Anda di halaman 1dari 10

I.

TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk memberi pengertian tentang konsep potensi, dan juga untuk melatih
mengolah data farmakologik secara statistik sederhana.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Anastesi umum
Anaesthesia adalah hilang nya sensasi atau kontrol terhadap tubuh. Biasa
digunakan untuk mendeskribsikan proses reversible yang membiarkan prosedur
operasi atau terapi apaun yang menyebabkan rasa nyri hebat untuk dilakukan tanpa
pasien merasa stres atau tidak nyaman (Marcovitch, H., 2005).
Anaesthesia umum adalah hilangnya kontrol terhadap tubuh karena penekanan
terhadap sistem syaraf pusat secaraa reversible (Welsh, L., 2009).
B. Penggolongan anastesi umum berdasarkan bentuk dan jalur pemberian beserta
contohnya
 Berdasarkan bentuknya anaesthesia dibedakan menjadi:
1. Anaesthesia volatil, adaah anaesthesia yang menghasilkan efek anestesi
ketika uap yang dihasilkan dihirup. Anaesthesia masuk kedalam paru-paru
kemudian berdifusi melalui alveoli masuk ke pembuluh darah kemudian
menembus blood brain barier dan mempengaruhi CNS (Beggs, S., 2011).
Contoh: nitrous oksida, cyclopropane, halothane, desflurane, anflurane.
2. Anaesthesia non volatil, adalah anaesthesia yang diberikan dengan cara
diinjeksikan secara langsung kedalam tubuh (Beggs, S., 2011). Contoh
barbiturat dan kloralhidrat.
 Berdasarkan cara pemberian dibedakan menjadi:
1. Inhalasi, merupakan anaesthesia yang diberikan dengan cara diberikan
dengan oksigen melalui pernafasan. Contoh: kloroform, eter, notrous oksida
(Katzung, B.G., et all., 2009).
2. Injeksi, adalah anaesthesia yang diberikan dengan cara diinjeksikan langsung
kedalam tubuh melalui vena. Contoh: barbiturat, kloralhidrat, morfin,
ketamin, fantanyl, thiopental (Katzung, B.G. et all., 2009).
C. Mekanisme kerja anestetika umum
Pada dasarnya anaesthesia umum dapat mempengaruhi baik CNS maupun PNS.
Pada CNS anaesthesia umum akan menganggu aktivitas elektrik pada CNS. Pada
anaesthesia inhalasi blokade paca komunikasi thalamo cortical menghasilkan keadaan
tak sadar. Sedang untuk yang intravena atau injeksi akan mempengaruhi transmisi pada
hippocampus, anaesthesia inhalasi juga dapat bekerja pada bagian ini. Secara seluler
anaesthesia inhalasi akan menyebabkan hiperpolarisasi pada neuron yang menjadi pace
maker pada komunikasi sianptik, sehinggga menyebabkan neuron post sinaps akan
mengalami penurunan eksitabilitas seperti jika terjadi aksi potensial. Baik pada inhalasi
mauapun injeksi anestesi kebanyakan berpengaruh pada komunikasi sinaptik dari pada
mempengaruhi pembentukan aksi potensial (Brunton, L.L. et all., 2008). Pada
pemberian anaesthesia sering muncul gejala shivering (menggigil) pada periode
recovery setelah penerapan anaesthesia, ini disebut postspinal shivering yang sangat
menganggu pasien, kombinasi antara midazolam dengan ketamin atau tramadol dengan
ketamin dapat mengurangi efek ini (Abdelrahman, RS., 2012

D. Mekanisme Kerja Anastetika Umum


Mekanisme kerja membius anastetika umum disebabkan oleh interaksi dengan
lipid membran. Menurut konsep sekarang, efek tersebut timbul desebabkan oleh
blokade saluran ion akibat penimbunan anastetika dalam jaringan lemak. Namun
mungkin juga disebabkan oleh interaksi dengan protein membran.
(Mutschler, 1991)
Anestesi umum akan melewati beberapa tahapan dan tahapan tersebut tergantung
pada dosis yang digunakan. Tahapan teranestesi umum secara ideal dimulai dari
E. Fungsi anastesi umum
 Mengontrol rasa sakit
 Untuk melakukan prosedur pembedahan tanpa menyababkan rasa sakit pada
pasien
 Untuk melakukan eutanasia
 Merestrain pasien yang sangat sulit direstrain.
Melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan saat pasien diam
(Welsh, L., 2009)
III. MATERI METODE
A. Materi
Hewan percobaan : 2 ekor mencit
Obat : ether dan obat X
Alat : 2 buah gelas beker, kapas, selembar plastik, alat suntik
tuberkulin
B. Metode
1. Mencit I dan II masing-masing dimasukkan ke dalam beker glass, kemudian
ditutup rapat dengan plastik dan disisipi kapas
2. Pada mencit I, disuntikkan 0,05 ml ether di kapas tiap 5 menit dan pada mencit II
disuntikkan 0,05 ml obat X pada kapas tiap 5 menit.
3. Catat waktu ketika mencit melalui tahap anastesi hingga mati beserta dosisnya
4. Hitung mean dosis anastesi, mean dosis lethal, dan indeks terapeutik

IV. HASIL PRAKTIKUM


A. Tabel Hasil Praktikum
Kel. Dosis Anestesi Dosis Lethal
Obat X Ether Obat X Ether
(ml) (ml) (ml) (ml)
A 0,1 0,05 0,1 0,1 0,15 0,1 0,15 0,2
B 0,05 0,1 0,05 0,1 0,15 0,15 0,15 0,15
C 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2
D 0,15 0,1 0,15 0,1 0,2 0,15 0,2 0,2
̅
X 0,094 0,1 0,16 0,18

X obat X = 0,094 ........... X1


X ether = 0,1 ........... X2

∑ ( X 1 )2 = 0,1 2 + 0,05 2 + 0,05 2 + 0,1 2 + 0,1 2 + 0,1 2 + 0,15 2 + 0,1 2


= 0,0775
∑ ( X 2 )2 = 0,1 2 + 0,1 2 + 0,05 2 + 0,1 2 + 0,1 2 + 0,1 2 + 0,15 2 + 0,1 2
= 0,085
Penyelesaian :
α = 0,05
H0 = μA = μ B
H1 = μA ≠ μB (TST)
Batas Kritis :
α 0,05
t= = = 0,025
2 2
df=n1+n2-2=8+8-2=14
∴t ;df=t 0,025 ;14= ±2,145
Perhitungan :
2
2 ∑ 𝑋2 2 − 𝑛 (𝑋2 )
𝑆1 =
𝑛−1
0,0775 - 8 (0,094)2
= = 0,00097
8-1
2
2 ∑ 𝑋1 2 − 𝑛 (𝑋1 )
𝑆2 =
𝑛−1
0,085 - 8 (0,1)2
= = 0,00071
8-1

[(n1 -1)S1 2 +(n2 -1)S2 2 ]


Sp 2 =
n1 +n2 -2
[(8-1)0,00094 + (8-1) 0,00071 ]
= = 0,00084
8+8-2
Sp = 0,028

(X1 - X2 )
tHitung = 1 1
Sp √n +n
1 2

(0,094−0,1)
=
1 1
0,028 √8 + 8

-0,006 −0,006
= = = -0,428
1 1 0,014
0,028√8 + 8

Perhitungan Lethal
X Obat X = 0,16 ........... X1
X Ether = 0,18 ........... X2
∑ ( X 1 )2 = 0,15 2 + 0,1 2 + 0,15 2 + 0,15 2 + 0,2 2 + 0,2 2 + 0,2 2 + 0,15 2
= 0,22
∑ ( X 2 )2 = 0,15 2 + 0,2 2 + 0,15 2 + 0,15 2 + 0,22 + 0,2 2 + 0,2 2 + 0,2 2
= 0,2675
Penyelesaian :
α = 0,05
H0 = μA = μ B
H1 = μA ≠ μB (TST)
Batas Kritis :
α 0,05
t= 2 = =0,025
2

df=n1+n2-2=8+8-2=14
∴t ;df=t 0,025 ;14= ±2,145
Perhitungan :
2
2 ∑ X1 2 − n (X1 )
S1 =
n−1

0,22 - 8 (0,16)2
= = 0,0021
8-1
2
2 ∑ X2 2 − n (X2 )
S2 =
n−1

0,2675 - 8 (0,18)2
= 0,00118
8-1
[(n1 -1)S1 2 +(n2 -1)S2 2 ]
Sp 2 =
n1 +n2 -2
[(8-1) 0,0021 + (8-1) 0,00118 ]
= = 0,00164
8+8-2
Sp 2 = 0,041
(X1 - X2 )
tHitung = 1 1
Sp √ +
n1 n2

(0,16 – 0,18)
= = -0,0976
1 1
0,041 √ +
8 8

B. Evaluasi statistik dari macam-macam dosis anastetik dari anastetik yang dipakai
Obat Ether Obat X
No. Grup Dosis Deviasi Dosis Deviasi
Mhs Anestetik dari Mean Anestetik dari Mean
X (cc) ̅
X−X ̅ )2
(X − X X (cc) ̅
X−X ̅) 2
(X − X
I 0,1 0 0 0,1 0,006 0,000036
II 0,1 0 0 0,05 -0,044 0,001936
III 0,05 -0,05 0,0025 0,05 -0,044 0,001936
IV 0,1 0 0 0,1 0,006 0,000036
V 0,1 0 0 0,1 0,006 0,000036
VI 0,1 0 0 0,1 0,006 0,000036
VII 0,15 0,05 0,0025 0,15 0,056 0,003136
VIII 0,1 0 0 0,1 0,006 0,000036
𝚺 0,8 0 0,005 0,75 0,007188
̅
𝐗 0,1 0,094

1. Ether

2
SD = √ Σ (X – X) = √ 0,005 = √ 0,005 = 0,026
N−1 8−1 7
SD 0,026 0,026
SE = = = = 0,0091
√N √8 2,83

2. Obat X

2 0,007188 0,007188
SD = √ Σ (X – X) =√ =√ = 0,032
N−1 8−1 7
SD 0,032 0,032
SE = = = = 0,0113
√N √8 2,83

C. Evaluasi statistik dari macam-macam dosis lethal dari anastetik yang dipakai
Obat Ether Obat X
No. Grup Dosis Deviasi Dosis Deviasi
Mhs Lethal dari Mean Lethal dari Mean
X (cc) X−̅
X (X − ̅
X)2 X (cc) X−̅
X (X − ̅
X)2
I 0,15 -0,03 0,0009 0,15 -0,01 0,0001
II 0,2 0,02 0,0004 0,1 -0,06 0,0036
III 0,15 -0,03 0,0009 0,15 -0,01 0,0001
IV 0,15 -0,03 0,0009 0,15 -0,01 0,0001
V 0,2 0,02 0,0004 0,2 0,04 0,0016
VI 0,2 0,02 0,0004 0,2 0,04 0,0016
VII 0,2 0,02 0,0004 0,2 0,04 0,0016
VIII 0,2 0,02 0,0004 0,15 -0,01 0,0001
𝚺 1,45 0,0047 1,3 0,0088
̅
𝐗 0,18 0,16

1. Ether

2
SD = √ Σ (X – X) = √ 0,0047 = √ 0,0047 = 0,0258
N−1 8−1 7
SD 0,0258 0,0258
SE = = = = 0,00912
√N √8 2,83

2. Obat X

2 0,0088 0,0088
SD = √ Σ (X – X) =√ =√ = 0,035
N−1 8−1 7
SD 0,035 0,035
SE = = = = 0,01
√N √8 2,83

D. Komparasi dari mean dosis anastetik dan lethal


ANASTETIK Jumlah tikus Mean dosis Standar Error Nilai P
anastetik (X)
Ether 8 0,1 0,0091
Obat X 8 0,094 0,0113
LETHAL
Ether 8 0,18 0,00912
Obat X 8 0,16 0,012

 Index terapeutik ether 0,18 : 0,1 = 1,8


 Index terapeutik obat X 0,16 : 0,094 = 1,7

(𝚺 Xa)2 (𝚺 Xb)2
[(𝚺 Xa2 − 𝐍𝐚
)+ (𝚺 Xb2 − 𝐍𝐛
)]
Nilai S2anastesi =
𝐍𝐚 + 𝐍𝐛 − 𝟐

(𝟎,𝟕𝟓 )2 (𝟎,𝟖 )2
[( 0,0775 − 𝟖
)+ (𝟎,𝟎𝟖𝟓 − 𝟖
)]
=
𝟖 + 𝟖− 𝟐

= 0,00087

S = 0,029

(𝚺 Xa)2 (𝚺 Xb)2
[(𝚺 Xa2 − 𝐍𝐚
)+ (𝚺 Xb2 − 𝐍𝐛
)]
Nilai S2lethal =
𝐍𝐚 + 𝐍𝐛 − 𝟐

(𝟎,𝟏𝟔 )2 (𝟎,𝟏𝟖 )2
[( 0,22 − 𝟖
)+ (𝟎,𝟐𝟔𝟕𝟓 − 𝟖
)]
=
𝟖 + 𝟖− 𝟐
= 0,184

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini digunakan 2 mencit, mencit I diberi ether, mencit II diberi
obat X. Mencit dimasukkan ke dalam gelas beker berbeda, dan masing-masing gelas
beker ditutup dengan plastik dan disisipi kapas. Obat disuntikkan pada kapas agar
nantinya terhirup oleh mencit.
Pada mencit I, disuntikkan 0,05 ml ether dan pada 5 menit pertama belum
menunjukkan reaksi. Kemudian setelah diberikan 0,05 ether lagi, 40 detik kemudian
mencit mengalami eksitasi dan 37 detik kemudian mencit sudah teranastesi yang ditandai
dengan tidak adanya righting reflek. Artinya mencit mengalami eksitasi dan anastesi
pada dosis ether 0,1 ml. Kemudian disuntikkan lagi 0,05 ml pada kapas, mencit masih
bertahan. Setelah 5 menit disuntikkan lagi 0,05 ml ether, dan akhirnya mencit mati
setelah 2 menit dari pemberian ether terakhir. Jadi, mencit mengalami kematian pada
dosis 0,2 ml ether.
Pada mencit II, disuntikkan 0,05 ml obat X dan setelah 2 menit mengalami eksitasi.
Dan 45 detik kemudian mencit sudah teranastesi yang ditandai dengan tidak adanya
righting reflek. Artinya mencit mengalami eksitasi dan anastesi pada dosis obat X 0,05
ml. Setelah 5 menit, disuntikkan kembali obat X 0,05 ml pada kapas, dan akhirnya
mencit mati. Jadi, mencit mengalami kematian pada dosis 0,1 ml obat X.

VI. KESIMPULAN
1. Anaesthesia umum adalah obat yang mampu mendepres CNS secara reversibel dan
menyebabkan hilangnya kesadaan.
2. Anaesthesia umum digunakan untuk mengatasi rasa sakit yang berat seperti saat akan
dilakukan oerasi juga digunakan untuk euthanasia.
3. Terdapat efek samping dari anaesthesia yang dapat dikurangi dengan
mengkombinasikan beberapa jenis obat anaesthesia.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman, RS., 2012., Prevention of shivering during regional anaesthesia: Comparison
of Midazolam, Midazolam plus ketamine,Tramadol, and Tramadol plus
Ketamine, Life Science Journal, Egypt.

Beggs, S., Cosgarea, M., Hatfield, NT., Menshouse, D., White, G., Smith, BJ., Slack, JA.,
Salinas, E., 2011., Introductory Clinical Pharmacology. Wiley Blackwel,
London.

Bruton, L., Parker, KL., Blumenthal, DK., Buxton, LO., 2008., Goodman, Gilman’s Manual
of Pharmacology and Therapeutics. Mc Graw Hill, London.

Katzung, BG., Masters, SB., Trevor, AJ., 2009., Basic & Clinical Pharmacology, Eleventh
Edition, Mc Graw Hill, China.

Marcovitch, H., 2005., Blacks Medical dictionary 21 edition., A & C Black, London.
Welsh, L., 2009., Anaesthesia for Veterinary Nurses Second edition. Wiley blackwell.,
Singapore.

Anda mungkin juga menyukai