Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini dalam peraturan pemerintahan mengharuskan sebuah
industri untuk memperhatikan keselamatan kerja para pekerjanya.
Kenyataannya keselamatan kerja di lapangan kurang diperhatikan oleh pekerja
karena keteledorannya bahkan mungkin karena pekerja sendiri tidak
menghiraukan faktor-faktor keselamatan kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah perlindungan hak asasi
manusia dalam hal yang melindungi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup,
dan masyarakat sekitar dari bahaya yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja,
sedangkan pengertian keselamatan dan kesehatan kerja secara keilmuan adalah
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (P2K3 Depnaker RI, 2000).
Keselamatan kerja merupakan hal yang menjadi sebuah keharusan dalam
pekerjaan, jika keselamatan dan kesehatan kerja dihiraukan maka akan
menyebabkan keselamatan pekerja sendiri akan terancam oleh bahan-bahan
kimia yang dihasilkan pengerjaan las baik secara dalam bentuk cairan maupun
gas. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi, dengan demikian dituntut melakukan langkah-langkah kerja yang
benar agar menghindari kecelakaan kerja.
Terjadinya kecelakaan kerja merupakan masalah yang menjadi perhatian
bagi kelangsungan pekerja juga perusahaan. Kerugian akibat kecelakaan kerja
dapat menimbulkan korban jiwa yang merupakan aset penting dalam
kelangsungan proses produksi, kerusakan alat produksi, dan biaya yang harus
ditanggung oleh perusahaan akibat adanya kecelakaan kerja, oleh karena itu
untuk mengantisipasi berbagai hal, seperti kemungkinan bahaya atau kondisi
bahaya atau munculnya bahaya saat pelaksanaan pekerjaan maka diperlukan
pengendalian untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya-bahaya tersebut
dapat ditetapkan dan diterapkan.

1
2

Sambungan logam adalah kebutuhan yang sangat diperlukan dalam


kehidupan untuk dalam pembuatan alat-alat yang membantu pekerjaan
manusia. Sambungan logam dengan menggunakan las busur memang
menjadi kebutuhan seperti dalam pembuatan pagar rumah, tralis, rangka
kendaraan, dan lainnya, sehingga sebagai seorang yang berlatar belakangkan
teknik mesin harus menguasai paling tidak mengetahui tentang apa itu
sambungan las dan cara pelaksanaannya.
Laporan ini memperlihatkan temuan-temuan yang terdapat pada saat
pelaksanaan praktikum pengelasan dengan membuat sambungan-sambungan
pada plat yang telah dilakukan pada saat mata kuliah Teknik Pengelasan
Dasar, harapan dibuatnya laporan praktikum ini adalah untuk mengurangi
kesalahan-kesalahan ataupun hambatan-hambatan yang mungkin dapat
terjadi pada saat proses membuat sambungan plat pada praktikum berikutnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Menerapkan sistem keselamatan kerja.
b. Melatih mahasiswa untuk bekerja secara sabar, teliti, dan bekerja
dengan baik.
c. Melatih mahasiswa melakukan pengelasan busur (SMAW) pada
benda kerja.
d. Melatih mahasiswa untuk melakukan pengerjaan berbagai
sambungan dengan menggunakan las busur dengan posisi 2F, 2G,
3F, dan 3G.
2. Tujuan Khusus
a. Mempraktikkan teori tentang pengelasan.
b. Memenuhi tugas mata kuliah Teknik Pengelasan Dasar.

C. Ruang Lingkup Kajian


Laporan praktikum ini berisi tentang pengerjaan logam tentang sistem
penyambungan benda kerja dengan menggunakan las busur listrik yang
3

mencakup tentang keselamatan kerja pada pengerjaan las busur, alat dan bahan
yang digunakan, dan langkah kerja pada pengerjaan dengan menggunakan las
busur listrik yang bertujuan untuk mengisi tugas praktikum mata kuliah Teknik
Pengelasan Dasar di Departemen Pendidikan Teknik Mesin Fakultas
Pendidikan Teknik Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia.

D. Sistematika Penulisan
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Pendahuluan
a) Latar Belakang
b) Tujuan
c) Ruang Lingkup Kajian
d) Sistematika Penulisan
4. Pembahasan
a) Alat
b) Bahan
c) Keselamatan Kerja
d) Kajian Pustaka
e) Langkah Kerja
f) Temuan Praktek dan Pembahasan
5. Penutup
a) Kesimpulan
b) Saran
6. Daftar Pustaka
7. Lampiran
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Alat
Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam praktek pengelasan dengan
menggunakan las listrik antara lain :
1. Alat utama
a. Mesin las dan kelengkapannya.
b. Meja kerja las
2. Alat tambahan
a. Alat pemutar pipa
b. Palu besi
c. Sikat baja
d. Tang penjepit
e. Gerinda tangan
f. Penggores
g. Kikir bilah kasar
h. Alat pemotong pelat tenaga listrik
3. Alat keselamatan kerja
a. Kamar las
b. Sepatu keselamatan
c. Baju dan celana yang tidak mudah terbakar
d. Kedok las
e. Apron kulit
f. Sarung tangan

B. Bahan
1. Baja karbon sedang ukuran 4 x 40 x 80 mm
2. Baja karbon sedang ukuran Ө68 x 40 x 3 mm
3. Elektrode jenis E1306

4
5

C. Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah instrumen yang menjadi syarat
dalam pekerjaan untuk meminimalkan cedera akibat kecelakaan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau dari aspek kemanusiaan adalah
perlindungan khusus yang diberikan kepada pekerja untuk melindungi hak
asasi manusia yang dimilikinya, sehingga pekerja akan merasa aman,
tenteram, sejahtera, dan damai dengan pekerjaan tersebut. Kebutuhan dan
kesempurnaan jasmaniah maupun rohaniah merupakan hal yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup, dengan terciptanya keselamatan dan
kesehatan kerja akan menghasilkan produksi yang maksimal bagi
perusahaan, kerugian yang dihasilkan akibat kecelakaan kerja seperti:
kerusakan alat produksi, biaya perawatan karyawan yang cedera, bahkan
hingga pencabutan izin pelaksanaan produksi dicabut oleh pemerintah tidak
akan terjadi karena kecelakaan kerja yang dialami. Keselamatan dan
kesehatan kerja telah diatur dalam UU.K3 No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, maka prioritas yang paling utama dalam bekerja adalah
keselamatan dan kesehatan kerja. Slogan “utamakan keselamatan kerja”
harus menjadi pegangan teguh yang dimiliki setiap pekerja dalam
menjalankan tugasnya.
Pengelasan logam dengan menggunakan las busur listrik, keselamatan
kerja yang dapat diterapkan untuk melindungi diri, lingkungan dan alat-alat
yang digunakan dalam bekerja agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja
antara lain:
a. Menggunakan alat sebagaimana fungsinya.
b. Siapkanlah bahwa keadaan lingkungan kerja dan peralatannya siap
untuk dipakai, dan periksa kembali peralatan sebelum bekerja.
c. Jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar dari api.
d. Usahakan benda kerja yang akan dilas, dalam keadaan bersih bebas dari
air oli dan bahan lainnya yang dapat menyebabkan percikkan atau
ledakan.
6

e. Gunakan selalu alat pelindung diri : sarung tangan kulit, helm, kacamata,
sepatu kerja, tang jepit.
f. Tidak diperbolehkan memegang hasil lasan tanpa alat pelindungan diri
selama proses pengelasan berjalan.
g. Tidak ceroboh saat melakukan pekerjaan.
h. Konsentrasi dalam bekerja.
i. Jauhkanlah benda-benda yang tidak perlu pada tempatnya.
j. Pakailah sarung tangan, kedok las, masker, celana yang tidak mudah
terbakar, baju tahan api, dan pakailah apron pelindung tubuh bagian
dada hingga paha.
k. Pegang hasil lasan dengan tang jepit.
l. Lakukan pekerjaan dengan hati-hati, teliti, dan fokus.
m. Membaca langkah pengerjaan terlebih dahulu, agar pekerjaan lancar dan
aman.

D. Kajian Pustaka
Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang
akan disambung. Bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair,
demikian juga elektrode yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat terus sampai habis.
Mesin las yang ada pada unit peralatan las berdasarkan arus yang
dikeluarkan pada ujung-ujung elektrode dibedakan menjadi beberapa macam,
antara lain mesin memerlukan arus listrik bolak-balik atau arus AC yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik, listrik PLN atau generator AC, dapat
digunakan sebagai sumber tenaga dalam proses pengelasan.
Besarnya tegangan listrik yang dihasilkan oleh sumber pembangkit
listrik belum sesuai dengan tegangan yang digunakan untuk pengelasan.
Akibat tegangan terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga besarnya tegangan
perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan cara menaikkan atau menurunkan
7

tegangan. Alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan


ini disebut transformator atau trafo.
Kebanyakan trafo yang digunakan pada peralatan las adalah jenis trafo step-
down, yaitu trafo yang berfungsi menurunkan tegangan yang disebabkan
kebanyakan sumber listrik, baik listrik PLN maupun listrik dari sumber yang
lain, mempunyai tegangan yang cukup tinggi, padahal kebutuhan tegangan
yang dikeluarkan oleh mesin las untuk pengelasan hanya 55 volt sampai 85
volt. Transformator yang digunakan pada peralatan las mempunyai daya yang
cukup besar, untuk mencairkan sebagian logam induk dan elektrode
dibutuhkan energi yang besar, karena tegangan pada bagian terminal kumparan
sekunder hanya kecil, maka untuk menghasilkan daya yang besar perlu arus
besar. Arus yang digunakan untuk peralatan las sekitar 10 amper sampai 500
amper. Besar arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan las, untuk
keperluan daya besar diperlukan arus yang lebih besar pula, dan sebaliknya.
Bila arus terlalu rendah (kecil), akan menyebabkan:
a. Penyalaan busur listrik sukar dan busur listrik yang terjadi tidak stabil.
b. Terlalu banyak tumpukan logam las karena panas yang terjadi tidak
mampu melebihkan elektrode dan bahan bakar dengan baik.
c. Penembusan kurang baik.
d. Pinggiran-pinggiran dingin.

Bila arus terlalu tinggi (besar), maka elektrode akan mencair terlalu cepat
dan menghasilkan:
a. Permukaan las yang lebih lebar dan datar.
b. Penembusan terlalu dalam.
c. terjadi under cut sepanjang alur las.
8

Untuk menghasilkan rigi–rigi las yang rata dan halus, kecepatan tangan
menarik atau mendorong elektrode waktu mengelas harus stabil. Apabila
elektrode digerakkan:
a. Tepat dan stabil, menghasilkan daerah perpaduan dengan bahan dasar
dan perembesan luasnya baik.

Gambar 1.1.
Hasil gerakan elektrode yang tepat dan stabil

b. Terlalu cepat, menghasilkan perembesan las yang dangkal karena


pemanasan bahan bakar dasar.

Gambar 1.2.
Hasil gerakan elektrode yang terlalu cepat

c. Terlalu lambat, menghasilkan alur yang lebar (lihat gambar). Hal ini dapat
menimbulkan kerusakan sisi las, terutama bila bahan dasar yang dilas tipis.
9

Gambar 1.3.
Hasil gerakan elektrode yang terlalu lambat

E. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Lukis benda kerja sehingga menjadi lima bagian sama besar.
3. Potonglah plat yang telah dilukis dengan menggunakan alat pemotong
tenaga listrik.
4. Gerinda pinggiran dari benda kerja tersebut agar rata.
5. Lakukan sambungan antara benda pertama dan kedua dengan jenis
sambungan I dengan posisi 2G, yaitu pengelasan secara horizontal di depan
dada.
6. Lakukan pengelasan sambungan sudut antara benda pertama dan kedua
yang sudah disambung dengan benda ketiga, dengan ketentuan posisi
pengelasan adalah posisi 2F, yaitu melakukan pengelasan isi sudut secara
horizontal di depan dada.
7. Lakukan sambungan sudut kembali antara benda ketiga dan benda
keempat, dengan posisi 3F, yaitu melakukan pengelasan isi sudut secara
vertikal di depan dada baik secara menurun atau menaik.
8. Lakukan sambungan I antara benda keempat dan benda kelima dengan
posisi 3G, yaitu pengelasan sambungan I di depan dada secara vertikal baik
secara menurun atau menaik.
9. Lakukan pengelasan pada pipa dengan posisi 1G, dengan pipa yang
bergerak memutar.
10

F. Temuan Praktik dan Pembahasan


1. Busur las sering lengket pada benda kerja
Proses pengelasan dengan menggunakan las busur listrik ini sering
ditemukan bahwa elektrode yang digunakan menempel pada benda kerja,
hal ini terjadi karena terlalu dekatnya elektrode ke benda kerja. Jarak
elektrode seharusnya 3 – 6 mm di atas benda kerja atau bisa juga karena
amper yang dipakai terlalu kecil, untuk menanggulangi hambatan seperti
pada kasus ini diperlukan gerakan tangan yang harmonis sejajar juga
menurun dan konstan mempertahankan jarak antara elektrode dan benda
kerja agar tidak terjadi menempelnya elektrode dengan benda kerja,
pakailah amper yang sesuai dengan kebutuhan artinya tidak terlalu besar
dan tidak terlalu kecil, dalam menentukan amper disesuaikan dengan
diameter elektrode yang dipakai dan besar kecilnya amper yang harus
digunakan bisa dilihat pada kotak kemasan elektrode tersebut, tetapi jika
elektrode sudah menempel jangan panik untuk melepasnya, lakukan
gerakan bantingan atau menggunakan palu untuk untuk melepasnya.
2. Sambungan yang terbentuk kurang rapi
Sambungan pengelasan yang kurang rapi bisa terjadi, apalagi untuk
pemula yang disebabkan oleh belum terbiasa mahasiswa untuk melakukan
pengelasan, tangan yang belum konstan dan belum bisa menemukan irama
mengelas juga kaku, ketakutan akan percikkan api yang timbul ketika
mengelas, dan belum terbiasa menggunakan kacamata pelindung dari
sinar ultra violet karena gelap. Pengelasan merupakan keahlian yang
memerlukan latihan yang sungguh-sungguh. Kemampuan mengelas tidak
datang begitu saja, karena dalam mengelas diperlukan kekuatan tangan
dalam menahan elektrode agar tetap seimbang, gerak harmonis secara
vertikal yang berbarengan dengan horizontal sehingga tidak mudah,
tenang ketika melakukan pengelasan, menggunakan perlengkapan
perlindungan diri agar percikkan api tidak langsung mengenai tubuh
sehingga tidak perlu takut secara berlebihan, dan jarak elektrode ke benda
11

kerja usahakan tidak berubah. Jika usaha-usaha tersebut bisa diterapkan


maka hasil pengelasan yang bagus akan didapatkan.
3. Cairan elektrode yang turun ketika melakukan pengelasan posisi 3F atau
3G
Ketika melakukan pengelasan dengan posisi 3F atau 3G didapatkan
kesulitan dengan lelehan elektrode yang menurun akibat posisi pengelasan
secara vertikal baik ke arah bawah ataupun ke arah atas. Kejadian seperti
ini bisa ditemukan karena logam terlalu cair, sehingga hasil las yang
diperoleh tidak maksimal. Penyebab cairnya elektrode adalah terlalu
tingginya amper yang digunakan ketika melakukan pengelasan.
Solusi dalam melakukan pengelasan secara vertikal pada umumnya
dengan mempertimbangkan besarnya amper yang digunakan, gunakanlah
amper yang tidak terlalu besar agar sambungan tidak turun ke bawah
akibat adanya gravitasi.
4. Kesulitan untuk melakukan pengelasan di depan dada
Pengelasan dengan posisi benda kerja di depan dada merupakan
posisi yang yang lebih sulit dibandingkan posisi pengelasan di bawah
tangan, oleh karena itu ketika melakukan pengelasan di depan dada
terdapat beberapa kesulitan, di antaranya: kuda-kuda harus kokoh, posisi
tangan yang masih kaku ketika melakukan pengelasan di depan dada, dan
menahan elektrode agar tidak gemetar juga membentuk garis lurus. Pada
saat saya melakukan praktikum pengelasan, saya merasa agak sedikit sulit
untuk menyiapkan posisi kuda-kuda yang kokoh karena posisi benda kerja
yang berada di bawah dada dan saat melakukan kuda-kuda untuk posisi
tersebut lutut gemetar (posisi berada pada setengah kuda-kuda), kemudian
kakunya tangan ketika melakukan pengelasan dikarenakan kurangnya
pengalaman, karena pekerjaan mengelas jika semakin sering
melakukannya maka akan terbiasa dan tangan pun akan terlatih untuk
mengelas sehingga hasil yang dihasilkan pun baik. Hal yang sulit
selanjutnya adalah ketika menahan elektrode agar tidak gemetar dan
mengelas secara lurus, karena posisi pengelasan yang berada di depan
12

dada ketika mengelas tangan belum terlatih untuk menahan tangan tetap
berada pada garis tersebut dan membuat garis lurus, cenderung ke arah
bawah karena gaya tarik bumi.
Pemecahan masalah pada kasus ini adalah dengan membiasakan diri
untuk melakukan pengelasan dengan posisi di depan dada, dengan
pengalaman yang bertambah maka kemahiran untuk melakukan
pengelasan di depan dada akan meningkat.
5. Pengisian pada sambungan sudut dalam
Sambungan sudut dalam mempunyai kesulitan dalam pengaturan
sudut yang harus dilakukan ketika mengelas. Bila elektrode cenderung ke
atas maka hasil lasan akan menempel di bagian atas dan begitu pula
sebaliknya, sehingga sudut dalam antara dua benda kerja tidak terisi.
Faktor lain yang perlu diperhatikan selain sudut pengelasan adalah
besarnya amper yang harus sedikit lebih besar, karena dengan amper yang
lebih besar maka penetrasi elektrode untuk mengisi sudut dalam akan
masuk dan menghasilkan hasil yang baik. Kecepatan melakukan
pengelasan pun menjadi faktor yang perlu diperhatikan, kecepatan untuk
melakukan pengelasan sudut dalam harus memperhatikan apakah fillet
atau isian telah terbentuk dengan baik.
Aspek-aspek yang harus dilakukan dalam melakukan sambungan
sudut adalah pengaturan amper yang sedikit diperbesar, jarak elektrode
dengan sudut sekitar 3 – 5 mm dengan sudut 45° atau usahakan berada
pada tengah-tengah sudut, dan jangan terburu-buru untuk melakukan
pengelasan, pastikan isian pada sudut sudah terbentuk.
6. Membentuk rigi-rigi yang konstan pada sambungan pipa
Melakukan pengelasan untuk sambungan pipa merupakan hal yang
tidak mudah walaupun hanya dengan posisi 1G, kesulitan yang terdapat
ketika melakukan penyambungan ini adalah membentuk rigi-rigi las yang
konstan dan rapi pada permukaan yang melingkar, hal ini disebabkan oleh
belum terbiasa mahasiswa untuk melakukan pengelasan, tangan yang
belum konstan dan belum bisa menemukan irama mengelas juga kaku.
13

Diperlukan latihan yang berulang untuk melatih kemampuan mengelas


pipa, agar terbentuk hasil pengelasan yang rapi.
7. Tantangan di setiap posisi baik 2F, 2G, 3F, dan 3G.
Pengelasan dengan posisi 2F, berada di poisisi

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam
yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan
14

mencair, demikian juga elektrode yang menghasilkan busur listrik akan


mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis.
2. Kesulitan-kesulitan dalam pengelasan logam:
a. Busur las sering lengket pada benda kerja.
b. Sambungan yang terbentuk kurang rapi.
c. Elektrode yang turun ketika melakukan pengelasan posisi 3F atau 3G.
d. Kesulitan untuk melakukan pengelasan di depan dada.
e. Pengisian pada sambungan sudut dalam .
f. Membentuk rigi-rigi yang konstan pada sambungan pipa.
3. Solusi atas kesulitan dalam pengelasan logam:
a. Melatih dan membiasakan diri untuk mengelas.
b. Gerakan tangan harus konstan.
c. Gerakan elektrode secara horizontal dan vertikal secara bersamaan.
d. Jarak elektrode 3 – 6 mm di atas benda kerja dan harus konstan.
e. Melatih diri untuk posisi pengelasan 2F, 2G, 3F, 3G, dan 1G untuk
pipa.

B. Saran
1. Bekerja dengan menerapkan prosedur keselamatan kerja.
2. Menerapkan prosedur kerja yang benar dan aman.
3. Sabar dalam melakukan pekerjaan dan teliti.
4. Menanyakan dengan jelas tentang apa yang kurang jelas pada dosen.
5. Berdoa sebelum melakukan pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA 14

Jr. Messler R.W.. (1999). Principles of Welding. [Online]. Tersedia:


http://lasasetilin.blogspot.com/2009/06/.html [2014, Mei 10].

Cary Howard B.. (1994). Modern Welding Technology. USA: Prentice Hall,
Englewood Cliffs, NewJersey Q7632.
15

Sunandang. (2009). Kerja Las Listrik. [Online]. Tersedia:


http://kamissore.blosgspot.com/2009/06/kerja-las-listrik-dan-gas.html

[2014, Mei 10].

Lampiran : 15

1. Gambar Kerja
2. Benda Kerja

Anda mungkin juga menyukai