Anda di halaman 1dari 75

PEDOMAN PELAYANAN UNIT KAMAR OPERASI

RSUD TENGKU SULUNG

TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemajuan tekhnologi saat ini , menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar
memberikan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, peningkatan kualitan pelayanan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting. RSUD TENGKU SULUNG sebagai salah satu penyedia pelayanan
kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan yang
profesional dan berkualitas. Sejalan dengan upaya tersebut, agar RSUD TENGKU
SULUNG dapat memberikan pelayanan prima bagi para pasiennya, diperlukan adanya
suatu pedoman pelayanan kesehatan khususnya pelayanan bedah yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Pelayanan pembedahan di RSUD TENGKU SULUNG merupakan salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi di bidang bedah. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan pembedahan di RSUD TENGKU SULUNG, disusunlah Pedoman
Pelayanan Kamar operasi RSUD TENGKU SULUNG.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai panduan dalam meningkatkan mutu pelayanan pembedahan dikamar
operasi,menurunkan angka kematian, kecacatan dan infeksi seminimal mungkin pada
pasien yang menjalani pembedahan.
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan mutu pelayanan dan evaluasi pelayanan yang diberikan secara terus
menerus dan berkesinambungan

C. RUANG LINGKUP
Kegiatan pelayanan Kamar operasi dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi dengan
pelayanan lainnya di rumah sakit. PelayananKamar Operasi dapat berupa pelayanan rawat
jalan atau rawat inap.
Pelayanan bedah di RSUD TENGKU SULUNG meliputi :
1. ekstraksi kuku / benda asing , sirkum sisi)
2. Bedah umum / mayor
3. Bedah spesialistik ( antara lain : kebidanan )
Pelayanan bedah utamanya terkait dengan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
oleh :
1. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan
2. Dokter spesialis anestesi
3. Dokter spesialis bedah
Pelayanan anestesiologi dapat juga dilakukan di luar kamar bedah, dilaksanakan secara
terintegrasi antara lain di instalasi gawat darurat , kamar bersalin, instalasi radiologi,
Instalasi intensif dan instalasi rawat jalan.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Instalasi Kamar Operasi
Adalah suatu instalasi khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun cito yang membutuhkan kondisi
steril dan kondisi khusus lainnya.
2. Ruang persiapan
Ruang yang digunakan untuk mempersiapkan pasien bedah sebelum memasuki kamar
operasi
3. Ruang pemulihan/recovery room
Ruangan yang berada dekat dengan kamar operasi dan diawasi oleh perawat anestesi.
4. Scrub station
Adalah bak cuci tangan bagi dokter ahli bedah dan petugas medic yang akan mengikuti
langsung pembedahan di dalam kamar operasi.
5. Kamar Operasi
Adalah ruang untuk melakukan tindakan operasi dan atau pembedahan, ruangan harus
cukup luas untuk memungkinkan petugas bergerak sekeliling peralatan bedah/ operasi.

E. LANDASAN HUKUM
1. PERMENKES RI NOMOR 340 / MENKES / PER / III/ 2010 tentang klasifikasi rumah
sakit
2. PERMENKES RI NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
3. Kemenkes 2011 Standar pelayanan keperawatan kamar bedah di rumah sakit
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Instalasi bedah adalah :
No Kualifikasi Jumlah
Nama Pengalaman dan yang
Jabatan Formal Sertifikat Kualifikasi diperluka
n
1. Kepala DIII  Memiliki 1
Keperawata  Pelatihan
eo ruangani kemampuan
dasar dasar
Kamar Unit n dalam
ketrampilan
operasi kepemimpinan
bagi perawat
 Memiliki
bedah
kemampuan
memanagemen
instalasi Bedah
 Sehat jasmani
dan rohani
 Memiliki
Pengalaman
bekerja di
Instalasi Bedah
selama 2 tahun
 Ditetapkan Oleh
direktur dengan
keputusuan
Direktur
2. Kepala tim DIII  Pelatihan  Memiliki
Keperawata Pelatihan kemampuan
n dasar dasar dalam
ketrampilan kepemimpinan
bagi perawat  Sehat jasmani
bedah dan rohani
 Memiliki
Pengalaman
bekerja di
Instalasi Bedah
selama 2 tahun
 Ditetapkan Oleh
direktur dengan
keputusuan
Direktur
3. Pj Shift DIII  Pelatihan  Memiliki
Keperawata Dasar Kamar kemampuan
n Bedah dalam
kepemimpinan
 Sehat jasmani
dan rohani
 Memiliki
Pengalaman
bekerja di
Instalasi Bedah
selama 2 tahun
 Memiliki
semangat dan
disiplin
 Ditetapkan Oleh
direktur dengan
keputusuan
Direktur
4. Perawat S Kep, DIII  Pelatihan  Sehat jasmani
Pelaksana Keperawata Dasar Kamar dan rohani
Instalasi n,DIII Bedah  Memiliki
Bedah Kebidanan Pengalaman
bekerja di
Instalasi Bedah
selama 1 tahun
 Memiliki
semangat dan
disiplin
 Ditetapkan Oleh
direktur dengan
keputusuan
Direktur
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN INSTALASI KAMAR OPERASI
1. Pola Distribusi Ketenagaan Instalasi Kamar operasi
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi kamar operasi yaitu :
a. Dinas Pagi :
Petugas yang berdinas sejumlah 6 orang.
Kategori :
On call
b. Dinas sore
On call
c. Dinas malam
On call
2. Pengaturan Jaga Perawat Instalasi Bedah
a. Pengaturan jadwal dinas perawat Unit Kamar operasi di pertanggung jawabkan oleh
Kepala Ruangan Kamar operasi dan disetujui oleh Kepala Bidang Keperawatan
b. Jadwal dinas Unit kamar operasi untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana Instalasi kamar operasi setiap satu bulan.
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas kepada Kepala Ruangan Unit
kamar operasi. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa
bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
d. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat pj shift dengan syarat pendidikan minimal D
III Keperawatan dan pengalaman di kamar operasi minimal 1 tahun
e. Jadwal dinas meliputi jadwal untuk perawat pelaksana bedah, pj Shift terbagi atas
dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas dan libur , cuti dan jadwal oncall.
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang bersangkutan harus
memberitahu kepala ruangan pelayanan kamar operasi : 2 jam sebelum dinas.
Sebelum memberitahu Kepala ruangan pelayanan kamar operasi, diharapkan perawat
yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang
bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka Kepala ruangan kamar
operasi akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu Instalasi
kamar operasi. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas
pada shift sebelumnya waktu Instalasi kamar operasi untuk menggantikan.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas & Sarana
Instalasi Bedah RSUD TENGKU SULUNG memiliki :
a. 2 ruang operasi
b. ruang persiapan pasien
c. ruang induksi
d. ruang penyiapan peralatan / instrument bedah
e. ruang pemulihan
f. ruang resusitasi bayi / neonates
g. ruang ganti pakaian (loker)
h. scrub station
i. ruang linen
j. ruang penyimpanan perlengkapan bedah
k. ruang penyimpanan peralatan kebersihan (janitor)
l. ruang membersihkan alat instrument
m. ruang mensterilkan alat
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di instalasi kamar operasi mengacu kepada buku pedoman tekhnis
ruang operasi rumah sakit kementrian kesehatan RI untuk menunjang kegiatan pelayanan
terhadap pasien bedah.
a. Peralatan di ruang operasi :
1) 1 (satu) meja operasi (operation table)
2) 1 (satu) set lampu operasi (operation lamp), terdiri dari lampu utama dan lampu
satelit
3) 1 (satu) mesin anestesi
4) Jam dinding
5) Instrument trolley untuk peralatan bedah
6) Tempat sampah klinis
7) Tempat linen kotor
b. Peralatan anestesi antara lain:
1) Mesin anestesi yang mempunyai anti hipoksik device dengan circle sistem
dengan O2 dan N2O dan udara tekan dengan vaporizer untuk volatile agent.
Untuk setiap kamar operasi,harus ada 1 unit mesin anestesi yang dapat digunakan
untuk pemberian oksigen dan gas anestesi. Peralatan esesnsial dalam mesin
anestesi mencakup :
a) Flowmeter dan Vaporizer yang terkal Instalasi Bedahrasi baik untuk
pemberian obat-obat anestesi inhalasi secara akurat.
b) Sistem pernafasan yang memadai untuk memastikan penyampaian oksigen
dan gas anestesi kepada setiap pasien.
c) Sistem pencegahan terhirupnya kembali gas buang ( CO2).
d) Sistem pernafasan untuk pediatrik jika diperlukan
e) Sistem pengaman gas medis yang dapat mencegah kekeliruan sambungan gas
f) Katup pembebas tekanan yang berlebihan ( high pressure relief valve )
(1)Set anestesi pediatric
(2) Ambu bag
(3) Nasopharingeal airway ukuran dewasa ( semua ukuran )
(4) Orofraingeal airway
(5) Laringoskop dewasa
(6) Laringoskop bayi
(7) Konektor dari pipa oro dan nasotrakeal dengan mesin anestesi
(8) Magill forceps ukuran dewasa dan anak
(9) Stetoskop
(10) Tensimeter non invasive
(11) Termometer
(12) Infusion standard
(13) Pulse oxymetri sederhana
(14) Perlengkapan anestesi regional
(15) Suction pump portable dan suction sentral
(16) Medicine cabinet
(17) Patient trolley
(18) Intubation set
(19) Sumber oksigen berupa tabung dan oksigen sentral yang dilengkapi
dengan regulator dan flowmeter.
(20) Sumber gas N2O
(21) Monitor EKG
(22) Mobile sphigmomanometer
(23) Oxygen aparatus dan flowmeter
(24) Sungkup muka
(25) Tourniquet
(26) Alat proteksi dari kontaminasi biologic untuk tenaga anestesi seperti
jubah pelindung, sarung tangan sekali pakai, masker sekali pakai.
(27) Defibrilator jantung dengan kemampuan kardioversi sinkron (sincronized
cardioversion).
2) Standar obat – obat Anestesi :
1) Obat-obat anestesi umum : propofol, midazolam, ketamin, petidin, morfin,
fentanil, N2O, sevofluran, isoflurane.
2) Obat -obatan anestesi regional : bupivakain,efedrine
3) Obat penunjang anestesi : SA, prostigmin, furosemid, analgetik, dextrose
40%,pitogin, metergin, transamin, dexametason,
4) Obat emergensi : adrenalin, SA, lidokain, efedrin, aminofilin
3) Peralatan dalam set Instrumen dasar
Set instrument dasar terdiri dari :
No. Instrument Jumlah
1 Curettage set 1
2 SC set 1
3 Laparatomy set 1
4 Minor set 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PELAYANAN UNIT BEDAH


1. TATA LAKSANA ASSESMENT PRA BEDAH
a. Petugas Penanggung Jawab
Perawat Instalasi Perawatan Bedah
b. Perangkat Kerja
Status Medis
c. Tata Laksana Assesment Pra Bedah
1) Memastikan identitas pasien sebelum tindakan operasi dilakukan dengan
menyebutkan nama dan nomor RM.
2) Dokter Operator melakukan pengkajian pra bedah terhadap pasien yang akan
menjalani tindakan operasi dengan menggunakan formulir CPPT
3) Perawat bedah mengkaji riwayat subjektif pasien
a) Asesmen berfokus pada keluhan utama
b) Perawat Bedah menanyakan riwayat penyakit sekarang (onset, pemicu,
kualitas, penjalaran nyeri, derajat keparahan, durasi)
c) Perawat Bedah menanyakan riwayat penyakit dahulu seperti riwayat operasi,
dll
d) Perawat Bedah menanyakan pula riwayat penyakit keluarga seperti riwayat
alergi, riwayat penyakit menular, riwayat penyakit keturunan (hipertensi,
DM).
4) Mengkaji kondisi objektif pasien yang terkait penyakitnya melalui pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang di Bedah. Pemeriksaan fisik meliputi:
a) Melakukan pemeriksaan tanda- tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan,
suhu)
b) Melakukan Pemeriksaan fisik yang spesifik mengarah ke diagnosis awal pra
bedah
5) Dokter Operator menegakkan diagnosa awal pra bedah
6) Kemudian dokter operator membuat rencana terapi dan tindakan pembedahan
serta rencana konsultasi dengan spesialisasi lain bila dibutuhkan.
7) Dokter operator memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan atau
keluarga pasien tentang penyakit dan rencana tindakan pembedahan
8) Mendokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan dalam formulir CPPT
9) Apabila pasien memerlukan operasi cito, dikoordinasikan dengan instalasi kamar
operasi segera.
10) Apabila pasien memerlukan perawatan / tindakan pembedahan yang tidak dapat
dilakukan di Rumah Sakit maka akan dilakukan rujukan ke rumah sakit yang
memiliki dokter yang lebih kompeten dan peralatan medis yang lebih kompeten.
2. TATA LAKSANA PERSIAPAN PASIEN SEBELUM OPERASI
a. Petugas Penanggung Jawab
1) Perawat Ruangan
2) Perawat Unit Kamar Operasi
3) Dokter Operator
b. Perangkat Kerja
1) Formulir Tranfer Pasien Intra rsud tengku sulung
2) Cheklist Persiapan Operasi
c. Tata Laksana Persiapan Pasien Sebelum Operasi
1) Sebelum tindakan operasi Perawat Ruangan dan dokter operator melakukan
pemeriksaan pasien, yang meliputi :
a) Pemeriksaan tekanan darah , suhu, nadi dan pernafasan
b) Pemeriksaan laboratorium
c) Pemeriksaan jantung dan paru
2) Perawat Ruangan memastikan melakukan tindakan Pengosongan lambung dan usus:
pasien dipuasakan dan atau dilakukan tindakan pengosongan usus (huknah)
3) Sebelum dilakukan tindakan operasi perawat ruangan melakukan Pencukuran daerah
operasi
4) Sebelum tindakan operasi di lakukan dokter operator pravisit kepada pasien yang
akan menjalani operasi kemudian menandai daerah operasi yang telah di tentukan.
Penandaan dilakukan 1 jam sebelum tindakan operasi dilakukan. Penandaan dapat
dilakukan pula oleh dokter umum ruangan dan perawat bedah bila dokter operator
memberikan pedelegasian.
5) Menjaga kebersihan diri (personal hygiene) pasien dengan menganjurkan pasien
untuk mandi dengan sabun antiseptic, menghapus make up, pewarna kuku dan
melepas perhiasan sebelum tindakan operasi dilakukan.
6) Perawat Bedah memberikan edukasi persiapan mental kepada pasien yang akan
menjalani operasi dengan menganjurkan pasien untuk berdoa sesuai dengan
keyakinan masing – masing.
3. TATA LAKSANA PENANDAAN LOKASI OPERASI
a. Petugas Penanggung Jawab
1. Dokter Operator
2. Dokter Umum Ruangan
3. Perawat Bedah

a. Perangkat kerja
1) Formulir penandaan lokasi operasi wanita
2) Formulir penandaan lokasi operasi Laki-laki
b. Tata Laksana Penandaan Lokasi Operasi
1) Mengucapkan salam, “ Assalamualaikum, selamat pagi / siang / sore bapak / ibu”,
perkenalkan diri, “Saya.. (nama)”, jelaskan profesi / unit kerja
2) Menjelaskan tugas yang akan dilakukan
3) Memastikan identitas pasien pada gelang pasien , tanyakan nama , dan nomor rekam
medis
4) Menjelaskan materi tentang penandaan lokasi operasi pada pasien dan atau keluarga
pasien
5) Dokter Operator, Dokter Ruangan dan Perawat Bedah memberikan tanda lokasi
operasi dengan tanda yang tidak mudah luntur dan mudah dikenali dengan
melibatkan pasien saat dilakukan penandaan lokasi operasi tersebut (menggunakan
spidol marker, bentuk lingkaran )
6) Melakukan verifikasi pada pasien dan atau keluarga bahwa mereka telah memahami
dan mengetahui lokasi yang akan dioperasi. Pasien dan atau keluarga
menandatangani pada formulir yang tersedia.
7) Mengucapkan terima kasih dan semoga semuanya dapat berjalan dengan baik.

4. TATA LAKSANA SIGN IN


a. Petugas Penanggung Jawab
Perawat kamar operasi

b. Perangkat kerja
Formulir Cheklist Keselamatan Operasi
c. Tata Laksana Sign In
1) Perawat kamar operasi menanyakan kembali identitas pasien dengan menayakan
nama dan no. RM , pastikan identitas pasien sesuai dengan yang tertulis pada gelang
identitas pasien.
2) Melakukan klarifikasi ulang penandaan lokasi operasi sudah ditandai dengan
permanen/marker
3) Menanyakan kepada pasien untuk verifikasi kebenaran lokasi operasi bila pasien
dalam keadaan sadar atau memastikan lokasi operasi berdasarkan rekam medis dan
hasil pemeriksaan penunjang pasien (misalnya hasil rontgen dan pemeriksaan
penunjang laboratorium).
4) Perawat kamar operasi menanyakan kepada pasien (bila pasien sadar), memastikan
pasien telah diinformasikan sebelumnya dan mengerti tentang rencana tindakan
pembedahan yang akan dilakukan.
5) Memastikan bahwa pasien atau keluarganya telah menandatangani surat persetujuan
operasi / informed consent
6) Memastikan apakah peralatan anestesi , obat-obatan serta alkes anestesi sudah
disiapkan
7) Memastikan pulse oxymetri, apakah sudah terpasang pada pasien dan berfungsi
dengan baik
8) Menanyakan kepada pasien , apakah pasien memiliki riwayat alergi
9) Memastikan keadaan dan fungsi alat bantu pernafasan dan suction terutama bila
pasien memiliki kemungkinan terjadinya gangguan pada jalan nafas dan aspirasi
10) Memastikan pemasangan akses intra vena (infuse) serta ketersediaan cairan atau
darah terutama bila pasien memiliki resiko kehilangan darah yang banyak.
11) Mencatat waktu dan tanda tangan pada sign in

5. TATA LAKSANA TIME OUT


a. Petugas Penanggung Jawab
1) Perawat Sirkuler
2) Perawat kamar operasi
b. Perangkat Kerja
Form Cheklist Keselamatan Operasi

c. Tata Laksana Time Out


1) Memastikan sebelum tindakan operasi tim operasi sudah lengkap,
2) Perawat sirkuler / kepala ceklist meminta semua anggota tim untuk memperkenalkan
diri dan perannya masing- masing
3) Mengajukan pertanyaan kepada dokter operator, dokter anestesi serta perawat
anggota tim operasi untuk memastikan apakah nama pasien, rencana tindakan yang
akan dilakukan serta area / lokasi operasi sudah benar
4) Menanyakan kepada operator :
a) Apakah ada kemungkinan terjadi kejadian kritis / yang tidak diharapkan
b) Berapa lama tindakan operasi akan berlangsung
c) Bagaimana persiapan untuk antisipasi kehilangan darah
d) Apakah antibiotic profilaksis sudah diberikan 1 jam sebelum operasi
e) Apakah ada hasil rontgen yang perlu ditampilkan
5) Bertanya kepada dokter anestesi :
a) Apakah ada hal – hal khusus yang harus diperhatikan
6) Bertanya kepada perawat Instrume/ Scrub Nurse :
a) Apakah instrument yang akan digunakan telah benar – benar steril
b) Apakah alat – alat bedah yang digunakan berfungsi dengan baik
c) Pastikan foto rontgen, telah ditayangkan dan posisi foto tidak terbalik
7) Mendokumentasikan waktu dan tanda tangan pada time out
Bila dalam proses time out belum sempurna, anggota tim operasi dapat
menghentikan prosedur itu. Semua anggota tim mempunyai tanggung jawab untuk
bicara jika mereka mempunyai informasi yang dapat mempengaruhi keselamatan
pasien. Prosedur belum dapat dimulai bila masalah belum terpecahkan.
6. TATA LAKSANA SIGN OUT
a. Petugas Penanggung Jawab
1) Perawat Sirkuler
2) Perawat Bedah
b. Perangkat Kerja
Form Cheklist Keselamatan Operasi
c. Tata Laksana Sign Out
1) Mengajukan pertanyakan kepada tim operasi :
b) Apa nama prosedur operasi yang baru saja dilaksanakan
c) Apakah perhitungan jumlah instrument, kassa dan jarum yang terpakai telah
sesuai
d) Apakah specimen / sample jaringan telah diberi label idetitas pasien
e) Apakah ada permasalahan pada peralatan yang perlu dilaporkan
2. Meminta Dokter operator, dokter anestesi serta perawat tim operasi untuk
menjelaskan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat di ruang recovery serta
perawatan yang harus dilakukan selama masa pasca bedah.
3. Mendokumentasikan waktu dan tanda tangan pada sign out
7. TATA LAKSANA PEMBUATAN LAPORAN OPERASI
a. Petugas Penanggung Jawab
1) Dokter Operator
2) Perawat Bedah
b. Perangkat Kerja
Laporan operasi
c. Tata Laksana Pembuatan Laporan Operasi
1) Dokter bedah menuliskan pada form laporan operasi pada kolom yang tersedia,
meliputi :
a) Diagnosis pasca operasi
b) Nama dokter bedah dan asistennya
c) Prosedur operasi yang dilakukan dan rincian temuan
d) Ada dan tidak adanya komplikasi
e) Specimen operasi yang dikirim untuk diperiksa
f) Jumlah darah yang hilang dan jumlah darah yang masuk lewat tranfusi
g) Nomor pendaftaran dari alat yang dipasang (implan)
h) Tangaal, waktu, tanda tangan dokter yang bertanggung jawab
2) Asisten operasi mengisi :
a) Identitas pasien operasi
b) Nama operator dan asisten bedah
c) Nama dokter anestesi dan perawat anestesi
d) Tanggal dan waktu operasi (jam mulai, jam selesai dan lamanya operasi)

8. TATA LAKSANA PERSIAPAN KAMAR OPERASI


a. Petugas Penanggung Jawab
1) Perawat Kamar Operasi
2) Penata Anestesi
b. Perangkat Kerja
Formulir Permintaan Kamar Operasi
c. Tata Laksana Pelayanan Pasien Operasi
1) Perawat Instalasi Kamar Operasi menyiapkan kamar operasi minimal 1 jam
sebelumnya (untuk operasi elektif) untuk mengetahui kesiapan alat – alat di kamar
operasi baik alat – alat yang tetap maupun alat – alat yang dapat dipindahkan
(mobile).
2) Perawat Instalasi Kamar Operasi memeriksa lampu penerangan ruangan, lampu
operasi dan AC atau pendingin ruangan operasi apakah dalam keadaan baik. Bila ada
lampu yang mati dan dalam waktu 30 menit suhu ruangan tidak dingin segera
laporkan kepada tekhnisi untuk dapat diperbaiki segera. Bila tidak dapat diperbaiki
segera, dipertimbangkan untuk menyiapkan kamar operasi yang lain.
3) Mengatur meja operasi pada posisi tengah ruangan dan tepat di bawah lampu operasi,
periksa fungsi meja operasi secara manual atau elektrik.
4) Mengatur posisi mesin anestesi pada posisi kepala pasien. Periksa fungsi mesin
anestesi.
5) Persiapkan mesin suction, periksa kekuatan daya hisap mesin suction, ganti mesin
suction apabila dirasa daya hisap mesin kurang. Atur posisi mesin suction sesuai
dengan rencana tindakan operasi yang akan dilakukan.
6) Mempersiapkan cauter, periksa fungsi cauter dan letakkan cauter sesuai dengan
rencana tindakan operasi yang akan dilakukan.
7) Mempersiapkan 1 set linen steril , yang berisi 3 buah jas operasi, 3 buah handuk
kecil, 1 duk lobang besar, 3 duk besar, 2 duk kecil, 1 duk lobang kecil, 1 sarung meja
mayo.
8) Mempersiapkan 1 set instrumen steril sesuai dengan rencana tindakan operasi yang
akan dilakukan.
9) Meletakkan set linen dan instrumen steril di atas troley pada ruangan operasi yang
akan digunakan.
10) Mempersiapkan meja mayo, atur posisinya di samping meja operasi.
11) Mempersiapkan 2 tempat sampah yang didalamnya dilapisi plastik warna merah
untuk sampah basah dan infeksius dan plastik warna hitam untuk sampah kering dan
noninfeksius.
12) Mempersiapkan 2 buah kursi untuk operator dan dokter anestesi.
13) Mempersiapkan alat – alat khusus lain yang diperlukan sesuai dengan rencana
tindakan operasi
14) Perawat Kamar Operasi dan Penata Anestesi mempersiapkan kit barang perbekalan
farmasi ( obat dan alkes operator dan anestesi).
9. TATA LAKSANA PELAYANAN PASIEN OPERASI
a. Petugas Penanggung Jawab
1. Dokter Operator
2. Dokter Anestesi
3. Perawat Tim Operasi (Perawat Kamar Operasi. Penata Anestesi, Perawat Instrumen,
dan Perawat Sirkuler )
4. Perawat Ruangan
5. Kepala Ruangan

b. Perangkat Kerja
1) Jadwal operasi elektif atau cyto
2) Laporan Operasi
3) Laporan Anestesi
c. Tata Laksana Pelayanan Pasien Operasi
1) Pasien yang direncanakan untuk operasi di Instalasi Kamar Operasi harus sudah
dilengkapi dengan pemeriksaan – pemeriksaan yang diperlukan sesuai dengan
standar yang berlaku.
2) Jadwal operasi dari instalasi rawat inap, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat
Jalan atau instalasi intensif disampaikan kepada perawat atau administrasi Instalasi
Kamar Operasi dengan menggunakan formulir jadwal operasi yang mencantumkan :
nama pasien, umur, jenis kelamin, no.RM, diagnosis, rencana tindakan operasi dan
rencana pembiusan , nama dokter operator, dokter anestesi dan waktu operasi yang
diinginkan serta menuliskan elektif atau cito pada sudut kanan atas formulir,
kemudian formulir tersebut ditandatangani oleh kepala shift ruangan asal pasien
operasi.
3) Formulir jadwal operasi tersebut harus diserahkan kepada perawat / administrasi
Instalasi Kamar Operasi oleh perawat ruangan asal pasien 6 jam sebelum jadwal
operasi yang diminta ( operasi elektif ) dan 1 jam sebelumnya atau per telepon
( operasi cito). Formulir tersebut diserahkan kepada Instalasi Kamar Operasi setelah
semua persyaratan operasi terpenuhi, meliputi : persetujuan operasi dari pasien /
keluarga pasien, persetujuan/acc untuk tindakan operasi dari dokter anestesi serta
persetujuan operasi dari bagian administrasi RS.
4) Berdasarkan jenis operasi tersebut, perawat Instalasi kamar operasi memeriksa
jadwal operasi apakah waktu yang diminta tersedia atau tidak. Jadwal operasi
mencakup : kamar operasi, waktu pelaksanaan operasi, nama dokter operator dan
anestesi, asisten operasi, perawat instrumen, perawat sirkuler / onloop dan perawat
anestesi.
5) Bila jadwal operasi elektif tidak bisa ditentukan sesuai dengan permintaan , maka
perawat Instalasi Kamar Operasi menghubungi dokter operator dan anetesi yang
bersangkutan untuk menentukan jadwal operasi kembali sesuai dengan ketersediaan
kamar operasi. Untuk rencana operasi cito, bila kamar operasi tidak tersedia, perawat
Instalasi Kamar Operasi menghubungi operator (dengan rencana operasi elektif) pada
jadwal operasi cito yang diminta agar dapat menggeser jadwal operasi elektifnya
setelah operasi cito dilaksanakan.
6) Berdasarkan jadwal operasi yang ditentukan, perawat / administrasi Instalasi Kamar
Operasi menuliskan dan menandatangani jadwal operasi yang ditentukan pada
formulir permintaan pemakaian kamar operasi serta mencatat pada papan tulis di
ruang Instalasi Bedah kemudian menghubungi kepala ruangan atau kepala shift
ruangan asal pasien untuk konfirmasi jadwal operasi yang ditetapkan. Perawat /
administrasi Instalasi Bedah mencatat waktu dan nama perawat ruangan yang
menerima konfirmasi pada kolom konfirmasi di formulir permintaan pemakaian
kamar operasi.
7) Satu jam sebelum rencana operasi : Perawat / administrasi Instalasi Bedah
menghubungi dokter operator dan anestesi untuk mengingatkan dan memastikan
bahwa operasi telah disiapkan sesuai dengan rencana, Perawat Instalasi Bedah
mengecek fasilitas dan menyiapkan kamar operasi yang akan digunakan dan
mengajukan permintaan obat dan alkes operator dan anestesi ke farmasi kemudian
memanggil pasien operasi di ruangan asal pasien melalui telepon.
8) Jika dalam waktu 30menit setelah pemanggilan pasien operasi belum juga datang ke
Instalasi Bedah, maka pemanggilan diulang kembali dan menanyakan alasan
keterlambatan. Bila hingga tiga kali pemanggilan pasien belum datang ke unit Bedah
tanpa alasan yang jelas, perawat Instalasi Bedah atau staf Instalasi Bedah melaporkan
kepada supervisor yang berdinas untuk mengecek alasan keterlambatan tersebut.
9) Pasien Unit Bedah di kamar operasi, diterima oleh perawat Unit Bedah di ruang
penerimaan pasien. Perawat ruangan asal pasien melakukan serah terima pasien
dengan menggunakan ceklist persiapan operasi . Perawat Unit Bedah akan
melakukan pengecekan identitas serta persiapan – persiapan operasi yang telah
dilakukan apakah sudah disiapkan semua dengan baik. Bila terdapat
ketidaklengkapan persiapan atau persyaratan operasi maka perawat asal ruangan
pasien harus terlebih melengkapi persiapan – persiapan teersebut.
10) Perawat Unit Kamar Operasi memperkenalkan diri dan anggota tim operasi lainnya
yang akan menjadi timoperasi kepada pasien , kemudian memberikan penjelasan
tentang situasi lingkungan kamar operasi, jenis anestesi yang akan diberikan serta
apa yang akan dialami dan dirasakan pasien selama operasi dan setelah operasi /
anestesi.
11) Perawat Unit Kamar operasi melakukan analisa terhadap pasien saat pertama kali
pasien diterima di Unit kamar operasi (sign in) dengan menggunakan checklist
keselamatan operasi
12) Pasien operasi di Unit Bedah dibawa masuk ke dalam kamar operasi. Perawat
anestesi memindahkan pasien ke meja operasi dan mengatur posisi pasien sesuai
dengan tindakan operasi yang akan dilakukan.
13) Sebelum masuk ke kamar operasi, tim operasi memakai topi operasi memakai
masker , dan melakukan cuci tangan steril . setelah di kamar operasi, tim operasi
memakai jas operasi dan sarung tangan steril
14) Sebelum memulai operasi dan sebelum insisi kulit , perawat sirkuler dengan
menggunakan lembar surgical safety checklist (time out) harus terlebih dahulu
memastikan:
1) Anggota tim Bedah (nama dan perannya)
2) Nama pasien serta prosedur yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut
3) Kemungkinan terjadinya kejadian kritis pada saat operasi berlangsung dengan
menanyakan: kepada dokter operator apakah ada kemungkinan terjadi kejadian
kritis dan bagaimana langkahnya apabila kejadian tersebut terjadi, berapa lama
operasi akan berlangsung dan bagaimana antisipasi apabila terjadi perdarahan.
Kepada dokter anestesi, tanyakan apakah pasien memerlukan perhatian khusus.
Kepada perawat instrumen, tanyakan apakah instrumen yang akan digunakan
sudah steril dan ada indikator steril.
4) Apakah ada antbiotik yang sudah diberikan sebelum operasi .
5) Apakah ada foto rontgen yang perlu ditampilkan saat operasi.
15) Tim operasi melaksanakan tindakan operasi.
16) Bila pada saat durante operasi, operator membutuhkan pemeriksaan patologi anatomi
(PA) segera / vriescope, maka perawat sirkuler :
1) Menghubungi driver untuk datang ke Instalasi Bedah untuk mengambil sample
jaringan yang akan diPAkan dan membawanya ke laboratprium PA di pekanbaru.
2) Menghubungi / konfirmasi ke laboratorium PA pekanbaru.
3) Menghubungi / konfirmasi ke laboratorium RS , nama serta no.RM pasien operasi
dengan pemeriksaan vriescope.
17) Bila pada saat durante operasi, terdapat kekurangan obat atau alkes, maka perawat
sirkuler meminta dan mengambil kekurangan tersebut ke farmasi.
18) Perawat instrumen menghitung jumlah kassa, instrumen dan jarum yang digunakan
19) Sebelum pasien keluar dari kamar operasi, perawat sirkuler melakukan konfirmasi
sesuai dengan lembar surgical safety checklist (sign out), meliputi :
a) Prosedur tindakan yang telah dilakukan.
b) Kelengkapan jumlah instrumen , kassa dan jarum apakah sudah tepat.
c) Pemberian label pada spesimen ( bila ada).
d) Apakah ada masalah pada peralatan yang perlu diperhatikan.
e) Review apa yang perlu diperhatikan untuk recovery dan perawatan pasien oleh
operator , anestesi dan perawat
20) Pasien dipindahkan ke ruang pulih oleh perawat anestesi dibantu oleh asisten operasi.
21) Dokter operator dan asisten operasi membuat laporan operasi, meliputi:
a) Dokter operator menuliskan : diagnosis pre dan pasca bedah, jenis tindakan
pembedahan yang dilakukan, sifat dan besaran operasi yang dilakukan, rincian
tindakan operasi, temuan saat operasi, drainage, instruksi pasca bedah serta
sample jaringan PA bila ada. Kemudian menandatangani laporan operasi tersebut
dan formulir pemeriksaan PA (bila ada).
b) Asisten operasi / perawat instrumen dan atau administrasi Unit kamar operasi
menuliskan : nama pasien, umur pasien , jenis kelamin, no.RM, tanggal operasi,
jam mulai dan selesai operasi, tim operasi yang terlibat serta jumlah kassa dan
instrumen yang terpakai.
22) Di ruang pulih, pasien diobservasi oleh dokter dan perawat anestesi. Perawat anestesi
mencatat hasil pemantauan pasien selama operasi dan setelah operasi pada lembar
laporan anestesi. Dokter anestesi menuliskan instruksi pasca anestesi kemudian
menandatangani form laporan anestesi tersebut.
23) Pemindahan pasien dari ruang pulih ke ruangan asal pasien atau ke ruangan intensif
adalah berdasarkan keputusan dokter anestesi. Proses pemindahan dan serah terima
pasien dari ruang pulih dilakukan oleh perawat anestesi atas persetujuan dokter
anestesi. Perawat sirkuler mencatat obat dan alkes operator yang terpakai pada form
permintaan dan pemakaian obat dan alkes operator .
24) Perawat anestesi mencatat obat dan alkes yang terpakai pada form permintaan dan
pemakaian obat dan alkes operator . Perawat sirkuler dan perawat anestesi
mengembalikan sisa obat dan alkes pada kit operasi dan anestesi serta form
permintaan dan pemakaian obat dan alkes operator dan anestesi ke farmasi.
25) Perawat Instalasi kamar operasi (asisten operasi) atau staf administrasi Instalasi
kamar operasi mencatat tindakan operasi yang telah dilakukan pada buku register
Instalasi Bedah, meliputi : nama pasien, no.RM, jenis tindakan operasi, diagnosis
pasca bedah tanggal dan jam operasi , tim operasi yang terlInstalasi Bedahat, status
administratif pasien , sifat operasi dan besaran operasi.

10. TATA LAKSANA PROSEDUR PERMINTAAN DAN PEMAKAIAN OBAT DAN


ALKES OPERATOR
a. Petugas Penanggung Jawab
1) Perawat Kamar Operasi
2) Petugas Farmasi
b. Perangkat Kerja
Formulir pemakaian obat dan alkes operator
c. Tata Laksana Prosedur Permintaan Dan Pemakaian Obat Dan Alkes Operator
1) Perawat Kamar Operasi membuat permintaan obat dengan mengisi formulir
permintaan dan pemakaian obat dan alkes operator, tuliskan nama pasien , no.RM
pasien, jenis operasi yang akan dilakukan, status administratif pasien serta jumlah
dan nama obat dan alkes yang dibutuhkan selama proses operasi berlangsung.
2) Menyerahkan form yang telah diisi tersebut ke farmasi. Petugas farmasi menyiapkan
obat dan alkes yang diperlukan dan mencatat obat dan alkes yang disiapkan tersebut
pada kolom realisasi.
3) Perawat kamar operasi mengambil obat dan alkes dari farmasi yang telah disiapkan .
4) Perawat kamar operasi melakukan pengecekan kembali apakah obat dan alkes yang
disiapkan oleh farmasi telah sesuai dengan permintaan.
5) Menggunakan obat dan alkes tersebut sesuai dengan instruksi dokter operator.
6) Setelah proses operasi selesai, catat nama dan jumlah semua obat dan alkes operator
yang terpakai selama operasi di kolom pemakaian pada form permintaan dan
pemakaian.
7) Meminta dokter operator untuk menuliskan resep obat antibiotik yang terpakai selama
operasi ( bila ada ).
8) Merapihkan kembali sisa obat/alkes yang tidak terpakai ke dalam kit serta cek
kembali obat/alkes yang terpakai dengan obat yang tersisa / tidak terpakai harus
sesuai dengan yang tercatat pada kolom pemakaian.
9) Mengembalikan sisa obat/alkes yang tidak terpakai kepada farmasi beserta form
permintaan dan pemakain yang telah diisi lengkap serta resep dari obat antibiotik
yang telah terpakai (bila ada).
10) Pengambilan dan pengembalian kit operator dari dan ke farmasi harus melalui proses
serah terima langsung antara perawat Instalasi kamar operasi dengan petugas
farmasi. Perawat Instalasi kamar operasi dan petugas farmasi yang menyerahkan atau
menerima kit anestesi harus mengecek jumlah dan jenis obat dan alkes yang diserah
terimakan kemudian masing- masing petugas farmasi dan perawat Unit kamar operasi
menuliskan nama dan tanda tangan pada kolom yang ada.

11. TATA LAKSANA ASISTEN BEDAH


a. Petugas Penanggung Jawab
Perawat kamar operasi /Asisten Bedah
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Asisten Bedah
1) Asisten bedah membantu langsung operator dalam tindakan pembedahan
2) Asisten bedah harus bisa dapat mempermudah jalannya tindakan pembedahan
3) Asisten bedah bertanggung jawab terhadap instrument bersama sama dalam
penghitungan kasa dan instrument
4) Setelah pembedahan selesai asisten bertanggung jawab bersama instrument dalam
kelengkapan semua peralatan.
5) Setelah melakukan tindakan asistens nama asisten dicantumkan dalam rekam medic
pasien

12. TATA LAKSANA ASSESMENT PASCA BEDAH


a. Petugas Penanggung Jawab
Dokter Operator
b. Perangkat Kerja
1) Laporan Operasi
2) Formulir transfer pasien intra RSUD Tengku Sulung
3) Askep Perioperatif
c. Tata Laksana Assesment Pasca Bedah
1) Dokter operator merencanakan asuhan medis pasca bedah berdasarkan assesmen
dan kondisi pasien.
2) Perencanaan asuhan pasca bedah dapat dimulai sebelum pembedahan, setelah
tindakan pembedahan, atau pada saat kunjungan dokter pasca operasi.
3) Dokter operator mencatat asuhan medis pasca bedah pada kolom instruksi pasca
bedah pada lembar laporan operasi dan atau pada lembar CPPT.
4) Bila instruksi pasca bedah dicatat oleh seseorang yang mewakili operator (sesuai
instruksi lisan operator) maka dokter operator harus ikut menandatangani untuk
proses verifikasi.
5) Perawat bedah merencanakan asuhan keperawatan pasca bedah berdasarkan analisa
terhadap kondisi pasien dan diagnosis keperawatan.
6) Asuhan keperawatan pasca bedah dicatat pada lembar asuhan keperawatan
perioperatif.
7) Asuhan pasca bedah minimal meliputi pemberian jenis dan jumlah pengobatan yang
harus diberikan kepada pasien , tempat / ruangan perawatan , serta perencanaan
asupan nutrisi untuk pasien pasca bedah.
8) Rencana asuhan pasca bedah harus direncanakan dan dilaksanakan dalam 24 jam
setelah tindakan pembedahan.
9) Asuhan pasca bedah dilaksanakan oleh perawat ruangan tempat perawatan pasien.
10) Setiap pelaksanaan asuhan pasca bedah dicatat secara lengkap pada rekam medis
pasien.

13. TATA LAKSANA PEMASANGAN LINEN STERIL DI DAERAH OPERASI


(DRAPPING)
a. Petugas Penaggung Jawab
1) Perawat kamar operasi /Asisten Bedah
2) Perawat Instrumen
3) Dokter Operator
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Pemasangan Linen Steril Di Daerah Operasi (Drraping)
1) Set jas operasi dan linen steril dibuka
2) Dokter Operator, asisten dan instrument yang sudah memakai jas operasi dan sarung
tangan steril.
3) Dokter Operator dan asisten berdiri di posisi sesuai dengan tindakan operasi yang
akan dilakukan
4) Perawat Instrumen memberikan linen steril kepada asisten atau dokter operator lalu
dibentangkan di bagian bawah tubuh/kaki lapangan operasi
5) Membentangkan linen steril di bagian atas tubuh dari lapangan operasi
6) Selanjutnya duk sisi dibentangkan di samping kiri dan kanan daerah operasi
7) Masing-masing sudut dari lapangan operasi yang terbentuk dari pertemuan linen
steril di klem dengan doek klem
8) Memasang doek bolong besar steril

14. TATA LAKSANA PENYULUHAN OLEH PERAWAT PADA PASIEN DI KAMAR


OPERASI
a. Petugas Penanggung Jawab
B. Penata Anestesi
C. Perawat kamar operasi /Asisten Bedah
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Penyuluhan Oleh Perawat Pada Pasien Di Kamar Operasi
1) Perawat kamar operasi /Asisten Bedah memberi salam serta memperkenalkan diri
2) Memberikan penjelasan pasien tentang tahap-tahap tindakan yang akan dilakukan
menjelang pembiusan
3) Memberikan orientasi mengenai keadaan dari ruangan serta peralatan kamar operasi
4) Dalam melayani pasien perawat harus bersikap sabar, teliti dan ramah
5) Mengucapkan salam

15.TATA LAKSANA FIKSASI PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN OPERASI


a. Petugas Penanggung Jawab
1) Perawat kamar operasi /Asisten Bedah
2) Perawat Sirkuler
3) Penata Anestesi
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Fiksasi Pasien Yang Akan Dilakukan Operasi
1) Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
2) Memasang manset pada daerah persendian
3) Memeriksa dan menanyakan respon pasien
4) Mendokumentasikan kegiatan dalam catatan asuhan keperawatan

16. TATA LAKSANA PENGENDALIAN INFEKSI DAN PERLINDUNGAN DARI


PENULARAN HEPATITIS/HIV
a. Petugas Penanggung Jawab
1) Dokter Operator
2) Perawat kamar operasi /Asisten Bedah
3) Perawat Instrumen
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Pengendalian Infeksi Dan Perlindungan Dari Penularan
Hepatitis/HIV
1) Ruangan yang digunakan memakai ruangan sendiri
2) Setelah digunakan kemudian ruangan dibersihkan dengan desinfektan
3) Instrumen operasi direndam dengan larutanklorin 0,5 % selama 10 menit sebelum
dicuci
4) Spuit dan sarung tangan yang digunakan harus sekali pakai
5) Petugas yang ikut dalam tim operasi setelah selesai tindakan langsung membersihkan
diri dengan cara mandi
6) Para petugas operasi harus tidak punya luka atau terluka pada waktu melakukan
tindakan pembedahan
7) Ruangan tersebut harus boleh digunakan sehari setelah disterilkan lengkap

17. TATA LAKSANA PENYAMPAIAN INFORMED CONSENT TINDAKAN ANESTESI


a. Petugas Penanggung Jawab
Dokter Anestesi
b. Perangkat Kerja
1) Formulir Persetujuan Tindakan Anestesi Umum
2) Formulir Persetujuan Tindakan Anestesi Spinal/Regional
3) Formulir Persetujuan Anestesi Lokal

c. Tata Laksana Penyampaian Informed Consent Tindakan Anestesi


1) Pada pasien rencana operasi elektif informed consent dilakukan di ruang perawatan
oleh dokter anastesi yang praktek atau pada saat pasien mendaftarkan untuk
penjadwalan operasi di Unit kamar operasi.
2) Pada pasien rencana operasi cito, informed conset dilakukan di ruang
perawatan,igd,ruang persiapan oleh dokter anestesi.
3) Menjelaskan secara lisan dan tertulis berisikan jenis pembiusan, tujuan, proses dan
efek samping dari tindakan
4) Setelah mendapat penjelasan dan mengerti maka pasien/ keluarga mengisi dan
menandatangani lembar persetujuan Tindakan Anestesi.
5) Lembar persetujuan yang telah ditandatangani oleh pasien/keluarga kemudian
ditangani oleh dokter dan menjelaskan serta 2 (dua) orang saksi yaitu perawat dan
keluarga pasien.

18. TATA LAKSANA PELAPORAN KECELAKAAN / KEGAGALAN OPERASI DI


KAMAR OPERASI
a. Petugas Penanggung Jawab
1) Kepala Instalasi Bedah
2) Perawat Kamar Operasi
3) Komite Medik
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Pelaporan Kecelakaan / Kegagalan Operasi Di Kamar Operasi
1) Bila terjadi kecelakaan di kamar operasi perawat kamar operasi segera menulis
kejadian di formulir laporan kejadian (incident report)
2) Formulir diisi dengan jelas dan rinci tentang kejadian berdasarkan fakta, bukan
asumsi, pendapat atau kesimpulan oleh perawat kamar operasi dan kepala instalasi
kamar operasi
3) Formulir laporan kejadian harus sudah diisi selambat-lambatnya 24 jam setelah
kejadian oleh kepala unit kamar operasi
4) Formulir yang telah diisi diserahkan kepada kepala bidang pelayanan medis
selambat-lambatnya 48 jam setelah kejadian
5) Kepala bidang pelayanan medis akan melaporkan kepada ketua patient safety
tentang kecelakaan yang terjadi di kamar operasi
6) Ketua patient safety akan melaporkan kejadian ke Direktur
7) Direktur akan meneruskan ke Komite Medik perlu bila perlu untuk dilakukan
pembahasan dan tindakan pencegahan
8) Bila diperlukan Komite Medik dapat melakukan rapat khusus.
9) Dari hasil pembahasan kasus, Komite Medik memberi saran ke Direktur tentang
pencegahan / penanganan kecelakaan operasi.

19.TATA LAKSANA PEMBERIAN INFORM CONSENT TINDAKAN PEMBEDAHAN


(SIO)
a. Petugas Penanggung Jawab
Dokter Operator
b. Perangkat Kerja
Formulir persetujuan tindakan
c. Tata Laksana Pemberian Inform Consent Tindakan Pembedahan (Sio)
1) Dokter Operator memberikan infrormasi yang sejelas-jelasnya mengenai tindakan
pembedahan yang akan dilakukan terhadap pasien
2) Informasi yang disampaikan berupa jenis tindakan yang akan dilakukan, resiko,
keuntungan dan kerugian dari tindakan tersebut, serta alternative tindakan lain
apabila tindakan pembedahan tidak bisa dilakukan
3) Bahasa yang digunakan harus dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga
4) Setelah memberikani nformasi dokter menanyakan kepada pasien atau keluarga
apakah informasi yang sudah disampaikan dapat dimengerti atau tidak
5) Setelah didapatkan keputusan dari pasien dan keluarga, dokter yang memberi
informasi menandatangan isurat persetujuan
6) Pasien dewasa harus menandatangani surat persetujuan, pasien dibawah umur atau
anak ditanda tangani oleh orang tua, keluarga/penanggung jawab serta saksi-saksi
menandatangani surat persetujuan tersebut.
7) Perawat mengisi formulir pemberian informasi / form edukasi dan ditanda tangan
oleh dokter bedah dan keluarga atau penaggung jawab pasien

20. TATA LAKSANA KONSULTASI DOKTER OPERATOR KE KONSULEN PADA


SAAT OPERASI
a. Petugas Penanggung Jawab
Dokter Operator

b. Perangkat Kerja
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
c. Tata Laksana Konsultasi Dokter Operator Ke Konsulen Pada Saat Operasi
1) Dokter operator menyatakan bahwa pasien perlu konsultasi medik
2) Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien perlu konsultasi medic
3) Perawat sirkulasi lapor pada perawat senior atau penanggungjawab Unit Kamar
Operasi untuk menghubungi konsulen yang diperlukan.
4) Menjelaskan kepada keluarga pasien / penanggungjawab pasien untuk meminta
persetujuan bahwa pasien perlu konsultasi medik atas permintaan dokter operator.
5) Menghubungi dokter konsulen secara langsung atau melalui telepon tentang
kesulitan saat operasi
6) Menginformasikan maksud dilakukan konsultasi, kemudian tunggu jawaban
konsulen
7) Mencatat hasil konsultasi/ tindakan yang diberikan oleh dokter konsulen.

21. TATA LAKSANA MEMAKAI MASKER


a. Petugas Penanggung Jawab
Tim Bedah
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Memakai Masker
1) Tim Instalasi bedah mencuci tangan dan mengambil masker dari tempatnya
2) Meletakkan masker diatas mulut dan hidung
3) Mengikat tali bagian atas dibelakang kepala dan pastikan talinya melewati diatas
telinga
4) Mengikat tali bagian bawah dibelakang kepala pada garis leher
5) Jangan membuka masker dari hidung dan mulut serta membiarkan menggantung di
leher
22. TATA LAKSANA TUTUP KELAPA
a. Petugas Penanggung Jawab
Tim Bedah
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Tutup Kepala
1) Perawat Instalasi Kamar Operasi / tim operasi mengambil tutup kepala di lemari
ruang ganti sesuai dengan kebutuhan
2) Merapihkan rambut, lipat/ ikat/ gulung lalu gunakan tutup kepala
3) Merapihkan dan masukkan sisa – sisa rambut yang masih Nampak
4) Mengikat tutup kepala sedapat mungkin pas dengan lingkaran kepala.

23. TATA LAKSANA MEMAKAI JAS OP


a. Petugas Penanggung Jawab
1) Dokter Operator
2) Perawat Kamar Operasi / Asisten Operator
3) Perawat Instrumen
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Memakai Jas OP
1) Tim operasi mengambil handuk steril di dalam set linen yang telah dibuka.
2) Tim operasi mengeringkan kedua telapak tangan dan lengan dengan handuk steril
sesuai dengan prosedur:
a) Ambil satu handuk steril dalam dua lipatan, keringkan tangan kiri dari telapak
tangan sampai keatas.
b) Pindahkan handuk dengan tangan kiri dan pegang bagian sebelah dalamnya yang
belum tersentuh tangan kanan.
c) Keringkan tangan kanan dengen handuk yang sebelah dalamnya tadi.
3) Tim operasi mengambil jas operasi dari set linen, tetap dalam lipatan dan pegang
dalam bagian jas.
4) Pegang bagian atas (leher) jas dan lepas bagian bawah, jauhi dari tempat yang tiak
steril.
5) Mencari kedua lengan baju dan masukkan kedua lengan secara bersama-sama.
6) Mengikat kedua tali bagian dalam jas (atas dan bawah) dari belakang tubuh oleh
perawat sirkuler.
7) Melepaskan tali didepan jas setelah menggunakan sarung tangan dan dibantu oleh
petugas sirkuler.

24. TATA LAKSANA MEMBERSIHKAN RUANGAN DIKAMAR BEDAH


a. Petugas Penanggung Jawab
Seluruh staf kamar operasi
b. Perangkat Kerja
-

c. Tata Laksana Membersihkan Ruangan Dikamar Bedah


1) Petugas memakai sarung tangan
2) Membersihkan ruangan dilaksanakan setiap 1 minggu sekali tiap hari jumat
3) Lantai disikat dengan air yang memakai detergen lalu dibersihkan dengan air bersih
dan dikeringkan dengan lap kering
4) Kaca dibersihkan memakai detergen pembersih kaca
5) Dinding ruangan disikat lalu dibersihkan dengan air bersih
6) Bak cuci tangan disikat dan dibersihkan dengan air bersih
7) Langit-langit ruangan dilawa-lawa
25. TATA LAKSANA PEMINDAHAN PASIEN DARI MEJA OPERASI KE
STRECHER/BLANKAR
a. Petugas Penanggung Jawab
Tim Operasi
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Pemindahan Pasien Dari Meja Operasi Ke Strecher/Blankar
1) Memberitahu pasien bahwa akan dipindahkan oleh perawat
2) Menyiapkan strecher/blankar
3) Mengecek pasien agar dapat segera di pindahkan sesuai dengan anjuran dokter
anestesi oleh perawat
4) Mendekatkan strecher/blankar dengan meja operasi dan sejajarkan dengan meja
operasi dan kunci strecher/blankar tersebut
5) Memperhatikan alat yang terpasang pada pasien bersangkutan agar jangan sampai
terlepas, seperti: infus, DC, NGT dan Drain
6) Mengangkat/geser pasien secara bersama-sama minimal 3 (tiga) orang, satu orang
pada bagian kepala dan bahu, satu orang pada bagian pinggang dan panggul dan satu
orang pada bagian tungkai
7) Memasang selimut pasien dan segera pindahkan/ bawa keruang pulih sadar (recovery
room)
8) Memperhatikan posisi kepala pasien agar ditahan keatas (ekstensi) atau miring
kesalah satu sisi
Beritahu keluarga pasien, bahwa pasien sudah diruang pulih sadar

26.TATA LAKSANA PENGELOLAAN PEMBUANGAN SAMPAH DI RUANG OPERASI


a. Petugas Penanggung Jawab
Seluruh Tim Kamar Operasi
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Pengelolaan Pembuangan Sampah Di Ruang Operasi
1) Tempat sampah yang ada di ruang operasi terdiri dari dua macam warna kantong
plastic sampah
2) Kantong plastic yang berwarna kuning untuk menampung sampah medis
basah,infeksi berupa: kasa basah, kasa yang sudah dipakai pembedahan, darah, cairan
tubuh, jaringan.
3) Kantong plastic yang berwarna hitam untuk menampung sampah kering, non
infeksius berupa : plastic, kertas sisa makanan
4) Apabila sampah sudah penuh kantong plastic diikat dan siap untuk dibuang ke
penampungan sampah / limbah Rumah sakit.
5) Tempat sampah untuk benda-benda tajam dan pecah ditampung dalam wadah khusus
seperti box pembuangan alat tajam (sanitax)
27. TATA LAKSANA PENERIMAAN JADWAL OPERASI CITO
a. Petugas Penanggung Jawab
Perawat Instalasi Bedah
b. Perangkat Kerja
1) Status Medis
2) Formulir permintaan pemakaian kamar operasi
c. Tata Laksana Penjadwalan Pasien Operasi
1) Petugas administrasi, perawat ruang bedah menerima informasi penjadwalan dengan
syarat persiapan dokumen dan data penunjang pasien sudah lengkap
2) Penerima jadwal mendokumentasikan di buku penjadwalan dicatat lengkap:nama
pasien, no RM, diagnose, jenis operasi, tanggal operasi serta jam operasi.
3) Penjadwalan operasi dapat langsung ditulis dipapan jadwal operasi apabila semua
persyaratan operasi sudah lengkap.
4) Penerima jadwal langsung menghubungi petugas jaga kamar operasi dan petugas
anestesi
5) Petugas anestesi dan bedah langsung mempersiapkan alat-alat dan obat –obatan yang
akan diperlukan

28. TATA LAKSANA PENERIMAAN JADWAL OPERASI ELEKTIF


a. Petugas Penanggung Jawab
Perawat Instalasi Kamar Operasi
b. Perangkat Kerja
1) Status Medis
2) Formulir permintaan pemakaian kamar operasi
c. Tata Laksana Penjadwalan Pasien Operasi
1) Petugas administrasi, perawat instalasi bedah menerima informasi penjadwalan
dengan syarat persiapan dokumen dan data penunjang pasien sudah lengkap
2) Penerima jadwal mendokumentasikan di buku penjadwalan dicatat lengkap: nama
pasien, no RM, diagnosa, jenis operasi, tanggal operasi serta jam operasi,
3) Penjadwalan operasi dapat ditulis dipapan jadwal operasi apabila semua persyaratan
operasi sudah lengkap
29.TATA LAKSANA PENUNDAAN OPERASI YANG TELAH DI JADWALKAN
a. Petugas Penanggung Jawab
1) Dokter Operator
2) Dokter Anestesi
3) Karu Bedah/Anestesi
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Penundaan Operasi Yang Telah Di Jadwalkan
1) Menjelaskan alasan penundaan operasi tentang medis oleh dokter ahli anesthesi dan
dokter operator dan tentang sarana prasarana Oleh Karu Bedah/Anestesi, kepada
pasien dan keluarga juga perawat ruangan.
2) Mencatat alasan-alasan penundaan operasi di dalam status pasien, antara lain :
a) Masalah kardiovaskular
b) Syok/ hipotensi yang tidak terkoreksi baik dengan cairan ataupun dengan obat-
obatan.
c) Hypertensi berat yang tidak terespon dengan obat-obatan sehingga memerlukan
terapi lebih lanjut.
d) Angina pectoris/ infrak myokard akut
e) Dekompensasio kordis > funcional cass atau lebih, atau
f) keadaan lain yang bisa mengancam jiwa pasien
3) Masalah respirasi Pasien sesak napas yang dapat disebabkan oleh asma bronchiale
dalam serangan, gagal napas (respiratory failure), pneumonia thorax/efusiun pleura
yang memerliukan pemasangan WSD terlebih dahulu, edema paru, batuk yang
produktif atau penyakit respirasi lain yang bisa mengancam jiwa pasien.
4) Penundaan operasi pasien tersebut dibicarakan atau didiskusikan bersama dengan
dokter operator bedah dengan dokter Anestesi yang bersangkutan.
5) Setelah ada kesepakatan antara dokter bedah dan dokter anestesi atas penundaan
operasi tersebut perawat kamar bedah memberi tahu kepada tim operasi lainnya.
6) Alasan penundaan tersebut dibuat oleh dokter operator bedah dan dokter anestesi
Untuk masalah medis pada catatan medik atau status pasien. dan masalah sarana oleh
Karu Bedah / Anestesi.
7) Dokter operator bedah dan dokter anestesi menjelaskan kepada keluarga pasien,
didampingi oleh perawat kamar bedah/penata anestesi dan perawat ruangan bahwa
operasi ditunda sesuai dengan alasan penundaan.
8) Bila keluarga pasien belum mengerti, penjelasan dapat diberikan oleh dokter operator
yang bersangkutan dan/atau dokter anestesi sampai pasien dan keluarga pasien
mengerti.
9) Serah terimakan pasien, alat dan obat dengan perawat ruang rawat inap.
10) Menjelaskan kepada perawat ruangan untuk melaksanakan instruksi sesuai dengan
yang tertulis dalam status pasien

30. TATA LAKSANA PERAWAT INSTRUMEN/SCRUB NURSE


a. Petugas Penanggung Jawab
Perawat Instrumen/ Srub Nurse
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Perawat Instrumen Bedah
1) Perawat instrument menyiapkan kebutuhan alat dan instrument untuk pembedahan.
2) Perawat instrument menata alat-alat di meja mayo sesuai dengan kebutuhan
pembedahan.
3) Perawat instrument dan asisten bedah bersama-sama menghitung jumlah instrument,
kasa, jarum yang akan dipakai dan dicatat di catatan dokumentasi.
4) Setelah pembedahan selesai perawat instrument melakukan penghitungan alat dan
kasa, jarum dan asisten bertanggungjawab bersama instrument dalam kelengkapan
semua peralatan.
5) Semua alat, kasa, jarum yang dipakai jumlahnya harus sesuai dengan jumlahnya.
6) Setelah melakukan tindakan nama perawat instumrn dicantumkan dalam rekam
medic pasien.

31. TATA LAKSANA PERHITUNGAN KASSA DAN ALAT DIKAMAR OPERASI


a. Petugas Penggung Jawab
1) Dokter Operator
2) Perawat Bedah /Asisten Operator
3) Perawat Instrumen.Srub Nurse
b. Perangkat Kerja
Form Cheklist Keselamatan Operasi
c. Tata Laksana Perhitungan Kassa Dan Alat Dikamar Operasi
1) Perawat sirkuler, asisten bedah dan perawat scrub bersama-sama menghitung jumlah
kassa, alat dan jarum sebelum operasi dimulai di formulir cheklist Keselamatan
Operasi
2) Perawat sirkuler dan perawat scrub menghitung kembali jumlah pemakaian kassa,
jarum dan instrument sebelum daerah operasi ditutup dan harus sesuai dengan jumlah
sebelum operasi
3) Perawat instrument melaporkan kepada asisten dan Dokter operator bahwa kassa dan
instrument sudah lengkap
4) Perawat sirkuler dan perawat scrub mempersilahkan dokter bedah untuk memeriksa
daerah operasi jika jumlah kassa tidak sesuai
5) Dokter Operator boleh menutup luka operasi bilamana jumlah kassa sesuai dengan
perhitungan awal

32. TATA LAKSANA SERAH TERIMA PASIEN SEBELUM PEMBEDAHAN (PRA


OPERASI)
a. Petugas Penggung Jawab
1) Perawat Ruangan
2) Perawat Bedah/Asisten Operator
b. Perangkat Kerja
1) Form Transfer Intra Ruangan
2) Form Asuhan Keperawatan Perioperatif
c. Tata Laksana Serah Terima Pasien Sebelum Pembedahan (Pra Operasi)
1) Pasien diantar oleh perawat ruangan ke ruang operasi (ruang pre operasi)
2) Perawat ruang operasi menerima pasien dengan melakukan serah terima berupa
menanyakan nama kepada pasien medical record yang lengkap dan dicocokan
dengan gelang pasien, data penunjang (X-ray, hasil Laboratorium)
3) Perawat melakukan pengecekan serah terima pasien sesuai dengan formulir pre dan
post operasi.
4) Perawat yang melakukan serah terima menandatangani formulir pre dan post operasi

33. TATA LAKSANA SERAH TERIMA PASIEN SETELAH PEMBEDAHAN (POST


OPERASI)
a. Petugas Penanggung Jawab
1) Perawat RR
2) Penata Anestesi
b. Perangkat Kerja
Formulir Transfer Intra Ruangan
c. Tata Laksana Serah Terima Pasien Setelah Pembedahan (Post Operasi)
1) Pemantauan kesadaran, tekanan darah, nadi, napas, suhu, SPO2 diruang pemulihan
dilakukan secara rutin setiap 5 menit pada 15 menit pertama atau smpai stabil,
kemudian setelah itu tiap 15 menit.
2) Pantau adanya nyeri pascaoperasi, mual muntah, input-output, cairan, drain,
perdarahan. Kemudian lakukan tindakan/tatalaksana yang sesuai.
3) Pada pasien yang mendapatkan tindakan regional harus dilakukan pemeriksaan
motorik dan sensorik secara periodic dengan pamantauan hehodinamik yang lebih
kuat.
4) Kriteria pengeluaran pasien dari ruang pemulihan menggunakan criteria Aldrete
Score dengan scor ≥9
5) Dibuat laporan tertulis yang akurat tentang pemantauan kondisi pasien di ruang
pemulihan.

34. TATA LAKSANA CUCI TANGAN STERIL


a. Petugas Penanggung Jawab
1) Dokter Operator
2) Perawat Kamar Operasi /Asisten Operator
3) Perawat Instrumen/Srub Nurse
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Cuci Tangan Steril/bedah
1) Melepaskan jam tangan, cincin dan lengan pakaian panjang ditarik ke atas.
2) Menginspeksi kuku dan permukaan kulit apakah ada luka
3) Berdiri di depan wastafel jaga agr tangan dan seragam tidak menyentuh wastafel
4) Seragam yang digunakan harus tetap kering
5) Menuangkan sabun 2-5 cc ke tangan, sabuni tangan dan lengan hingga 5 cm diatas
siku
6) Membersihkan kuku bila kotor dengan kikir
7) Mebasahi sikat dan beri sabun kembali
8) Jumlah gerakan 20 gerakan untuk tangan, 30 gerakan untuk kuku, sikat dipegang
tegak lurus terhadap kuku.
9) Menyikat jari-jari termasuk sela jari, sikat telapak tangan, punggung tangan.
10) Membasahi sikat dan beri sabun kembali.
11) Membagi tangan menjadi tiga bagian 1/3 pergelangan tangan bawah dengan arah
memutar, lanjutkan 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian atas. Tangan dalam posisi fleksi
dengan jari-jari menghadap ke atas selama prosedur
12) Mengulangi langkah no.11 pada tangan yang satunya
13) Dengan tangan posisi fleksi bilas dengan seksama ujung jari ke siku tangan kiri dan
ulangi pada tangan kanan
14) Mematikan keran dengan siku
15) Mengambil handuk steril yang ada di atas kemasan pastikan tidak ada apapun atau
benda dekat dari jangkauan
16) Membuka handuk steril secara maksimal pegang satu bagian putar dari jari ke siku
17) Dengan hati-hati pindahkan handuk ke lengan satunya
18) Membuang handuk ke tempat yang sudah disediakan

35. TATA LAKSANA MEMAKAI SARUNG TANGAN STERIL


a. Petugas Penanggung Jawab
1) Dokter operator
2) Perawat Bedah /Asisten Operator
3) Perawat Instrumen/ Srub Nurse
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Memakai Sarung Tangan Steril
1) Perawat sirkuler menyiapkan sarung tangan steril sesuai dengan kebutuhan (nomor
dan jumlahnya).
2) Tim operasi mengambil sarung tangan steril yang telah disediakan.
3) Perhatikan sarung tangan yang disebelah luar adalah yang sebelah kanan.
4) Jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri memangkas lipatan dalam sarung tangan bagian
kanan.
5) Jari-jari tangan kanan dimasukkan ke dalam sarung tangan , jangan dirubah.
6) Empat jari tangan kanan kecuali ibu jari memegang sarung tangan kiri bagian luar
dan dengan perlahan masukkan tangan kiri.
7) Membetulkan posisi jari tangan kiri dan kanan.
8) Membereskan manset baju dengan cara : ibu jari menekan manset sementara 4 jari
lainnya menarik lipatan sarung tangan diikuti oleh jari telunjuk yang memasukkan
manset secara melingkar dan dilakukan pada kedua tangan dengan tekhnik yang
sama.

36. TATA LAKSANA PERSIAPAN DAN ANTISEPTIC DAERAH OPERASI (SKIN

PREPARATION)

a. Petugas Penanggung Jawab


1) Perawat Bedah /Assisten Operator
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Persiapan Dan Antiseptic Daerah Operasi (Skin Preparation)
1) Perawat Bedah Mencuci tangan
2) Menuangkan larutan antiseptik 20 cc ke dalam bengkok/kom.
3) Memakai sarung tangan steril
4) Memasukan kassa ke dalam bengkok/kom yang berisi larutan antiseptik.
5) Mengosok kulit/daerah operasi dengan kassa yang sebelumnya telah dibasahi dengan
larutan antiseptik dan mulai dari daerah insisi ke arah luar secara melingkar (kassa
jangan terlalu basah).
6) Mengulangi langkah 5.6. beberapa kali ( 4 kali ) dengan kassa baru
7) Membilas dengan kassa alkohol 70% dengan gerakan melingkar dari dalam ke luar
yang sudah dibasahi.
8) Mengeringkan dengan menggunakan lap steril/kassa steril dengan cara ditekan-tekan.
9) mencuci tangan sesudah melakukan tindakan.

37. TATA LAKSANA KESELAMATAN PROSEDUR INVANSIF


a. Petugas Penanggung Jawab
1) Dokter Operator
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana Keselamatan Prosedur Invansif
1) Lakukan prosedur time out sebelum memulai prosedur :
a) Benar identitas pasien, benar prosedur, benar posisi, benar lokasi dan sisi, benar
penandaan (jika diindikasikan )
b) Informed consent sudah dikonfirmasi dengan pasien
c) Tersedia system implant (jika memungkinkan)
d) Tersedia peralatan khusus (jika diindikasikan )
e) Seluruh obat dan cairan yang digunakan dalam prosedur ini sudah diberi label
yang sesuai
f) Benar diagnosis dan hasil pemeriksaan radiologi (contoh : gambar dan hasil scan
radiologi atau hasil patologi dan biopsy) yang diberi label yang sesuai
g) Tersedia produk darah yang dibutuuhkan atau telah dilakukan screening
golongan darah dan crossmatch
2) Verifikasi tambahan dan verifikasi final lokasi prosedur akan dilakukan selama time
out yang diinisiasi oleh tenaga kesehatan yang melakukan prosedur.
3) Anggota tim prosedur akan berkomunikasi secara aktif mengenai lokasi prosedur
sebagai bagian dari verifikasi final proses time out.
4) Pasien yang menolak penandaan lokasi tindakan harus menandatangani form
penolakan penandaan lokasi tindakan
5) Pasien yang tidak memungkinkan dilakukan penandaan , maka dibuat penandaan
pada gambar tubuh manusia di status rekam medis pasien . Apabila gambar tubuh
manusia tidak tersedia maka harus digambar secara manual
6) Prosedur pengecualian penandaan , antara lain :
a) Prosedur yang mencakup aspirasi bone marrow, pemasangan arteri line , vena
central, epidural atau tindakan yang menggunakan cateter.
b) Prosedur dimana tekhnik lokalisasi radiografik atau radioisotope digunakan
sebagai salah satu cara mengidentifikasi lesi
c) Prosedur dimana terdapat lokasi tambahan dan lokasi tersebut merupakan lokasi
injeksi radioisotopeatau lokasi tambahan harus ditandai jika diindikasikan.
d) Prosedur yang dilakukan pada organ soliter (contoh : pituitary, jantung, trachea ,
esophagus, lambung, pancreas, hati, limpa, colon, rectum, vagina, cerviks,
uterus, urethra, kandung kemih, scrotum, penis, atau prostat ) atau dengan
pendekatan tunggal ke dalam salah satu rongga tubuh seperti abdomen atau
mediatinum, (termasuk prosedur invasive minimal laryngoscope atau cystoscopi)
atau prosedur orificiumalmi (contoh : eksisi transanal atau transvagina ) tidak
membutuhkan penandaan.
e) Lokasi di permukaan mukosa dan perineum tidak perlu dilakukan penandaan.
f) Prosedur pada neonates dan pasien luka bakar.
7) Lakukan proses time out ( proses verifikasi terakhir ) :
a) Di lokasi dimana prosedur invasive akan dilakukan
b) Sebelum insersi jarum, probe atau alat lainnya
c) Seluruh tim pelaksana prosedur harus menggunakan tekhnik “komunikasi aktif”
(secara oral atau melalui beberapa tindakan).
d) Bila proses time out tidak benar atau tidak lengkap, siapapun dalam tim prosedur
dapat menghentikan dimulainya prosedur
e) Semua anggota tim memiliki tagging jawab untuk berbicara bila mereka
mempunyai informasi yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kualitas
perawatan pasien
f) Prosedur tidak akan dilanjutkan sampai semua masalah selesai
8) Lakukan dokumentasi di catatan protocol universal proses time out sebelum memulai
prosedur, meliputi :
a) Benar identitas pasien
b) Benar prosedur
c) Benar posisi
d) Benar sisi dan lokasi
e) Benar lokasi penandaan (sesuai indikasi)
f) Persetujuan prosedur dikonfirmasi ulang dengan pasien
g) Implant atau alat khusus tersedia jika diperlukan
h) Semua obat dan cairan yang digunakan di dalam prosedur, diberi label dengan
tepat.
9) Tim pelaksana prosedur bertanggung jawab terhadap analisis data kepatuhan dan
dokumentasi protocol universal, riwayat penyakit dan pemeriksaan fisikm
pemeriksaan pra dan pasca prosedur :
a) Masing – masing departemen klinik yang melakukan prosedur invasive akan
menyediakan data yang diminta oleh komite/ tim pelaksana prosedur
b) Dokumentasi pasca prosedur dan analisisnya dilaporkan kepada komite / tim
pelaksana prosedur
10) Semua obat dan cairan infuse yang akan dipakai di ruang tindakan harus diberi label
dengan tepat
11) Pengawasan intra prosedur terhadap pasien yang menjalani prosedur invasive dengan
sedasi / analgesi harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam protocol
universal
12) Catatan prosedur invasive resiko tinggi harus segera dibuat dan dicatat dalam rekam
medis sebelum pemindahan pasien ke tahap perawatan selanjutnya, meliputi :
a) Informasi identifikasi pasien
b) Apakah sedasi / analgesia atau anestesi local yang digunakan
c) Nama tenaga kesehatan
d) Prosedur yang dilakukan
e) Deskripsi masing – masing prosedur
f) Temuan
g) Specimen yang dipindahkan dan atau disposisi specimen (jika ada)
h) Perkiraan kehilangan darah (jika ada)
i) Diagnosis pre dan pasca prosedur
j) Komplikasi
k) Keadaan umum pasien
l) Pelaporan dilakukan oleh dokter yang melakukan prosedur
m)Tanggal dan waktu prosedur
13) Pemulangan dan pemindahan pasien dari area prosedur :
a) Pemulangan pasien sesuai dengan criteria skor pemulihan pasca prosedur
b) Untuk pasien dengan sedasi mengikuti kebijakan sedasi / analgesia dalam
prosedur ( kebijakan mengenai protocol universal )
14) Edukasi pasien pasca prosedur dilakukan oleh DPJP atau dokter yang melakukan
prosedur invasive serta dilakukan pencatatan pada lembar edukasi pasien,
mencakup :
a) Instruksi khusus untuk follow up
b) Informasi hasil dari prosedur / temuan
c) Gejala dan tanda yang mengindikasikan komplikasi
Sumber – sumber yang bisa dihubingi bila terjadi keadaan emergensi
38. TATA LAKSANA ALUR PENGGUNAAN OBAT/ ALKES PAKET
a. Petugas Penanggung Jawab
1) Petugas Farmasi
2) Petugas Administrasi
3) Perawat Bedah
b. Perangkat Kerja
1) Formulir laporan pemakaian obat & alkes anestesi
2) Formulir laporan pemakaian obat & alkes operator
c. Tata Laksana Alur Penggunaan Obat/ Alkes Paket
1) Buat permintaan obat / alkes sesuai daftar paket ( prosedur permintaan sesuai dengan
2) Bila dalam pelaksanaan operasi ( pre , durante dan post operasi / anestesi ) pasien
membutuhkan obat / alkes di luar paket :
a) Panggil keluarga pasien
b) Berikan penjelasan ( informed consent / IC ) kepada keluarga pasien untuk
pemakaian obat / alkes diluar paket serta alasannya
c) IC dilakukan oleh dokter operator / dokter anestesi / asisten operator / perawat
anestesi
d) Buat surat persertujuan pemakaian obat/ alkes diluar paket yang ditandangani
oleh keluarga pasien.
e) Arahkan keluarga pasien ke bagian administrasi untuk mendapatkan penjelasan
tentang biaya
3) Catat permintaan dan pemakaian obat / alkes diluar paket pada formulir pemakaian ,
tambahkan keterangan ‘ luar paket ‘
39. TATA LAKSANA TATA RUANG KAMAR KAMAR OPERASI
a. Petugas Penanggung Jawab
Petugas ok
b. Perangkat Kerja
-
c. Tata Laksana ruang kamar kamar operasi
1. Bagian kamar operasi

Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area.


1. Area bebas terbatas (unrestricted area) Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu
menggunakan pakaian khusus kamar operasi.
2. Area semi ketat (semi restricted area) Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian
khusus kamar operasi yang terdiri atas topi, masker, baju dan celana operasi.

3. Area ketat/terbatas (restricted area).

Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap dan

melaksanakan “prosedur aseptic”. Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian

khusus kamar operasi lengkap yaitu :topi,masker,baju dan celana operasi serta

melaksanakan prosedur aseptic.

2. Alur pasien, petugas dan peralatan


1. Alur Pasien : Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah satu pintu karena sesuai dengan
bagunang yang ada pada saat sekarang ini.Pintu masuk pasien dan petugas berbeda.

2. Alur Petugas

Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

3. Alur Peralatan

Pintu keluar-masuknya peralatan yang bersih dan yang kotor harus berbeda.
BAB V
LOGISTIK

A. PERENCANAAN PENYEDIAAN PRASARANA / PERALATAN


1. Petugas Penanggung Jawab
a) Kepala Unit Kamar Operasi
2. Perangkat kerja
a) Formulir Permintaan Barang / Jasa
b) Formulir Pengajuan ATK, ART dan BHP
c) Formulir Analisis/ Kajian dan Rekomendasi
3. Jenis Prasarana / Peralatan
a) Barang tidak rutin (barang inventaris)
b) Barang rutin
1) Alat Tulis Kantor (ATK) dan Alat Rumah Tangga (ART)
2) Barang Habis Pakai (BHP) pendukung pelayanan
3) BARANG HABIS PAKAI (BHP) UNTUK APD (ALAT PELINDUNG DIRI)

B. PERMINTAAN BARANG
1. Petugas Penanggung Jawab
a) Kepala Ruangan
2. Perangkat kerja
a) Formulir Permintaan Barang / Jasa
b) Formulir pengajuan ATK, ART dan BHP
3. Tata Laksana Pengadaan Barang Tidak Rutin (Barang Inventaris)
a) Unit kamar operasi mengisi Formulir Permintaan Barang / Jasa dari barang yang
dibutuhkan
b) Menyertakan Kajian /analisis (bila diperlukan)
c) Pengajuan dan kajian / analisis harus atas sepengetahuan Kepala Bidang / Bagian
d) Meminta persetujuan Direktur Rumah Sakit untuk kemudian direkomendasikan
kepada Bagian Pengadaan (Unit Logistik) untuk ditindak lanjuti.
4. Tata Laksana Pengadaan Barang Rutin
a) Pengadaan Alat Tulis Kantor (ATK) dan Alat Rumah Tangga (ART)
b) Unit kamar operasi mengisi Formulir Pengajuan ATK / ART
c) Pengajuan harus atas sepengetahuan Kepala Bidang / Bagian
d) Formulir yang sudah lengkap kemudian diserahkan kepada bagian unit penyedia
ATK / ART (Unit Rumah Tangga) untuk ditindak lanjuti.
5. Pengadaan Barang Habis Pakai (BHP) untuk pelayanan dan Barang Habis Pakai
(BHP) Alat Pelindung Diri (APD)
a) Unit kamar operasi mengisi Formulir Pengajuan BHP
b) Pengajuan harus atas sepengetahuan Kepala Bidang / Bagian
c) Formulir yang sudah lengkap kemudian diserahkan kepada bagian penyedia farmasi
untuk ditindak lanjuti..

C. PENERIMAAN
1. Petugas Penanggung Jawab
a) Kepala ruangan
2. Perangkat kerja
a) Formulir Permintaan Barang / Jasa
b) Formulir Pengajuan ATK, ART dan BHP
c) Formulir Analisis/ Kajian dan Rekomendasi
d) Kartu Stok ATK, ART, dan BHP
e) Formulir Serah Terima BHP
3. Tata Laksana Penerimaan Barang Tidak Rutin (Barang Inventaris)
a) Unit kamar operasi mendapat informasi dari Unit Logistik bahwa barang yang
dipesan sudah datang
b) Petugas Unit kamar operasi menerima barang pesanan dari Unit Logistik
c) Melakukan pengecekan untuk memastikan barang yang diterima baik jumlah ataupun
spesifikasinya sesuai dengan yang dipesan dan kondisi barang dalam keadaan baik
d) Menandatangani Formulir Serah Terima Barang yang sudah disiapkan Unit Logistik
e) Data barang yang diterima kemudian di input pada Data Inventaris Instalasi / Unit.
4. Tata Laksana Penerimaan Barang Rutin
a) Penerimaan Alat Tulis Kantor (ATK) dan Alat Rumah Tangga (ART)
1) Petugas Instalasi / Unit menerima barang dari bagian penyedia ATK / ART (Unit
Rumah Tangga) pada jadwal yang sudah ditentukan
2) Melakukan pengecekan untuk memastikan barang yang diterima baik jumlah
ataupun spesifikasinya sesuai dengan yang dipesan dan kondisi barang dalam
keadaan baik
3) Petugas Instalasi / Unit mengisi Kartu Stok ATK / ART Unit Rumah Tangga
4) Data barang yang diterima kemudian catat pada Kartu Stok ATK / ART
Instalasi / Unit
b) Penerimaan Barang Habis Pakai (BHP)
1) Petugas Instalasi / Unit menerima BHP dari bagian penyedia Farmasi sesuai
jadwal yang sudah ditentukan
2) Melakukan pengecekan untuk memastikan barang yang diterima baik jumlah
ataupun spesifikasinya sesuai dengan yang dipesan dan kondisi barang dalam
keadaan baik
3) Mengisi Formulr Serah Terima BHP yang sudah disiapkan oleh Unit Farmasi
4) Data barang yang diterima kemudian diinput pada data stok BHP Instalasi / Unit

D. PENYIMPANAN / DISTRIBUSI
1. Petugas Penanggung Jawab
a) Kepala ruangan
2. Perangkat kerja
a) Formulir Inventaris Peralatan Ruangan
b) Formulir Pengajuan ATK, ART dan BHP
3. Tata Laksana Penyimpanan / Distribusi Barang Tidak Rutin (Barang Inventaris)
Barang yang diterima kemudian disimpan atau ditempatkan pada tempat atau ruang yang
membutuhkan, dan dicatat pada Formulir Inventaris Peralatan Ruangan.
4. Tata Laksana Penyimpanan / Distribusi Barang Rutin
a) Penyimpanan / Distribusi Alat Tulis Kantor (ATK) dan Alat Rumah Tangga (ART)
ATK / ART yang diterima kemudian disimpan pada tempat penyimpanan stok ATK /
ART Instalasi / Unit atau langsung didistribusikan pada tempat atau ruang yang
membutuhkan
b) Penyimpanan / Distribusi Barang Habis Pakai (BHP)
BHP yang diterima kemudian disimpan pada tempat penyimpanan stok BHP Unit
atakamar operasi langsung didistribusikan pada tempat atau ruang yang
membutuhkan
c) Petugas Unit kamar operasi akan mencatat pemakaian ATK, ART dan BHP pada
formulir pengajuan ATK,ART dan BHP.

E. PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN


1. Petugas Penanggung Jawab
a) Kepala ruangan
2. Perangkat kerja
a) Formulir Kerusakan Peralatan
3. Tata Laksana Pemeliharaan dan Perbaikan
a) Petugas Unit kamar operasi melakukan inventarisasi peralatan secara rutin 1 kali
setiap bulan
b) Untuk peralatan medis Petugas Instalasi / Unit selalu membersihkan dan merapikan
peralatan setelah pemakaian.
c) Jika ditemukan kerusakan peralatan, maka petugas Instalasi / Unit mengisi Formulir
Kerusakan Peralatan.
d) Menyerahkan Formulir Kerusakan Peralatan kepada Bagian Logistik untuk kemudian
ditindak lanjuti.
e) Peralatan yang memerlukan kalibrasi, dilakukan kalibrasi sesuai agenda yang
dikoordinir bagian logistik
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Dalam rangka upaya peningkatan keselamatan pasien di RSUD Tengku Sulung yang lebih efektif
dan efisien maka diperlukan adanya keseragaman konsep dasar upaya penigkatan keselamatan
pasien.

1. KESELAMATAN PASIEN RSUD TENGKU SULUNG


1. Pengertian Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko, Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
2. Tujuan Keselamatan Pasien
a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
d) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
3. Sasaran Keselamatan Pasien
Terdapat enam sasaran keselamatan pasien RS, yaitu :
Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang efektif
Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh
4. Standar Keselamatan Pasien RS
Program keselamatan pasien di RSUD Tengku Sulung sesuai dengan 7 standar
keselamatan pasien yang mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang
dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organization, Illinois, USA,
tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia.
Tujuh Standar Keselamatan Pasien tersebut, meliputi :
a) Standar I. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan.
b) Standar II. Mendidik pasien dan keluarga
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
c) Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar instalasi pelayanan.
d) Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
Rumah sakit mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor
dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara Intensive
Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta keselamatan pasien.
e) Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “ Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak
Diharapkan.
3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
instalasi dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
f) Standar VI. Mendidik Staf tentang Keselamatan Pasien
Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas. Rumah sakit
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan dan
memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam
pelayanan pasien.
g) Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
5. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
a) Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
b) Pimpin dan Dukung Staf Anda
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di
seluruh jajaran RSUD Tengku Sulung.
c) Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah.
d) Kembangkan Sistem Pelaporan
Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta
rumah sakit mengatur pelaporan kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KPRS).
e) Libatkan dan Berkomunikasi Dengan Pasien
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
f) Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.
g) Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan.
6. Peran instalasi kerja
Instalasi kerja mengupayakan beberapa kegiatan untuk mengendalikan keselamatan
pasien, meliputi :
a) Perhatikan Nama Obat, rupa dan ucapan mirip
b) Pastikan identifikasi pasien
c) Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien
d) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e) Kendalikan cairan elektrolit pekat
f) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g) Hindari salah kateter dan salah sambung slang
h) Gunakan alat injeksi sekali pakai
i) Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi nosokomial.

B. PENGELOLAAN KEGIATAN KESELAMATAN PASIEN DI UNIT KAMAR


OPERASI
Instalasi Bedah RSUD Tengku Sulung berupaya untuk meningkatkan keselamatan pasien
Rumah Sakit dengan cara membuat identifikasi resiko dan insiden yang mungkin terjadi di
Unit Kamar Operasi diantaranya adalah:
No Identifikasi Resiko Kategori Resiko Kejadian

1 Kesalahan identifikasi pasien KTC/KTD Tidak terjadi

2 Kesalahan Jenis Operasi KNC/KTD Tidak terjadi

3 Kesalahan posisi operasi KNC/KTD Tidak terjadi

4 Insiden Tertinggalnya kassa KTD Tidak terjadi

5 Insiden tertinggalnya instrumen KTD Tidak terjadi

6 Insiden operasi tanpa spesialis KTD Tidak terjadi


anestesi
7 Insiden operasi dengan KTD Tidak terjadi
kekurangan darah
8 Insiden konsul durante operasi KPC Tidak terjadi

9 Insiden perluasan operasi KTC Tidak terjadi

10 Insiden komplikasi overdosis KTD Tidak terjadi


anestesi, reaksi anestesi dan
salah penempatan ETT
11 Pemakaian cauter tanpa KTC/KTD Tidak terjadi
pemasangan pad yang benar
C. SISTEM PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN RSUD TENGKU
SULUNG
1. Definisi Insiden Keselamatan Pasien
Insiden Keselamatan Pasien/Patient Safety Incident adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja atau tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cidera (Near miss), kejadian
sentinel, maupun keadaan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi menimbulkan
cedera pada pasien.
Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse Event adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan
yang mengakibatkan cedera akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien. Cedera dapat disebabkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena
tidak dapat dicegah.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near Miss adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat mencederai pasien tetapi cedera serius tidak terjadi karena:
a) faktor “keberuntungan”, misal pasien menerima suatu obat kontra indikasi tetapi
tidak Timbul reaksi obat, atau
b) pencegahan, misal suatu obat dengan lethal dose akan diberikan tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan, atau
c) peringanan, misal suatu obat dengan lethal dose telah diberikan kepada pasien
namun segera diketahui lalu diberikan antidote-nya.
Kejadian Sentinel/Sentinel Event adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius. Biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau
tidak dapat diterima, seperti operasi pada bagian tubuh yang salah.
Kesalahan Medis/Medical Error adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan
medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan
termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang
salah untuk mencapai tujuannya. Dapat sebagai akibat melaksanakan suatu tindakan
(comission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).
Analisis Akar Masalah/Root Cause Analysisadalah suatu proses investigasi terstruktur
untuk mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
penyimpangan kinerja, termasuk KTD, serta untuk menentukan tindakan agar kejadian
yang sama tidak terulang kembali.
Manajemen Risiko/Risk Management, dalam hubungannya dengan operasional rumah
sakit, manajemen risiko dikaitkan dengan aktivitas perlindungan diri yang berarti
mencegah ancaman yang nyata atau berpotensi nyata terhadap kerugian keuangan akibat
kecelakaan, cedera atau malpraktik medis. Manajemen risiko dimaksudkan agar
pelayanan kesehatan yang diberikan aman (health care safer) dan hasil pelayanan
memuaskan (good outcome).
2. Alur Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit di Unit Kamar Operasi
a) Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD) di Unit Kamar Operasi , wajib segera
ditindak lanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/akibat yang tidak
diharapkan.
b) Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi Formulir Laporan
Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada Atasan langsung (paling lambat 2 x 24 jam);
jangan menunda laporan.
c) Setelah selesai mengisi pelaporan, segera serahkan kepada Kepala Unit Kamar Operasi
d) Kepala Unit Kamar Operasi akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko
terhadap insiden yang dilaporkan.
e) Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan
sebagai berikut:
Grade biru : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 1 minggu.
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu.
Grade Kuning : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA oleh Tim KPRS
RSUD Tengku Sulung, waktu maksimal 45 hari.
Grade merah : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA oleh Tim KPRS
RSUD Tengku Sulung , waktu maksimal 45 hari.
f) Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Tim KPRS RSUD Tengku Sulung.
g) Tim KPRS RSUD Tengku Sulung akan menganilisis kembali hasil investigasi dan laporan
insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan
melakukan Regrading.
h) Untuk grade kuning/merah, Tim KPRS RSUD Tengku Sulung akan melakukan analisis
akar masalah/Root Cause Analysis (RCA).
i) Setelah melakukan RCA, Tim KPRS RSUD Tengku Sulung akan membuat laporan dan
rekomendasi untuk perbaikan serta pembelajaran berupa: petunjuk/”safety alert” untuk
mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
j) Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada direksi.
k) Rekomendasi untuk ”Perbaikan & Pembelajaran” diberikan umpan balik kepada unit kerja
terkait.
l) Instalasi kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-masing.
m) Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh Tim KPRS RSUD Tengku sulung.
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LINGKUNGAN
RSUD TENGKU SULUNG

A. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


RSUD Tengku Sulung merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan
Program K3 yang bermanfaat baik bagi pekerja, pasien, pengunjung, maupun bagi
masyarakat di Iingkungan sekitar Rumah Sakit.
Pelayanan K3 harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai komponen yang ada di
Rumah Sakit. Pelayanan K3 di Rumah Sakit sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal
ini dikarenakan masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23 mengenai
kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang
besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan
dengan program perlindungan tenaga kerja.
1. Pengertian
a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi
kesehatan,pengobatan dan rehabilitasi
b. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang balk serta
kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Contoh; bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebab kan
anemia, maka kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi Iemah dan lesu.
c. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh pekerja dalam
melaksana kan tugasnya. Contoh; pekerja yang bekerja melebihi waktu kerja
maksimum dll.
d. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh; seorang
yang bekerja di Unit radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah ruangan-ruangan
yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di unit radiologi

2. Bahaya – Bahaya potensial (potential Hazards) di Rumah Sakit


Bahaya – bahaya potensial di rumah sakit yang disebabkan oleh Faktor biologis ( Virus,
bakteri, jamur,dll), faktor ergonomi (cara kerja yang salah), faktor psikososial (kerja shift,
hubungan sesama pekerja/atasan) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat
kerja.
Penyakit akibat kerja (PAK) umumnya berkaitan denagan faktor biologi (kuman patogen
yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus
menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anastesi pada hati), faktor ergonomi (cara duduk
yang salah, cara mengangkat pasien salah), faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi
pada sistem reproduksi, radiasi pada sistim produksi sel darah), faktor psikologis
(ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa dll).
Sumber bahaya yang ada dirumah sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan
tingkat resiko, yang merupakan tolak ukur kemungkinan tejadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
a. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
b. Penilaian faktor risiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan
penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan
c. Pengendalian faktor risiko
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni menghilangkan bahaya,
menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih
rendah/tidak ada (engineering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi
(APP).
Bahaya –bahaya potensial di rumah sakit berdasarkan lokasi dan pekerjaan diantaranya:
N Bahaya Pekerja yang paling
Lokasi
o Potensial berisiko
1 FISIK :
IPS-RS, laundri, dapur,
Karyawan yang bekerja di
Bising gedung genset-boiler, IPAL,
lokasi tsb
mesin couter
Getaran ruang mesin-mesin dan perawat, cleaning service dll
perlatan yang menghasilkan
N Bahaya Pekerja yang paling
Lokasi
o Potensial berisiko
getaran
2 KIMIA :
Petugas kebersihan, perawat
disinfektan Semua area
Bedah
Ethylene oxide Kamar operasi Dokter,perawat Bedah
Laboratorium, gudang farmasi, petugas laboratorium dan
Formaldehyde
Ruang operasi farmasi, perawat bedah
Methyl :
Methacrylate, Hg Ruang Tindakan dokter bedah, perawat Bedah
(amalgam)
Ruang operasi , OK, ruang
perawat, dokter bedah,
Gas-gas anaestesi Pemulihan /Recovery Room
dokter/perawat anaestesi
(RR)
3 BIOLOGIK :
AIDS, Hepatitis B IGD, kamar Operasi, ruang Dokter , , perawat, petugas
dan Non A-Non B labolaboratorium, laundry laboratorium, dan laundry
4 ERGONOMIK
Pekerjaan yang
Area pasien dan tempat Petugas yang menangani
dilakukan secara
penyimpanan barang (gudang) pasien dan barang
manual
Postur yang salah
dalam melakukan Semua area Semua karyawan
pekerjaan
petugas pembersih, driver,
Pekerjaan yang operator komputer, yang
Semua area
berulang berhubungan dengan pekerjaan
juru tulis
5 PSIKOSOSIAL
Sering kontak
dengan pasien,
kerja bergilir,
Semua area Semua karyawan
kerja berlebih,
ancaman secara
fisik

3. Kesehatan Kerja
Pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilaksanakan setiap ruamh sakit seperti tercantum
pada pasal 23 dalam UU kesehatan No. 23 tahun 1992 dan Peraturan Mentri Tenaga kerja
& transmigrasi RI No. 03/men/1989 tentang pelayanan kesehatan kerja meliputi :
a. Pemeriksaan kesehatan
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala
3) Pemeriksaan kesehatan khusus
b. Memberikan pengobatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang mengalami Kecelakaan
Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

B. KESELAMATAN KERJA
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana dan
peralatan kerja. Upaya pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan meliputi :
1. Penetapan tempat beresiko dan Penggunaaan Alat Pelindung Diri
Agar seluruh pegawai, pasien, keluarga pasien, pengunjung dapat mengetahui tempat
tempat berbahaya dilingkungan rumah sakit maka diberikan tanda – tanda atau petunjuk
yang ditempatkan di tempat yang telah ditentukan. Tempat yang dianggap beresiko
diantaranya :
a. Unit Radiologi
b. Uni Labolatorium
c. Uni Farmasi
d. Kamar Operasi
e. Genset
f. Kamar isolasi penyakit menular
g. Tempat dengan ketinggian lebih dari 1 Meter
Selain penetapan tempat beresiko salah satu pemberian rasa aman kepada pekerja, juga
diberlakukan kewajiban untuk menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan setiap
kegiatan yang beresiko tinggi menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja.
Penetapan tempat beresiko dan penggunaan alat pelindung diri ini ditetapkan oleh
keputusan direktur Nomor ( ) tentang penetapan tempat beresiko dan
penggunaan alat pelindung diri di RSUD Tengku Sulung.
2. Pegawasan Keselamatan/Keamanan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan
Pengawasan ini bertujuan untuk menjamin berfungsinya peralatan medik dan non medik
sebagaimana mestinya sehingga tidak merugikan pengguanaan alat tersebut.
Pengawasan atau pemantauan kelayakan alat medik dan non medik dengan cara :
a. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan
b. Melakukan pengujian kalibrasi alat
c. Pemeliharaan alat dilakukan secara berkala
3. Kegiatan Pemeliharaan sarana dan prasarana dan klalibrasi
a. Pemeliharaan dan/atau perawatan sarana dan/atau prasarana
1) Program pemeliharaan dan/atau perawatan sarana dan/atau prasarana masing -
masing unit yang dilakukan oleh setiap unit pengguna/IPSRS/Pihak Ekstern
2) Adanya pelaporan pelaksanaan pemeliharaan dan/atau perawatan Sarana
dan/atau prasarana kepada Ka. Sub. Bag. Logistik
b. Kalibrasi
1) Kalibrasi dilakukan secara periodik 1 (satu) tahun sekali pada atau sesuai
dengan kebutuhan yang ada.
2) Pelaksanaan kalibrasi dilakukan oleh pihak luar yang ditunjuk.
3) Pelaksanaan kalibrasi oleh pihak luar dilakukan mengikuti prosedur
Pembelian yang ada yaitu Bagian Logistik mendata alat ukur & monitor
yang harus dilakukan kalibrasi alat ukur & monitor dan mengajukannya ke
Ka. Bag. Perencanaan & Pengembangan untuk dilanjutkan ke Wadir ADM
Umum & Keuangan dalam Form permohonan kalibrasi alat ukur &
monitor untuk disetujui. Bagian Logistik menjadwalkan pelaksanaan
kalibrasi dan mengundang pihak luar yg ditunjuk
4) Pada saat kalibrasi berlangsung Kepala / Ka. Unit / Bidang unit pengguna
dan petugas PSRS mendampingi pihak luar yang melakukan kalibrasi
5) Setiap Ka. Unit / Bidang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa alat
tersebut telah dikalibrasi dengan memeriksa tanda status hasil kalibrasi
(bila ada)
6) Bagian Logistik mencatat waktu dan hasil pelaksanaan kalibrasi dari alat
tersebut pada Daftar Alat Ukur & Monitor sesuai dengan Laporan Hasil
Kalibrasi yang ada.
7) Alat yang tidak dapat dikalibrasi atau rusak akan diberi label yang sesuai
dan/atau dipisahkan.
4. Fasilitas Perlengkapan Keamanan Pasien
Di RSUD Tengku sulung dalam merealisasaikan penyelenggaraan program K3 yang bertujuan
membuat rasa aman terhadap pasein, pekerja, pengunjung di lingkungan rumah sakit maka di
lengkapi oleh perlengkapan diantaranya :
a. Pintu dapat dibuka dari luar
b. Tempat tidur dilengkapi tralis penahan dibagian tepi
c. Sumber listrik mempunyai pengaman
d. Pemasok oksigen cukup pada tempat - tempat penting
e. Tersedia emergency suction pada keadaan gawat darurat
f. Ada tenaga listrik pengganti bagi ruangan dan peralatan medik yang vital

C. PENYEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan kerja rumah sakit meliputi semua ruangan dan area sekellilingnya yang
merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja yang dikelola secara
komersial, mempunyai resiko bahaya kesehatan, untuk itu diperlukan panduan untuk
memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan sesuai dengan Kemenkes RI No.
261/Menkes/SK/II/1998 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja.
1. Pengertian
Penyehatan lingkungan rumah sakit adalah segala upaya untuk menyehatkan dan
memelihara lingkungan rumah sakit dan pengaruhnya terhadap manusia.
2. Persyaratan Kesehatan Lingkungan RSUD Tengku Sulung.
a. Penyehatan Air
1) Tersedianya air bersih dengan kapasitas minimal 40 liter/ orang/hari
2) Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika,
kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai Permenkes No. 416 tahun 1990
tentang pengawasan dan persyaratan Kualitas air
b. Penyehatan Udara Ruangan
Suhu : 18 - 28 °C
Kelembaban : 40 - 60 %
c. Limbah
1) Limbah padat / sampah
a) Setiap limbah padat dari setiap ruangan satuan kerja dipisahkan sesuai
dengan jenis limbahnya (domestik, medis/klinik, Radiaktif) dan
dimasukkan kedalam bak/tong sampah yang telah dilapisi kantong plastik
yang telah disediakan untuk masing-masing jenis sampah yang akan
dibedakan.
b) Kantong plastik kuning untuk limbah medik/infeksius
c) Tong sampah hitam untuk limbah domestik/umum
d) Pengangkutan limbah padat dari masing-masing ruang dilakukan oleh
petugas yang telah ditunjuk dari masing-masing ruang, dengan
menggunakan alat pengangkut/gerobak sampah, melalui jalur yang telah
ditentukan.
e) Limbah padat domestik dimasukkan ke tempat penampungan sementara
container yang selanjutnya dibuang ketempat pembuangan akhir oleh DPU.
f) Bak limbah padat dilakukan pemeliharaan kebersihan secara periodik dan
atau sesuai kondisi dan keperluannya.
g) Pengelolaan limbah padat dilakukan di RSUD Tengku Sulung
2) Limbah Cair
a) Setiap ruang/satuan kerja yang menghasilkan limbah cair (dilengkapi
dengan fasilitas sistem pembuangan limbah cair (perpipaan khusus).
b) Limbah cair diolah di sentral pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke
lingkungan
c) Pemeriksaan kualitas dilakukan setiap bulan ke laboratorium Referensi
dengan parameter sesuai Kep.Me.LH No. 58 tahun 1995 Untuk keperluan
terbatas intern pemeriksaan kualitas dilakukan oleh IPSRS .
d. Pencahayaan di ruangan
Intensitas cahaya diruangan kerja minimal 100 Lux
e. Kebisingan Ruangan
Tingkat kebisingan diruangna kerja maksimal 85 dBA
f. Getaran
Tingkat getaran tidak mengganggu
g. Vektor penyakit
1) Serangga penular penyakit
a) Indeks Lalat : Maksimal 8 ekor/fly grill (100 cm x 100
cm)/dalam pengukuran 30 menit
b) Indeks kecoa : Maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam pengukuran
24 jam
c) Indeks Nyamuk : Countainer indeks ≤ 5%
2) Tikus
Setiap ruangan rumah sakit harus bebas tikus
h. Ruangan dan Bangunan
1) Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya
gangguan kesehatan dan kecelakaan
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin
dan bersih.
3) Langit - langit kuat, bersih dan atap kuat dan tidak bocor.
i. Penyehatan Makanan dan Minuman
1) Untuk bahan makanan dan minuman siap saji
Pengadaan makanan maupun bahan makanan perlu memperhatikan hal-hal
berikut ini, yaitu :
a) Bahan makan dan makanan jadi dari Unit Gizi harus diperiksa secara
fisik, dan dilakukan pemeriksaan kualitas secara periodik 6 bulan sekali
dengan jumlah sampel dari parameter sesuai keperluan
b) Pemeriksaan kualitas dilakukan oleh Kesehantan lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten dengan kepala Unit Gizi Rumah Sakit
2) Penyimpanan
a) Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara
kebersihannya, terlindung dari bahan kimia berbahaya, debu, serangga
dan tikus.
b) Bahan makanan dan makanan hasil olahan disimpan pada tempat yang
terpisah.
c) Suhu tempat penyimpanan makanan disesuaikan dengan sifat makanan
dan penyajiannya.
3) Tempat pengolahan
a) Tempat pengolahan dari peralatannya dipelihara kebersihannya dan atau
dibersihkan / didesinfeksi, selanjutnya dikeringkan dengan metode yang
dianggap efektif dan efisien.
b) Asap dari kegiatan dapur dibuang keluar baik dengan peralatan
konvensional maupun mekanis.
c) Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 Lux.
4) Penjamah Makanan
a) Selama bekerja harus menggunakan perlengkapan pelindung
pengolahan makanan (celemek, penutup rambut).
b) Selama bekerja tidak dibenarkan merokok, makan dan memakai
perhiasan serta selalu menjaga/memelihara kebersihan pribadi (personal
hygiene).
c) Selama melakukan pengolahan makanan tidak boleh kontak langsung
dengan tubuh (menggunakan alat pembantu sarung tangan plastik,
penjepit makan dll)
d) Penjamah makanan tidak menderita atau menjadi sumber penularan
penyakit.
e) Penjamah makanan harus sehat, diperiksa kesehatannya secara berkala
minimal 2 kali dalam setahun.
5) Penyajian Makanan
a) Penyajian makamm dari dapur pusat ke konsumen neng&unakan kereta
dorong khusus untuk menghindarkan terjadinyapencemaran.
b) Transportasi makanan siap hidang diusahakan melalui jalur tertentu
sehingga dapat terhindar teIjadinya pencemaran.
c) Makanan yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien.
d) Kereta dorong pcngangkut makanan harus selalu dijaga kebersihannya
secara periodik dari atau menurut kebutuhan
j. Penyehatan Tempat Pencucian
1) Tempat Pencucian dan Peralatan Penunjang Medis.
2) Setiap ruangan pelayanan medis dan Penunjang medis yang karena sifat
kegiatannya harus dilengkapi dengan fasilitas pencucian untuk mencuci
peralatan. Fasilitas pencucian harus dilengkapi dengan sarana pemeliharaan
kebersihan Binatu
3) Lokasi Binatu diupayakan yang mudah dijangkau oleh Unit Kegiatan yang
memerlukan serta tidak berdekatan dengan ruang Rawat Inap.
4) Konstruksi lantai dari beton atau plesteran yang kuat & tidak licin dengan
kemiringan lantai 2- 3 % kearah saluran pembuangan limbah cairan
5) Harus disediakan fasilitas pembuangan limbah cair sistem tertutup dan
menjamin kelancaran aliran limbah cair ke sistem jaringan limbah cair
terdekat
6) Disediakan sistem penyediaan air bersih & air panas sesuai dengan
keperluannya.
7) Dilengkapi ruangan-ruangan yang terpisah sesuai dengan peruntukannya
a) Ruangan Linen Kotor
b) Ruang Linen Bersih
c) Ruang Penyimpanan Perlengkapan Cuci
d) Ruang Penyimpanan Perlengkapan Kebersihan
8) Disediakan kamar mandi & WC dan tempat cuci tangan untuk petugas
dengan jumlah sesuai keperluan.
9) Pengaturan tata letak ruang harus diperhatikan sehingga dapat mencegah /
menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi silang.
10) Ruangan harus selalu terjaga kebersihannya.
11) Bak-bak penampungan air dibersihkan minimal seminggu sekali untuk
mencegah perindukan serangga vektor penyakit.
12) Tingkat pencahayaan diruang pencucian minimal 200 Lux
13) Secara periodik atau menurut keperluannya ruangan dapat dilakukan
sterilisasi dengan metode yang dianggap efektif dan efisien.
k. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
1) Penyuluhan Kesehatan Lingkungan dilakukan terhadap pegawai RS,
pengunjung RS dan masyarakat sekitar RS.
2) Materi Penyuluhan disesuaikan dengan keperluan khususnya yang terkait
dengan masalah kesehatan lingkungan.
3) Materi penyuluhan disiapkan oleh lnstalasi Sanitasi Lingkungan &
Pelaksanaannya dikoordinir oleh pengembangan SDM
4) Metode penyuluhan dapat dipilih sesuai dengan keperluan dengan metode
yang dianggap efektif dan efisien.

D. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


Limbah medis berbahaya yang berupa limbah kimiawi,limbah farmasi,logam
berat,limbah genotoksik dan wadah bertekanan masih banyak yang belum dikelola dengan
baik. Sedangkan limbah infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran
penyakit baik kepoada SDM Rumah Sakit,pasien,pengunjung/pengantar pasien ataupun
masyarakat disekitar lingkungan Rumah Sakit. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan
tubuh pasien,jarum suntik,darah,perban,biakan kultur,bahan atau perlengkapan yang
bersentuhan dengan penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh
penyakit pasien. Pengelolaan lingkunagn yang tidak tepat akan beresiko terhadap penularan
penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akInstalasi Bedahat
keberadaan Rumah Sakit antara lain : penyakit menular
( hepatitis,diare,campak,AIDS,influenza), bahaya radiasi (kanker,kelainan organ genetik)
dan resiko bahaya kimia.
1. Kategori B3
a. Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel radioaktif yang
mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang
dilaluinya. Misalnya sinar x,sinar alfa,sinar beta, sinar gamma dll.
b. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengimbangan
kehilangan panas.Sehingga kecepatan reaksi,peningkatan suhu dan tekanan
meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah meledak apabila
terkena panas,gesekan atau bantingan dapat menimbulkan ledakan.
c. Mudah menyala atau terbakar
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan pengimbangan
kehilanagn panas,sehingga tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan
mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala rendah 21°C.
d. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi reaksi
oksidasi,mengakInstalasi Bedahatkan reaksi keluar panas (eksotermis).
e. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan
kematian atau sakit yang serius apabila masuk kedalam tubuh melalui pernapasan
kulit atau mulut.
f. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit,menyebakan proses pengkaratan
pada lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan
temperatur uji 55°C mempunyai pH sama atau kurang dari 2 (asam),dan sama atau
lebih dari 12,5 (basa).
g. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker yakni sel luar yang dapat merusak jaringan tubuh.

h. Iritasi
Bahan yang dapat mengakInstalasi Bedahatkan peradangan pada kulit dan selaput
lendir.
i. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembantukan dan pertumbuhan embrio.
j. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakInstalasi Bedahatkan perubahan kromosom yang
berarti dapat merubah genetika.
k. Arus listrik
2. Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya
a. Dipengaruhi oleh daya racun
Cara B3 masuk kedalam tubuh yaitu melalui saluran pernafasan,saluran
pencernaan,dan penyerapan melui kulit. Diantaranya yang sangat berbahaya adalah
yang melalui saluran pernafasan karena tanpa disadari B3 akan masuk kedalam tubuh
bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 m2 selama 8 jam kerja dan
sulit dikeluarkan kembali dari dalam tubuh.
b. Konsentrasi dan lama paparannya
Efek kombinasi bahan kimia,yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat dan
daya racun yang berbeda,menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau
pengobatan.
Kerentanan calon korban paparan B3 karena masing-masing individu mempunyai
daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh bahan kimia.
3. Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3
a. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan
karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh petugas
yang ditunjuk sebagai penanggungjawab. Hasil identifikasi dInstalasi Bedaheri label
atau kode untuk dapat membedakan satu dengan lainnya. Sumber informasi
didapatkan dari MSDS.
b. Evaluasi untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan sesuai
sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus mempredksi
resiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
c. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang dilakukan
meliputi:
1) Pengendalian operasional, seperti eliminasi, substitusi, ventilasi, penggunaan alat
perlindungan diri dan menjaga higiene perorangan.
2) Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label, penyediaan
MSDS, pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata ruang, pemantauan rutin dan
pendidikan atau pelatihan.
3) Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman.
4) Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah barang.
d. Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya, antara lain:
1) Upayakan substitusi yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya dengan yang
kurang berbahaya
2) Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin
dengan cara memilih proses kontinyu yang menggunakan bahan setiap saat lebih
sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan sesuai dengan kebutuhan sehingga
resiko dalam penyimpanan kecil
3) Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang bahan
berbahaya yang menyangkut sifat berbahaya, cara penanganan, cara
penyimpanan, cara pembuangan dan penanganan sisa atau bocoran/tumpahan,
cara pengobatan bila terjadi kecelakaan dan sebagainya. Informasi tersebut dapat
diminta kepada penyalur atau produsen bahan berbahaya yang bersngkutan.
4) Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan kontaminan
bahan berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau secara berkala agar
kontaminan tidak melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan
5) Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama dengan
mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti prosedur kerja
yang aman
6) Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau tepat
melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan
7) Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai dengan prosedur dan
petunjuk teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda peringatan yang sesuai
dan jelas
8) Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-bahan
berbahaya
9) Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan aman, bersih
dan terpelihara dengan baik
10) Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara memelihara
instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya pemanfaatan kembali atau
daur ulang
4. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan, menggunakan,
dll) B3, setiap staf Instalasi Bedah mengetahui betul jenis bahan dan cara penanganannya
dengan melihat SPO dan MSDS yang telah ditetapkan.
a. Penanganan untuk personil
1) Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan
2) Baca petunjuk yang tertera pada kemasan
3) Letakkan bahan sesuai ketentuan
4) Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk
5) Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan
6) Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata
7) Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penempatan bahan,
hindari terjadinya tumpahan/kebocoran
8) Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas
9) Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan
bahaya/kecelakaan atau nyaris celaka melalui formulir yang telah disediakan dan
alur yang ditetapkan
b. Penanganan berdasarkan lokasi
Daerah-daerah yang beresiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan tempat
penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 yang ada di Rumah Sakit harus
ditetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode warna di area
bersangkutan, serta Unit Kamar Operasi dalam denah Rumah Sakit dan
disebarluaskan/disosialisasikan kepada seluruh penghuni Rumah Sakit.
c. Penanganan administrasi
Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus dInstalasi
Bedaheri tanda sesuai potensi bahaya yang ada, dan di lokasi tersebut tersedia SOP
untuk menangani B3, antara lain:
1) Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi
2) Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan
3) Cara penanganan B3, dll

E. JENIS BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) YANG ADA DI INSTALASI


BEDAH
JENIS B3 LAMBANG B3 TATACARA
PENYIMPANAN
Presep 0,5 g, 2,5 g, 5 Bahan mudah
g terbakar :
1. Ruang dingin dan
berventilasi
2. Jauh dari sumber
panas/api
3. Tersedia alat
pemadam kebakaran
4. Produk ditempatkan
diatas Palet.
Bahan iritan :
1. Ruang dingin dan
berventilasi
2. Wadah tertutup dan
berlabel
3. Terpisah dari zat
beracun
Tersedia alat
pelindung diri seperti
sarung tangan,
masker, kaca mata
dan lain-lain.
4. Produk ditempatkan
diatas Palet
Bahan berbahaya bagi
lingkungan :
1. Ruang dingin dan
berventilasi
2. Wadah tertutup dan
berlabel
3. Terpisah dari zat
beracun
4. Tersedia alat
pelindung diri seperti
sarung tangan,
masker, kaca mata
dan lain-lain.
5. Produk ditempatkan
diatas Palet
Alkohol 70% Bahan mudah terbakar
:
1. Ruang dingin dan
berventilasi
2. Jauh dari sumber
panas/api
3. Tersedia alat
pemadam kebakaran
4. Produk ditempatkan
diatas Palet.
Bahan berbahaya dan
beracun :
1. Ruangan dingin dan
berventilasi
2. Jauh dari sumber
panas
3. Terpisah dari bahan
kimia lain yang
reaktif
4. Tersedia alat
pelindung diri
seperti
masker,pakaian
pelindung, sarung
tangan dan lain-lain.
5. Produk ditempatkan
diatas Palet
H202 Bahan mudah terbakar
:
1. Ruang dingin dan
berventilasi
2. Jauh dari sumber
panas/api
3. Tersedia alat
pemadam kebakaran
4. Produk ditempatkan
diatas Palet.
Bahan korosif :
1. Ruang dingin dan
berventilasi
2. Wadah tertutup dan
berlabel
3. Terpisah dari zat
beracun
4. Tersedia alat
pelindung diri
seperti sarung
tangan, masker, kaca
mata dan lain-lain.
5. Produk ditempatkan
diatas Palet
Bahan iritan :
1. Ruang dingin dan
berventilasi
2. Wadah tertutup dan
berlabel
3. Terpisah dari zat
beracun
Tersedia alat
pelindung diri seperti
sarung tangan,
masker, kaca mata
dan lain-lain.
4. Produk ditempatkan
diatas Palet
Formalin tablet Bahan korosif :
1. Ruang dingin dan
berventilasi
2. Wadah tertutup dan
berlabel
3. Terpisah dari zat
beracun
4. Tersedia alat
pelindung diri
seperti sarung
tangan, masker, kaca
mata dan lain-lain.
5. Produk ditempatkan
diatas Palet
Bahan iritan :
1. Ruang dingin dan
berventilasi
2. Wadah tertutup dan
berlabel
3. Terpisah dari zat
beracun
Tersedia alat
pelindung diri seperti
sarung tangan,
masker, kaca mata
dan lain-lain.
4. Produk ditempatkan
diatas Palet
Bahan berbahaya dan
beracun :
1. Ruangan dingin dan
berventilasi
2. Jauh dari sumber
panas
3. Terpisah dari bahan
kimia lain yang
reaktif
4. Tersedia alat
pelindung diri seperti
masker,pakaian
pelindung, sarung
tangan dan lain-lain.
5. Produk ditempatkan
diatas Palet
Bahan Karsinogenik,
Teratogenik, Mutagenik
:
1. Ruang dingin dan
berventilasi
2. Wadah tertutup dan
berlabel
3. Terpisah dari zat
beracun
4. Tersedia alat
pelindung diri seperti
sarung tangan khusus,
masker, kaca mata
dan lain-lain.
5. Produk ditempatkan
diatas Palet
Chlor Ethyl Bahan mudah terbakar
:
1. Ruang dingin dan
berventilasi
2. Jauh dari sumber
panas/api
3. Tersedia alat
pemadam kebakaran
4. Produk ditempatkan
diatas Palet.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
UNIT KAMAR OPERASI RSUD TENGKU SULUNG

A. MUTU PELAYANAN
1. Pengertian Mutu
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :
Defenisi Indikator adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu
indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat
perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
2. Definisi Mutu Pelayanan RSUD TENGKU SULUNG
Adalah derajat kesempurnaan pelayanan RSUD Tengku Sulung untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar
profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia
di RSUD Tengku Sulung secara wajar, efisien dan efektif serta dInstalasi Bedaherikan
secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan Rumah Sakit dan masyarakat
konsumen.
3. Pihak Yang Berkepentingan Dengan Mutu
Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, yaitu :
a. Konsumen
b. Pembayar/perusahaan/asuransi
c. Manajemen RSUD Tengku Sulung
d. Karyawan RSUD Tengku Sulung
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
4. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah :
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
5. Mutu Terkait dengan Input, Proses, Output
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel,
yaitu :
a. Input, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu
pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
b. Proses, merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan interaksi
profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat).
Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting.
c. Output, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada
konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.

B. KRITERIA
1. Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
2. Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan
prinsip dasar sebagai berikut :
a. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan dalam pelayanan Instalasi Farmasi
1) Keprofesian
2) Financial
3) Efektif dan Efisien
4) Patient Safety
5) Kepuasan pasien
6) Sarana dan lingkungan fisik
b. Indikator yang dipilih
1) Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
2) Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada
untuk perorangan.
3) Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit.
4) Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor.
5) Didasarkan pada data yang ada.
6) Minimal Dalam 1 tahun ada 2 indikator yang dianalisa
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator,
sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dari berbagai sumber
b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan

C. INDIKATOR MUTU PELAYANAN UNIT KAMAR OPERASI RSUD


TENGKUSULUNG
UNIT KERJA : Instalasi Bedah
RUANG LINGKUP : Ruang Bedah
NAMA : Angka Infeksi Luka Operasi
INDIKATOR
DASAR : Operasi bersih yang memenuhi prosedur standar
PEMIKIRAN tidak menimbulkan infeksi luka operasi
DEFINISI : Angka kejadian infeksi luka operasi pada pasien
INDIKATOR pasca operasi bersih

KRITERIA :
Inklusi : Pasien operasi bersih, termasuk operasi cito
Eksklusi :
TIPE INDIKATOR Rate Based
PEMBILANG Jumlah pasien infeksi luka operasi bersih
(Numerator)
PENYEBUT Jumlah seluruh pasien operasi bersih dalam
(Denominator) periode waktu yang sama dengan lama perawatan
post operatif sama dengan atau lebih dari lima hari
STANDARD 2%
KETERANGAN

D. UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RSUD TENGKU SULUNG


1. Definisi Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan RSUD Tengku Sulung
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang
menyangkut input, proses dan output secara objektif, sistematik dan berlanjut memantau
dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan masalah-
masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang dInstalasi Bedah RSUD Tengku
Sulung berdaya guna dan berhasil guna
2. Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan RSUD Tengku Sulung
Umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan
RSUD Tengku Sulung secara efektif dan efisien agar tercapai derajat
kesehatan yang optimal.
Khusus : Tercapainya peningkatan mutu pelayanan RSUD Tengku Sulung melalui :
a) Optimasi tenaga, sarana, dan prasarana.
b) Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan
yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan
kebutuhan pasien.
c) Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan
pelayanan kesehatan.
3. Indikator mutu
Indikator mutu RSUD Tengku Sulung meliputi indikator klinik, indikator yang
berorientasi pada waktu dan indikator ratio yang berdasarkan pada efektifitas
(effectivenes), efisiensi (efficiency), keselamatan (safety) dan kelayakan
(appropriateness). Indikator yang dipilih :
a) Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b) Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk
perorangan.
c) Dapat digunakan untuk membandingkan dengan Rumah Sakit lain, baik di dalam
maupun luar negeri.
d) Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor
e) Didasarkan pada data yang ada.
4. Strategi
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan RSUD Tengku Sulung maka disusunlah
strategi sebagai berikut :
a) Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu
pelayanan RSUD Tengku Sulung sehingga dapat menerapkan langkah-langkah upaya
peningkatan mutu di masing-masing instalasi kerjanya.
b) Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di RSUD
Tengku Sulung , serta upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan.
c) Menciptakan budaya mutu di. RSUD Tengku Sulung termasuk di dalamnya
menyusun program mutu RSUD Tengku Sulung dengan pendekatan PDCA cycle.
5. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus (daur) yang
berkesinambungan. Langkah pertama dalam proses siklus ini adalah identifikasi masalah.
Identifikasi masalah merupakan bagian sangat penting dari seluruh proses siklus (daur),
karena akan menentukan kegiatan-kegiatan selanjutnya dari pendekatan pemecahan
masalah ini. Masalah akan timbul apabila :
a) Hasil yang dicapai dInstalasi Bedah dengan standar yang ada terdapat penyimpangan
b) Merasa tidak puas akan penyimpangan tersebut.
c) Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut.
Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa dilakukan tindakan
perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah diadakan tindakan
perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih ada yang tertinggal. Dari penilaian kembali
maka akan didapatkan masalah yang telah terpecahkan dan masalah yang masih tetap
merupakan masalah sehingga proses siklus akan berulang mulai tahap pertama.
6. Kegiatan dalam pengendalian Mutu Rumah Sakit
1. Pengendalian atas dokumen meliputi :
1) Penerbitan dan persetujuan dokumen.
2) Perubahan dokumen.
3) DistInstalasi Bedah dokumen.
4) Penomoran/ pengkodean dokumen.
2. Pengendalian catatan mutu meliputi kegiatan :
1) Identifikasi
2) Penyimpanan
3) Perlindungan
4) Penarikan
5) Lama simpan
6) Pemusnahan
3. Pemastian implementasi manajemen mutu dilaksanakan sesuai persyaratan
dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan dalam bentuk kegiatan audit.
4. Untuk memastikan rapat tinjauan manajemen dilaksanakan sesuai dengan persyaratan
untuk meninjau keefektifan pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu.
5. Setiap pemasalahan yang terjadi harus dilakukan upaya penyelesaian dan
pencegahannya serta didokumentasikan.
6. Penyelenggaraan kegiatan komunikasi meliputi :
1) Penanganan Informasi (internal)
2) Pelaksanaan Rapat (internal)
3) Komunikasi dengan pelanggan
4) Komunikasi dengan Rekanan
5) Komunikasi dengan Instansi Pemerintah
6) Komunikasi keadaan darurat
7. Mekanisme perencanaan kerja, sasaran dan indikator mutu Rumah Sakit meliputi :
1) Rencana Strategis lima tahunan
2) Rencana Kerja tahunan organisasi dan instalasi kerja
8. Survey kepuasan pelanggan adalah suatu kegiatan pengukuran untuk mengetahui
tingkat kepuasan pelanggan eksternal terhadap pelayanan yang telah diberika
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan


penyelenggaraan dan penyusunan standar prosedur operasional pelayanan bedah di RSUD
TENGKU SULUNG.
Dibutuhkan dukungan dari semua pihak terutama pimpinan Rumah Sakit agar mutu
pelayanan bedah dapat senantiasa ditingkatkan dan dipertahankan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi di bidang pembedahan dan anestesi.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayana

Ditetapkan di Pulau Kijang


Pada tanggal 2019
DIREKTUR RSUD TENGKU SULUNG

dr. H. ISWANDI
DAFTAR ISI

LEMBAR
PENGESAHAN ...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................................0
DAFTAR ISI...................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
B. TUJUAN.............................................................................................................................1
C. RUANG LINGKUP............................................................................................................1
D. BATASAN OPERASIONAL..............................................................................................2
E. LANDASAN HUKUM.......................................................................................................2
BAB II STANDAR KETENAGAAN.............................................................................................3
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA...................................................................3
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN INSTALASI BEDAH......................................................5
BAB III STANDAR FASILITAS....................................................................................................6
A. DENAH RUANG...............................................................................................................6
B. STANDAR FASILITAS......................................................................................................7
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN...................................................................................10
A. TATA LAKSANA PELAYANAN INSTALASI BEDAH.................................................10
BAB V LOGISTIK.......................................................................................................................41
A. PERENCANAAN PENYEDIAAN PRASARANA / PERALATAN...............................41
B. PERMINTAAN BARANG...............................................................................................41
C. PENERIMAAN................................................................................................................42
D. PENYIMPANAN / DISTRIBUSI.....................................................................................43
E. PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN..........................................................................43
BAB VI KESELAMATAN PASIEN.............................................................................................45
A. KESELAMATAN PASIEN RSUD TENGKU SULUNG ...............................................45
B. PENGELOLAAN KEGIATAN KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI BEDAH
47
C. SISTEM PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN RSUD TENGKU
SULUNG.........................................................................................................................................48
BAB VII KESEHATAN KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN RSUD TENGKU
SULUNG ............................................................................................................................................51
A. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA..............................................................51
B. KESELAMATAN KERJA................................................................................................53
C. PENYEHATAN LINGKUNGAN.....................................................................................55
D. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN.......................................59
E. JENIS BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) YANG ADA DI INSTALASI
BEDAH 62
BAB VIII PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH RSUD TENGKU SULUNG...........68
A. MUTU PELAYANAN......................................................................................................68
B. KRITERIA........................................................................................................................69
C. INDIKATOR MUTU PELAYANAN INSTALASI BEDAH RSUD TENGKU
SULUNG.........................................................................................................................................70
D. UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RSUD TENGKU SULUNG..............70
BAB IX PENUTUP.......................................................................................................................73

Anda mungkin juga menyukai