TINJAUAN PUSTAKA
5
6
yang akan datang. Biaya ini akan dilaporkan dalam neraca. Contoh:
nilai buku aktiva tetap.
i. Biaya terhindarkan dan biaya tak terhindarkan (avoidable and
unavoidable cost)
Biaya terhindarkan adalah biaya yang dapat dihindari dengan
dibuatnya suatu alternatif keputusan. Sedangkan biaya tidak
terhindarkan adalah biaya yang tidak dapat dihindari pengeluarannya.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat dalam penentuan harga pokok
produksi yaitu (Machfodz, 1995):
1. Sebagai dasar dalam penetapan harga jual
2. Sebagai alat untuk menilai efisiensi proses produksi.
3. Sebagai alalt untuk memantau realisasi biaya produksi.
4. Untuk menentukan laba atau rugi periodik.
5. Menilai dan menentukan harga pokok persediaan.
6. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan bisnis.
demikian, sekalipun menggunakan tarif overhead yang normal, laba bersih bisa
berfluktuasi dengan tajam jika selisih pembebanan overhead (selisih lebih atau
kurang) yang timbul karena perbedaan produksi dan penjualan dibebankan pada
harga pokok penjualan (Samryn, 2001).
Metode full costing, yaitu metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya kedalam harga pokok produksinya, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
baik yang variabel maupun yang tetap. Dimana perhitungan biaya full costing
dapat dilakukan sebagai berikut (Samryn, 2001):
Harga Pokok Produksi
Biaya bahan baku XXX
Biaya tenaga kerja langsung XXX
Biaya overhead pabrik XXX +
Harga pokok produksi XXX
Penjualan XXX
Harga Pokok Produksi (XXX) _
Laba kotor XXX
B.Penjualan & Adm dan Umum (XXX) _
Laba bersih XXX
penentuan harga jual produk yang tidak tepat juga. Misalnya perhitungan harga
pokok produksi yang tinggi , maka akan menghasilkan penentuan harga jual yang
tinggi pula, akibatnya suatu produk tidak mampu bersaing di pasar. Begitu juga
sebaliknya ,jika perhitungan harga pokok produksi rendah maka akan
menghasilkan penentuan harga produksi yang rendah pula akibatnya perusahaan
tidak mencapai laba yang maksimal walaupun harga jual dapat bersaing di pasar
(Kotler, 1998).
Titik berat daripada proses penetapan harga adalah harga pada berbagai
pasar. Untuk ini, harga suatu barang mungkin merupakan struktur yang kompleks
dari pada syarat-syarat penjualan yang saling berhubungan. Setiap perubahan dari
pada struktur tersebut merupakan keputusan harga dan akan mengubah
pendapatan yang diperoleh. Peranan perusahaan dalam proses penetapan harga
jual barangnya sangat berbeda-beda, tergantung dari pada bentuk pasar yang
dihadapinya ada tiga bentuk penetapan harga jual,(Soemarsoe, 1999) yakni :
1. Penetapan harga jual oleh pasar (Market Pricing)
Dalam bentuk penetapan harga jual ini, penjual tidak dapat mengontrol
sama sekali harga yang dilempar di pasaran. Harga disini betul-betul
ditetapkan oleh mekanisme penawaran dan permintaan. Dalam keadaan
seperti ini, penjual tidak bias menetapkan harga jual (Soemarsoe, 1999).
2. Penetapan harga jual oleh pemerintah (Government Controlled Pricing)
Dalam beberapa hal, pemerintah berwenang untuk menetapkan harga
barang/jasa, terutama untuk barang/jasa yang menyangkut kepentingan
umum. Perusahaan/penjualan yang bergerak dalam eksploitasi barang/jasa
tersebut di atas tidak dapat menetapkan harga jual barang/jasa (Soemarsoe,
1999).
3. Penetapan harga jual yang dapat dikontrol oleh perusahaan (Administered
or Business controlled pricing)
Pada situasi ini, harga ditetapkan sendiri oleh perusahaan. Penjual
menetapkan harga dan pembeli boleh memilih “membeli atau tidak”.
Harga ditetapkan oleh keputusan dan kebijaksanaan yang terdapat dalam
perusahaan, walaupun faktor-faktor mekanisme penawaran dan
19
Atau ukuran kuantitas dari sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu
aktivitas, contoh luas ruangan yang disewa untuk setiap aktivitas, jumlah
jam kerja yang dihabiskan untuk setiap aktivitas.
3. Aktivitas (activity), suatu unit dasar pekerjaan yang dilakukan oleh
perusahaan dengan tujuan membantu perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan bagi manajemen. Jumlah biaya aktivitas
ditentukan dengan melacak sumber daya yang dipakai oleh aktivitas
dengan pemicu konsumsi sumber daya. Aktivitas sangat dibutuhkan untuk
membebankan biaya ke objek biaya, dikenal dengan aktivitas biaya yang
dihubungkan dengan faktor pemicu biaya (cost driver).
4. Pemicu aktivitas (activity driver), suatu ukuran frekuensi dan intensitas
dari permintaan akan suatu aktivitas oleh suatu produk atau jasa layanan.
Pemicu aktivitas ini sama seperti pemicu sumber daya guna melacak biaya
aktivitas ke objek biaya, yang dipakai untuk membebankan biaya ke
produk atau jasa layanan.
5. Objek biaya (cost objects), adalah tempat biaya di mana biaya atau
aktivitas diakumulasikan atau diukur. Objek biaya dapat berupa
pelanggan, produk, jasa layanan, kontrak, proyek, atau unit kerja lain yang
memerlukan pengukuran biaya tersendiri.
Ada beberapa tahapan penerapan activity based costing menurut Bastian
dan Nurlela (2009:26), yaitu:
1. Mengidentifikasi, mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas.
Tahapan utama dan pertama dalam menerapkan activity based costing
(ABC) adalah mengidentifikasi aktivitas yang menjadi dasar system
tersebut. Tahapan ini mungkin sulit dilakukan, karena memakan waktu
dan membutuhkan pertimbangan yang cukup rumit. Prosedur umum yang
dilakukan pada tahap ini, dengan melakukan wawancara terhadap semua
orang yang terlibat atau semua tingkat supervisi atau semua manajer yang
menimbulkan overhead dan meminta mereka untuk menggambarkan
aktivitas utama yang mereka lakukan, biasanya akan diperoleh catatan
aktivitas yang cukup beragam dan rumit. Adapun aktivitas yang cukup
22
Walaupun activity based costing (ABC) terlihat lebih unggul dari system
biaya tradisional, ABC tetap memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun
kelebihan ABC menurut Bastian dan Nurlela (2009:29), yaitu para manajemen
puncak akan setuju menerapkan suatu sistem yang baru di lingkungan organisasi
mereka, jika mereka percaya bahwa mereka akan memproleh manfaat yang lebih,
jika dibandingkan dengan sistem yang lama. Manfaat yang diperoleh dalam
penerapan activity based costing menurut Bastian dan Nurlela (2009:29) adalah
ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat, dapat memperbaiki pengambilan
keputusan, dan memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus
menerus. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Activity based costing (ABC) menyajikan pengukuran yang lebih akurat
tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu
manajemen untuk menigkatkan nilai produk dan nilai proses dengan
membuat keputusan yang lebi baik tentang desain produk, mengendalikan
biaya secara lebih akurat dan membantu perkembangan proyek-proyek
yang meningkatkan nilai.
2. Memperbaiki kualitas pengambilan keputusan.
Para manajemen puncak yang telah menerapkan activity based costing,
percaya bahwa semakin akurat perhitungan biaya atau jasa layanan yang
digunakan activity based costing, akan mengurangi kemungkinan
kesalahan dalam pengambilan keputusan.
3. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus menerus.
Banyak perushaan berusaha untuk mengurangi biaya, guna menawarkan
produk atau jasa layanan beraneka akan meningkatkan biaya. Dengan
26
3. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu, dan faktor waktu, sedangkan
traditional costing concept lebih mengutamakan pada kinerja keuangan
jangka pendek, seperti laba. Sistem tradisional dapat mengukurnya dengan
cukup akurat. Tetapi apabila traditional costing method digunakan untuk
penetapan harga pokok dan untuk mengidentifikasikan produk yang
menguntungkan, angka-angkanya tidak dapat dipercaya dan diandalkan.
ABC membagi konsumsi overhead dalam 4 (empat) kategori yaitu: unit,
batch, produk, dan fasilitas. Traditional costing method membagi biaya overhead
dalam unit yang lain.
5. Berlin Shelina Wardani (2011), Analisa Penetapan Harga Jual Unit Rumah
di Perumahan Taman Tasik Madu Indah, Malang.Institut Teknologi
Sepuluh November SurabayaPenelitian ini menggunakan metode analisa
titik impas untukmenganalisa biaya, dan metode survey langsung dengan
penyebaran kuesioner untuk menganalisa permintaan pasar. Berdasar
kurva permintaan, besar harga jual setiap unit rumah yang dapat diterima
konsumenuntuk tipe 36 ialah Rp 133.042.852,-sedangkan untuk tipe 45
ialah Rp 161.267.170,-. Berdasarkan analisa biaya dengan menggunakan
30