Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian Diabetes Mellitus

a. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang


mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
neurologis (Barbara C. Long, 1995).

b. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan


gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner
dan Sudarta, 1999).

c. Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan


oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).

d. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh


dunia dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF
Adam).

2. Anatomi Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip


dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak
pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan
ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan
glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :

a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah


kanan umbilical dalam lekukan duodenum.

b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah


lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.

c.Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya
menyentuh lympa.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :

a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.

b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi


menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.

Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa,
beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat
pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon,
dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.

Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :

a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk


getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas
adalah :

1.) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan


polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan
monosakarida.

2.) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam


amino.
3.) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak
dan gliserol gliserin.

b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon


dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar
antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.

Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan
hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah
insulin dan glukagon

1). Insulin

Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia.
Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh
ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino
yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa
darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.

Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :

a.)Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan


konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3
glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan
bentuk glikogen.

b.) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah


normal.

c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap
hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa
yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap
hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :

a.) Menambah kecepatan metabolisme glukosa

b.) Mengurangi konsentrasi gula darah

c.) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

2). Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau
langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin.
Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam
darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842
dan terdiri dari 29 rantai asam amino.

Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :

a.) Pemecahan glikogen (glikogenolisis)

b.) Peningkatan glukosa (glukogenesis)

Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah


mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan
pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan
sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas
mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat
memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap
hypoglikemia.

3. Etiologi

Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes
Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang
berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :

1. Dibetes melitus tipe I

Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta


pankreas yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor:

Faktor genetik

Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi suatu


predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan ditmukannya tipe
antigen HLA (Human Leucolyte antoge) teertentu pada individu tertentu

Faktor imunologi

Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibody


terarah pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya jaringan tersebut
seolah-olah sebagai jeringan abnormal

Faktor lingkungan

Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor ekternal


yang dapat memicu destruksi sel beta, contoh hasil penyelidikan yang
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta.

2. Diabetas Melitus Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan


gangguan sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin dan juga terspat beberap faktor resiko teetentu yang
berhubngan dengan proses terjadinya diabetea tipe II yaitu:
 Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65 tahun
 Obesitas
 Riwayat keluarga
 Kelopok etnik tertentu

3. Faktor non genetik

a. Infeksi

Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai


predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.

b. Nutrisi

a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.

b.) Malnutrisi protein

c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.

c. Stres

Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.

d. Hormonal

Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,


akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar
katekolamin meningkat

4. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus


(IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD),
penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya
ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia
muda dapat disebabkan karena keturunan.

b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus


(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes
(MOD) terbagi dua yaitu :

1.) Non obesitas

2.) Obesitas

Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada
orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.

c. Diabetes Mellitus type lain

1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan


hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan
genetik dan lain-lain.

2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :

Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik

3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama


kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam
amino dan glukosa ke fetus.

5. Patofisiologi

Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari
tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan
glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah
setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari
daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak
maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan
aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah
bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.

Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke


metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat
dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10
Meq/Liter.

6. Gambaran Klinik

Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :

Pada tahap awal sering ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar).

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini
disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein.

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

7. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah


untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan
kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar
dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan
berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.

8. Komplikasi

a. Akut

1.) Hypoglikemia

2.) Ketoasidosis

3.) Diabetik
b. Kronik

1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah


jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik,


nefropati diabetic.

3.) Neuropati diabetic.

9. Test Diagnostik

Kriteria diagnostik menurut WHO(1985) untuk diabetes melitus pada orang


dewasa tidak hamil, pada sedikitnya dua kali pemeriksaan:

1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah


mengkomsumsi 75 gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl
(11,1 mmol/L)

10. Penatalaksanaan Medik

1. Perencanaan makan

Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbangan


dalam hal Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi :

a. KH 60 –70 %

b. Protein 10 –15 %

c. Lemak 20 25 %

Beberapa cara menentukan jumlah kelori uantuk pasien DM melalui


perhitungan mennurut Bocca: Berat badan (BB) Ideal: (TB – 100) – 10% kg
1). BB ideal x 30% untuk laki-laki

BB ideal x25% untuk Wanita

Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari:

Ø Ringan : 100 – 200 Kkal/jam

Ø Sedang : 200 – 250 Kkal/jam

Ø Berat : 400 – 900 Kkal/jam

2). Kebutuhhan basal dihitung seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan
persentase kalori basal:

Ø Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal

Ø Kerja sedang ditambah 20% dari kalori basal

Ø Kerja berat ditambah 40 – 100 % dari kalori basal

Ø Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil atau
menyesui, ditambah 20 –30-% dari kalori basal

3) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:

Ø Pasien kurus : 2300 – 2500 Kkal

Ø Pasien nermal : 1700 – 2100 Kkal

Ø Pasien gemuk : 1300 – 1500 Kkal

2. Latihan jasmani

Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 –4 x seminggu) selama


kurang lrbih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta. Latihian yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari,
renang, bersepeda dan mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 – 85
% denyut nadi maksimal : DNM = 220-umur (dalam tahun)
3. Pengelolaan farmakologi

a. Obat hipoglikemik oral (OHO)

1) Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:

- Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan

- Menurunkan ambang sekresi insulin

- Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa

2) Biguanid

Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah normal.


Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk
pasien gemuk

3) Inhibitor alfa glukosidase

Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam


saluran cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca pransial

4) Insulin sensitizing agent

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai sfek


farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi
nasalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin
tanpa menyebabkan hipoglikemia.
B. KONSEP KEPERAWATAN

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang


melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik
maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.

Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan


secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk
mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin.

1. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus


dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.

Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :

a. Aktivitas dan istirahat :

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan


tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada


ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.

c. Eliminasi

Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.


d. Nutrisi

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.

e. Neurosensori

Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,


disorientasi, letargi, koma dan bingung.

f. Nyeri

Pembengkakan perut, meringis.

g. Respirasi

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

h. Keamanan

Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i. Seksualitas

Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan


terjadi impoten pada pria.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan


teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes
Mellitus yaitu :

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.


d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang


tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.

3. Rencana Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan :

Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara
individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi


yang adekuat.

3.) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi


ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

4.) Timbang berat badan setiap hari.


Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respons pasien secara individual.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

Tujuan :

- Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

- Menunjukkan tingkat energi biasanya

- Berat badan stabil atau bertambah.

Intervensi :

1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan


terapeutik.

2.) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi


dan utilisasinya).

3.) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan


etnik/kultural.

Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam


perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

4.) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada


keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5.) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Tujuan :

- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

- Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah


terjadinya infeksi.

Intervensi :

1). Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah


mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.

3). Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.

4). Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada


peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.

5). Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan
memobilisasi sekret.

d. Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

Tujuan :

- Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.

- Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal

2.) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan


kebutuhannya.

Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan


kontak dengan realitas.

3.) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk


melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.

Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas


dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.

4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.

Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang


berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.


Tujuan :

- Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas


yang diinginkan.

Intervensi :

1.) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan


tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

2.) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.

3.) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah


melakukan aktivitas.

Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara


fisiologis.

4.) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai


toleransi.

Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai


tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif


yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

Tujuan :

- Mengakui perasaan putus asa

- Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.


- Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri
mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :

1.) Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang


perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.

Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara


pemecahan masalah.

2.) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain
atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri
dan mungkin mengganggu kemampuan koping.

3.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan
diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi
informasi.

Tujuan :

- Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan


menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.

- Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional


tindakan.
Intervensi :

1.) Ciptakan lingkungan saling percaya

Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien


bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.

2.) Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat


pertimbangan dalam memilih gaya hidup.

3.) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.

Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien


dalam merencanakan makan/mentaati program.

4.) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab
pertanyaan pasien/orang terdekat.

Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan


kepada klien sesuai dengan rencana asuhan keperawatan. Pada tahap ini perawat
menerapkan keterampilannya dan pengetahuannya berdasarkan ilmu keperawatan
dan ilmu lain, yang terkait secara integrasi. Pada waktu perawat memberikan
asuhan keperawatan, proses pengumpulan data berjalan terus-menerus guna
perubahan/penyesuaian tindakan keperawatan.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan,


antara lain sumber-sumber yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta
lingkungan fisik dimana asuhan keperawatan dilakukan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan pasien (empat tindakan yang utama) :


a. Melaksanakan prosedur keperawatan

b. Melakukan observasi

c. Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan).

d. Melaksanakan program pengobatan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan, dilakukan


berdasarkan standar asuhan keperawatan dan sistem pendelegasian yang telah
ditetapkan.

5. Evaluasi

Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah :

a. Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat ?

b. Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ?

c. Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa ?

d. Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?

e. Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan


sesuai kebutuhan ?

f. Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu merencanakan


perawatannnya sendiri ?

g. Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Doenges, E. Marylinn, dkk, (1994), Rencana Asuhan Keperawatan Dengan


Gangguan Sistem Endokrin, EGC Jakarta.

Doenges, E. Marylin, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC,
Jakarta.

Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC,


Jakarta.

Guyton and Hall, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta.

Long, C. Barbara, (1996), Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan


Padjajaran Bandung.

Purmoharjo, Hotma, SKp, (1994), Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan


Sistem Endokrin, EGC, Jakarta.

Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (1995), Patofisiologi, Edisi IV, EGC.
Jakarta.
Tjokronegoro, Arjatmo, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,(1999), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. R

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2019
Ruang : II

1. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Talaga
Agama : Islam
Status : Kawin
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus tipe II
Nomor RM : 18.11.59
Tanggal masuk : 16 Mei 2019

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Talaga
Hub. Dengan klien : Suami

3. Keluhan Utama
Klien mengatakan kakinya terasa kesemutan dan terasa berat untuk
berjalan.

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien mengatakan dua hari yang lalu kepalanya pusing, rasanya cekot-
cekot. Klien mengatakan lemas dan bila berjalan kaki terasa berat. Kaki
sering merasa kesemutan. Kemudian diperiksakan di puskesmas wilayah
Gedong Songo, nilai GDS adalah 411. Dari pihak puskesmas
menganjurkan klien untuk periksa di poliklinik Puskesmas. Klien
memeriksakan diri di PKM Talaga pada tanggal 16 Mei 2019, hasil yang
didapat adalah GDS 298, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit.
Klien disarankan untuk rawat inap, diagnosanya adalah diabetes mellitus
tipe II. Klien dirawat di ruang alamanda, di ruangan klien mendapatkan
terapi obat metformin 3 x 500 mg, asam mefenamat 3 x 500 mg, BC 3 x
100 mg , cefotaxim 2 x 2 mg, ranitidine 2 x 2 ml, dan infus Nacl 20 tpm
500 cc.

5. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien pernah operasi batu ginjal satu tahun yang lalu.

6. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga tidak mempunyai riwayat diabetes mellitus, hipertensi, jantung,
dan lain-lain.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
Tanggal 19 Mei 2019
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 18 kali/menit
Suhu : 37,5°C
b. Kulit
Warna kulit sawo matang, bengkak di kaki kanan dan kiri, kulit kering,
turgor kulit di ekstremitas bawah buruk.
c. Kepala dan Leher
Bentuk kepala : mesochepal.
Rambut : rambut beruban, panjang, ikal, tipis, penyebaran
merata, tidak ada lesi.
Mata : simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis,
palpebra tidak kehitaman, penglihatan baik.
Telinga : simetris, tidak ada keluaran yang abnormal.
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada lesi, tidak ada massa.
Mulut : Tidak ada sariawan, mukosa bibir kering, tidak ada
gusi berdarah.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
d. Jantung
Inspeksi : IC tampak.
Palpasi : IC teraba di SIC V.
Perkusi : Pekak.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, tidak ada bising, tidak
ada gallop.
e. Paru-paru
Inspeksi : simetris, pengembangan dada kurang maksimal.
Palpasi : pengembangan paru kanan dan kiri simetris.
Perkusi : sonor.
Auskultasi : tidak ada suara whezzing dan ronkhi.
f. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit sawo matang.
Auskultasi : bising usus 10 kali/menit.
Palpasi : tidak terdapat massa, tidak ada benjolan.
Perkusi : timpani.
g. Ekstremitas
1) Look
a) Ekstremitas atas
Warna kulit sawo matang dan merata, kulit kering, tidak ada
edema di telapak tangan kanan dan kiri, tidak ada fraktur dan
deformitas.
b) Ekstremitas bawah
Warna kulit sawo matang, bengkak dibagian punggung kaki
kanan dan kiri, tidak ada fraktur dan deformitas.
2) Feel
a) Ekstremitas atas
Tidak terdapat nyeri tekan pada ekstremitas atas kanan dan kiri,
tidak ada baal, tidak ada kesemutan.
b) Ekstremitas bawah
Terdapat nyeri tekan pada bagian punggung kaki kanan dan
kiri, nyeri terasa cekot-cekot dan terkadang tiba-tiba terasa
nyeri seperti disetrum, kadang terasa kesemutan, klien
mengatakan skala nyeri 4, frekuensi nyerinya sering dirasakan.
c) Move
a) Ekstremitas atas :
Tangan kanan dan kiri bisa digerakkan. Tangan kanan dan kiri
klien mampu menentang gravitasi dan tahanan, mampu
melakukan fleksi-ekstensi, pronasi-supinasi, dan rotasi.
b) Ekstremitas bawah :
Kaki kanan dan kiri bisa digerakkan. Kaki kanan dan kiri
mampu menentang gravitasi dan tahanan tetapi kurang
maksimal, tidak mampu melakukan fleksi-ekstensi, dorsofleksi-
plantarfleksi. Terdapat bengkak di punggung kaki kanan dan
kiri.
d) Kekuatan otot

Ekstremitas atas Kanan Kiri

Siku 5 5

Lengan bawah 5 5

Pergelangan tangan 5 5

Jari 5 5

Ekstremitas bawah Kanan Kiri

Lutut 4 4

Betis 4 4

Pergelangan kaki 4 4

Jari 4 4

h. Genetalia
Tidak terkaji.
i. Sistem persarafan
1. Status mental
Tingkat kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4V5M6), gaya bicara
pelan dan jelas.
2. Fungsi intelektual
Orientasi waktu, orang dan tempat baik.
3. Daya pikir
Daya pikir spontan, alamiah dan masuk akal, tidak ada kesulitan
berpikir dan tidak ada halusinasi .
4. Status emosional
Status emosional pasien alamiah dan datar, tidak pemarah, cemas
dan tidak apatis.
j. Sistem Gastrointestinal
Klien mengatakan nafsu makan bertambah, banyak minum, dan buang
air kecil kurang lebih 7-8 kali per hari.
k. Sistem Imunitas
Klien mengatakan tidak alergi makanan ataupun obat-obatan.

8. Pengkajian Fungsional
a. Persepsi terhadap kesehatan-manajemen kesehatan
Klien mengatakan ketika sakit selalu memeriksakan ke Puskesmas atau
dokter. Klien mengatakan sehat adalah suatu kondisi tubuh yang bisa
melakukan apapun, sedangkan sakit adalah kondisi tubuh yang lemah.
Klien tidak minum minuman keras, tidak merokok, tidak memakai
narkoba.
b. Kebutuhan Oksigenasi
Klien tampak tidak mengalami sesak nafas, tidak ada cuping hidung,
tidak mengalami sianosis, tidak batuk. Tidak terdengar bunyi
whezzing, ronki.
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Sebelum dirawat di Rumah Sakit klien mengatakan makan 5 kali
dalam sehari, nafsu makan bertambah sejak 1 bulan yang lalu. Klien
mengatakan tidak begitu suka sayur. Klien mengatakan kurang lebih
minum 6-7 gelas perhari. Sebelum sakit tinggi badan klien adalah 155
cm, berat badan 54 kg. Klien mengatakan mengalami penambahan
berat badan selama 1 bulan dari 54 kg menjadi 60 kg.
Saat sakit klien mendapatkan diit makanan bubur tanpa sari rendah
gula. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16 Juni 2012 Hb
14.10 g/dl (normal 13.2-17.3), hematocrit 42.40% (normal 40-52). Saat
masuk di Rumah Sakit BB klien turun menjadi 58 kg, albumin 4.8
(normal 3.2-5.2).
IMT = BB/TB2
= 58/ (1,552)
= 58/2,4025
= 24,14 (normal)
Keterangan :
1) Tinggi badan dalam meter.
2) Klasifikasi nilai IMT.
IMT Status gizi Kategori

< 17,0 Gizi kurang Sangat kurus

17,0 – 18,5 Gizi kurang Kurus

18,5 – 25,0 Gizi baik Normal

25,0 – 27,0 Gizi lebih Gemuk

>27,0 Gizi lebih Sangat gemuk

d. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum masuk Rumah Sakit, klien mengatakan melakukan eliminasi
urin sebanyak ± 7-8 kali dalam sehari, eliminasi fekal sebanyak 2 kali
selama ± 1 hari (diare) selama 3 hari.
Saat masuk rumah sakit, frekuensi eliminasi urin sedikit berurang
menjadi 5-6 kali dalam sehari, eliminasi fekal 1 kali dalam sehari
dengan konsistensi lembek.
e. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Aktivitas Keterangan Skor

Makan 0 : tidak mampu, 5 : memerlukan 10


bantuan seperti memotong makanan,
mengoleskan mentega, atau
memerlukan bentuk diet khusus, 10 :
mandiri/tanpa bantuan
Mandi 0 : tergantung, 5 : mandiri 5

Kerapian/penampilan 0 : memerlukan bantuan untuk 5


menata penampilan diri, 5 : mampu
secara mandiri menyikat gigi,
mengelap wajah, menata rambut dan
bercukur
Berpakaian 0 : tergantung/tidak mampu, 5 : perlu 5
dibantu tetapi dapat melakukan
sebagian, 10 : mandiri (mampu
mengancingkan baju, menutup
resleting, merapikan baju)
BAB 0 : inkontinensia/tergantung pada 5
enema, 5 : kadang mengalami
gangguan, 10 : normal
BAK 0 : inkontinensia, harus dipasang 10
kateter atau tidak mampu mengontrol
BAK secara mandiri, 5 : kadang
mengalami kesulitan, 10 : normal
Penggunaan kamar mandi 0 : tergantung, 5 : perlu bantuan 10
tetapi tidak tergantung penuh, 10 :
mandiri
Berpindah tempat 0 : tidak mampu, mengalami 15
gangguan keseimbangan, 5 :
memerlukan banyak bantuan untuk
bisa duduk, 10 : memerluka sedikit
bantuan (diarahkan secara verbal), 15
: mandiri
Mobilitas 0 : tidak mampu atau berjalan kurang 15
dari 50 yard, 5 : hanya bisa bergerak
dengan kursi roda > 50 yard, 10 :
berjalan dengan bantuan > 50 yard,
15 : mandiri (meski dengan alat
bantu)
Naik/turun tangga 0 : tidak mampu, 5 : memerlukan 10
bantuan , 10 : mandiri
Total = 90 (mandiri)
80 – 100 : mandiri
60 – 79 : bantuan minimal dalam ADL
40 – 59 : sebagian tergantung
20 – 39 : sangat tergantung
< 20 : tergantung total
f. Kebutuhan Istirahat dan tidur
Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan frekuensi tidur klien ± 8
jam/hari, dengan kualitas tidur yang baik dan tidak mengalami
gangguan tidur (insomnia, parasomnia).
Saat masuk rumah sakit, frekuensi tidur klien bertambah, ± tidur klien
sekitar 10 jam/hari.
g. Kebutuhan Personal Hygiene
Sebelum sakit, klien selalu mandi 2 kali dalam sehari, rajin menggosok
gigi, dan toileting secara mandiri. Klien mencuci rambut 1 kali dalam 2
hari. Saat sakit, klien bisa melakukan perawatan diri secara mandiri,
seperti mandi, toileting, namun dalam hal berpakaian klien
membutuhkan bantuan orang lain.
h. Kebutuhan Persepsi Sensori
Penglihatan : baik.
Pendengaran : tidak menggunakan alat bantu dengar.
Penciuman : baik, mampu mencium aroma.
Pengecap : baik.
Perabaan : mengenali rangsang (benda tumpul, tajam, halus).
i. Kebutuhan Komunikasi dan Mental
Klien berbicara jelas. Klien menggunakan bahasa jawa, klien adalah
orang yang ekstrovert.
j. Kebutuhan Kenyamanan
Klien bedrest, ekstremitas bawah terasa nyeri dan berat sehingga malas
untuk berjalan, nyeri yang dirasakan seperti disetrum, kadang terasa
kesemutan, klien mengatakan skala nyeri 4, frekuensi nyerinya sering
dirasakan. Klien merasa lemas.
k. Kebutuhan Seksualitas
Tidak terkaji.
l. Kebutuhan Mekanisme Koping
Klien mengatakan koping yang dilakukan klien saat menghadapi
tekanan adalah menonton televise dan berkebun.
m. Kebutuhan Konsep diri.
Harga diri : klien tidak malu dengan penyakit yang dialaminya.
Ideal diri : klien ingin cepat sembuh dan melakukan pekerjaan
rumah seperti biasa.
Identitas diri : klien mengakui sebagai perempuan.
Peran : klien sebagai ibu rumah tangga.
Gambaran diri : klien ikhlas dengan penyakit diabetes yang
dialami.
n. Kebutuhan Rekreasi dan Spiritual
Sebelum masuk rumah sakit, klien mengatakan suka jalan-jalan
menonton televisi dan berkebun. Klien rajin sholat 5 waktu. Saat
masuk rumah sakit, klien hanya bisa berdoa.

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (2 Mei 2019)
Komponen Hasil Normal

Leukosit 7,81 3,6-11 10^3 /Ul


Eritrosit 5,08 3,8-5,2 10^6 /Ul
Hb 14,10 11,7-15,53 g/dl
Ht 42,40 35-47 %
MCV 83,50 80-100 L
MCH 27,80 26-34 pg
MCHC 33,30 32 – 36 g/dl
Trombosit 286 150-440 10^3 /Ul
RDW 12,40 11,5-14,5 %
Eosonofil Absolut 0,28 0,045-0,44 10^3 /Ul
Basofil Absolut 0,02 0-0,2 10^3 /Ul
Netrofil Absolut 3,20 1,8-8 10^3 /Ul
Limfosit Absolut 3,61 0,9-5,2 10^3 /Ul
Monosit Absolut 0,70 0,16-1 10^3 /Ul
Eosonofil 3,60 2-4 %
Basofil 0,30 0-1 %
Neutrofil 40,90 50-70%
Limfosit H 46,20 25-40 %
Monosit H 9,00 2-8 %
Glukosa sewaktu H 247 < 125 mg/Dl
Kolesterol total 186 < 200 mg/Dl : desirabelle
200-239 : borderline high

>240 : high
Trigliserida 148
< 150 ug/Dl : borderline high

200-499 : high
Asam urat 3,0
SGOT 13 >500 : very high
SGPT 12
2.4 – 5,7 mg/dL
Ureum 21
Albumin 4.8 0 – 35 u/L

0 – 35 u/L

10,0 – 50,0 mg/dL

3.2-5.2 g/dL
10. Therapy
Nacl 20 tetes per menit (infus)
Cefotaxim 2 x 1 gr (intravena)
Ranitidin 2 x 2 ml (intravena)
Metformin 3 x 500 mg (oral)
Asam mefenamat 3 x 500 mg (oral)
BC tablet 3 x 100 mg (oral)
No. Terapi Cara Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Pemberian

1 Nacl Infus 500 ml Hipostremia atau sindrom Hipernatremia, retensi Demam, nekrosis, jaringan
rendah garam, mengembalikan cairan. atau infeksi pada tempat
keseimbangan cairan tubuh dan suntikan, hypervolemia,
NaCl, terapi untuk alkalosis sindrom intoleransi garam
metabolic, pengganti cairan pasca operasi.
ekstraseluler, pelarut untuk obat
yang diberikan secara infus intra
vena drip.
2 Cefotaxim Intravena 2 x 1 gr Infeksi pernafasan Hipersensitifitas
saluran terhadap Reaksi hipersensitifitas,

bagian bawah, infeksi saluran Sefalosporin, penderita eosinofilia, neutropenia,

kemih & kelamin, gonore, ginjal berat. leukopenia yang bersifat

infeksi kulit & jaringan lunak, sementara, flebitisefek pada

infeksi dalam perut termasuk lambung-usus, superinfeksi.

peritonitis (radang selaput Peradangan iritatif dan nyeri

perut), infeksi tulang & sendi, pada tempat penyuntikan.

infeksi susunan saraf pusat


(meningitis/radang selaput otak).
3 Ranitidin Intravena 2 x 2 ml - Pengobatan jangka pendek - Penderita gangguan Diare, nyeri otot, pusing,
tukak usus 12 jari aktif, fungsi ginjal. timbul ruam kulit, malaise,
tukak lambung aktif, Wanita hamil dan menyusui nausea, konstipasi.
mengurangi gejala refluks
esofagitis.
- Terapi pemeliharaan setelah
penyembuhan tukak usus 12
jari, tukak lambung.
- Pengobatan keadaan
hipersekresi patologis, misal
sindroma Zollinger Ellison
dan mastositosis sistemik.
4 Metformin Per oral 3 x 500 mg - Pengobatan penderita diabetes Penderita kardiovaskular, Efek samping bersifat
yang baru terdiagnosis setelah gagal ginjal, gagal hati, reversible pada saluran cerna
dewasa, dengan atau tanpa dehidrasi dan peminum termasuk anoreksia,
kelebihan berat badan dan bila alkohol, koma diabetik, gangguan perut, mual,
diet tidak berhasil. ketoasidosis, infark muntah, rasa logam pada
- Sebagai kombinasi terapi pada miokardial, keadaan mulut dan diare.
penderita yang tidak responsif penyakit kronik akut yang Dapat menyebabkan asidosis
therhadap terapi tunggal berkaitan dengan hipoksia laktat tetapi kematian akibat
sulfonilurea baik primer ataupun jaringan, keadaan yang insiden ini lebih rendah 10 -
sekunder. berhubungan dengan 15 kali dari fenformin dan
- Sebagai obat pembantu untuk asidosis laktat seperti syok, lebih rendah dari kasus
mengurangi dosis insulin apabila insufisiensi pulmonar, hipoglikemia yang
dibutuhkan. riwayat asidosis laktat. disebabkan oleh
glibenklamid/sulfonilurea.
Kasus asidosis laktat dapat
diobati dengan natrium
bikorbonat. Kasus individual
dengan metformin adalah
anemia megaloblastik,
pneumonitis, vaskulitis.

5 Asam Per oral 3 x 500 mg Untuk menghilangkan segala Pada penderita dengati Mual, muntah, diare,
mefenamat macam nyeri dan ringan sampai tukak lambung / usus. agranulositosis dan hemolitik
sedang dalam kondisi akut dan pendenta asma.penderita anemia.
kronis. termasuk nyeri karena ginjal dan penderita yang
trauma, nyeri sendi, nyeri otot, hipersensitif.
sakit sehabis operasi dan
melahirkan, nyeri sewaktu haid.
sakit kepala dan sakit gigi.

6 BC Per oral 1 x 5 mg Menjaga kesehatan system saraf, Hipersensitif. Sedasi.


kulit, system pencernaan,
meningkatkan energy dan
stamina serta imunitas, anti
stress dan depresi, mengatasi
kelelahan, melancarkan sirkulasi
darah, pembentukan sel darah
merah yang sehat, antioksidan
dalam menangkal serangan
radikal bebas.
B. ANALISA DATA
1. DS : Intoleransi aktivitas
- Klien mengatakan klien malas untuk berhubungan dengan gaya
beraktivitas karena merasa cepat hidup kurang gerak dan
lelah. kelelahan.
- Klien mengatakan jika berjalan kaki
terasa berat dan kesemutan.
- Klien mengatakan lebih suka
istirahat.
DO :

- Punggung kaki kanan kiri bengkak.


- Kekuatan otot :
Tangan kanan 5
Tangan kiri 5
Kaki kanan 4
Kaki kiri 4
- Skor GCS 15.
3. DS : Ketidakefektifan perfusi
- Klien mengatakan bengkak di punggung jaringan perifer
kaki kanan dan kiri. berhubungan dengan
- Klien mengatakan sudah mengetahui
diabetes mellitus.
bahwa klien punya penyakit DM.
DO :

- Bengkak di punggung kaki kanan dan


kiri.
- Tanda-tanda vital : tekanan darah
120/80 mmHg, denyut nadi 88
kali/menit, pernafasan 18 kali/menit,
suhu 37,5°C
C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup kurang gerak dan
kelelahan.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes
mellitus.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan poliuri dan dehidrasi.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx. Kep Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
berhubungan dengan gaya 3x24 jam maka klien dapat bertoleransi terhadap aktivitas.
hidup kurang gerak dan aktivitas dengan kriteria hasil : 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
kelelahan. 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
RR. secara berlebihan.
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari 5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
(ADLs) secara mandiri. (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat. perubahan hemodinamik).
6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien.
7. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan.
9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan.
11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek.
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai.
13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang.
14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas.
15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas.
16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan.
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.
2 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 1. Observasi status hidrasi (kelembaban membran mukosa,
jaringan perifer berhubungan x 24 jam maka ketidakefektifan perfusi jaringan TD ortostatik, dan keadekuatan dinding nadi)
dengan diabetes mellitus. teratasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor HMT, Ureum, albumin, total protein, serum
1. Tekanan systole dan diastole dalam batas osmolalitas dan urin
normal. 3. Observasi tanda-tanda cairan berlebih/ retensi (CVP
2. Tidak ada gangguan mental, orientasi meningkat, oedem, distensi vena leher dan asites)
kognitif dan kekuatan otot. 4. Pertahankan intake dan output secara akurat
3. Na, K, Cl, Ca, Mg, BUN, Creat dan Biknat 5. Monitor TTV
dalam batas normal. 6. Monitor adanya tanda-tanda infeksi.
4. Tidak ada distensi vena leher. 7. Kompres dengan air hangat bagian yang bengkak.
5. Intake output seimbang.
6. Tidak ada oedem perifer dan asites.

E. IMPLEMENTASI
Dx. Tanggal Implementasi Respon TTD
Kep Waktu

1 19 Mei 2019 - Memberikan injeksi cefotaxim dan ranitidin S : klien menanyakan fungsi obat cefotaxim dan ranitidin
08.00 WIB O : Klien kooperatif.

08.05 WIB - Merapikan tempat tidur dan menciptakan S : klien mengatakan “terimakasih”
lingkungan yang terapeutik O : klien kooperatif, tempat tidur bersih.

08.00 WIB - Mengkaji faktor penyebab kelelahan S : klien mengatakan cepat lelah jika beraktivitas dan
pusing.
O : klien kooperatif, ada bengkak di punggung kaki
kanan dan kiri
08.10 WIB - Mengkaji pola tidur klien S : Klien mengatakan tidur kurang lebih 8 jam per
hari, saat di rumah sakit frekuensi tidur bertambah
menjadi 10 jam per hari.
O : palpebral tidak kehitaman, konjungtiva tidak
anemis, kantung mata tidak membengkak.
10.00 WIB - Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas S : klien mengatakan bisa melakukan pekerjaan rumah
ringan yang bisa dikerjakan yang ringan seperti menyapu, mencuci piring.
- Membantu klien untuk menentukan jadwal O : klien kooperatif.
aktivitas sehari-hari.
12.00 WIB - Mengukur tanda-tanda vital S : klien mengatakan pusing
O : TD 120/90 mmHg, nadi 96 kali per menit, suhu 37,5°
C, pernafasan 20 kali per menit.
12.10 WIB - Mengkaji kekuatan otot S:-
O : ekstremitas atas kanan dan kiri 5, ekstremitas
bawah kanan dan kiri 4.
12.15 WIB - Mengajarkan teknik ROM S : klien mengatakan akan melakukan ROM
O : klien kooperatif.
20 Mei 2019 - Memberikan injeksi ranitidine dan cefotaxim S:-
08.00 WIB O : klien kooperatif
09.00 WIB - Mengajarkan teknik ROM pada keluarga S : -
klien. O : Klien kooperatif.
09.30 WIB - Mengklarifikasi jadwal yang sudah S : klien mengatakan kemarin jalan-jalan sampai
ditentukan pada tanggal 19 Juni 2012. depan ruangan ditemani keluarga.
O : klien kooperatif.
12.00 WIB - Mengukur TTV S : klien mengatakan pusing sudah berkurang.
O : Klien kooperatif, TD 110/80 mmHg, nadi 86 kali
per menit, suhu 37° C, pernafasan 19 kali per menit.
08.00 WIB - Memberikan penguatan positif untuk S : klien mengatakan akan melakukan aktivitas
melakukan aktivitas ringan. ringan, jika sudah terasa lelah akan beristirahat
O : klien kooperatif
2 19 Mei 2019 - Mengobservasi tanda-tanda cairan berlebih/ S : -
08.30 WIB retensi (CVP meningkat, oedem, distensi O : bengkak di punggung kaki kanan dan kiri
vena leher dan asites)
10.00 WIB - Mengompres bagian bengkak dengan air S : klien mengucapkan terimakasih
hangat. O : Klien kooperatif.
12.00 WIB - Mengukur tanda-tanda vital. S : klien mengatakan pusing
O : TD 120/90 mmHg, nadi 96 kali per menit, suhu 37,5°
C, pernafasan 20 kali per menit.
12.10 WIB - Mengkaji tingkat mobilitas fisik. S : klien mengatakan malas untuk melakukan
aktivitas karena terasa berat dan cepat lelah.
O : kekuatan otot ekstremitas atas 5, kekuatan otot
ekstremitas bawah 4.
20 Mei 2019 - Mengajarkan pada keluarga untuk S : -
08.30 WIB mengompres hangat. O : bengkak berkurang.
- Melakukan kompres hangat pada daerah
bengkak.
09.00 WIB - Monitor tanda-tanda infeksi S:-
O : Klien kooperatif, warna kulit yang bengkak
adalah kemerahan.
12.00 WIB - Mengukur TTV S : klien mengatakan pusing sudah berkurang.
O : Klien kooperatif, TD 110/80 mmHg, nadi 86 kali
per menit, suhu 37° C, pernafasan 19 kali per menit.

F. EVALUASI
Tanggal No. Diagnosa Evaluasi TTD
Waktu Dx. Keperawatan
19 Mei 2019 1 Intoleransi aktivitas berhubungan S:
08.00 WIB dengan gaya hidup kurang gerak dan - klien mengatakan akan mencoba untuk
kelelahan.
melakukan aktivitas yang ringan terlebih
dahulu, jika merasa lelah klien akan beristirahat,
klien mengatakan akan menggunakan jadwal
harian sebagai acuan untuk latihan beraktivitas.
- Klien mengatakan sudah mencoba melakukan
aktivitas ringan seperti jalan-jalan sampai depan
ruang Alamanda.
O:
- Klien tampak bersemangat.
- Klien membuat jadwal untuk beraktivitas.
- Klien mengalami kemajuan dalam beraktivitas
(belajar untuk tidak bedrest)
A : Masalah teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi.

- Lanjutkan jadwal aktivitas.


- Berikan penguatan positif terhadap klien.
2 Ketidakefektifan perfusi jaringan S : klien mengatakan nyeri di bagian yang bengkak
perifer berhubungan dengan diabetes sudah sedikit berkurang.
mellitus. O:
- Kekuatan otot klien untuk ekstremitas atas 5,
ekstremitas bawah 5.
- Bengkak sudah tidak ada.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
- Kompres air hangat jika terjadi bengkak
kembali.

Anda mungkin juga menyukai