TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan tekhnologi saat ini , menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar
memberikan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, peningkatan kualitan pelayanan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting. RSUD TENGKU SULUNG sebagai salah satu penyedia pelayanan
kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan yang
profesional dan berkualitas. Sejalan dengan upaya tersebut, agar RSUD TENGKU
SULUNG dapat memberikan pelayanan prima bagi para pasiennya, diperlukan adanya
suatu pedoman pelayanan kesehatan khususnya pelayanan bedah yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Pelayanan pembedahan di RSUD TENGKU SULUNG merupakan salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi di bidang bedah. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan pembedahan di RSUD TENGKU SULUNG, disusunlah Pedoman
Pelayanan Kamar operasi RSUD TENGKU SULUNG.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai panduan dalam meningkatkan mutu pelayanan pembedahan dikamar
operasi,menurunkan angka kematian, kecacatan dan infeksi seminimal mungkin pada
pasien yang menjalani pembedahan.
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan mutu pelayanan dan evaluasi pelayanan yang diberikan secara terus
menerus dan berkesinambungan
C. RUANG LINGKUP
Kegiatan pelayanan Kamar operasi dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi dengan
pelayanan lainnya di rumah sakit. PelayananKamar Operasi dapat berupa pelayanan rawat
jalan atau rawat inap.
Pelayanan bedah di RSUD TENGKU SULUNG meliputi :
1. ekstraksi kuku / benda asing , sirkum sisi)
2. Bedah umum / mayor
3. Bedah spesialistik ( antara lain : kebidanan )
Pelayanan bedah utamanya terkait dengan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
oleh :
1. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan
2. Dokter spesialis anestesi
3. Dokter spesialis bedah
Pelayanan anestesiologi dapat juga dilakukan di luar kamar bedah, dilaksanakan secara
terintegrasi antara lain di instalasi gawat darurat , kamar bersalin, instalasi radiologi,
Instalasi intensif dan instalasi rawat jalan.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Instalasi Kamar Operasi
Adalah suatu instalasi khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun cito yang membutuhkan kondisi
steril dan kondisi khusus lainnya.
2. Ruang persiapan
Ruang yang digunakan untuk mempersiapkan pasien bedah sebelum memasuki kamar
operasi
3. Ruang pemulihan/recovery room
Ruangan yang berada dekat dengan kamar operasi dan diawasi oleh perawat anestesi.
4. Scrub station
Adalah bak cuci tangan bagi dokter ahli bedah dan petugas medic yang akan mengikuti
langsung pembedahan di dalam kamar operasi.
5. Kamar Operasi
Adalah ruang untuk melakukan tindakan operasi dan atau pembedahan, ruangan harus
cukup luas untuk memungkinkan petugas bergerak sekeliling peralatan bedah/ operasi.
E. LANDASAN HUKUM
1. PERMENKES RI NOMOR 340 / MENKES / PER / III/ 2010 tentang klasifikasi rumah
sakit
2. PERMENKES RI NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
3. Kemenkes 2011 Standar pelayanan keperawatan kamar bedah di rumah sakit
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas & Sarana
Instalasi Bedah RSUD TENGKU SULUNG memiliki :
a. 2 ruang operasi
b. ruang persiapan pasien
c. ruang induksi
d. ruang penyiapan peralatan / instrument bedah
e. ruang pemulihan
f. ruang resusitasi bayi / neonates
g. ruang ganti pakaian (loker)
h. scrub station
i. ruang linen
j. ruang penyimpanan perlengkapan bedah
k. ruang penyimpanan peralatan kebersihan (janitor)
l. ruang membersihkan alat instrument
m. ruang mensterilkan alat
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di instalasi kamar operasi mengacu kepada buku pedoman tekhnis
ruang operasi rumah sakit kementrian kesehatan RI untuk menunjang kegiatan pelayanan
terhadap pasien bedah.
a. Peralatan di ruang operasi :
1) 1 (satu) meja operasi (operation table)
2) 1 (satu) set lampu operasi (operation lamp), terdiri dari lampu utama dan lampu
satelit
3) 1 (satu) mesin anestesi
4) Jam dinding
5) Instrument trolley untuk peralatan bedah
6) Tempat sampah klinis
7) Tempat linen kotor
b. Peralatan anestesi antara lain:
1) Mesin anestesi yang mempunyai anti hipoksik device dengan circle sistem
dengan O2 dan N2O dan udara tekan dengan vaporizer untuk volatile agent.
Untuk setiap kamar operasi,harus ada 1 unit mesin anestesi yang dapat digunakan
untuk pemberian oksigen dan gas anestesi. Peralatan esesnsial dalam mesin
anestesi mencakup :
a) Flowmeter dan Vaporizer yang terkal Instalasi Bedahrasi baik untuk
pemberian obat-obat anestesi inhalasi secara akurat.
b) Sistem pernafasan yang memadai untuk memastikan penyampaian oksigen
dan gas anestesi kepada setiap pasien.
c) Sistem pencegahan terhirupnya kembali gas buang ( CO2).
d) Sistem pernafasan untuk pediatrik jika diperlukan
e) Sistem pengaman gas medis yang dapat mencegah kekeliruan sambungan gas
f) Katup pembebas tekanan yang berlebihan ( high pressure relief valve )
(1)Set anestesi pediatric
(2) Ambu bag
(3) Nasopharingeal airway ukuran dewasa ( semua ukuran )
(4) Orofraingeal airway
(5) Laringoskop dewasa
(6) Laringoskop bayi
(7) Konektor dari pipa oro dan nasotrakeal dengan mesin anestesi
(8) Magill forceps ukuran dewasa dan anak
(9) Stetoskop
(10) Tensimeter non invasive
(11) Termometer
(12) Infusion standard
(13) Pulse oxymetri sederhana
(14) Perlengkapan anestesi regional
(15) Suction pump portable dan suction sentral
(16) Medicine cabinet
(17) Patient trolley
(18) Intubation set
(19) Sumber oksigen berupa tabung dan oksigen sentral yang dilengkapi
dengan regulator dan flowmeter.
(20) Sumber gas N2O
(21) Monitor EKG
(22) Mobile sphigmomanometer
(23) Oxygen aparatus dan flowmeter
(24) Sungkup muka
(25) Tourniquet
(26) Alat proteksi dari kontaminasi biologic untuk tenaga anestesi seperti
jubah pelindung, sarung tangan sekali pakai, masker sekali pakai.
(27) Defibrilator jantung dengan kemampuan kardioversi sinkron (sincronized
cardioversion).
2) Standar obat – obat Anestesi :
1) Obat-obat anestesi umum : propofol, midazolam, ketamin, petidin, morfin,
fentanil, N2O, sevofluran, isoflurane.
2) Obat -obatan anestesi regional : bupivakain,efedrine
3) Obat penunjang anestesi : SA, prostigmin, furosemid, analgetik, dextrose
40%,pitogin, metergin, transamin, dexametason,
4) Obat emergensi : adrenalin, SA, lidokain, efedrin, aminofilin
3) Peralatan dalam set Instrumen dasar
Set instrument dasar terdiri dari :
No. Instrument Jumlah
1 Curettage set 1
2 SC set 1
3 Laparatomy set 1
4 Minor set 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
a. Perangkat kerja
1) Formulir penandaan lokasi operasi wanita
2) Formulir penandaan lokasi operasi Laki-laki
b. Tata Laksana Penandaan Lokasi Operasi
1) Mengucapkan salam, “ Assalamualaikum, selamat pagi / siang / sore bapak / ibu”,
perkenalkan diri, “Saya.. (nama)”, jelaskan profesi / unit kerja
2) Menjelaskan tugas yang akan dilakukan
3) Memastikan identitas pasien pada gelang pasien , tanyakan nama , dan nomor rekam
medis
4) Menjelaskan materi tentang penandaan lokasi operasi pada pasien dan atau keluarga
pasien
5) Dokter Operator, Dokter Ruangan dan Perawat Bedah memberikan tanda lokasi
operasi dengan tanda yang tidak mudah luntur dan mudah dikenali dengan
melibatkan pasien saat dilakukan penandaan lokasi operasi tersebut (menggunakan
spidol marker, bentuk lingkaran )
6) Melakukan verifikasi pada pasien dan atau keluarga bahwa mereka telah memahami
dan mengetahui lokasi yang akan dioperasi. Pasien dan atau keluarga
menandatangani pada formulir yang tersedia.
7) Mengucapkan terima kasih dan semoga semuanya dapat berjalan dengan baik.
b. Perangkat kerja
Formulir Cheklist Keselamatan Operasi
c. Tata Laksana Sign In
1) Perawat kamar operasi menanyakan kembali identitas pasien dengan menayakan
nama dan no. RM , pastikan identitas pasien sesuai dengan yang tertulis pada gelang
identitas pasien.
2) Melakukan klarifikasi ulang penandaan lokasi operasi sudah ditandai dengan
permanen/marker
3) Menanyakan kepada pasien untuk verifikasi kebenaran lokasi operasi bila pasien
dalam keadaan sadar atau memastikan lokasi operasi berdasarkan rekam medis dan
hasil pemeriksaan penunjang pasien (misalnya hasil rontgen dan pemeriksaan
penunjang laboratorium).
4) Perawat kamar operasi menanyakan kepada pasien (bila pasien sadar), memastikan
pasien telah diinformasikan sebelumnya dan mengerti tentang rencana tindakan
pembedahan yang akan dilakukan.
5) Memastikan bahwa pasien atau keluarganya telah menandatangani surat persetujuan
operasi / informed consent
6) Memastikan apakah peralatan anestesi , obat-obatan serta alkes anestesi sudah
disiapkan
7) Memastikan pulse oxymetri, apakah sudah terpasang pada pasien dan berfungsi
dengan baik
8) Menanyakan kepada pasien , apakah pasien memiliki riwayat alergi
9) Memastikan keadaan dan fungsi alat bantu pernafasan dan suction terutama bila
pasien memiliki kemungkinan terjadinya gangguan pada jalan nafas dan aspirasi
10) Memastikan pemasangan akses intra vena (infuse) serta ketersediaan cairan atau
darah terutama bila pasien memiliki resiko kehilangan darah yang banyak.
11) Mencatat waktu dan tanda tangan pada sign in
b. Perangkat Kerja
1) Jadwal operasi elektif atau cyto
2) Laporan Operasi
3) Laporan Anestesi
c. Tata Laksana Pelayanan Pasien Operasi
1) Pasien yang direncanakan untuk operasi di Instalasi Kamar Operasi harus sudah
dilengkapi dengan pemeriksaan – pemeriksaan yang diperlukan sesuai dengan
standar yang berlaku.
2) Jadwal operasi dari instalasi rawat inap, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat
Jalan atau instalasi intensif disampaikan kepada perawat atau administrasi Instalasi
Kamar Operasi dengan menggunakan formulir jadwal operasi yang mencantumkan :
nama pasien, umur, jenis kelamin, no.RM, diagnosis, rencana tindakan operasi dan
rencana pembiusan , nama dokter operator, dokter anestesi dan waktu operasi yang
diinginkan serta menuliskan elektif atau cito pada sudut kanan atas formulir,
kemudian formulir tersebut ditandatangani oleh kepala shift ruangan asal pasien
operasi.
3) Formulir jadwal operasi tersebut harus diserahkan kepada perawat / administrasi
Instalasi Kamar Operasi oleh perawat ruangan asal pasien 6 jam sebelum jadwal
operasi yang diminta ( operasi elektif ) dan 1 jam sebelumnya atau per telepon
( operasi cito). Formulir tersebut diserahkan kepada Instalasi Kamar Operasi setelah
semua persyaratan operasi terpenuhi, meliputi : persetujuan operasi dari pasien /
keluarga pasien, persetujuan/acc untuk tindakan operasi dari dokter anestesi serta
persetujuan operasi dari bagian administrasi RS.
4) Berdasarkan jenis operasi tersebut, perawat Instalasi kamar operasi memeriksa
jadwal operasi apakah waktu yang diminta tersedia atau tidak. Jadwal operasi
mencakup : kamar operasi, waktu pelaksanaan operasi, nama dokter operator dan
anestesi, asisten operasi, perawat instrumen, perawat sirkuler / onloop dan perawat
anestesi.
5) Bila jadwal operasi elektif tidak bisa ditentukan sesuai dengan permintaan , maka
perawat Instalasi Kamar Operasi menghubungi dokter operator dan anetesi yang
bersangkutan untuk menentukan jadwal operasi kembali sesuai dengan ketersediaan
kamar operasi. Untuk rencana operasi cito, bila kamar operasi tidak tersedia, perawat
Instalasi Kamar Operasi menghubungi operator (dengan rencana operasi elektif) pada
jadwal operasi cito yang diminta agar dapat menggeser jadwal operasi elektifnya
setelah operasi cito dilaksanakan.
6) Berdasarkan jadwal operasi yang ditentukan, perawat / administrasi Instalasi Kamar
Operasi menuliskan dan menandatangani jadwal operasi yang ditentukan pada
formulir permintaan pemakaian kamar operasi serta mencatat pada papan tulis di
ruang Instalasi Bedah kemudian menghubungi kepala ruangan atau kepala shift
ruangan asal pasien untuk konfirmasi jadwal operasi yang ditetapkan. Perawat /
administrasi Instalasi Bedah mencatat waktu dan nama perawat ruangan yang
menerima konfirmasi pada kolom konfirmasi di formulir permintaan pemakaian
kamar operasi.
7) Satu jam sebelum rencana operasi : Perawat / administrasi Instalasi Bedah
menghubungi dokter operator dan anestesi untuk mengingatkan dan memastikan
bahwa operasi telah disiapkan sesuai dengan rencana, Perawat Instalasi Bedah
mengecek fasilitas dan menyiapkan kamar operasi yang akan digunakan dan
mengajukan permintaan obat dan alkes operator dan anestesi ke farmasi kemudian
memanggil pasien operasi di ruangan asal pasien melalui telepon.
8) Jika dalam waktu 30menit setelah pemanggilan pasien operasi belum juga datang ke
Instalasi Bedah, maka pemanggilan diulang kembali dan menanyakan alasan
keterlambatan. Bila hingga tiga kali pemanggilan pasien belum datang ke unit Bedah
tanpa alasan yang jelas, perawat Instalasi Bedah atau staf Instalasi Bedah melaporkan
kepada supervisor yang berdinas untuk mengecek alasan keterlambatan tersebut.
9) Pasien Unit Bedah di kamar operasi, diterima oleh perawat Unit Bedah di ruang
penerimaan pasien. Perawat ruangan asal pasien melakukan serah terima pasien
dengan menggunakan ceklist persiapan operasi . Perawat Unit Bedah akan
melakukan pengecekan identitas serta persiapan – persiapan operasi yang telah
dilakukan apakah sudah disiapkan semua dengan baik. Bila terdapat
ketidaklengkapan persiapan atau persyaratan operasi maka perawat asal ruangan
pasien harus terlebih melengkapi persiapan – persiapan teersebut.
10) Perawat Unit Kamar Operasi memperkenalkan diri dan anggota tim operasi lainnya
yang akan menjadi timoperasi kepada pasien , kemudian memberikan penjelasan
tentang situasi lingkungan kamar operasi, jenis anestesi yang akan diberikan serta
apa yang akan dialami dan dirasakan pasien selama operasi dan setelah operasi /
anestesi.
11) Perawat Unit Kamar operasi melakukan analisa terhadap pasien saat pertama kali
pasien diterima di Unit kamar operasi (sign in) dengan menggunakan checklist
keselamatan operasi
12) Pasien operasi di Unit Bedah dibawa masuk ke dalam kamar operasi. Perawat
anestesi memindahkan pasien ke meja operasi dan mengatur posisi pasien sesuai
dengan tindakan operasi yang akan dilakukan.
13) Sebelum masuk ke kamar operasi, tim operasi memakai topi operasi memakai
masker , dan melakukan cuci tangan steril . setelah di kamar operasi, tim operasi
memakai jas operasi dan sarung tangan steril
14) Sebelum memulai operasi dan sebelum insisi kulit , perawat sirkuler dengan
menggunakan lembar surgical safety checklist (time out) harus terlebih dahulu
memastikan:
1) Anggota tim Bedah (nama dan perannya)
2) Nama pasien serta prosedur yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut
3) Kemungkinan terjadinya kejadian kritis pada saat operasi berlangsung dengan
menanyakan: kepada dokter operator apakah ada kemungkinan terjadi kejadian
kritis dan bagaimana langkahnya apabila kejadian tersebut terjadi, berapa lama
operasi akan berlangsung dan bagaimana antisipasi apabila terjadi perdarahan.
Kepada dokter anestesi, tanyakan apakah pasien memerlukan perhatian khusus.
Kepada perawat instrumen, tanyakan apakah instrumen yang akan digunakan
sudah steril dan ada indikator steril.
4) Apakah ada antbiotik yang sudah diberikan sebelum operasi .
5) Apakah ada foto rontgen yang perlu ditampilkan saat operasi.
15) Tim operasi melaksanakan tindakan operasi.
16) Bila pada saat durante operasi, operator membutuhkan pemeriksaan patologi anatomi
(PA) segera / vriescope, maka perawat sirkuler :
1) Menghubungi driver untuk datang ke Instalasi Bedah untuk mengambil sample
jaringan yang akan diPAkan dan membawanya ke laboratprium PA di pekanbaru.
2) Menghubungi / konfirmasi ke laboratorium PA pekanbaru.
3) Menghubungi / konfirmasi ke laboratorium RS , nama serta no.RM pasien operasi
dengan pemeriksaan vriescope.
17) Bila pada saat durante operasi, terdapat kekurangan obat atau alkes, maka perawat
sirkuler meminta dan mengambil kekurangan tersebut ke farmasi.
18) Perawat instrumen menghitung jumlah kassa, instrumen dan jarum yang digunakan
19) Sebelum pasien keluar dari kamar operasi, perawat sirkuler melakukan konfirmasi
sesuai dengan lembar surgical safety checklist (sign out), meliputi :
a) Prosedur tindakan yang telah dilakukan.
b) Kelengkapan jumlah instrumen , kassa dan jarum apakah sudah tepat.
c) Pemberian label pada spesimen ( bila ada).
d) Apakah ada masalah pada peralatan yang perlu diperhatikan.
e) Review apa yang perlu diperhatikan untuk recovery dan perawatan pasien oleh
operator , anestesi dan perawat
20) Pasien dipindahkan ke ruang pulih oleh perawat anestesi dibantu oleh asisten operasi.
21) Dokter operator dan asisten operasi membuat laporan operasi, meliputi:
a) Dokter operator menuliskan : diagnosis pre dan pasca bedah, jenis tindakan
pembedahan yang dilakukan, sifat dan besaran operasi yang dilakukan, rincian
tindakan operasi, temuan saat operasi, drainage, instruksi pasca bedah serta
sample jaringan PA bila ada. Kemudian menandatangani laporan operasi tersebut
dan formulir pemeriksaan PA (bila ada).
b) Asisten operasi / perawat instrumen dan atau administrasi Unit kamar operasi
menuliskan : nama pasien, umur pasien , jenis kelamin, no.RM, tanggal operasi,
jam mulai dan selesai operasi, tim operasi yang terlibat serta jumlah kassa dan
instrumen yang terpakai.
22) Di ruang pulih, pasien diobservasi oleh dokter dan perawat anestesi. Perawat anestesi
mencatat hasil pemantauan pasien selama operasi dan setelah operasi pada lembar
laporan anestesi. Dokter anestesi menuliskan instruksi pasca anestesi kemudian
menandatangani form laporan anestesi tersebut.
23) Pemindahan pasien dari ruang pulih ke ruangan asal pasien atau ke ruangan intensif
adalah berdasarkan keputusan dokter anestesi. Proses pemindahan dan serah terima
pasien dari ruang pulih dilakukan oleh perawat anestesi atas persetujuan dokter
anestesi. Perawat sirkuler mencatat obat dan alkes operator yang terpakai pada form
permintaan dan pemakaian obat dan alkes operator .
24) Perawat anestesi mencatat obat dan alkes yang terpakai pada form permintaan dan
pemakaian obat dan alkes operator . Perawat sirkuler dan perawat anestesi
mengembalikan sisa obat dan alkes pada kit operasi dan anestesi serta form
permintaan dan pemakaian obat dan alkes operator dan anestesi ke farmasi.
25) Perawat Instalasi kamar operasi (asisten operasi) atau staf administrasi Instalasi
kamar operasi mencatat tindakan operasi yang telah dilakukan pada buku register
Instalasi Bedah, meliputi : nama pasien, no.RM, jenis tindakan operasi, diagnosis
pasca bedah tanggal dan jam operasi , tim operasi yang terlInstalasi Bedahat, status
administratif pasien , sifat operasi dan besaran operasi.
b. Perangkat Kerja
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
c. Tata Laksana Konsultasi Dokter Operator Ke Konsulen Pada Saat Operasi
1) Dokter operator menyatakan bahwa pasien perlu konsultasi medik
2) Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien perlu konsultasi medic
3) Perawat sirkulasi lapor pada perawat senior atau penanggungjawab Unit Kamar
Operasi untuk menghubungi konsulen yang diperlukan.
4) Menjelaskan kepada keluarga pasien / penanggungjawab pasien untuk meminta
persetujuan bahwa pasien perlu konsultasi medik atas permintaan dokter operator.
5) Menghubungi dokter konsulen secara langsung atau melalui telepon tentang
kesulitan saat operasi
6) Menginformasikan maksud dilakukan konsultasi, kemudian tunggu jawaban
konsulen
7) Mencatat hasil konsultasi/ tindakan yang diberikan oleh dokter konsulen.
PREPARATION)
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap dan
melaksanakan “prosedur aseptic”. Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian
khusus kamar operasi lengkap yaitu :topi,masker,baju dan celana operasi serta
2. Alur Petugas
3. Alur Peralatan
Pintu keluar-masuknya peralatan yang bersih dan yang kotor harus berbeda.
BAB V
LOGISTIK
B. PERMINTAAN BARANG
1. Petugas Penanggung Jawab
a) Kepala Ruangan
2. Perangkat kerja
a) Formulir Permintaan Barang / Jasa
b) Formulir pengajuan ATK, ART dan BHP
3. Tata Laksana Pengadaan Barang Tidak Rutin (Barang Inventaris)
a) Unit kamar operasi mengisi Formulir Permintaan Barang / Jasa dari barang yang
dibutuhkan
b) Menyertakan Kajian /analisis (bila diperlukan)
c) Pengajuan dan kajian / analisis harus atas sepengetahuan Kepala Bidang / Bagian
d) Meminta persetujuan Direktur Rumah Sakit untuk kemudian direkomendasikan
kepada Bagian Pengadaan (Unit Logistik) untuk ditindak lanjuti.
4. Tata Laksana Pengadaan Barang Rutin
a) Pengadaan Alat Tulis Kantor (ATK) dan Alat Rumah Tangga (ART)
b) Unit kamar operasi mengisi Formulir Pengajuan ATK / ART
c) Pengajuan harus atas sepengetahuan Kepala Bidang / Bagian
d) Formulir yang sudah lengkap kemudian diserahkan kepada bagian unit penyedia
ATK / ART (Unit Rumah Tangga) untuk ditindak lanjuti.
5. Pengadaan Barang Habis Pakai (BHP) untuk pelayanan dan Barang Habis Pakai
(BHP) Alat Pelindung Diri (APD)
a) Unit kamar operasi mengisi Formulir Pengajuan BHP
b) Pengajuan harus atas sepengetahuan Kepala Bidang / Bagian
c) Formulir yang sudah lengkap kemudian diserahkan kepada bagian penyedia farmasi
untuk ditindak lanjuti..
C. PENERIMAAN
1. Petugas Penanggung Jawab
a) Kepala ruangan
2. Perangkat kerja
a) Formulir Permintaan Barang / Jasa
b) Formulir Pengajuan ATK, ART dan BHP
c) Formulir Analisis/ Kajian dan Rekomendasi
d) Kartu Stok ATK, ART, dan BHP
e) Formulir Serah Terima BHP
3. Tata Laksana Penerimaan Barang Tidak Rutin (Barang Inventaris)
a) Unit kamar operasi mendapat informasi dari Unit Logistik bahwa barang yang
dipesan sudah datang
b) Petugas Unit kamar operasi menerima barang pesanan dari Unit Logistik
c) Melakukan pengecekan untuk memastikan barang yang diterima baik jumlah ataupun
spesifikasinya sesuai dengan yang dipesan dan kondisi barang dalam keadaan baik
d) Menandatangani Formulir Serah Terima Barang yang sudah disiapkan Unit Logistik
e) Data barang yang diterima kemudian di input pada Data Inventaris Instalasi / Unit.
4. Tata Laksana Penerimaan Barang Rutin
a) Penerimaan Alat Tulis Kantor (ATK) dan Alat Rumah Tangga (ART)
1) Petugas Instalasi / Unit menerima barang dari bagian penyedia ATK / ART (Unit
Rumah Tangga) pada jadwal yang sudah ditentukan
2) Melakukan pengecekan untuk memastikan barang yang diterima baik jumlah
ataupun spesifikasinya sesuai dengan yang dipesan dan kondisi barang dalam
keadaan baik
3) Petugas Instalasi / Unit mengisi Kartu Stok ATK / ART Unit Rumah Tangga
4) Data barang yang diterima kemudian catat pada Kartu Stok ATK / ART
Instalasi / Unit
b) Penerimaan Barang Habis Pakai (BHP)
1) Petugas Instalasi / Unit menerima BHP dari bagian penyedia Farmasi sesuai
jadwal yang sudah ditentukan
2) Melakukan pengecekan untuk memastikan barang yang diterima baik jumlah
ataupun spesifikasinya sesuai dengan yang dipesan dan kondisi barang dalam
keadaan baik
3) Mengisi Formulr Serah Terima BHP yang sudah disiapkan oleh Unit Farmasi
4) Data barang yang diterima kemudian diinput pada data stok BHP Instalasi / Unit
D. PENYIMPANAN / DISTRIBUSI
1. Petugas Penanggung Jawab
a) Kepala ruangan
2. Perangkat kerja
a) Formulir Inventaris Peralatan Ruangan
b) Formulir Pengajuan ATK, ART dan BHP
3. Tata Laksana Penyimpanan / Distribusi Barang Tidak Rutin (Barang Inventaris)
Barang yang diterima kemudian disimpan atau ditempatkan pada tempat atau ruang yang
membutuhkan, dan dicatat pada Formulir Inventaris Peralatan Ruangan.
4. Tata Laksana Penyimpanan / Distribusi Barang Rutin
a) Penyimpanan / Distribusi Alat Tulis Kantor (ATK) dan Alat Rumah Tangga (ART)
ATK / ART yang diterima kemudian disimpan pada tempat penyimpanan stok ATK /
ART Instalasi / Unit atau langsung didistribusikan pada tempat atau ruang yang
membutuhkan
b) Penyimpanan / Distribusi Barang Habis Pakai (BHP)
BHP yang diterima kemudian disimpan pada tempat penyimpanan stok BHP Unit
atakamar operasi langsung didistribusikan pada tempat atau ruang yang
membutuhkan
c) Petugas Unit kamar operasi akan mencatat pemakaian ATK, ART dan BHP pada
formulir pengajuan ATK,ART dan BHP.
Dalam rangka upaya peningkatan keselamatan pasien di RSUD Tengku Sulung yang lebih efektif
dan efisien maka diperlukan adanya keseragaman konsep dasar upaya penigkatan keselamatan
pasien.
3. Kesehatan Kerja
Pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilaksanakan setiap ruamh sakit seperti tercantum
pada pasal 23 dalam UU kesehatan No. 23 tahun 1992 dan Peraturan Mentri Tenaga kerja
& transmigrasi RI No. 03/men/1989 tentang pelayanan kesehatan kerja meliputi :
a. Pemeriksaan kesehatan
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala
3) Pemeriksaan kesehatan khusus
b. Memberikan pengobatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang mengalami Kecelakaan
Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
B. KESELAMATAN KERJA
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana dan
peralatan kerja. Upaya pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan meliputi :
1. Penetapan tempat beresiko dan Penggunaaan Alat Pelindung Diri
Agar seluruh pegawai, pasien, keluarga pasien, pengunjung dapat mengetahui tempat
tempat berbahaya dilingkungan rumah sakit maka diberikan tanda – tanda atau petunjuk
yang ditempatkan di tempat yang telah ditentukan. Tempat yang dianggap beresiko
diantaranya :
a. Unit Radiologi
b. Uni Labolatorium
c. Uni Farmasi
d. Kamar Operasi
e. Genset
f. Kamar isolasi penyakit menular
g. Tempat dengan ketinggian lebih dari 1 Meter
Selain penetapan tempat beresiko salah satu pemberian rasa aman kepada pekerja, juga
diberlakukan kewajiban untuk menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan setiap
kegiatan yang beresiko tinggi menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja.
Penetapan tempat beresiko dan penggunaan alat pelindung diri ini ditetapkan oleh
keputusan direktur Nomor ( ) tentang penetapan tempat beresiko dan
penggunaan alat pelindung diri di RSUD Tengku Sulung.
2. Pegawasan Keselamatan/Keamanan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan
Pengawasan ini bertujuan untuk menjamin berfungsinya peralatan medik dan non medik
sebagaimana mestinya sehingga tidak merugikan pengguanaan alat tersebut.
Pengawasan atau pemantauan kelayakan alat medik dan non medik dengan cara :
a. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan
b. Melakukan pengujian kalibrasi alat
c. Pemeliharaan alat dilakukan secara berkala
3. Kegiatan Pemeliharaan sarana dan prasarana dan klalibrasi
a. Pemeliharaan dan/atau perawatan sarana dan/atau prasarana
1) Program pemeliharaan dan/atau perawatan sarana dan/atau prasarana masing -
masing unit yang dilakukan oleh setiap unit pengguna/IPSRS/Pihak Ekstern
2) Adanya pelaporan pelaksanaan pemeliharaan dan/atau perawatan Sarana
dan/atau prasarana kepada Ka. Sub. Bag. Logistik
b. Kalibrasi
1) Kalibrasi dilakukan secara periodik 1 (satu) tahun sekali pada atau sesuai
dengan kebutuhan yang ada.
2) Pelaksanaan kalibrasi dilakukan oleh pihak luar yang ditunjuk.
3) Pelaksanaan kalibrasi oleh pihak luar dilakukan mengikuti prosedur
Pembelian yang ada yaitu Bagian Logistik mendata alat ukur & monitor
yang harus dilakukan kalibrasi alat ukur & monitor dan mengajukannya ke
Ka. Bag. Perencanaan & Pengembangan untuk dilanjutkan ke Wadir ADM
Umum & Keuangan dalam Form permohonan kalibrasi alat ukur &
monitor untuk disetujui. Bagian Logistik menjadwalkan pelaksanaan
kalibrasi dan mengundang pihak luar yg ditunjuk
4) Pada saat kalibrasi berlangsung Kepala / Ka. Unit / Bidang unit pengguna
dan petugas PSRS mendampingi pihak luar yang melakukan kalibrasi
5) Setiap Ka. Unit / Bidang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa alat
tersebut telah dikalibrasi dengan memeriksa tanda status hasil kalibrasi
(bila ada)
6) Bagian Logistik mencatat waktu dan hasil pelaksanaan kalibrasi dari alat
tersebut pada Daftar Alat Ukur & Monitor sesuai dengan Laporan Hasil
Kalibrasi yang ada.
7) Alat yang tidak dapat dikalibrasi atau rusak akan diberi label yang sesuai
dan/atau dipisahkan.
4. Fasilitas Perlengkapan Keamanan Pasien
Di RSUD Tengku sulung dalam merealisasaikan penyelenggaraan program K3 yang bertujuan
membuat rasa aman terhadap pasein, pekerja, pengunjung di lingkungan rumah sakit maka di
lengkapi oleh perlengkapan diantaranya :
a. Pintu dapat dibuka dari luar
b. Tempat tidur dilengkapi tralis penahan dibagian tepi
c. Sumber listrik mempunyai pengaman
d. Pemasok oksigen cukup pada tempat - tempat penting
e. Tersedia emergency suction pada keadaan gawat darurat
f. Ada tenaga listrik pengganti bagi ruangan dan peralatan medik yang vital
C. PENYEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan kerja rumah sakit meliputi semua ruangan dan area sekellilingnya yang
merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja yang dikelola secara
komersial, mempunyai resiko bahaya kesehatan, untuk itu diperlukan panduan untuk
memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan sesuai dengan Kemenkes RI No.
261/Menkes/SK/II/1998 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja.
1. Pengertian
Penyehatan lingkungan rumah sakit adalah segala upaya untuk menyehatkan dan
memelihara lingkungan rumah sakit dan pengaruhnya terhadap manusia.
2. Persyaratan Kesehatan Lingkungan RSUD Tengku Sulung.
a. Penyehatan Air
1) Tersedianya air bersih dengan kapasitas minimal 40 liter/ orang/hari
2) Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika,
kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai Permenkes No. 416 tahun 1990
tentang pengawasan dan persyaratan Kualitas air
b. Penyehatan Udara Ruangan
Suhu : 18 - 28 °C
Kelembaban : 40 - 60 %
c. Limbah
1) Limbah padat / sampah
a) Setiap limbah padat dari setiap ruangan satuan kerja dipisahkan sesuai
dengan jenis limbahnya (domestik, medis/klinik, Radiaktif) dan
dimasukkan kedalam bak/tong sampah yang telah dilapisi kantong plastik
yang telah disediakan untuk masing-masing jenis sampah yang akan
dibedakan.
b) Kantong plastik kuning untuk limbah medik/infeksius
c) Tong sampah hitam untuk limbah domestik/umum
d) Pengangkutan limbah padat dari masing-masing ruang dilakukan oleh
petugas yang telah ditunjuk dari masing-masing ruang, dengan
menggunakan alat pengangkut/gerobak sampah, melalui jalur yang telah
ditentukan.
e) Limbah padat domestik dimasukkan ke tempat penampungan sementara
container yang selanjutnya dibuang ketempat pembuangan akhir oleh DPU.
f) Bak limbah padat dilakukan pemeliharaan kebersihan secara periodik dan
atau sesuai kondisi dan keperluannya.
g) Pengelolaan limbah padat dilakukan di RSUD Tengku Sulung
2) Limbah Cair
a) Setiap ruang/satuan kerja yang menghasilkan limbah cair (dilengkapi
dengan fasilitas sistem pembuangan limbah cair (perpipaan khusus).
b) Limbah cair diolah di sentral pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke
lingkungan
c) Pemeriksaan kualitas dilakukan setiap bulan ke laboratorium Referensi
dengan parameter sesuai Kep.Me.LH No. 58 tahun 1995 Untuk keperluan
terbatas intern pemeriksaan kualitas dilakukan oleh IPSRS .
d. Pencahayaan di ruangan
Intensitas cahaya diruangan kerja minimal 100 Lux
e. Kebisingan Ruangan
Tingkat kebisingan diruangna kerja maksimal 85 dBA
f. Getaran
Tingkat getaran tidak mengganggu
g. Vektor penyakit
1) Serangga penular penyakit
a) Indeks Lalat : Maksimal 8 ekor/fly grill (100 cm x 100
cm)/dalam pengukuran 30 menit
b) Indeks kecoa : Maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam pengukuran
24 jam
c) Indeks Nyamuk : Countainer indeks ≤ 5%
2) Tikus
Setiap ruangan rumah sakit harus bebas tikus
h. Ruangan dan Bangunan
1) Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya
gangguan kesehatan dan kecelakaan
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin
dan bersih.
3) Langit - langit kuat, bersih dan atap kuat dan tidak bocor.
i. Penyehatan Makanan dan Minuman
1) Untuk bahan makanan dan minuman siap saji
Pengadaan makanan maupun bahan makanan perlu memperhatikan hal-hal
berikut ini, yaitu :
a) Bahan makan dan makanan jadi dari Unit Gizi harus diperiksa secara
fisik, dan dilakukan pemeriksaan kualitas secara periodik 6 bulan sekali
dengan jumlah sampel dari parameter sesuai keperluan
b) Pemeriksaan kualitas dilakukan oleh Kesehantan lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten dengan kepala Unit Gizi Rumah Sakit
2) Penyimpanan
a) Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara
kebersihannya, terlindung dari bahan kimia berbahaya, debu, serangga
dan tikus.
b) Bahan makanan dan makanan hasil olahan disimpan pada tempat yang
terpisah.
c) Suhu tempat penyimpanan makanan disesuaikan dengan sifat makanan
dan penyajiannya.
3) Tempat pengolahan
a) Tempat pengolahan dari peralatannya dipelihara kebersihannya dan atau
dibersihkan / didesinfeksi, selanjutnya dikeringkan dengan metode yang
dianggap efektif dan efisien.
b) Asap dari kegiatan dapur dibuang keluar baik dengan peralatan
konvensional maupun mekanis.
c) Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 Lux.
4) Penjamah Makanan
a) Selama bekerja harus menggunakan perlengkapan pelindung
pengolahan makanan (celemek, penutup rambut).
b) Selama bekerja tidak dibenarkan merokok, makan dan memakai
perhiasan serta selalu menjaga/memelihara kebersihan pribadi (personal
hygiene).
c) Selama melakukan pengolahan makanan tidak boleh kontak langsung
dengan tubuh (menggunakan alat pembantu sarung tangan plastik,
penjepit makan dll)
d) Penjamah makanan tidak menderita atau menjadi sumber penularan
penyakit.
e) Penjamah makanan harus sehat, diperiksa kesehatannya secara berkala
minimal 2 kali dalam setahun.
5) Penyajian Makanan
a) Penyajian makamm dari dapur pusat ke konsumen neng&unakan kereta
dorong khusus untuk menghindarkan terjadinyapencemaran.
b) Transportasi makanan siap hidang diusahakan melalui jalur tertentu
sehingga dapat terhindar teIjadinya pencemaran.
c) Makanan yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien.
d) Kereta dorong pcngangkut makanan harus selalu dijaga kebersihannya
secara periodik dari atau menurut kebutuhan
j. Penyehatan Tempat Pencucian
1) Tempat Pencucian dan Peralatan Penunjang Medis.
2) Setiap ruangan pelayanan medis dan Penunjang medis yang karena sifat
kegiatannya harus dilengkapi dengan fasilitas pencucian untuk mencuci
peralatan. Fasilitas pencucian harus dilengkapi dengan sarana pemeliharaan
kebersihan Binatu
3) Lokasi Binatu diupayakan yang mudah dijangkau oleh Unit Kegiatan yang
memerlukan serta tidak berdekatan dengan ruang Rawat Inap.
4) Konstruksi lantai dari beton atau plesteran yang kuat & tidak licin dengan
kemiringan lantai 2- 3 % kearah saluran pembuangan limbah cairan
5) Harus disediakan fasilitas pembuangan limbah cair sistem tertutup dan
menjamin kelancaran aliran limbah cair ke sistem jaringan limbah cair
terdekat
6) Disediakan sistem penyediaan air bersih & air panas sesuai dengan
keperluannya.
7) Dilengkapi ruangan-ruangan yang terpisah sesuai dengan peruntukannya
a) Ruangan Linen Kotor
b) Ruang Linen Bersih
c) Ruang Penyimpanan Perlengkapan Cuci
d) Ruang Penyimpanan Perlengkapan Kebersihan
8) Disediakan kamar mandi & WC dan tempat cuci tangan untuk petugas
dengan jumlah sesuai keperluan.
9) Pengaturan tata letak ruang harus diperhatikan sehingga dapat mencegah /
menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi silang.
10) Ruangan harus selalu terjaga kebersihannya.
11) Bak-bak penampungan air dibersihkan minimal seminggu sekali untuk
mencegah perindukan serangga vektor penyakit.
12) Tingkat pencahayaan diruang pencucian minimal 200 Lux
13) Secara periodik atau menurut keperluannya ruangan dapat dilakukan
sterilisasi dengan metode yang dianggap efektif dan efisien.
k. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
1) Penyuluhan Kesehatan Lingkungan dilakukan terhadap pegawai RS,
pengunjung RS dan masyarakat sekitar RS.
2) Materi Penyuluhan disesuaikan dengan keperluan khususnya yang terkait
dengan masalah kesehatan lingkungan.
3) Materi penyuluhan disiapkan oleh lnstalasi Sanitasi Lingkungan &
Pelaksanaannya dikoordinir oleh pengembangan SDM
4) Metode penyuluhan dapat dipilih sesuai dengan keperluan dengan metode
yang dianggap efektif dan efisien.
h. Iritasi
Bahan yang dapat mengakInstalasi Bedahatkan peradangan pada kulit dan selaput
lendir.
i. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembantukan dan pertumbuhan embrio.
j. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakInstalasi Bedahatkan perubahan kromosom yang
berarti dapat merubah genetika.
k. Arus listrik
2. Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya
a. Dipengaruhi oleh daya racun
Cara B3 masuk kedalam tubuh yaitu melalui saluran pernafasan,saluran
pencernaan,dan penyerapan melui kulit. Diantaranya yang sangat berbahaya adalah
yang melalui saluran pernafasan karena tanpa disadari B3 akan masuk kedalam tubuh
bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 m2 selama 8 jam kerja dan
sulit dikeluarkan kembali dari dalam tubuh.
b. Konsentrasi dan lama paparannya
Efek kombinasi bahan kimia,yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat dan
daya racun yang berbeda,menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau
pengobatan.
Kerentanan calon korban paparan B3 karena masing-masing individu mempunyai
daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh bahan kimia.
3. Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3
a. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan
karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh petugas
yang ditunjuk sebagai penanggungjawab. Hasil identifikasi dInstalasi Bedaheri label
atau kode untuk dapat membedakan satu dengan lainnya. Sumber informasi
didapatkan dari MSDS.
b. Evaluasi untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan sesuai
sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus mempredksi
resiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
c. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang dilakukan
meliputi:
1) Pengendalian operasional, seperti eliminasi, substitusi, ventilasi, penggunaan alat
perlindungan diri dan menjaga higiene perorangan.
2) Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label, penyediaan
MSDS, pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata ruang, pemantauan rutin dan
pendidikan atau pelatihan.
3) Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman.
4) Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah barang.
d. Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya, antara lain:
1) Upayakan substitusi yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya dengan yang
kurang berbahaya
2) Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin
dengan cara memilih proses kontinyu yang menggunakan bahan setiap saat lebih
sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan sesuai dengan kebutuhan sehingga
resiko dalam penyimpanan kecil
3) Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang bahan
berbahaya yang menyangkut sifat berbahaya, cara penanganan, cara
penyimpanan, cara pembuangan dan penanganan sisa atau bocoran/tumpahan,
cara pengobatan bila terjadi kecelakaan dan sebagainya. Informasi tersebut dapat
diminta kepada penyalur atau produsen bahan berbahaya yang bersngkutan.
4) Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan kontaminan
bahan berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau secara berkala agar
kontaminan tidak melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan
5) Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama dengan
mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti prosedur kerja
yang aman
6) Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau tepat
melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan
7) Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai dengan prosedur dan
petunjuk teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda peringatan yang sesuai
dan jelas
8) Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-bahan
berbahaya
9) Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan aman, bersih
dan terpelihara dengan baik
10) Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara memelihara
instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya pemanfaatan kembali atau
daur ulang
4. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan, menggunakan,
dll) B3, setiap staf Instalasi Bedah mengetahui betul jenis bahan dan cara penanganannya
dengan melihat SPO dan MSDS yang telah ditetapkan.
a. Penanganan untuk personil
1) Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan
2) Baca petunjuk yang tertera pada kemasan
3) Letakkan bahan sesuai ketentuan
4) Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk
5) Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan
6) Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata
7) Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penempatan bahan,
hindari terjadinya tumpahan/kebocoran
8) Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas
9) Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan
bahaya/kecelakaan atau nyaris celaka melalui formulir yang telah disediakan dan
alur yang ditetapkan
b. Penanganan berdasarkan lokasi
Daerah-daerah yang beresiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan tempat
penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 yang ada di Rumah Sakit harus
ditetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode warna di area
bersangkutan, serta Unit Kamar Operasi dalam denah Rumah Sakit dan
disebarluaskan/disosialisasikan kepada seluruh penghuni Rumah Sakit.
c. Penanganan administrasi
Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus dInstalasi
Bedaheri tanda sesuai potensi bahaya yang ada, dan di lokasi tersebut tersedia SOP
untuk menangani B3, antara lain:
1) Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi
2) Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan
3) Cara penanganan B3, dll
A. MUTU PELAYANAN
1. Pengertian Mutu
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :
Defenisi Indikator adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu
indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat
perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
2. Definisi Mutu Pelayanan RSUD TENGKU SULUNG
Adalah derajat kesempurnaan pelayanan RSUD Tengku Sulung untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar
profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia
di RSUD Tengku Sulung secara wajar, efisien dan efektif serta dInstalasi Bedaherikan
secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan Rumah Sakit dan masyarakat
konsumen.
3. Pihak Yang Berkepentingan Dengan Mutu
Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, yaitu :
a. Konsumen
b. Pembayar/perusahaan/asuransi
c. Manajemen RSUD Tengku Sulung
d. Karyawan RSUD Tengku Sulung
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
4. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah :
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
5. Mutu Terkait dengan Input, Proses, Output
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel,
yaitu :
a. Input, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu
pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
b. Proses, merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan interaksi
profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat).
Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting.
c. Output, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada
konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.
B. KRITERIA
1. Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
2. Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan
prinsip dasar sebagai berikut :
a. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan dalam pelayanan Instalasi Farmasi
1) Keprofesian
2) Financial
3) Efektif dan Efisien
4) Patient Safety
5) Kepuasan pasien
6) Sarana dan lingkungan fisik
b. Indikator yang dipilih
1) Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
2) Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada
untuk perorangan.
3) Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit.
4) Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor.
5) Didasarkan pada data yang ada.
6) Minimal Dalam 1 tahun ada 2 indikator yang dianalisa
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator,
sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dari berbagai sumber
b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan
KRITERIA :
Inklusi : Pasien operasi bersih, termasuk operasi cito
Eksklusi :
TIPE INDIKATOR Rate Based
PEMBILANG Jumlah pasien infeksi luka operasi bersih
(Numerator)
PENYEBUT Jumlah seluruh pasien operasi bersih dalam
(Denominator) periode waktu yang sama dengan lama perawatan
post operatif sama dengan atau lebih dari lima hari
STANDARD 2%
KETERANGAN
dr. H. ISWANDI
DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN ...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................................0
DAFTAR ISI...................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
B. TUJUAN.............................................................................................................................1
C. RUANG LINGKUP............................................................................................................1
D. BATASAN OPERASIONAL..............................................................................................2
E. LANDASAN HUKUM.......................................................................................................2
BAB II STANDAR KETENAGAAN.............................................................................................3
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA...................................................................3
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN INSTALASI BEDAH......................................................5
BAB III STANDAR FASILITAS....................................................................................................6
A. DENAH RUANG...............................................................................................................6
B. STANDAR FASILITAS......................................................................................................7
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN...................................................................................10
A. TATA LAKSANA PELAYANAN INSTALASI BEDAH.................................................10
BAB V LOGISTIK.......................................................................................................................41
A. PERENCANAAN PENYEDIAAN PRASARANA / PERALATAN...............................41
B. PERMINTAAN BARANG...............................................................................................41
C. PENERIMAAN................................................................................................................42
D. PENYIMPANAN / DISTRIBUSI.....................................................................................43
E. PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN..........................................................................43
BAB VI KESELAMATAN PASIEN.............................................................................................45
A. KESELAMATAN PASIEN RSUD TENGKU SULUNG ...............................................45
B. PENGELOLAAN KEGIATAN KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI BEDAH
47
C. SISTEM PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN RSUD TENGKU
SULUNG.........................................................................................................................................48
BAB VII KESEHATAN KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN RSUD TENGKU
SULUNG ............................................................................................................................................51
A. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA..............................................................51
B. KESELAMATAN KERJA................................................................................................53
C. PENYEHATAN LINGKUNGAN.....................................................................................55
D. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN.......................................59
E. JENIS BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) YANG ADA DI INSTALASI
BEDAH 62
BAB VIII PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH RSUD TENGKU SULUNG...........68
A. MUTU PELAYANAN......................................................................................................68
B. KRITERIA........................................................................................................................69
C. INDIKATOR MUTU PELAYANAN INSTALASI BEDAH RSUD TENGKU
SULUNG.........................................................................................................................................70
D. UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RSUD TENGKU SULUNG..............70
BAB IX PENUTUP.......................................................................................................................73