Anda di halaman 1dari 2

Dosis Hemodialisis

Sampai tahun 1970-an para dokter spesialis dalam bidang ginjal menentukan dosis HD atas dasar
pertimbangan klinis saja., bahkan lebih memperhatikan pengeluaran air dibandingkan usaha untuk
mengeluarkan sisa metabolisme. Efisiensi dialisis ditentukan oleh laju aliran darah dan dialisat melalui
dialiser yang sesuai dengan karakteristik dan dialiser. Dosis dialisis yang didefinisikan sebagai jumlah
bersihan fraksi urea dalam satu sesi dialisis, dipengaruhi oleh ukuran tubuh pasien, fungsi ginjal sisa,
asupan protein dalam makanan, derajat anabolisme atau katabolisme, dan adanya komorbid.

Kecukupan (adequacy) dialisis menjadi target dosis dialisis. Pada awalnya kecukupan dialisis ditentukan
atas dasar criteria klinis, kemudian atas dasar formula Kt/V. Suatu formula yang didapatkan atas analisis
penelitian NCDS (National Cooperative dialysis study). Seperti yang direkomendasi KDOQI. Pengertian k
adalah klirens urea dari dialiser, t lama dialisis, dan V adalah volume distribusi urea. Untuk HD yang
dilaksanakan 3 kali 4 jam dalam seminggu dianjurkan minimal mencapai nilai Kt/V yang dilaksanakan
(delivered Kt/V) adalah 1.2 dengan target 1.4. Kt/V yang lebih tinggi tidak menurunkan survival lebih
lanjut. Guna keperluan praktis saat ini dipakai juga URR (% urea reduction rate), atau besarnya
penurunan ureum dalam persen, URR= 100% x (1-(ureum sebelum/ureum sesudah dialisis)). Dalam
panduan dianjurkan pada hemodialisis 3 x seminggu target URR setiap kali HD adalah 65%.

Panduan hemodialisis dari inggris menyatakan HD minimal adalah 3 kali seminggu. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa dialisis yang semakin sering, setiap hari, lebih efektif dalam menurunkan
morbiditas dan moralitas.

Disain Dialiser

Dialiser memungkinkan terjadinya transfer solute dan air melalui membran semipermiabel. Aliran
dialisat dan darah adalah terpisah dan berlawanan arah (countercurrent). Dialiser memiliki empat pintu
(port), satu pintu masuk (inlet) dan satu pintu keluar (outlet), masing masing darah dan dialisat.
Membrane semipermiabel memisahkan kompartemen darah dengan kompartemen dialisat.

Transport yang melewati membran adalah difusi (dialisis) dan konveksi (ultrafiltrasi). Pembuangan
solute dengan berat molekul kecilterutama terjadi melalui proses difusi; komponen yang lebih besar,
seperta beta2-mikroglobulin, dikeluarkan lebih efektif melalui proses konveksi. Dialiser hollow-fiber atau
serat kapiler saat ini merupakan disain yang paling efektif, yang memungkinkan proses dialisis dengan
efisiensi tinggi dan resistensi yang rendah untuk mengalir dalam alat yang kecil.

Pada saat ini terdapat tiga bahan dasar membrane dialisis. Pada generasi awal terbuat dari selulosa yang
kemudian dikembangkan menjadi selulosa yang dimodifikasi seperti selulosa asetat, selulosa diasetat,
selulosa triasetat. Saat ini banyak dipakai membrane yang terbuat dari bahan sintesis. Seperti
polyacrylonitrile, polysulfone, polycarbonate, polyamide, polymethylmethacrylate. Dan lain lain.
Perbedaan utama dari bahan bahan ini adalah efek biokompatibilitas, besar klirens, dan daya filtrasinya.
Selain itu membrane sintentik dapat mengadsorbsi molekul protein. Setiap macam dialiser mempunyai
ukuran luas permukaan membrane yang bervariasi antara 1.3 – 2.0 m. Besara klirens tergantung pada
tipe dialiser, yang ditentukan oleh klirens ureum pada laju aliran darah tertentu untuk mewakili molekul
kecil dan kliren vitamin B12 yang mewakili molekul sedang.

Biokompatibilitas didefinisikan sebagai kemampuan membrane untuk mengaktivasi kaskade


komplemen. Adanya kontak darah dengan jalur dan beberapa tipe membran akan memicu respon
inflamasi yang sama dengan yang terjadi akibat infeksi. Biokompatbilitas menunjukkan adanya
membrane yang tidak menghasilkan toksin, injuri atau respon imunologis saat kontak dengan darah.
Walaupun banyak komponen dari prosedur dialisis yang turut menentukan biokompatbilitas, namun
membrane sendirilah yang memegang peranan utama.

Anda mungkin juga menyukai