Materi VI Manusia, Nilai, Moral Dan Hukum (Fatimah - P07131218055)
Materi VI Manusia, Nilai, Moral Dan Hukum (Fatimah - P07131218055)
NAMA :FATIMAH
NIM :P07131218055
A. Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (sansekerta), “mens” (latin),
yang berarti berfikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai mahluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep
atau sebuah pasta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau
seorang individu.
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada
individu lain. Ia belajar berjalan, belajar makan, belajar berpakaian, dan
sebagainya, memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa.
B. Nilai
Dengan demikian, nilai dapat diartikan sebagai sifat kualitas dari sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai
di jadikan sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah
laku, baik disadari maupun tidak.
Sesuatu itu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat sebagai
berikut:
1. Menyenangkan
2. Berguna
3. Memuaskan
4. Menguntungkan
5. Menarik
6. Keyakinan
Ada dua pendapat mengenai nilai. Pendapat pertama mengatakan bahwa nilai
itu objektif, sedangkan pendapat kedua nilai itu subjektif, menurut aliran
idealisme, nilai itu objektif, ada pada sesuatu. Tidak ada yang diciptakan didunia
tanpa ada suatu nilai yang melekat didalamnya. Dengan demikian, segala sesuatu
ada nilainya dan bernilai bagi masyarakat. Hanya saja manusia tidak atau belum
tau nilai apa dari objek tersebut. Aliran ini disebut juga aliran objektivisme.
Pendapat lain mengatakan bahwa nilai suatu objek terletak pada subjek yang
menilainya. Misalnya, air sangat menjadi bernilai dari pada emas bagi orang
kehauasan ditengah padang pasir, tananh memiliki nilai bagi seorang petani. Jadi,
nilai itu subjektif. Aliran ini disebut aliran subjektifisme.
Ada pendapat lain yang menyatakan adanya nilai yang ditentukan oleh subjek
yang menilai dan objek yang dinilai. Sebelum ada subjek yang menilai maka
barang atau onjek itu tidak bernilai. Inilah ajaran yang berusaha menggabungkan
antara aliran subjektifisme dan objektifisme.
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia. Contoh: Mobil, rumah, televisi dan lain-lain.
2. Nilai vital, segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan
kegiatannya. Contoh: Air, makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian terbagi menjadi 4 macam,yaitu:
o Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio manusia.
Contoh: adat istiadat.
o Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan
estetis manusia. Contoh: seni tari, seni musik dan seni gambar.
o Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau karsa manusia.
Contoh: etika makan, etika berbicara, etika duduk dan lain-lain.
o Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia dengan disertai
penghayatan melalui akal budi dan nurani.
Proses terbentuknya nilai, etika, moral, norma, dan hukum dalam masyarakat
dan negara merupakan proses yang berjalan melalui suatu kebiasaan untuk
berbuat baik, suatu disposisi batin yang tertanam karena dilatihkan, suatu
kesiapsediaan untuk bertindak secara baik, dan kualitas jiwa yang baik dalam
membantu kita untuk hidup secara benar. Salah satu cara mekanisme yang dapat
membentuk jati diri yang berkualitas adalah keutamaan moral yang mencakup
nilai, moral, dan etika.
C. Moral
Moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata morse
ini mempunyai sinonim mos, moris, manner more atau manners, morals. Dalam
bahasa indonesia kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung
makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing
tingkah laku batin dalam hidup.
Kata moral ini dalam bahasa yunani sama dengan ethos yang menjadi etika.
Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari
sikap dan tingkah lakunya. Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia
yang sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Dalam hubungannya dengan nilai, moral adlah bagian dari nilai, yaitu nilai
moral. Nilai moral berkaitan dengan prilaku manusia tentang hal baik buruk.
Moral juga bisa dikatakan sebagai perbuatan, tingkah laku, ucapan seseorang
dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai
dengan nilai rasa yang berlaku dimasyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai
moral yang baik, baegitu juga sebaliknya.
Jadi disimpulkan moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak
yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan
sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.
1. Moral deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia
dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Hal ini memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap
yang mau diambil.
2. Moral normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki manusia. Moral normatif
memberikan penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Hukum merupakan dari norma, yaitu norma hukum. Norma hukum adalah
peraturan yang timbul dari hukum yang berlaku. Norma hukum diatur untuk
kepentingan manusia dalam masyarat agar memperoleh kehidupan yang tertib.
Norma hukum dibutuhkan karena 2 hal, yaitu:
1. Karena bentuk sanksi dari norma agama, kesusilaan dan kesopanan belum
cukup memuaskan dan efektif untuk melindungi ketertiban masyarakat.
2. Masih banyak perilaku lain yang belum diatur dalam norma agama,
kesusilaan dan kesopanan, misalnya perilaku dijalan raya.
1. Norma agama, sanksi yang diberikan tidak secara langsung namun pada
hari akhir nanti.
2. Norma kesusilaan, sanksi yang diberikan berupa tekanan batin sang
pelaku.
3. Norma kesopanan, sanksi yang diberikan yaitu dikucilkan oleh
masyarakat.
4. Norma hukum, sanksi yang diberikan berupa kurungan.
Hubungan manusia dan hukum ada dalam setiap sikap dan perilaku termasuk
tutur kta senantiasa diawasi dan dikontrol oleh hukum yang berlaku. Kehidupan
manusia sehari-hari berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku. Manusia yang
sadar hukum akan selalu bersikap dan bertindak sesuai dengan hukum yang
berlaku. Manusia tersebut tidak akan main hakim sendiri dalam menyelesaikan
suatu masalah.
1. Compliance
Sebagai suatu kepatuhan berdasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan
usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman.
2. Identification
Terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah-kaidah hukum bukan ada karena nilai
instrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok serta hubungan baik dengan
mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan hukum tersebut tetap terjaga.
3. Internazilation
Maksud nya adalah kepentingan masyarakat terjamin oleh wadah hukum yang
ada. Kesadaran hukum berkaitan dengan nilai yang tumbuh dan berkembang
dimasyarakat, dengan demikian masyarakat menaati hukum bukan karena
paksaan.
2. Pemahaman hukum
3. Sikap hukum
Pola prilaku hukum adalah hal yang utama dalam kesadaran hukum,
karena disini dapat dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau tidak dalam
masyarakat.
Sebagai makhluk sosial, anak pasti punya teman, dan pergaulan dengan
teman akan menambah pembendaharaan informasi yang akhirnya akan
mempengaruhi berbagai jenis kepercayaan yang dimilikinya. Keluarga sering
dikagetkan oleh penolakan anak ketika diberikan nasihat, dengan alasan bahwa
apa yang disampaikan orang tua berbeda atau bertentangan dengan “aturan” yang
disampaikan oleh temannya. Pergaulan dengan teman sebaya sangat
mempengaruhi sikap dan perilaku seorang anak. Berteman dengan teman yang
tidak baik akan meniru hal-hal yang negatif dan sebaliknya.
2. Problematika Hukum