PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chronic kidney disease (CKD), didefinisikan sebagai kerusakan ginjal
yang ditandai dengan laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah dari 60 mL/menit
per 1,73 m2 selama 3 bulan/lebih. CKD merupakan faktor risiko utama dari
penyakit ginjal stadium akhir, serta kematian dini (Mills, 2015). The Global
CKD pada tahun 2013, menunjukkan kenaikan yang signifikan sebesar 134,6%
dari tahun 1990. CKD pada tahun 2013 juga berada di peringkat 19 sebagai
penyebab tertinggi dari penurunan angka harapan hidup dari seluruh penyakit
pada tahun 2013 (Naghavi, 2015). Tahun 2015, di Indonesia terdapat 18.613
orang yang didiagnosis mengalami penyakit CKD, atau sekitar 89% dari total
Indonesia, 2015).
ialah diabetes mellitus serta hipertensi (Coresh, 2007 & Grams, 2013). Namun
masih banyak faktor risiko lain yang dapat menyebabkan terjadinya CKD
seperti, variasi faktor genetik, serta penyakit infeksi berat yang disebabkan gaya
1
2
maka akan terjadi penurunan produksi nitric oxide (NO) dengan berbagai
penurunan fungsi ginjal dan pada akhirnya berujung pada penyakit CKD.
Ketika sudah memasuki tahap penyakit CKD, penyakit ini cukup sulit untuk
diobati, banyak komplikasi yang dapat terjadi, serta dapat mengeluarkan biaya
pengobatan yang cukup besar, sehingga untuk menurunkan kejadian CKD, perlu
2.518 jenis (Fauzi et al., 2015). Seledri (Apium graveolens L.), merupakan salah
satu tanaman obat yang banyak pada pengobatan tradisional dengan banyak
ada pada seledri seperti flavonoid, glikosida, selinen, vitamin A, Vitamin C, dan
tradisional (Al-Snafi, 2014). Zat-zat pada seledri yang memiliki efek antioksidan
dan antiinflamasi yang cukup tinggi ialah apigenin, tannin, saponin, serta
glikosida iridoid.
anti inflamasi, antioksidan, serta antiradikal bebas (Kamdem et al., 2015; Jazet
et al., 2008). Selain itu, seledri dikonsumsi sebagai obat diuretik, serta untuk
mengatasi gejala dari penyakit reumatoid, dan arthritis (Khare, 2008). Khasanah
Seledri (Apium graveolens L.) pada tikus model Acute Kidney Injury (AKI).
L.) memiliki efek mencegah penurunan kadar Nitrit Oksida pada tikus model
AKI. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menghubungkan efek dari
seledri terhadap CKD. Pemberian ekstrak etanol seledri, diharapkan efek dari
zat-zat yang terdapat pada seledri, terutama efek antioksidan serta anti inflamasi
penurunan kadar nitrit oksida. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang diatas,
etanol seledri terhadap pencegahan penurunan kadar nitrit oksida pada tikus
model CKD.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pemberian ekstrak etanol seledri (Apium graveolens L.) dapat
model CKD ?
b. Tujuan Khusus
sehat
model CKD.
5
model CKD.
model CKD.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritik
b. Manfaat Praktis
D. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No. Nama Judul Persamaan Perbedaan