DIABETES MELITUS
A. KONSEP MEDIS
c.Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya
menyentuh lympa.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa,
beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat
pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon,
dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan
hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah
insulin dan glukagon
1). Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia.
Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh
ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino
yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa
darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.
c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap
hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa
yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap
hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
2). Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau
langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin.
Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam
darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842
dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
3. Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes
Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang
berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
Faktor genetik
Faktor imunologi
Faktor lingkungan
a. Infeksi
b. Nutrisi
c. Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.
d. Hormonal
4. Klasifikasi
2.) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada
orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
5. Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari
tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan
glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah
setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari
daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak
maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan
aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah
bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
6. Gambaran Klinik
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini
disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi
a. Akut
1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
b. Kronik
9. Test Diagnostik
1. Perencanaan makan
a. KH 60 –70 %
b. Protein 10 –15 %
c. Lemak 20 25 %
2). Kebutuhhan basal dihitung seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan
persentase kalori basal:
Ø Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil atau
menyesui, ditambah 20 –30-% dari kalori basal
2. Latihan jasmani
2) Biguanid
1. Pengkajian
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
e. Neurosensori
f. Nyeri
g. Respirasi
h. Keamanan
i. Seksualitas
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara
individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respons pasien secara individual.
Tujuan :
Intervensi :
1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
Tujuan :
Intervensi :
2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.
5). Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan
memobilisasi sekret.
Tujuan :
Intervensi :
4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.
Intervensi :
Tujuan :
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain
atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri
dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan
diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.
4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri.
Tujuan :
4.) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab
pertanyaan pasien/orang terdekat.
4. Pelaksanaan
b. Melakukan observasi
5. Evaluasi
Carpenito, Lynda Juall, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doenges, E. Marylin, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC,
Jakarta.
Guyton and Hall, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta.
Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (1995), Patofisiologi, Edisi IV, EGC.
Jakarta.
Tjokronegoro, Arjatmo, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,(1999), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2019
Ruang : II
1. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Talaga
Agama : Islam
Status : Kawin
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus tipe II
Nomor RM : 18.11.59
Tanggal masuk : 16 Mei 2019
3. Keluhan Utama
Klien mengatakan kakinya terasa kesemutan dan terasa berat untuk
berjalan.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
Tanggal 19 Mei 2019
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 18 kali/menit
Suhu : 37,5°C
b. Kulit
Warna kulit sawo matang, bengkak di kaki kanan dan kiri, kulit kering,
turgor kulit di ekstremitas bawah buruk.
c. Kepala dan Leher
Bentuk kepala : mesochepal.
Rambut : rambut beruban, panjang, ikal, tipis, penyebaran
merata, tidak ada lesi.
Mata : simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis,
palpebra tidak kehitaman, penglihatan baik.
Telinga : simetris, tidak ada keluaran yang abnormal.
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada lesi, tidak ada massa.
Mulut : Tidak ada sariawan, mukosa bibir kering, tidak ada
gusi berdarah.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
d. Jantung
Inspeksi : IC tampak.
Palpasi : IC teraba di SIC V.
Perkusi : Pekak.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, tidak ada bising, tidak
ada gallop.
e. Paru-paru
Inspeksi : simetris, pengembangan dada kurang maksimal.
Palpasi : pengembangan paru kanan dan kiri simetris.
Perkusi : sonor.
Auskultasi : tidak ada suara whezzing dan ronkhi.
f. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit sawo matang.
Auskultasi : bising usus 10 kali/menit.
Palpasi : tidak terdapat massa, tidak ada benjolan.
Perkusi : timpani.
g. Ekstremitas
1) Look
a) Ekstremitas atas
Warna kulit sawo matang dan merata, kulit kering, tidak ada
edema di telapak tangan kanan dan kiri, tidak ada fraktur dan
deformitas.
b) Ekstremitas bawah
Warna kulit sawo matang, bengkak dibagian punggung kaki
kanan dan kiri, tidak ada fraktur dan deformitas.
2) Feel
a) Ekstremitas atas
Tidak terdapat nyeri tekan pada ekstremitas atas kanan dan kiri,
tidak ada baal, tidak ada kesemutan.
b) Ekstremitas bawah
Terdapat nyeri tekan pada bagian punggung kaki kanan dan
kiri, nyeri terasa cekot-cekot dan terkadang tiba-tiba terasa
nyeri seperti disetrum, kadang terasa kesemutan, klien
mengatakan skala nyeri 4, frekuensi nyerinya sering dirasakan.
c) Move
a) Ekstremitas atas :
Tangan kanan dan kiri bisa digerakkan. Tangan kanan dan kiri
klien mampu menentang gravitasi dan tahanan, mampu
melakukan fleksi-ekstensi, pronasi-supinasi, dan rotasi.
b) Ekstremitas bawah :
Kaki kanan dan kiri bisa digerakkan. Kaki kanan dan kiri
mampu menentang gravitasi dan tahanan tetapi kurang
maksimal, tidak mampu melakukan fleksi-ekstensi, dorsofleksi-
plantarfleksi. Terdapat bengkak di punggung kaki kanan dan
kiri.
d) Kekuatan otot
Siku 5 5
Lengan bawah 5 5
Pergelangan tangan 5 5
Jari 5 5
Lutut 4 4
Betis 4 4
Pergelangan kaki 4 4
Jari 4 4
h. Genetalia
Tidak terkaji.
i. Sistem persarafan
1. Status mental
Tingkat kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4V5M6), gaya bicara
pelan dan jelas.
2. Fungsi intelektual
Orientasi waktu, orang dan tempat baik.
3. Daya pikir
Daya pikir spontan, alamiah dan masuk akal, tidak ada kesulitan
berpikir dan tidak ada halusinasi .
4. Status emosional
Status emosional pasien alamiah dan datar, tidak pemarah, cemas
dan tidak apatis.
j. Sistem Gastrointestinal
Klien mengatakan nafsu makan bertambah, banyak minum, dan buang
air kecil kurang lebih 7-8 kali per hari.
k. Sistem Imunitas
Klien mengatakan tidak alergi makanan ataupun obat-obatan.
8. Pengkajian Fungsional
a. Persepsi terhadap kesehatan-manajemen kesehatan
Klien mengatakan ketika sakit selalu memeriksakan ke Puskesmas atau
dokter. Klien mengatakan sehat adalah suatu kondisi tubuh yang bisa
melakukan apapun, sedangkan sakit adalah kondisi tubuh yang lemah.
Klien tidak minum minuman keras, tidak merokok, tidak memakai
narkoba.
b. Kebutuhan Oksigenasi
Klien tampak tidak mengalami sesak nafas, tidak ada cuping hidung,
tidak mengalami sianosis, tidak batuk. Tidak terdengar bunyi
whezzing, ronki.
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Sebelum dirawat di Rumah Sakit klien mengatakan makan 5 kali
dalam sehari, nafsu makan bertambah sejak 1 bulan yang lalu. Klien
mengatakan tidak begitu suka sayur. Klien mengatakan kurang lebih
minum 6-7 gelas perhari. Sebelum sakit tinggi badan klien adalah 155
cm, berat badan 54 kg. Klien mengatakan mengalami penambahan
berat badan selama 1 bulan dari 54 kg menjadi 60 kg.
Saat sakit klien mendapatkan diit makanan bubur tanpa sari rendah
gula. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16 Juni 2012 Hb
14.10 g/dl (normal 13.2-17.3), hematocrit 42.40% (normal 40-52). Saat
masuk di Rumah Sakit BB klien turun menjadi 58 kg, albumin 4.8
(normal 3.2-5.2).
IMT = BB/TB2
= 58/ (1,552)
= 58/2,4025
= 24,14 (normal)
Keterangan :
1) Tinggi badan dalam meter.
2) Klasifikasi nilai IMT.
IMT Status gizi Kategori
d. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum masuk Rumah Sakit, klien mengatakan melakukan eliminasi
urin sebanyak ± 7-8 kali dalam sehari, eliminasi fekal sebanyak 2 kali
selama ± 1 hari (diare) selama 3 hari.
Saat masuk rumah sakit, frekuensi eliminasi urin sedikit berurang
menjadi 5-6 kali dalam sehari, eliminasi fekal 1 kali dalam sehari
dengan konsistensi lembek.
e. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Aktivitas Keterangan Skor
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (2 Mei 2019)
Komponen Hasil Normal
>240 : high
Trigliserida 148
< 150 ug/Dl : borderline high
200-499 : high
Asam urat 3,0
SGOT 13 >500 : very high
SGPT 12
2.4 – 5,7 mg/dL
Ureum 21
Albumin 4.8 0 – 35 u/L
0 – 35 u/L
3.2-5.2 g/dL
10. Therapy
Nacl 20 tetes per menit (infus)
Cefotaxim 2 x 1 gr (intravena)
Ranitidin 2 x 2 ml (intravena)
Metformin 3 x 500 mg (oral)
Asam mefenamat 3 x 500 mg (oral)
BC tablet 3 x 100 mg (oral)
No. Terapi Cara Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Pemberian
1 Nacl Infus 500 ml Hipostremia atau sindrom Hipernatremia, retensi Demam, nekrosis, jaringan
rendah garam, mengembalikan cairan. atau infeksi pada tempat
keseimbangan cairan tubuh dan suntikan, hypervolemia,
NaCl, terapi untuk alkalosis sindrom intoleransi garam
metabolic, pengganti cairan pasca operasi.
ekstraseluler, pelarut untuk obat
yang diberikan secara infus intra
vena drip.
2 Cefotaxim Intravena 2 x 1 gr Infeksi pernafasan Hipersensitifitas
saluran terhadap Reaksi hipersensitifitas,
5 Asam Per oral 3 x 500 mg Untuk menghilangkan segala Pada penderita dengati Mual, muntah, diare,
mefenamat macam nyeri dan ringan sampai tukak lambung / usus. agranulositosis dan hemolitik
sedang dalam kondisi akut dan pendenta asma.penderita anemia.
kronis. termasuk nyeri karena ginjal dan penderita yang
trauma, nyeri sendi, nyeri otot, hipersensitif.
sakit sehabis operasi dan
melahirkan, nyeri sewaktu haid.
sakit kepala dan sakit gigi.
E. IMPLEMENTASI
Dx. Tanggal Implementasi Respon TTD
Kep Waktu
1 19 Mei 2019 - Memberikan injeksi cefotaxim dan ranitidin S : klien menanyakan fungsi obat cefotaxim dan ranitidin
08.00 WIB O : Klien kooperatif.
08.05 WIB - Merapikan tempat tidur dan menciptakan S : klien mengatakan “terimakasih”
lingkungan yang terapeutik O : klien kooperatif, tempat tidur bersih.
08.00 WIB - Mengkaji faktor penyebab kelelahan S : klien mengatakan cepat lelah jika beraktivitas dan
pusing.
O : klien kooperatif, ada bengkak di punggung kaki
kanan dan kiri
08.10 WIB - Mengkaji pola tidur klien S : Klien mengatakan tidur kurang lebih 8 jam per
hari, saat di rumah sakit frekuensi tidur bertambah
menjadi 10 jam per hari.
O : palpebral tidak kehitaman, konjungtiva tidak
anemis, kantung mata tidak membengkak.
10.00 WIB - Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas S : klien mengatakan bisa melakukan pekerjaan rumah
ringan yang bisa dikerjakan yang ringan seperti menyapu, mencuci piring.
- Membantu klien untuk menentukan jadwal O : klien kooperatif.
aktivitas sehari-hari.
12.00 WIB - Mengukur tanda-tanda vital S : klien mengatakan pusing
O : TD 120/90 mmHg, nadi 96 kali per menit, suhu 37,5°
C, pernafasan 20 kali per menit.
12.10 WIB - Mengkaji kekuatan otot S:-
O : ekstremitas atas kanan dan kiri 5, ekstremitas
bawah kanan dan kiri 4.
12.15 WIB - Mengajarkan teknik ROM S : klien mengatakan akan melakukan ROM
O : klien kooperatif.
20 Mei 2019 - Memberikan injeksi ranitidine dan cefotaxim S:-
08.00 WIB O : klien kooperatif
09.00 WIB - Mengajarkan teknik ROM pada keluarga S : -
klien. O : Klien kooperatif.
09.30 WIB - Mengklarifikasi jadwal yang sudah S : klien mengatakan kemarin jalan-jalan sampai
ditentukan pada tanggal 19 Juni 2012. depan ruangan ditemani keluarga.
O : klien kooperatif.
12.00 WIB - Mengukur TTV S : klien mengatakan pusing sudah berkurang.
O : Klien kooperatif, TD 110/80 mmHg, nadi 86 kali
per menit, suhu 37° C, pernafasan 19 kali per menit.
08.00 WIB - Memberikan penguatan positif untuk S : klien mengatakan akan melakukan aktivitas
melakukan aktivitas ringan. ringan, jika sudah terasa lelah akan beristirahat
O : klien kooperatif
2 19 Mei 2019 - Mengobservasi tanda-tanda cairan berlebih/ S : -
08.30 WIB retensi (CVP meningkat, oedem, distensi O : bengkak di punggung kaki kanan dan kiri
vena leher dan asites)
10.00 WIB - Mengompres bagian bengkak dengan air S : klien mengucapkan terimakasih
hangat. O : Klien kooperatif.
12.00 WIB - Mengukur tanda-tanda vital. S : klien mengatakan pusing
O : TD 120/90 mmHg, nadi 96 kali per menit, suhu 37,5°
C, pernafasan 20 kali per menit.
12.10 WIB - Mengkaji tingkat mobilitas fisik. S : klien mengatakan malas untuk melakukan
aktivitas karena terasa berat dan cepat lelah.
O : kekuatan otot ekstremitas atas 5, kekuatan otot
ekstremitas bawah 4.
20 Mei 2019 - Mengajarkan pada keluarga untuk S : -
08.30 WIB mengompres hangat. O : bengkak berkurang.
- Melakukan kompres hangat pada daerah
bengkak.
09.00 WIB - Monitor tanda-tanda infeksi S:-
O : Klien kooperatif, warna kulit yang bengkak
adalah kemerahan.
12.00 WIB - Mengukur TTV S : klien mengatakan pusing sudah berkurang.
O : Klien kooperatif, TD 110/80 mmHg, nadi 86 kali
per menit, suhu 37° C, pernafasan 19 kali per menit.
F. EVALUASI
Tanggal No. Diagnosa Evaluasi TTD
Waktu Dx. Keperawatan
19 Mei 2019 1 Intoleransi aktivitas berhubungan S:
08.00 WIB dengan gaya hidup kurang gerak dan - klien mengatakan akan mencoba untuk
kelelahan.
melakukan aktivitas yang ringan terlebih
dahulu, jika merasa lelah klien akan beristirahat,
klien mengatakan akan menggunakan jadwal
harian sebagai acuan untuk latihan beraktivitas.
- Klien mengatakan sudah mencoba melakukan
aktivitas ringan seperti jalan-jalan sampai depan
ruang Alamanda.
O:
- Klien tampak bersemangat.
- Klien membuat jadwal untuk beraktivitas.
- Klien mengalami kemajuan dalam beraktivitas
(belajar untuk tidak bedrest)
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.