Bab I - V Lapsus Kulit
Bab I - V Lapsus Kulit
PENDAHULUAN
1
berupa eritema berbatas tegas dengan konfigurasi anular atau polisiklik, serta
bagian tepi yang lebih aktif.3 Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis yang
cermat, pemeriksaan fisik melalui inspeksi, dan ditunjang dengan pemeriksaan
penunjang seperti KOH dan lampu wood. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
dengan lampu woods yang bila disinari akan menampakkan flouresensi berwarna
kuning keemasan pada lesi yang bersisik tersebut. Pemeriksaan secara
mikroskopis dengan KOH 10-20% memperlihatkan hifa yang pendek-pendek dan
spora yang bergerombol seperti buah anggur. Pengobatan dapat dilakukan secara
topikal dan sistemik.1,2,3
Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi berulang, yang dapat terjadi
bila pasien tidak menggunakan obat dengan baik dan tidak menjaga higienitas,
selain itu dapat pula terjadi dermatitis kontak sekunder. Prognosis umumnya baik,
dan pasien harus dibekali dengan pendidikan untuk mencegah terjadinya infeksi
berulang.
1.2 Tujuan
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
penyusun dan pembaca mengenai tinea Corporis dan sebagai salah satu syarat
agar bisa mengikuti ujian akhir di KSM Kulit dan Kelamin RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada hari Rabu, 15 Mei 2019 pukul 09.30 WIB
dengan pasien sendiri (auto-anamnesis) di ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
Autoanamnesis (Tanggal 15 Mei 2019)
Keluhan Utama:
Terdapat bercak-bercak merah yang terasa gatal pada lengan kanan
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien mengeluhkan adanya bercak merah di daerah lengan kanannya
sejak ±1 tahun yang lalu . Bercak tersebut terasa sangat gatal sehingga pasien
sering menggaruknya. Gatal dirasakan semakin bertambah apabila pasien sedang
berkeringat. Pada awalnya bercak tersebut muncul di sekitar ketiak, namun
sekarang semakin melebar sampai ke lengan, pasien juga mengatakan bercak
muncul di perut. Selama gatal pasien mengobatinya dengan membeli salep di
pasaran (pasien lupa namanya), pasien mengatakan bercak sempat hilang tapi
kemudian gatal muncul lagi. Sebelumnya pasien tidak ada memeriksakan ke
pelayanan kesehatan.
3
Pasien mengatakan selalu mandi dua kali sehari dengan sabun dan air. Pasien juga
mengatakan selalu mengganti pakaian setelah mandi, namun pasien jarang
mengganti pakaiannya ketika basah oleh keringat.
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan memiliki alergi dengan makanan laut, ayam ras dan telur
ayam ras.
4
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks :
Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas kedua dada Simetris,
lesi kulit (-)
Palpasi : Vokal fremitus (+/+) simetris
Perkusi : Sonor dikedua paru
Auskultasi :
- Jantung : BJ I-II tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : SN vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, tampak lesi kulit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
5
2.3 Usulan Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis tinea kruris dibutuhkan uji diagnostik untuk
mengisolasi dan mengidentifikasi jamur. Di anjurkan pemeriksaan langsung
sediaan basah dan biakan, bahan klinis berupa kerokan kulit dengan KOH maka
akan didapatkan hifa (dua garis lurus sejajar transparan, bercabang dua/dikotom
dan bersepta) dengan atau tanpa artrospora (deretan spora di ujung hifa) yang khas
pada infeksi dermatofita. Kultur jamur : untuk mengetahui jenis jamurnya Pada
pasien tidak dilakukan pemeriksaan penujang.
2.6 Penatalaksanaan
Umum :
Edukasi :
1. Menyarankan kepada pasien untuk menggunakan obat secara teratur dan
tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter
2. Memeliharan dan menjaga kebersihan
3. Menggunakan pakaian yang menyerap keringat, tidak ketat, dan
menghindari kulit lembab
4. Tidak menggunakan pakaian atau handuk secara bergantian atau bersama-
sama dengan anggota keluarga lain.
Khusus
Topikal : Mikonazole nitrat 2% 1-2x sehari selama 2-4 minggu
6
2.7 Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Tinea corporis adalah Infeksi jamur pada kulit halus (glabrous skin) di
daerah wajah, leher, badan, lengan, tungkai dan pantat (glutea) yang disebabkan
jamur dermatofita spesies Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. 1,3
8
Jamur geofilik merupakan jamur yang hidup di tanah dan dapat
menyebabkan radang yang moderat pada manusia. Golongan jamur ini antara lain
adalah Microsporum gypseum dan Microsporum fulvum.5,6
Jamur zoofilik merupakan jamur yang hidup pada hewan, namun dapat
mentransmisikan penyakit pada manusia. Jamur zoofilik penyebab tinea corporis
salah satunya Microsporum canis yang berasal dari kucing, 5
9
Gambar 4. Jamur Epidermophyton7
10
Infeksi jamur secara umum lebih banyak menyerang masyarakat golongan
sosial ekonomi menengah ke bawah karena rendahnya kesadaran dan
kurangnya kemampuan untuk memelihara kebersihan diri dan lingkungan.6
5. Faktor umur dan jenis kelamin
Tinea capitis sering terjadi pada anak-anak dan lebih banyak ditemukan
pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.6,8
3.4 Patofisiologi
Dermatofita biasanya berada di daerah yang tidak hidup, seperti lapisan kulit,
rambut, dan kuku, menyukai daerah yang hangat, lembab membantu proliferasi
jamur. Jamur memyebabkan keratinisasi dan enzimnya bisa masuk lebih dalam dari
stratum corneum, biasanya infeksi terbatas pada epidermis. Mereka biasanya tidak
masuk lebih dalam, hal ini tergantung dari mekanisme pertahan non-spesifik itu
dapat termasuk aktivasi serum inhibitor, komplemen, dan PMN.
Masa inkubasi 1-3 minggu, dermatofita menyebar secara sentrifugal. Dalam
merespon infeksi, aktivasi kulit dengan meningkatkan proliferasi sel epidermis. Ini
menjadi pertahan terhadap infeksi kulit.
Tricophyton rubrum adalah dermatofita umum karena ada dinding sel
sehingga resisten terhadap eradikasi. Barrier proteksi ini mengandung mannan,
yang menghambat imunitas sel mediated, menghambat proliferasi keratinosit, dan
menyebabkan organism ini tahan terhadap pertahanan kulit normal. 4
11
infeksi ini ada central healing (dibagian tepi meradang dan bagian tengah
tenang).1,3
12
memungkinkan untuk melihat dengan lebih jelas perubaha pigmentasi yang
menyertai kelainan ini.
c. Pemeriksaan Biakan.
Pemeriksaan dengan biakan jamur tidak terlalu bernilai secara diagnostik
karena memerlukan waktu yang lama. Pemeriksaan ini mengunakan media
biakan agar malt atau saboraud’s agar. Koloni yang tumbuh berbentuk soliter,
sedikit meninggi, bulat mengkilap dan lama kelamaan akan kering dan
dibawah mikroskop terlihat yeast cell bentuk oval dengan hifa pendek.
3.7 Diagnosis
Diagnosis tinea capitis ditegakkan berdasarkan gejala yang dikeluhkan
pasien, tanda-tanda infeksi jamur yang ditemukan, ditambah dengan pemeriksaan
penunjang untuk memastikan diagnosis. Gejala yang sering dikeluhkan pasien
adalah rasa gatal
13
garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan
disebut fenomena kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.1,9
Gambar 6. Psoriasis
2. Pityriasis rosea
Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit dimulai dengan lesi
pertama (herald patch), umumnya di badan, solitarm berbentuk oval dan anular.
Ruam terdiri atas eritema dan skuama halus di pinggir..
Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, member gambaran
yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan
kosta, sehingga menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak
atau dalam beberapa hari.1,7
14
3.9 Penatalaksanaan.1,2,10
Pada tinea Corporis dengan lesi terbatas, cukup diberikan obat topical.
Lama pengobatan bervariasi antara 1 sampai dengan 4 minggu tergantung jenis
obat. Obat oral atau kombinasi obat oral dan topikal diperlukan untuk lesi yang
luas. Pada keadaan inflamasi menonjol dan rasa gatal berat, kombinasi
antimikotik dengan kortikosteroid jangka pendek akan mempercepat perbaikan
klinis dan mengurangi keluhan pasien4.
1. Pengobatan Topikal
Pengobatan topikal merupakan pilihan utama. Efektivitas obat topikal
dipengaruhi oleh mekanisme kerja obat tersebut. Pilihan obat diantaranya
adalah2,3,4 :
Kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam benzoate (6-12%) dalam bentuk
salep (salep whitfield)
Kombinasi asam salisilat dan sulfur presipitatum dalam bentuk salep (salep 2-
4)
Derivat azol : mikonazol 2%, klotrimasol 1%, dan yang terbaru sertaconazole
nitrate
Derivat alilamin : Naftifine, terbinafine
Kortikosteroid potensi rendah sampai sedang, namun penggunaannya tidak
boleh dalam jangka waktu yang panjang
2. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik diberikan pada kasus tinea Corporis dengan infeksi kulit
yang luas, pasien imunocopromise, pasien resisten dengan pengobatan
topical, dan komorbid dengan tinea kapitis atau tinea unguium. Pilihan obat
diantaranya adalah2,3,4 :
Griseofulvin 0,5-1 gr untuk dewasa, sedangkan untuk anak-anak 0,25-0,5 gr
atau 10-25 mg/KgBB sehari dalam dosis tunggal atau terbagi. Sediaan
mikrosize 500 mg. Lama pemberian sampai gejala klinis membaik, dan
umumnya 3-4 minggu
15
Derivat azol : ketokonazol 200 mg per hari selama 3-4 minggu, namun
merupakan kontraindikasi pada pasien dengan kelainan hati. Itrakonazol 100
mg per hari selama 2 minggu atau 200 mg per hari selama 1 minggu.
Derivat Alilamin : terbinafin 250 mg per hari selam 2 minggu
16
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Tn. AS pria berusia 68 tahun di Ruangan Nusa Indah RSUD dr.
Doris Sylvanus konsultasi dengan keluhan terdapat bercak-bercak merah yang
terasa gatal pada lengan kanan. Pasien mengeluhkan adanya bercak merah di
daerah lengan kanannya sejak ±1 tahun yang lalu. Bercak tersebut terasa sangat
gatal sehingga pasien sering menggaruknya. Gatal dirasakan semakin bertambah
apabila pasien sedang berkeringat. Pada awalnya bercak tersebut muncul di sekitar
ketiak, namun sekarang semakin melebar sampai ke lengan, pasien juga
mengatakan bercak muncul di perut. Selama gatal pasien mengobatinya dengan
membeli salep di pasaran (pasien lupa namanya), pasien mengatakan bercak
sempat hilang tapi kemudian gatal muncul lagi. Sebelumnya pasien tidak ada
memeriksakan ke pelayanan kesehatan. Pasien mengatakan selalu mandi dua kali
sehari dengan sabun dan air. Pasien juga mengatakan selalu mengganti pakaian
setelah mandi, namun pasien jarang mengganti pakaiannya ketika basah oleh
keringat.
Berdasarkan anamnesis terdapat bercak merah pada lengan kanan sampai
ketiak yang terasa gatal, gatal dirasakan semakin bertambah apabila pasien
berkeringat. Sesuai dengan gejala klinis pada tinea Corporis dimana secara
subyektif, penderita dengan Tinea Corporis mengeluh rasa gatal dan kemerahan di
regio brahialis atau pada kulit halus (glabrous skin) di daerah wajah, leher, badan,
lengan, tungkai dan pantat (glutea). Rasa gatal akan semakin meningkat jika
banyak berkeringat dan lembab pada daerah tersebut. Selain itu dugaan kuat
mengarah pada diagnosis Tinea Corporis dibuktikan pada pemeriksaan
dermatologis ditemukan lesi distribusi regional pada lengan kanan berbentuk
Ukuran nummular hingga plakat, berbatas tegas (sirkumskrip) dengan tepi
polisiklik dengan tepi aktif tengah menyembuh (central healing) disertai skuama
selapis dengan tepi yang sedikit meninggi. Pada pasien terjadi makula
hiperpigmentasi dikarenakan infeksi kronis selama ±1 tahun. Pada pemeriksaan
lesi pada pasien terdapat lesi khas pada infeksi tinea Corporis. Untuk menegakkan
17
diagnosis tinea Corporis dibutuhkan pemeriksaan penunjang yaitu uji diagnostik
untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jamur. Pemeriksaan yang di anjurkan
adalah pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan, bahan klinis berupa
kerokan kulit dengan KOH maka akan didapatkan hifa (dua garis lurus sejajar
transparan, bercabang dua/dikotom dan bersepta) dengan atau tanpa artrospora
(deretan spora di ujung hifa) yang khas pada infeksi dermatofita. Pada pasien
tidak dilakukan pemeriksaan penujang dikarenakan pasien menolak untuk
dilakukan pemeriksaan.
Diagnosis banding dari Tinea Corporis adalah Psoriasis dan Pityriasis
rosea. Dimana pada psoriasis terdapat perbedaan, perbedaannya ialah pada
psoriasis terdapat kelainan kulit yang terdiri atas bercak-bercak eritema yang
meninggi dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada
stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya
terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika,
serta transparan. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan
kobner (isomorfik). Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah
warnanya menjadi putih pada goresan seperti lilin digores, disebabkan oleh
berubahnya indeks bias. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah
berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Sedangkan pada Pityriasis,
yang distribusi kelainan kulitnya simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian
proksimal anggota badan, sukar dibedakan dengan tinea Corporis tanpa herald
patch yang dapat membedakan penyakit ini dengan tinea corporis. Pemeriksaan
laboratoriumlah yang dapat memastikan diagnosisnya.
Penatalaksanaan pasien ini adalah dengan pemberian obat topikal, karena
lesinya yang kecil dan tidak luas. Sehingga pengobatan sistemik belum
diperlukan. Pilihan yang diberikan adalah mikonazole nitrat 2%. Dimana
mikonazole merupakan derivat azol yang bersifat fungistatik yang dipergunakan
untuk pengobatan dermatofitosis. Selain itu juga diberikan KIE kepada pasien,
yaitu :
1. Menyarankan kepada pasien untuk menggunakan obat secara teratur dan tidak
menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter
18
2. Memeliharan dan menjaga kebersihan
3. Menggunakan pakaian yang menyerap keringat, tidak ketat, dan menghindari
kulit lembab
4. Tidak menggunakan pakaian atau handuk secara bergantian atau bersama-
sama dengan anggota keluarga lain.
Prognosis pada pasien ini ad bonam. Hal ini dikarenakan bila pengobatan
antifungi dipakai secara teratur dan edukasi dilaksanakan dengan betul oleh
pasien, hasilnya akan baik.
19
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus Tinea Corporis pada pria usia 86 tahun ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan dermatologis yang ditemukan pada
pasien. Pada anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan adanya bercak merah di
daerah lengan kanannya sejak ±1 tahun yang lalu. Bercak tersebut terasa sangat
gatal sehingga pasien sering menggaruknya. Gatal dirasakan semakin bertambah
apabila pasien sedang berkeringat. Pada awalnya bercak tersebut muncul di sekitar
ketiak, namun sekarang semakin melebar sampai ke lengan, pasien juga
mengatakan bercak muncul di perut. Selama gatal pasien mengobatinya dengan
membeli salep di pasaran. Pasien mengatakan bercak sempat hilang tapi kemudian
gatal muncul lagi. Sebelumnya pasien tidak ada memeriksakan ke pelayanan
kesehatan. Pasien jarang mengganti pakaiannya ketika basah oleh keringat.
Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan lesi distribusi regional pada
lengan kanan berbentuk Ukuran nummular hingga plakat, berbatas tegas
(sirkumskrip) dengan tepi polisiklik dengan tepi aktif tengah menyembuh (central
healing) disertai skuama selapis dengan tepi yang sedikit meninggi.
Penatalaksanaan pasien ini adalah dengan pemberian obat topikal dan
pemberian KIE, karena lesinya yang kecil dan tidak luas. Sehingga pengobatan
sistemik belum diperlukan. Pilihan yang diberikan adalah mikonazole nitrat 2%.
Dimana mikonazole merupakan derivat azol yang bersifat fungistatik yang
dipergunakan untuk pengobatan dermatofitosis. Pemberian KIE sangat penting
dalam kasus ini, hal ini disebabkan karena penyakit ini memerlukan waktu yang
cukup lama untuk sembuh dan angka kekambuhannya cukup tinggi dan sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi dan kesabaran serta ketaatan pasien
untuk berobat.
Prognosis pada pasien ini ad bonam. Hal ini dikarenakan bila pengobatan
antifungi dipakai secara teratur dan edukasi dilaksanakan dengan betul oleh
pasien, hasilnya akan baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
5. Cohen DE, Jacob SE. Allergic Contact Dermatitis. In: Wolff K, et al.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Seventh Edition. McGraw-
Hill : New York; 2008. p.135-145
21
9. Gudjonsson JE, Elder JT. Chapter 18: Psoriasis. In: Wolff K, et al.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Seventh Edition. McGraw-
Hill : New York. 2008. p.169-193.
22