Anda di halaman 1dari 5

Menurut data KPAI, jumlah kasus pendidikan per tanggal 30 Mei 2018, berjumlah 161 kasus, adapun

rinciannya; anak korban tawuran sebanyak 23 kasus atau 14,3 persen, anak pelaku tawuran sebanyak 31
kasus atau 19,3 persen, anak korban kekerasan dan bullying sebanyak 36 kasus atau 22,4 persen, anak
pelaku kekerasan dan bullying sebanyak 41 kasus atau 25,5 persen, dan anak korban kebijakan (pungli,
dikeluarkan dari sekolah, tidak boleh ikut ujian, dan putus sekolah) sebanyak 30 kasus atau 18,7 persen.

Untuk itu, dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional kali ini, KPAI akan mengkampanyekanstop
bullying dan menggelar roadshow ke beberapa daerah dengan menggandeng Young Lex dan Surya Film.

Retno Listyarti mengatakan, KPAI akan mensosialisasikan dampak buruk bully bagi tumbuh kembang
anak. Nantinya, ucap dia, Young Lex akan menyampaikan tips kepada siswa dalam menghadapi cyber
bullying. "Para artis Surya Film juga menyampaikan pengalaman mereka dirundung saat menjadi siswa
dan bagaimana harus berjuang mengatasinya," tuturnya.

Rangkaian acara kampanye stop bullying ke sekolah-sekolah ini ditutup dengan memilih lima siswa
untuk menjadi duta stop bullying di sekolah. Selain itu, semua elemen sekolah akan membacakan petisi
serta membuat cap telapak tangan ppada petisi. "Cap telapak tangan ini menyimbolkan tolakbully dan
kekerasan dalam bentuk apa pun," ucap Retno.

Roadshow yang digelar KPAI di 13 kota di Indonesia ini sudah berlangsung mulai 17 Juli 2018 hingga 31
Juli 2018 nanti. Beberapa kota tersebut adalah Jakarta, Bogor, Depok Tangerang, Bekasi, Semarang,
Solo, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Medan, Palembang dan Makassar.

Kasus bully masih saja terjadi padahal jelas-jelas sudah banyak kampanye yang
ditunjukan untuk tidak lagi melakukan bully.
Sedihnya lagi kasus bully marak terjadi dikalangan remaja yang mentalnya
masih belum sanggup berfikir rasional.
Banyak akhirnya di antara mereka yang tidak kuat dibully dan memutuskan untuk
mengakhiri hidup karena seringnya mendapat bullyan.
Amanda pada tahun 2012 membuat video yang menjadi sangat viral.
Video tersebut berisikan tulisan-tulisan apa yang ia rasakan.
Sebulan setelah Amanda membuat video tersebut, Amanda akhirnya menghabisi
nyawanya sendiri.
Amanda adalah korban dari kasus pembullyan internert.
Awalnya Amanda yang masih berusia sekitar 12 tahun mencoba menggunakan
aplikasi chat yang menggunakan video dengan orang asing.

Pada saat itu ia baru pertama kali mencoba aplikasi chat tersebut.
Amanda yang masih muda dan labil terbujuk rayuan seorang pria yang
dikenalnya lewat video chat tersebut, akhirnya mau membuka bajunya saat
melakukan video chat.
Amanda berfikir video chat tersebut tidak akan tersimpan dan hanya lewat saja.
Tapi ternyata si pria sudah mengcapture foto Amanda saat dirinya membuka
baju.
Selang setahun pria tersebut kembali lagi menghubungi Amanda dan
menyancam Amanda apabila tidak menuruti kemauannya, dia akan
menyebarkan foto Amanda.
Tentu Amanda tidak mau melakukan hal-hal yang dikatakan oleh pria tersebut.
Akhirnya hal menakutkan pun terjadi.
Foto Amanda disebar ke teman-teman Amanda.
Amanda kemudian dibully oleh teman-temannya sampai Amanda memutuskan
pindah sekolah hingga pindah kota.
Namun Amanda selalu diikuti oleh kesalahan kecilnya tersebut.

Berapa kalipun Amanda pindah sekolah, pria tersebut terus mengirimkan teror.
Menyebarkan foto topless Amanda ke teman sekolahnya.
Akhirnya Amanda tidak kuat dan bunuh diri.

Setelah ibunya menikah lagi, Diky Kurniawan, warga Malang, remaja berusia 19 tahun memilih menjadi
pengedar narkoba.

Remaja yang baru masuk kuliah di perguruan tinggi swasta di Malang itu, akhirnya ditangkap oleh Unit
Idik II Satreskoba Polrestabes Surabaya. Dalam pemeriksaan, Diky mengaku stres sejak ibunya menikah
lagi.

"Saya tidak suka dengan ayah tiri saya, saya tidak mau tinggal dan kenal sama dia," kata Diky, saat di
Polrestabes Surabaya, Minggu (2/3/2014).

Sejak lulus SMA 2013 lalu, Diky pulang ke Malang tinggal bersama ibu dan adiknya, untuk melanjutkan
kuliah di pendidikan keguruan.

Namun dia tidak betah lagi tinggal di rumahnya, dan sering pergi ke Surabaya tinggal bersama temannya
yang seorang pengedar narkoba di Wonokromo Surabaya.

Akibatnya, Diky pun menjadi pemakai ganja. Ketika pikirannya penat karena masalah keluarga, dia
memilih menghisap ganja sebagai pelarian.

"Kalau sumpek memikirkan kondisi rumah saya hisap ganja," kata Diky.
Diky mengaku tidak suka dengan ayahnya, karena sering menghina ibu kandungnya.

Diky pun sering bertengkar dengan ayah tirinya itu, sehingga dia sering minggat ke Surabaya untuk
bertemu teman-temannya.

Diky pun tidak bisa berbuat banyak, karena kini ibunya tidak lagi bekerja. Sedangkan ayah tirinya itu
menjadi tulang punggung keluarganya.

Munsir Nasution (21) dengan keji membunuh rekannya, Abu Bakar (22), hanya karena dendam. Setelah
membunuh, pelaku bisa diringkus pihak kepolisian.

"Pelaku Munsir Nasution sudah kita amankan untuk diproses lebih lanjut. Dia membunuh rekannya
hanya karena sakit hati terus dendam untuk membunuh," kata Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru
Kompol Bimo Aryanto kepadadetikcom, Selasa (15/5/2015).

Bimo menjelaskan, dari tangan pelaku, pihaknya menyita barang bukti pisau dan tempat pisau.
Selanjutnya polisi menyita pakaian tersangka yang penuh bercak darah.

"Tersangka mengaku kesal dengan korban karena dituduh mencuri. Ditambah lagi adanya transaksi jual-
beli sepeda motor yang tidak tuntas antara mereka," kata Bimo.

Pembunuhan itu terjadi, kata Bimo, pada Minggu (13/5) sekitar pukul 01.00 WIB di Jl Keliling Tenayan
Raya, rumah korban. Dua hari sebelum pembunuhan, tersangka dengan sengaja mengasah pisaunya di
rumah sepupunya.

Setelah pisau diasah dengan tajam, tersangka mendatangi rumah korban. Mereka bertemu di dekat
rumah korban sembari minum kopi bersama. Sekitar pukul 04.00 WIB, mereka pun berboncengan
sepeda motor.

Tak jauh dari lokasi pertemuan, keduanya terlibat pertengkaran mulut dan terjadi perkelahian. Pisau
yang sudah dipersiapkan pelaku langsung ditusukkan ke perut korban.

"Korban sempat melawan dan menahan pisau itu, tapi tangan korban luka akibat pisau tajam itu," kata
Bimo.

Tersangka terus melakukan penyerangan. Pisau kembali dia gorokkan ke leher korban hingga sekarat.

"Melihat korban sekarat, tersangka membawa korban ke rumah sepupunya. Alasannya bahwa mereka
menjadi korban begal. Tak lama, korban pun tewas," kata Bimo.

Hasil penyidikan, ternyata pelakunya ada Munsir sendiri. Hanya, pagi itu kepada warga dia mengaku
sebagai korban begal.
"Siang harinya tersangka langsung kita tangkap setelah kita melakukan olah TKP," tutup Bimo.
(cha/asp)

Seorang pelajar kelas IX di salah satu SMA swasta di Balikpapan Tengah, Adikodrati,
18, menjadi otak pencurian yang merugikan korban hingga puluhan juta rupiah. Ia
memimpin kelompok pemuda untuk menggasak uang dan benda-benda berharga SMP
Santo Mikail, almamaternya sendiri.

"Saya alumnus sekolah itu," kata Adi di ruang Reserse Kriminal, Polres Balikpapan,
dikutip dari Kaltim Post (Jawa Pos Grup), Rabu (25/4).

Rupanya aksi pencurian sekolah yang berlokasi di belakang Makodam VI/Mulawarman


itu sudah berlangsung cukup lama. Aksi pertama dilakukan Adi saat ia duduk di kelas
VII sekolah itu.

Ilustrasi pencurian. Selain menggasak uang, komplotan Adi juga menggondol benda-
benda berharga seperti laptop dan proyektor. (dok. JawaPos.com)
Pada 2016, Adi mengajak Effendi, 18, yang putus sekolah. Dia lupa tanggal persis
kejadian itu. Yang dia ingat, ketika tengah malam mereka memanjat pagar depan
sekolah.

Lantas, mereka menuju ruang tata usaha (TU). Effendi berhasil mencongkel jendela
ruang TU dengan menggunakan linggis.

"Kami ambil dua unit laptop, dan uang Rp 10 juta dari dalam laci," aku Adi.

Uang hasil curian dibagi-bagi dan digunakan untuk mabuk serta mengunjungi tempat
hiburan malam. Aksi kedua mereka lanjutkan dengan sasaran sekolah yang sama,
pada 2017.

Modusnya sama, mereka memanjat pagar depan sekolah, kemudian memasuki ruang
TU. Kali ini, keduanya berhasil menggasak uang Rp 15 juta.

"Saya pakai untuk foya-foya, Pak. Ke tempat hiburan malam dan beli makan," ucap Adi.

Pada aksi ketiga, Adi mengajak kakak kelasnya yang sudah lulus, Marcel, 18, dan
seorang pria teman nongkrong bareng, Pasya, 20. Keempat orang tersebut, Adi,
Effendi, Marcel, dan Pasya kembali membobol SMP Santo Mikail pada 8 Maret 2018.

Dari aksi tersebut, komplotan ini memperoleh uang Rp 6 juta. Selain itu, mereka juga
menggondol satu pemutar DVD, gitar, ponsel, serta dua unit proyektor.

"Uangnya dibagi. Proyektornya sempat dijual Rp 900 ribu dua unit," terang Adi.
Aksi komplotan Adi berakhir pada Senin (23/4) ketika keempat orang tersebut diciduk
tim Jatanras Polres Balikpapan, di lokasi berbeda. Adi ditangkap di rumahnya, di Telaga
Sari, Balikpapan Kota.

Dia pun mengaku menyesali perbuatannya lantaran telah membuat orang tua malu.
"Malu, Pak. Orang tua tahu kalau saya mencuri. Saya janji tak akan mengulanginya,"
katanya.

Anda mungkin juga menyukai