ANALISIS KROMOSOM
Disusun oleh:
I1011151013
KELOMPOK A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
1
BAB I
DASAR TEORI
2
Gambar 2. Bentuk kromosom1
Dalam buku Internasional System for Human Cytogenetics
Nomenclature (ISCN) kromosom manusia dikelompokan menjadi 7 kelompok
utama. 1
Kelompok A (Kromosom 1-3) : Kromosom metasentrik berukuran besar
dan mudah dibedakan dengan yang lain karena ukurannya dan letak
sentromernya.
Kelompok B (Kromosom 4-5) 2 Kromosom submetasentrik berukuran
besar.
Kelompok C (Kromosom 6-12, X) : Kromosom metasentrik dan
submetasentrik berukuran sedang.
Kelompok D (Kromosom 13-15) : Kromosom akrosentrik berukuran
sedang dan memiliki satelit.
Kelompok E (Kromosom 16-18) : Kromosom metasentrik dan
submetasentrik berukuran kecil.
Kelompok F (Kromosom 19-20) : Kromosom metasentrik berkuran
sangat kecil.
Kelompok G (Kromosom 21-22, Y) : Kromosom akrosentrik berukuran
sangat kecil dan memiliki satelit kecuali kromosom Y.
3
Gambar 3. Klasifikasi kromosom manusia1
4
BAB II
CARA KERJA
1. Preparasi Kromosom2
a. Bahan yang diperiksa : darah vena/kapiler yang dimasukkan ke dalam
tube heparin
b. Peralatan yang digunakan : spuit, tabung heparin, tabung falcon 10 cc,
laminary flow, inkubator, pipet ependrof, tip pipet, centrifuge,
waterbath, pipet ukur, deck glass, mikroskop cahaya
c. Siapkan media MEM (medium dengan sedikit aminoacid dan vitamin)
dan RPMI 1640 (medium yang kaya amino acid dan vitamin yang biasa
dipakai untuk kultur limfoblas), kemudian pada masing-masing media
ditambahkan PHA 100 μl (yang berfungsi untuk memacu mitosis) dan
FBS 10%* pada masing-masing media.
*Fetal bovine serum (FBS) is the most widely used growth supplement
for cell culture media because of its high content of embryonic growth
promoting factors.
d. Teteskan masing-masing 7 tetes “buffy coat” atau 10 tetes darah dalam
2 tube berisi 5 ml media yang berbeda (MEM dan RPMI 1640)
e. Tabung diinkubasi pada suhu 37 ᴼ celcius selama 72-96 jam dengan
sudut kemiringan tabung 45ᴼ agar memberi peluang untuk tumbuhnya
sel di permukaan dalam incubator biasa atau incubator yang
mengandung 5% CO2.
f. Kemudian ditambahkan 3 tetes colchicines, inkubasi diteruskan selama
30 menit, kemudian dipusingkan selama 10 menit pada 1000 rpm
g. Buang supernata, endapan diresuspensikan dan ditambahkan larutan
hipotonik hangat KCl 0,075 M, diresuspensikan sampai homogen dan
diinkubasi 37 derajat celcius dalam waterbath selama 15-30 menit
h. Pusingkan 1000 RPM selama 10 menit, supernatan dibuang dan
ditambahkan 5 ml larutan fiksasi Carnoy’s (3 metanol : 1 acetic acid)
pelan-pelan melalui dinding tabung, kemudian dikocok. Pemberian
larutan fiksasi diulang 3 kali sampai didapatkan presipitat yang jernih.
i. Residu disuspensikan dengan larutan Carnoy’s secukupnya, sesuai
banyaknya pelet, disebarkan pada gelas obyek dengan meneteskan 2
tetes suspensi pada lokasi yang berbeda
5
j. Dilakukan pengecatan solid dengan Giemsa 10% dalam larutan buffer
phospat pH 6,8 selama 1 menit. Pengecatan solid hanya dipakai untuk
skrining sel
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Terdapat 2 jenis kelainan kromosom yaitu kelainan jumlah dan
kelainan struktur. Trisomi 13 termasuk dalam kelainan jumlah kromosom
(aneuploidi). Aneuploidi dapat terjadi akibat non-disjunction. Non-disjunction
merupakan kegagalan 1 pasang atau lebih kromosom homolog untuk berpisah
saat pembelahan miosis I atau miosis II. Trisomi 13 biasanya berhubungan
dengan non-disjunction miosis maternal (85%) dan sisanya terjadi saat miosis
paternal. Trisomi non-disjunction lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia >
35 tahun. Ketika reduksi tidak terjadi, akan terdapat tambahan kromosom pada
seluruh sel yang menghasilkan trisomi.3
Non-disjunction pada fase mitosis (post fertilisasi), tegantung pada
fasenya yaitu pada sel pertama zigot atau setelah terjadi mitosis zigot. Hasilnya
dapat terjadi trisomi dan monosomi bila terjadi pada sel pertama atau sel
dengan kromosom normal, sel dangan trisomi dan monosomi bila terjadi
setelah mitosis normal terjadi beberapa tahap. Gabungan sel ini dinamakan
mosaik sel. Trisomi 13 tipe mosaik terjadi sekitar 5% kasus. 3
8
Gambar 5. Mekanisme translokasi Robertsonian3
Trisomi 13 dapat dideteksi prenatal dengan melakukan pemeriksaan
USG dan marker serum maternal yang dilakukan pada trimester I. Skrining
dilakukan terutama bila terdapat riwayat memiliki anak dengan kelainan
kongenital. Bila terdapat kecurigaan janin mengalami trisomi 13, dilakukan
pemeriksaan kromosom jaringan janin dengan menggunakan amniosentesis
atau biopsi vili korialis.3
Tidak ada terapi spesifik atau pengobatan untuk trisomi 13.
Kebanyakan bayi yang lahir dengan trisomi 13 memiliki masalah fisik yang
berat. Komplikasi hampir terjadi sesegera mungkin seperti sulit bernapas,
gagal jantung, gangguan penglihatan, kejang, dan ketulian. Prognosis bayi
dengan trisomi 13 sangat buruk dan mayoritas bayi lahir mati (still birth).
Beberapa bayi dapat berhasil lahir namun hidup tidak lama. Lebih dari 80%
anak dengan trisomi 13 meninggal pada tahun pertama. Pencegahan dapat
dilakukan dengan berkonsultasi dengan ahli genetik sebelum merencanakan
kehamilan selanjutnya terutama bila sebelumnya memiliki riwayat memiliki
anak trisomi 13.3
9
DAFTAR PUSTAKA
10