Anda di halaman 1dari 11

 Definisi Hujan

Definisi hujan yang lainnya adalah sebuah peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan yang berasal dari
atmosfer yang berwujud cair maupun beku ke permukaan bumi) berwujud cairan. Hujan membutuhkan
keberadaan lapisan atmosfer tebal supaya dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas
permukaan Bumi.

 Mekanisme Terjadinya Hujan

 Sinar matahari menyinari bumi, energi dari sinar matahari ini mengakibatkan terjadinya evaporasi
(penguapan) di lautan, samudra, danau, sungai dan sumber air lainnya sehingga dihasilkan uap-uap
air.
 Uap-uap air ini akan naik pada ketinggian tertentu dan akan mengalami peristiwa yang disebut
kondensasi. Peristiwa kondensasi ini diakibatkan oleh suhu sekitar uap air lebih rendah daripada
titik embun uap air.
 Kemudian Uap-uap air ini akan membentuk awan. Lalu, angin (yang terjadi karena perbedaan
tekanan udara) akan membawa butir-butir air ini.
 Butir-butir air ini akan menggabungkan diri (proses ini disebut koalensi) dan akan semakin
membesar akibat turbelensi udara, butir-butir air ini akan tertarik oleh gaya gravitasi bumi sehingga
jatuh ke permukaan bumi.
 Dan ketika jatuh ke permukaan bumi, butir-butir air ini akan melewati lapisan yang lebih hangat di
bawahnya. Sehingga butir-butir air sebagian kecil menguap lagi ke atas dan sebagian lainnya jatuh
ke permukaan bumi sebagai hujan.

 Jenis dan Bentuk Hujan

Berikut ini adalah jenis-jenis hujan :

1. Hujan Siklonal

Hujan siklonal terjadi karena adanya udara yang panas, suhu lingkungan yang tinggi serta
bersamaan dengan angin yang berputar putar. Biasanya terjadi di daerah yang di lewati garis khayal
khatulistiwa atau ekuator. Hal ini di sebabkan karena adanya pertemuan antara angin pasat timur
laut dengan angin pasat tenggara. Setelah itu angin tersebut naik, lalu menggumpal di atas awan
yang berada di garis ekuator.
Setelah awan tersebut sampai pada titik jenuhnya, hujan ini akan mengawali dengan
mendung yang sangat gelap setelah itu turunlah hujan yang membasahi keseluruh permukaan
bumi yang memberikan dampak positif kepada seluruh makhluk hidup yang hidup di bumi dan
dinantikan oleh makhluk hidup yang ada di bumi.
2. Hujan Orografis

Merupakan hujan yang terjadi karena adanya angin yang mengandung uap air, kemudian arah
pergerakannya secara horizontal. Perjalanan angin tersebut harus melewati pegunungan yang
menyebabkan suhu angin menjadi dingin akibat adanya proses kondensasi. Lalu pembentukan titik-
titik air yang mulai mengendap yang akan menyebabkan terjadinya hujan pada lereng gunung yang
menghadap ke arah datangnya angin tersebut yang biasanya bergerak secara horizontal, dan angin
akan bertiup terus mendaki pengunungan dan menuruni lereng tetapin angin tidak membawa uap
air lagi sehingga di lereng yang membelakangi arah datangnya angin tidak akan turun
hujan. Kemudian karena berat massa air yang semakin besar, di mana tidak mampu di bawa oleh
angin, maka turunlah hujan di atas pegunungan.

3. Hujan Frontal

Hujan jenis ini bisa terjadi karena adanya pertemuan antara massa udara yang dingin dan suhu
yang rendah dengan massa udara yang panas dan suhu yang tinggi. Saat bertemu, suhu udara yang
rendah dan massa udara yang dingin lebih berat dari pada suhu tinggi dan massa udara yang panas,
menyebabkan uap yang di bawa udara dingin jatuh dengan lebat di atas permukaan bumi. Biasanya
perbedaan ke dua massa tersebut bertemu di bidang front, yakni salah satu tempat yang paling
mudah terjadi kondensasi dan pembentukan awan.
4. Hujan Muson

Angin yang terjadi karena adanya pergerakan semu tahunan matahari dengan garis balik utara
dan garis balik selatan. Hujan ini turun dalam kurun waktu tertentu. Dan dari sebab inilah yang
menyebabkan musim kemarau dan penghujan. Di negara kita, Indonesia juga sering terjadi angin
muson. Yakni pada bulan Oktober sampai dengan April. Makanya biasanya pada bulan bulan ini
sering kali datang hujan.

5. Hujan Zenithal

Hujan ini terjadi akibat adanya pertemuan angin pasat timur laut dengan angin pasat tenggara,
sehingga membentuk gumpalan dan naik secara vertikal karena terkena pemanasan ke atas awan.
Hal ini menyebabkan awan yang memiliki massa berat mengalami penurunan suhu, yang
menyebabkan terjadinya proses kondensasi. Karena air yang menggumpal tadi sampai pada titik
jenuhnya, akhirnya turunlah hujan. Karena letak turun hujan ini berada di atas garis khayal ekuator
atau khatulistiwa

6. Hujan Asam

Biasanya hujan memiliki ph netral (7). Namun ada juga hujan yang memiliki ph rendah, yakni
di bawah 5 atau 6 derajat keasaman. Inilah yang di namakan dengan hujan asam. Hal ini bisa terjadi
ketika karbondioksida (CO2) yang berada di udara bisa larut dengan air hujan. Kemudian air hujan
yang awalnya memiliki ph asam lemah (6) bereaksi dengan CO2 atau karbondioksida tadi dan
hasilnya adalah air yang bertambah asam. Air yang memiliki ph di bawah 5 tadi naik ke atas awan
dan menggumpal. Kala massa awan sudah melewati batas jenuh, jatuhlah ke permukaan bumi.

Manfaat hujan asam ini mampu mempercepat pelarutan mineral yang ada di dalam tanah,
dimana sangat di butuhkan oleh flora dan fauna. Sayangnya hujan asam ini membawa dampak
buruk pada manusia, yakni mempercepat proses korosi pada besi. Jika anda melewati papan
reklame yang terpasang di toko toko yan sudah keropos, itu merupakan salah satu bukti hujan
asam, Menjadi sangat berbahaya jika selalu terjadi hujan asam di tempat yang banyak
jembatannya. Sebab bisa mengeroposkan pegangan jembatan (yang biasanya terbuat dari besi)
tersebut.

7. Hujan Meteor

Hujan meteor akan terjadi ketika matahari terbenam, kemudian muncul perseid dimana saat
itu juga terlihat dengan jelas keberadaannya sistem tata surya seperti Planet Venus, Saturnus,
Mars, juga bulan sabit di barat secara bersama sama. Perseid merupakan salah satu nama rasi
bintang Perseus. Banyak orang beranggapan bahwa hujan meteor ini berasal dari arah munculnya
rasi bintang tersebut. Kecepatan meteor yang jatuh tersebut bisa mencapai 60 kilo meter per jam
dengan keadaan cahaya yang terang dan panjang. Adanya hujan meteor ini menawarkan
keindahan lain, yakni munculnya fireball. Ketika anda melihat cahaya yang paling terang dan
paling besar berjalan di antara meteor meteor lainnya, itulah yang di namakan dengan fireball.

8. Hujan Buatan

Hujan yang di buat langsung oleh manusia dengan teknik menambahkan curah hujan.
Caranya dengan penyemaian awan atau di kenal dengan cloud seeding atau membuat awan
menggumpal dan di semai sehingga memberikan efek turun hujan. Hal ini kerap dilakukan di
daerah yang membutuhkan hujan alami, namun sayangnya hujan tersebut tidak kunjung turun.

Cara menurunkan hujan ini melalui proses fisika, yakni dengan melibatkan proses
tumbukan dan penggabungan (collision dan coalescence) kemudian di olah dengan proses
pembentukan es atau ice nucleation. Lalu pemilihan awan yang memiliki kandungan air cukup
banyak. Fungsinya agar massa yang di tambahkan tadi cukup untuk menurunkan hujan tersebut
ke permukaan bumi yang memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia. Seperti
pada fungsi danau bagi kehidupan manusia yang di penuhi air dikarenakan turunnya hujan yang
stabil sehingga tidak menyebabkan kekeringan.

 Bentuk Hujan Berdasarkan Ukuran

Hujan yang ada sekarang ini banyak di teliti dan di ukur diameternya adalah :

1. Hujan gerimis : biasanya di sebut dengan dizzle yang memiliki diameter < 0,5 mm
2. Hujan salju : terbuat dari Kristal es dengan ukuran beragam dimana suhunya < 0⁰ Celcius
3. Hujan batu es : biasanya turun di suhu yang tinggi dan cuaca panas, namun batu es ini
tetap bersuhu di bawah 0⁰ celcius
4. Hujan deras : inilah yang biasa di sebut rain dengan suhu di atas 10⁰ celcius dan memiliki
diameter kurang lebih 7 mm.
 Metode Pengukuran Curah Hujan

Berdasarkan mekanismenya, alat pengukur curah hujan dibagi menjadi dua golongan yaitu
penakar hujan tipe manual dan penakar hujan tipe otomatis (perekam).

1) Penakar Hujan Tipe Manual

Alat penakar hujan manual pada dasarnya hanya berupa container atau ember yang telah diketahui
diameternya. Pengukuran hujan dengan menggunakan alat ukur manual dilakukan dengan cara air hujan
yang tertampung dalam tempat penampungan air hujan tersebut diukur volumenya setiap interval waktu
tertentu atau setiap satu kejadian hujan. Alat penakar hujan manual ada dua jenis, yaitu:

1. Penakar Hujan Ombrometer Biasa

Penakar hujan ini tidak dapat mencatat sendiri (non recording),bentuknya sederhana terbuat dari
seng plat tingginya sekitar 60cm di cat alumunium, ada juga yang terbuat dari pipa paralon tingginya 100
cm. Prinsip kerja Ombrometer menggunakan prinsip pembagian antara volume air hujan yang ditampung
dibagi luas mulut penakar. Ombrometer biasa diletakan pada ketinggian 120-150 cm. Kemudian luas
mulut penakar dihitung, volume air hujan yang tertampung juga dihitung.

Cara pengamatan:

 Pengamatan dilakukan setiap hari pada pukul 07.00 waktu setempat atau pada jam-jam tertentu
 Letakan gelas penakar di bawak kran dan kran dibuka agar airnya tertampung ke dalam gelas ukur
 Jika curah hujan melebihi 25mm sebelum mencapai skala 25mm kran dapat ditutup dahulu dan dilakukan
pencatatan. Lalu dilanjutkan sampai air dalam baik habis dan dicatat
 Pembacaan curah hujan pada gelas penakar dilakukan tepat pada dasar menikusnya
 Bila dasar menikus tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala yang terdekat dengan menikusnya
 Bila dasar menikus tepat pada pertengahan antara dua garis skala, diambil atau dibaca ke angka ganjil,
misal 17,5mm menjadi 17mm, 24,5 mm menjadi 25 mm.

2. Penakar Hujan Ombrometer Observatorium

Penakar hujan tipe observatorium adalah penakar hujan manual yang menggunakan gelas ukur
untuk mengukur air hujan. Penakar hujan (baca: hujan buatan) ini merupakan penakar hujan yang banyak
digunakan di Indonesia dan merupakan standar di Indonesia. Penakar ombrometer observatorium
memiliki kelebihan, yaitu mudah dipasang, mudah dioprasikan, dan pemeliharaanya juga relatif mudah.

Kekurangannya adalah data yang didapat hanya untuk jumlah curah hujan selama periode 24 jam,
beresiko kekurasakan gelas ukur, dan resiko kesalahan pembacaan dapat terjadi saat membaca permukaan
dari tinggi air di gelas ukur sehingga hasilnya dapat berbeda. Prinsip kerja alat ini adalah:

 Saat terjadi hujan air masuk ke dalam corong penakar.


 Air yang masuk ke dalam penakar dialirkan dan terkumpul di dalam tabung penampung.
 Pada jam-jam pengamatan air hujan yang tertampung diukur dengan menggunakan gelas ukur.
 Apabila jumlah curah hujan yang tertampung melebihi kapasitas gelas ukur, maka pengukuran dilakukan
beberapa kali hingga air hujan yang tertampung dapat terukur semua.

2) Penakar Hujan Tipe Otomatis

Alat ukur hujan otomatis adalah alat penakar hujan yang mekanisme pencatatan hujannya bersifat
otomatis (perekam). Dengan menggunakan alat ini dapat mengukur curah hujan tinggi maupun rendah.
Selang periode waktu tertentu juga dapat dicatat lamanya waktu hujan. Dengan demikian besarnya
intensitas curah hujan dapat ditentukan.
Pada dasarnya alat hujan otomatis ini sama dengan alat pengukur manual yang terdiri dari tiga komponen
yaitu corong, bejana pengumpul dan alat ukur. Alat Penakar hujan otomatis diantaranya:

1. Penakar Hujan Tipe Hellman

Pada umumnya penakar hujan tipe Hellman yang dipakai oelh BMKG yaitu Rain Fues yang
diimpor dari Jerman, walaupun ada penakar tipe ini yang buatan dalam negeri.

Cara kerja penakar hujan tipe ini yaitu:

 Jika hujan turun, air hujan masuk memalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung
 Air hujan ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat atau naik ke atas
 Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakannya selalu mengikuti tangkai pelampung
 Gerakan pena dicatat pada pias
 Jika air di tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias
 Setelah air mencapai lengkungan selang gelas, maka berdasarkan sistem siphon otomatis air dalam tabung
akan keluar sampai ketinggian ujung selang dan tabung.
 Bersamaan dengan keluarnya air tangki pelampung dan pena turun dan menggoreskan garis vertikal
 Jika hujan masih turun, maka pelampung akan naik kembali
 Curah hujan dihitung dengan menghitung
2. Penakar Hujan Tipe Bendix

Penakar hujan otomatis yang lainnya yaitu tipe bendix yang sekilas terlihat seperti tiang bendera
namun ini merupakan salah satu penakar hujan otomatis yang cara kerjanya cukup simple.

Cara kerja penakar hujan tipe bendix ini adalah:

 Penakar hujan tipe bekerja dengan cara menimbang air hujan (baca: fungsi air hujan)
 Air hujan ditampung dalam timbangan yang sudah disediakan.
 Melalui cara mekanis hasil dari timbangan ini ditransfer melalui jarum petunjuk berpena.
 Maka akan diketahui curah hujan melalui penimbangan air yang ditransferkan dari jarum petunjuk ke
dalam kertas pias

3. Penakar Hujan Tipe Tilting Siphon

Ada pula penakar hujan otomatis tipe tilting siphon. Alar ini mengukur curah hujan dari intensitas hujan
secara kontinyu. Cara kerja dari penakar hujan tipe ini adalah:
 Prinsip kerja alat tipe siphon ini yaitu air hujan (baca: hujan buatan, hujan asam) ditampung di dalam
tabung penampung
 Bila penampung penuh maka tabung menjadi miring
 Siphon mulai bekerja mengeluarkan air dalam tabung ketika penampun dalam keadaan penuh
 Setiap pergerakan air dalam tabung tercatat pada pias sama seperti alat penakar hujan otomatis lainnya
 Maka dapat diketahui curah hujan yang terkumpul dari pergerakan airnya
 Biasanya waktu pengukurannya dilakukan selama 24 jam dan akan di cek setiap harinya dalam waktu
yang tidak sama

4. Penakar Hujan Tipping Bucket

Pengukuran yang dilakukan dengan tipping bucket cocok untuk akumulasi hujan yang berjumlah di atas
200 mm/jam atau lebih. Prinsip kerjanya sederhana, yaitu:

 Air hujan akan masuk melalui corong penakar, dan kemudian mengalir untuk mengisi bucket.
 Setiap jumlah air hujan yang masuk sebanyak 0.5 mm atau sejumlah 20 ml maka bucket akan berjungkit
dimana bucket yang satunya akan dan siap untuk menerima air hujan yang masuk berikutnya.
 Pada saat bucket berjungkit inilah pena akan menggores pias 0.5 skala (0.5 mm).
 Pena akan menggores pias dengan gerakan naik dan turun.
 Dari goresan pena pada skala pias dapat diketahui jumlah curah hujannya.

5. Penakar Hujan Tipe Floating Bucket


Penakar hujan otomatis lainnya adalah penakar hujan tipe floating bucket. Penakar hujan tipe ini
digunakan untuk memfasilitasi perekaman hujan jarak jauh.

Prinsip mekanisme kerja alat penakar hujan otomatis floating bucket adalah:
 Corong menerima air hujan, yang dikumpulkan dalam wadah persegi panjang.
 Dengan memanfaatkan gerakan naik pelampung yang ada dalam bejana akibat tertampungnya hujan.
 Pelampung ini berhubungan dengan sistem pena perekam di atas kertas berskala yang menghasilkan
rekaman data hujan.
 Alat ini dilengkapi dengan sistem pengurasan otomatis
 Pada saat air hujan yang tertampung mencapai kapasitas penerimaanya akan dikeluarkan dari bejana dan
pena akan kembali pada posisi dasar kertas rekaman data hujan.

6. Penakar Hujan Tipe Weighing Bucket

Jenis alat penakar hujan ini terdiri dari corong penangkap air hujan yang ditempatkan dia atas ember
penampung air yang terletak di atas timbangan yang dilengkapi dengan alat pencatat otomatis.

Cara kerja alat ini adalah:

 Alat pencatat otomatis pada timbangan dihubungkan ke permukaan kertas grafik yang tergulung pada
sebuah kaleng silinder.
 Dengan demikian setiap terjadi hujan, air hujan tertampung oleh corong akan dialirkan ke dalam ember
yang terletak di atas timbangan.
 Setiap ada penambahan air hujan ke dalam ember dapat tercatat pada kertas grafik.
 Setiap periode waktu tertentu gulungan kertas dilepaskan untuk dianalisis.

7. Penakar Hujan Tipe Optical


Penakar hujan tipe optical memiliki sensor untuk menangkap curah hujan sehigga disebut juga sebagai
optical sensor. Penakar hujan ini bekerja dengan sensor lokal karena baru terekam ketika hujan mengenai
sensor yang terpasang. Cara kerja dari penakar hujan tipe optical adalah:

 Penakar hujan tipe ini memiliki beberapa saluran.


 Di setiap saluran terdapat diode laser dan photoresistor detector untuk mendeteksi gambar yang terekam
oleh sensor.
 Saat air (baca: ekosistem air) telah terkumpul untuk membuat single drop lalu jatuh ke batang laser.
 Sensor diatur di angle yang tepat sehingga laser bisa langsung mendeteksi seperti lampu flash.
 Flash dari photodeterctor ini bisa dibaca dan dikirim ke recorder.

Anda mungkin juga menyukai