dari tabel berikut:
Pada tabel tersebu kita dapat menegetahui bahwasan provinsi lampung memiliki
kabupten atau kota sebanyak 14 dan memilii tingkat kemiskinan yang cukup tinggi
sal satu kabupaten atau kota yang memiliki tingkat kemiskinan yang rendah adalah
mesuji sebanyak 14,6 sementara kabupaten lamung timur memilii tingkat
kemiskinan yang tinggi sebanyak 180,8. Penyebab tingkat kemikinan di kabupaten
mesuji rendah adalah faktor tingkat dan laju pertumbuhan penduduknya rendah dan
lapanan pekerjaan banyak sehingga tingkat kemiskinannya rendah semstara
kabuoaten lampung timur tingkat kemiskinannya inggi disebbakan ingkat
pertumbuhan penduduk serta laju pertumbuhan penduduknya banyak dan lapangan
pekerjaannya sedikit sehingga tingka esmikinannya tinggi.
Kesimpulan
Provinsi Lampung masih dikategorikan sebagai provinsi yang masih tinggi tingkat
kemisinannya serta tingkat pendidikannya yang masih rendah dibandingkt Provinsi
lainnya seperti provinsi di pulau jawa yang tingkat pendidikannya cukup tinggi
serta tinggkat kemiskinanyya cukup rendah.
Saran
Dalam hal ini sangat di perlukan peran pemerintah untuk mengatasi tingkat
kemiskinan di Provinsi Lampung yang cukup tinggi dan tingkat pendidikan yang
tergolong masih rendah.