Askep Pada Pasien Dengan Ketuban Pecah D
Askep Pada Pasien Dengan Ketuban Pecah D
Disusun Oleh :
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
10 Maret 2014
Penyusun,
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya
pada masa kehamilan.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya
pada masa kehamilan, seperti :
a. Definisi ketuban pecah dini
b. Etiologi ketuban pecah dni
c. Patofisiologis
d. Manifestasi klinik
e. Pemeriksaan penunjang
f. Penatalaksanaan
g. Asuhan keperawatan
2
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya
tanda – tanda persalinan, yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada
primipara atau 5 cm pada multipara (Maryunani, 2013). Ketuban pecah dinyatakan
dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan
peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance
Sinclair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
B. Etiologi
Menurut Mochtar (2011), penyebab ketuban pecah dini masih belum jelas,
maka preventif tidak dilakukan kecuali dalam usaha penekanan infeksi.
Beberapa faktor risiko ketuban pecah dini adalah:
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
3. Riwayat KPD sebelumnya
4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5. Kehamilan kembar
6. Trauma
7. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis
selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas
3
ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini.
Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI
RSCM (2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
4
Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi
(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak lintang,
sunsang, atau pendular abdomen(Manuaba, 2009).
C. Patofisiologis (Pathways)
Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal
berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-
sama dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.
5
6
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan
bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine
tes.
7
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas.
(Manuaba, 1998)
F. Penatalaksanaan
8
Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:
(Manuaba, 2009)
9
BAB III
A. Pengkajian
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
10
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya,
berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
( Depkes RI, 1993:66)
11
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan
dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien
akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total
setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
( Sharon J. Reeder, 1997:285)
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena
adanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
12
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Muskulis skeleta
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya
luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
B. Diagnose keperawatan
13
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan
premature.
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus berpotensi
lahir premature.
(NANDA, 2012)
C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk
berhubungan tindakan keperawatan infeksi mengetahui
dengan selama 3×24 2. Pantau keadaan tanda-tanda
ketuban pecah jam diharapkan pasien umum pasien infeksi yang
dini tidak menunjukan tanda- 3. Bina hubungan muncul
tanda infeksi dengan saling percaya 2. Untuk melihat
kriteria hasil : melalui perkembangan
komunikasi kesehatan pasien
1. Tanda-tanda infeksi
terapeutik 3. Untuk
tidak tidak ada.
4. Berikan memudahkan
2. Tidak ada lagi cairan
lingkungan yang perawat
ketuban yang keluar
nyaman untuk melakukan
dari pervaginaan.
pasien tindakan
3. DJJ normal
5. Kolaborasi 4. Agar istirahat
4. Leukosit kembali
dengan dokter pasien terpenuhi
normal
untuk 5. Untuk proses
5. Suhu tubuh normal
memberikan penyembuhan
(36,5-37,5ºC)
obat antiseptik pasien
sesuai terapi
14
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kali tanda- 1. Untuk
nyaman: nyeri
tindakan keperawatan tanda Vital mengetahui
berhubungan
dengan selama 3×24 jam di pasien keadaan umum
ketegangan
harapkan nyeri berkurang 2. Kaji skala nyeri pasien
otot rahim
atau nyeri hilang dengan (1-10) 2. Untuk
kriteria hasil : 3. Ajarkan pasien mengetahui
teknik relaksasi derajat nyeri
1. Tanda-tanda vital
4. Atur posisi pasien dan
dalam batas normal.
pasien menentukan
TD:120/80 mm Hg
5. Berikan tindakan yang
N: 60-120 X/ menit.
lingkungan akan dilakukan
2. Pasien tampak tenang
yang nyaman 3. Untuk
dan rileks
dan batasi mengurangi nyeri
3. Pasien mengatakan
pengunjung yang dirasakan
nyeri pada perut
pasien
berkurang
4. Untuk
memberikan rasa
nyaman
5. Untuk
mengurangi
tingkat stress
pasien dan pasien
dapat beristirahat
15
bingung lagi dilakukan jika terjadinya hal-hal
2. Pengetahuan Pasien dan tanda KPD yang tidak
keluarga dapat muncul kembali diinginkan terjadi
bertambah 3.Libatkan yang bisa
keluarga agar membahayakan
memantau ibu-janin
kondisi pasien 3. Untuk membantu
merencanakan
tindakan
berikutnya
D. Implementasi
16
nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci
sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai
dengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan
harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik(Hidayat,
2002.
E. Evaluasi
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19