Anda di halaman 1dari 12

402

HARMONISASI KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN DI INDONESIA


YANG BERORIENTASI PADA MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS

Emmy Latifah
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
E-mail: emmylatifah_04@yahoo.com

Abstract

The purpose of this research is to understand the level of harmonization of poverty alleviation
regulations and policies in Indonesia within the Millennium Development Goals (MDGs), especially
Target 1. From this research, it can be created a model of regulation and polices harmonization of
poverty alleviation in Indonesia in order to harmony with the MDGs. To achieve these objectives,
data collected by regulation and policies of poverty alleviation in Indonesia, and then it is analyzed
with editing analysis style. The results of this research are the policies of poverty alleviation in
Indonesia are not harmonious with the MDG target. It is because of the poverty alleviation policies
in Indonesia with the MDG target as a result of differences in defining poverty, which is not focused
on the definition of poverty used by the MDGs. The definition of poverty according to the MDGs is
those who have income less than US$ 1 per day.

Key words: harmonization of regulations and policies, poverty alleviation, Millennium Development
Goals.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat harmonisasi peraturan perundang-undangan
dan kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia dengan Deklarasi Millenium Development Goals
(MDGs), khususnya Target 1. Dari penelitian ini, maka dapat disusun sebuah model harmonisasi
kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia yang harmonis dengan Deklarasi MDGs dan juga
disusun langkah-langkah yang harus dilakukan Pemerintah agar harmonisasi tersebut dapat terwujud.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dikumpulkan data peraturan perundang-undangan dan
kebijakan-kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia, yang selanjutnya dianalisis dengan edyting
analysis style. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia
belum harmonis dengan Target MDGs. Belum harmonisnya kebijakan pengentasan kemiskinan di
Indonesia dengan Target MDGs tersebut sebagai akibat dari perbedaan dalam mendefinisikan
kemiskinan. Definisi kemiskinan menurut MDGs adalah mereka yang memiliki penghasilan kurang dari
US$ 1 per hari. Sedangkan definisi kemiskinan di Indonesia menggunakan banyak parameter yang
berlainan.

Kata kunci: harmonisasi peraturan dan kebijakan, pengentasan kemiskinan, Millenium Development
Goals.

Pendahuluan harapan seseorang, kemiskinan juga telah men-


Kemiskinan adalah masalah serius yang jadi penyebab utama kelaparan. Pada 2006,
dihadapi dunia saat ini. Walaupun pembangun- 854 juta orang di seluruh dunia mengalami ke-
an di bidang sosial dan ekonomi telah menjadi
agenda di setiap negara di dunia, namun ke-
nyataannya, hingga tahun 2005, terdapat 1,4 hun I) yang dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, Sesuai dengan
milyar manusia di dunia ini berada dalam garis Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor
kemiskinan.1 Selain merampas hak hidup dan 1
30/SP2H/PP/DP2M/VII/2010 Tanggal 24 Juli 2010
Berdasarkan ukuran kemiskinan berdasarkan tingkat pen-
dapatan 1,25 US$ per hari. Selanjutnya lihat Roy L. Pros-
terman, Robert Mitchel, Tim Hanstand (eds), 2007, One

Artikelini adalah hasil dari Penelitian Hibah Kompetitif Billion Rising: Law, Land and The Alleviation of Global
Penelitian Strategis Nasional Tahun Anggaran 2010 (Ta- Property, Nederland: Leiden University Press, hlm. 17.
Harmonisasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia… 403

laparan dan gisi buruk.2 Oleh sebab itu, maka Bagi Indonesia, pencapaian target-target
pengentasan kemiskinan menjadi agenda utama MDGs secara nasional masih memerlukan upaya
dalam proses pembangunan di setiap negara.3 bersama dengan melibatkan semua pihak ter-
Pengentasan kemiskinan merupakan ma- kait. Indonesia telah menerbitkan beberapa
salah yang sangat kompleks dan mempunyai kali laporan pencapaian MDGs nasional bersama
dimensi tantangan lokal, nasional, regional dengan beberapa negara kawasan Asia Pasifik.7
maupun global. Upaya mengatasi masalah ke- Melalui laporan tersebut, Indonesia menegas-
miskinan karenanya tak bisa dilepaskan dari kan kembali komitmennya untuk pencapaian
strategi nasional untuk mewujudkan pemba- MDGs hingga tahun 2015 melalui berbagai pro-
ngunan berkelanjutan di suatu negara.4 Upaya gram yang telah dicanangkan oleh Pemerintah.8
ini juga perlu diharmonisasikan juga dengan Laporan Pencapaian MDGs Indonesia 2007
kebijakan-kebijakan yang ada ditingkat inter- dari United Nation Development Programme
nasional guna menjawab tantangan globalisasi.5 (UNDP) menyebutkan bahwa pada tahun 2007,
Sebagai salah satu negara yang ikut menanda- angka kemiskinan di Indonesia masih mencapai
tangani Deklarasi Millennium Development 16,58%, dengan populasi penduduk miskin ter-
Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen catat sekitar 37,17 juta jiwa,9 sedangkan In-
untuk melaksanakan program-program MDGs deks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia
serta menjadikan program-program MDGs se- Tahun 2009 yang diukur dari pendapatan, riil
bagai bagian yang tak terpisahkan dari program per kapita, tingkat harapan hidup, tingkat me-
pembangunan nasional baik jangka pendek, lek huruf dan kualitas pendidikan dasarnya, In-
menengah, dan panjang. Termasuk dalam hal donesia berada di peringkat 111 dari 182 nega-
ini adalah program pengentasan kemiskinan. ra yang dinilai UNDP.10 Di kalangan negara ang-
Pengentasan kemiskinan menjadi salah gota ASEAN, peringkat Indonesia itu jauh di
satu agenda/prioritas pemerintah Indonesia. bawah Filipina dan Thailand, bahkan berada di
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia bersama bawah Vietnam.11 Menurut Laporan UNDP 2009
semua perangkat negara dan seluruh unsur itu, peringkat IPM Indonesia menunjukkan be-
masyarakat memikul tanggung jawab untuk lum adanya perbaikan yang signifikan jika di
memberantas kemiskinan guna memenuhi ko- lihat dari beberapa indikator penting IPM, ter-
mitmen pencapaian target MDGs pada 2015 utama pengurangan angka kemiskinan.12
mendatang. Bahkan, penanggulangan kemiskin-
an dalam pembangunan jangka menengah ing Urban Policy and Politics”. Journal of International
Development, Vol. 12(6) 2007, hlm. 843–856
(RPJMN) ditargetkan lebih cepat daripada tar- 7
B. Haris White, “Destitution and Poverty of its Politics
get MDGs sendiri. MDGs telah menjadi salah with Special Reference to South Asia”, World
Development Journal, Vol. 33, 2005, hlm. 881-891.
satu bahan masukan penting dalam penyusunan 8
Ibid
kebijakan untuk mengentaskan kemiskinan di 9
P. Amis, P., 6(5) year 1994, “Indian Urban Poverty: Labor
Markets, Gender and Shocks”. Journal of International
Indonesia.6
Development, hlm.635–643
10
UNDP, 2009, Millennium Development Goals Report
2009, New York: United Nation, hlm. 35
2 11
D. Brady, D, “Rethinking the Sociological Measurement Andi Suandi Hamid, “Targets and Strategies of Poverty
of Poverty”. Journal of Social Forces, Vol. 81(3) 2008, Alleviation In Context of Energy Crisis and Global
hlm.715–752 Warming”, Journal of ASEAN Economic’s Assosiation,
3
R. Castel, “the Roads to Disaffiliation: Insecure Work and Vol. 3/XXI, hlm. 2-11. Lihat pula F.Bourguignon, and S.R.
Vulnerable Relationships”, International Journal of Chakravarty, The Measurement of Multidimensional Po-
Urban and Regional Research, Vol. 24(3) 2009, hlm. 519– verty. Journal of Economic Inequality, Vol. 1(1), 2010,
535 hlm.25–49
4 12
R. Prosterman & T. Hanstad, “Land Reform in the Tim Penyusun Laporan Tujuan Pembangunan Millennium
Twenty-Firt Century: New Challenges, New Responses”, (MDGs) Indonesia Tahun 2007, 2007, Laporan Perkem-
Seatle Journal For Social Justice, 2006, hlm. 763. bangan Pencapaian Millennium Development Goals Indo-
5
K. Deininger, 2003, Land Policies for Growth and Poverty nesia 2007, Jakarta: Kementerian Negara Perencanaan
Reduction, World Bank Policy Research Report 2003, Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangu-
hlm. 12. nan Nasional, hlm. 5. Lihat pula S. Chen, S. and M. Ra-
6
Tim Penyusun, 2008, Laporan Perekonomian Indonesia, vallion, “How Did the World’s Poorest Fare in the
Jakarta:Bank Indonesia, hlm. 15. Lihat pula J. Beall, 1990s?”. Review of Income and Wealth, Vol. 47(3), 2009,
“From the Culture of Poverty to Inclusive Cities: Refram- hlm. 283–300
404 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 3 September 2011

Banyak kebijakan dan program yang telah content identification. Untuk menjaga kesahih-
dikeluarkan pemerintah Indonesia untuk me- an data primer maka dilakukan trianggulasi
ngentaskan kemiskinan. Namun kebijakan dan data, yaitu data yang telah diperoleh dari sua-
program tersebut masih berjalan sendiri-sendiri tu sumber dibandingkan dengan data dari sum-
dan tidak tepat sasaran. Belum ada koordinasi ber yang lain. Sedangkan untuk menjaga kesa-
yang baik antar departemen. Target dari ke- hihan data sekunder, dilakukan kritik sumber.
bijakan dan program-program pengentasan ke- Analisis data dilakukan dengan tehnik editing
miskinan juga belum mengacu pada Target analysis style.13
MDGs. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengharmonisasikan kebijakan pengen- Pembahasan
tasan kemiskinan dengan Deklarasi Millennium Peraturan dan Kebijakan Pemerintah Indone-
Development Goals dalam rangka menciptkan sia dalam Pengentasan Kemiskinan yang Har-
iklim kondusif untuk mengurangi kemiskinan. monis dengan Target Deklarasi Millennium
Development Goals
Permasalahan Komitmen Indonesia untuk mencapai
Ada dua permasalahan yang akan dibahas MDGs mencerminkan komitmen Indonesia untuk
pada artikel ini. Pertama, apakah peraturan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan
dan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam memberikan kontribusi kepada peningkatan
pengentasan kemiskinan sudah harmonis de- kesejahteraan masyarakat dunia. Karena itu,
ngan Deklarasi Millenium Development Goals, Deklarasi MDGs merupakan acuan penting da-
khususnya Target 1?; dan kedua, bagaimana lam penyusunan Dokumen Perencanaan Pemba-
model harmonisasi peraturan dan kebijakan ngunan Nasional. Pemerintah Indonesia telah
pengentasan kemiskinan di Indonesia yang har- mengarusutamakan MDGs dalam Rencana Pem-
monis dengan Deklarasi Millennium Develop- bangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN
ment Goals? 2005-2025), Rencana Pembangunan Jangka Me-
n-ngah Nasional (RPJMN 2004-2009 dan 2010-
Metode Penelitian 2014), Rencana Kerja Program Tahunan (RKP),
Penelitian ini adalah penelitian hukum serta dokumen Anggaran Pendapatan dan Be-
normatif. Data yang digunakan dalam pene- lanja Negara (APBN).14
litian ini berupa data sekunder dan data primer Deklarasi MDGs15 berisi kesepakatan ne-
sebagai penunjang. Data primer berasal dari gara-negara tentang arah pembangunan berikut
informasi yang diterima dari informan, sedang- sasaran-sasarannya yang perlu diwujudkan. Se-
kan data sekunder yaitu data yang diperoleh cara ringkas, arah pembangunan yang disepaka-
dari bahan pustaka, yaitu berupa bahan hukum ti secara global yang tercantum dalam Deklara-
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hu- si MDGs meliputi: pertama, menghapuskan ke-
kum tersier. Bahan hukum primer berupa per- miskinan dan kelaparan berat; kedua, mewu-
aturan perundang-undangan yang mengatur judkan pendidikan dasar untuk semua orang;
pengentasan kemiskinan, kebijakan makro pe- ketiga, mempromosikan kesetaraan gender dan
ngentasan kemiskinan, target Millennium Deve- pemberdayaan perempuan; keempat, menurun-
lopment Goals (MDGs). Bahan hukum sekunder kan kematian anak; kelima, meningkatkan ke-
berupa jurnal, baik nasional maupun inter-
13
nasional, dan buku referensi yang membahas Benyamin F. Crabtree, 1995, Doing Qualitative Re-
search, London: Sage Publication, hlm 18.
pengentasan kemiskinan. Sedang-kan bahan 14
R. Gaiha, “Is Growth Central to Poverty Alleviation in
hukum tersier adalah ensiklopedi dan Kamus Asia?”, Journal of International Affairs, Vol. 52(1), 2008,
hlm. 145–180.
Black Law. Instrumen pengumpulan data adalah 15
United Nations Millennium Declaration, yang kemudian
dilegalkan oleh Majelis Umum PBB ke dalam Resolusi
studi pustaka dan wawancara. Wawancara yang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bnagsa Nomor 55/2
dipergunakan adalah wawancara terstruktur Tanggal 18 September 2000 tentang Deklarasi Millen-
nium Perserikatan Bangsa-Bangsa (A/RES/55/2. United
serta studi pustaka dilakukan dengan cara
Nations Millenium Declaration).
Harmonisasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia… 405

sehatan maternal; keenam, melawan penyebar- raan Rakyat Selaku Ketua Tim Koordinasi Pe-
an HIV/AIDS, dan penyakit kronis lainnya (ma- nanggulangan Kemiskinan Nomor 25/Kep/Men-
laria dan tuberkulosa); ketujuh, menjamin ke- ko/Kesra/VII/2007 tentang Pedoman Umum
berlangsungan lingkungan; dan kedelapan, me- Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
ngembangkan kemitraan global untuk pemba- Mandiri (PNPM Mandiri), sebagai peraturan
ngunan. teknis mengenai penanggulangan pengentasan
Komitmen pemerintah untuk mengentas- kemiskinan di Indonesia.
kan kemiskinan dapat dilihat dari kebijakan dan Pasal 1 Peraturan Presiden Nomor 15
produk hukum yang dilahirkan setelah menjadi Tahun 2010 menentukan:
pihak dalam Deklarasi MDGs. Pem-bukaan Penangulangan kemiskinan adalah kebi-
Undang-Undang Dasar 1945 alenia ke-empat jakan dan program pemerintah daerah
mengenai tujuan negara yaitu “memaju-kan yang dilakukan secara sitematis, teren-
cana dan bersinergi dengan dunia usaha
kesejahteraan umum” adalah sumber dari dan masyarakat untuk mengurangi jum-
landasan hukum dan kebijakan pemerintah un- lah penduduk miskin dalam rangka me-
tuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. ningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Selanjutnya, Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor
merupakan produk hukum yang memberikan 15 Tahun 2010 menyebutkan bahwa terdapat 4
dasar bagi perencanaan program pengentasan (empat) strategi percepatan penanggulangan
kemiskinan di Indonesia. kemiskinan yang dilakukan pemerintah, yaitu:
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun pertama, mengurangi beban pengeluaran ma-
2011 Prioritas Keempat mengenai Program Aksi syarakat miskin; kedua, meningkatkan kemam-
Penanggulangan Kemiskinan, memiliki target puan dan pendapatan masyarakat miskin; ke-
penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14, tiga, mengembangkan dan menjamin keberlan-
1% pada 2009 menjadi 8-10% pada tahun 2014, jutan usaha mikro dan kecil; keempat, men-
serta perbaikan distribusi pendapatan dengan sinergikan kebijakan dan program penang-
perlindungan sosial yang berbasis keluarga, gulangan kemiskinan.
pemberdayaan masyarakat dan perluasan ke- Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 15 Ta-
sempatan ekonomi masyarakat yang berpen- hun 2010 menyebutkan bahwa program perce-
dapatan rendah. Penanggung jawab kebijakan patan penanggulangan kemiskinan terdiri dari:
ini adalah wakil presiden. Terdapat 27 program pertama, program bantuan sosial terpadu ber-
dalam kebijakan ini, dan tiap program dijabar- basis keluarga, bertujuan untuk melakukan
kan ke dalam program-program pelaksana. pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hi-
Selanjutnya, produk perundang-undangan dup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat
yang mengatur pengentasan kemiskinan adalah miskin; kedua, program penanggulangan kemis-
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 ten- kinan berbasis pemberdayaan masyarakat,
tang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, bertujuan untuk mengembangkan potensi dan
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang memperkuat kelompok masyarakat miskin un-
Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan tuk terlibat dalam pembangunan yang didasar-
Nasional Tahun 2010, serta Instruksi Presiden kan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masya-
Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pemba- rakat; ketiga, program penanggulangan kemis-
ngunan Yang Berkeadilan. Kemudian, setiap de- kinan yang berbasis pemberdayaan usaha eko-
partemen memiliki program pengentasan ke- nomi mikro dan kecil, bertujuan untuk mem-
miskinan dan memiliki produk hukum setingkat berikan akses dan penguatan ekonomi bagi pe-
peraturan menteri dan Surat Keputusan Bersa- laku usaha berskala mikro dan kecil; keempat,
ma (SKB) dalam rangka mengatur program pe- program-program yang lain yang baik langsung
ngentasan kemiskinan. Sebagai contoh, Kepu- maupun tidak langsung dapat meningkatkan
tusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahte-
406 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 3 September 2011

kegiatan ekonomi dan kesejateraan masyarakat tidak memberi parameter yang jelas untuk
miskin. penjabaran program di tingkat bawah.
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 Menurut Kepala Diputi Bidang Kemiskin-
tentang percepatan pelaksanaan pioritas pem- an, Ketenagakerjaan dan UKM Badan Perencaan
bangunan nasional tahun 2010 telah membe- Pembangunan Nasional (Bappenas), Ceppie Kur-
rikan parameter bagi sepuluh program prioritas niadi Sumadilaga, untuk penanggulangan ke-
pemerintah, yang kemudian kesepuluh prioritas miskinan, pemerintah telah mencanangkan dua
ini harus dijabarkan lebih lanjut oleh setiap pokok kebijakan pembagunan. Pertama, me-
kementerian dan lembaga negara. Selanjut- ngurangi jumlah penduduk yang hidup di bawah
nya, Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 garis kemiskinan; dan kedua, melaksanakan de-
tentang Program Pembangunan yang Berkeadil- lapan jalur pemerataan yang meliputi: (a)
an, maka pemerintah membuat program pro pemerataan pembagian pendapatan; (b) peme-
rakyat, program keadilan untuk semua (justice rataan penyebaran pembangunan di seluruh
for all), dan program pencapaian tujuan Pem- daerah; (c) pemerataan kesempatan berusaha;
bangunan Millennium (MDGs). Sedangkan prog- (d) pemerataan kesempatan memperoleh pen-
ram pro rakyat memfokuskan pada: pertama, didikan; (e) pemerataan kesempatan memper-
program penanggulangan kemiskinan berbasis oleh kesehatan; dan (f) pemerataan kesempat-
keluarga; kedua, program penanggulangan ke- an kerja. Salah satu agenda yang mendapat
miskinan berbasis pemberdayaan masyarakat; perhatian khusus Kabinet Indonesia Bersatu
ketiga, program penanggulangan kemiskinan adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal
berbasis usaha mikro dan kecil. Selanjutnya, ini wajar mengingat masih rendahnya tingkat
program keadilan untuk semua memfokuskan kesejahteraan sebagian besar rakyat Indonesia.
pada: pertama, program keadilan pada anak; Menurut Ceppie Kurniadi Sumadilaga,
kedua, program keadilan bagi perempuan; ke- kebijakan yang dituangkan dalam program-
tiga, program keadilan di bidang ketenaga- program seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT),
kerjaan; keempat, program keadilan di bidang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas),
bantuan hukum; kelima, program keadilan di Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
bidang reformasi hukum dan keadilan; keenam, (PNPM) Mandiri, dan program beras bagi ma-
program keadilan bagi kelompok miskin dan syarakat miskin (raskin) untuk mengurangi ang-
terpinggirkan. ka kemiskinan. Secara garis besar, program-
Program pencapaian Tujuan Pembangun- program ini merupakan program yang bersifat
an Millenium memfokuskan pada: pertama, short-run dan hanya memiliki multiplier effect
program pemberantasan kemiskinan dan ke- yang rendah karena hanya dapat mereduksi ge-
laparan; kedua, program pendidikan dasar jala kemiskinan sesaat. Padahal, masalah ke-
untuk semua; ketiga, program pencapaian ke- miskinan di Indonesia telah menjadi perma-
setaraan gender dan pemberdayaan perempu- salahan struktural, bukan permasalahan atau
an; keempat, program penurunan angka kema- fenomena sesaat. Oleh karena itu, penanganan
tian anak; kelima, program kesehatan ibu; ke- masalah kemiskinan di Indonesia harus men-
enam, program pengendalian HIV/AID, malaria dapatkan perhatian ekstra serius dari peme-
dan penyakit menular lainnya; ketujuh, pro- rintah. Hal ini cukup penting mengingat kons-
gram penjaminan kelestarian lingkungan hidup; titusi kita mengamanatkan bahwa negara wajib
kedelapan, program pendukung percepatan melindungi segenap warga negaranya, ter-
pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium. utama orang miskin.
Instruksi Presiden ini ditujukan kepada semua Berdasar pada penggunaan garis kemis-
menteri dan kepala lembaga negara. Setiap kinan nasional, menurunkan angka kemiskinan
lembaga diberi kewenangan untuk menjabar- setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan
kan instruksi ini sesuai dengan kebutuhan dan posisi tahun 1990 merupakan tantangan yang
kondisi masing-masing lembaga. Instruksi ini sangat berat. Namun demikian pemerintah ti-
Harmonisasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia… 407

dak akan berpuas diri dengan semata-mata Tingkat kemiskinan atau proporsi jumlah
hanya menggunakan garis kemiskinan US$ 1 per orang miskin dibandingkan dengan jumlah pen-
hari. Dalam melakukan perencanaan pemba- duduk keseluruhan pada tahun 1990 tercatat
ngunan pemerintah menggunakan garis kemis- 15,10%, yang terus meningkat menjadi 17,75%
kinan nasional. Mengacu pada garis kemiskinan pada tahun 2006 di seluruh dunia.22 Dengan
nasional Indonesia16 persentase penduduk mis- menggunakan basis data tahun 1990, tingkat
kin Indonesia menunjukkan kecenderungan me- kemiskinan yang menjadi sasaran MDGs pada
nurun selama 30 tahun terakhir.17 Pada tahun tahun 2015 ialah sekitar 7,5%.23 Di sisi lain, kri-
1976, menurut BPS, jumlah penduduk miskin sis ekonomi yang terjadi dalam kurun 1997-
mencapai 40,1%, kemudian turun menjadi 1998 berakibat pada melonjaknya tingkat ke-
17,4% pada tahun 1987, dan terus menurun miskinan menjadi 24,1% pada tahun 1998. Oleh
menjadi 11,3% pada tahun 1996. Krisis ekonomi karena itu, akan lebih realistis apabila sasaran
yang terjadi pada tahun 1997-1998 mengaki- kemiskinan MDGs untuk tahun 2015 adalah se-
batkan persentase penduduk miskin melonjak tengah dari kondisi tahun 1998, yakni 12%.24
kembali menjadi 24,2% pada tahun 1998. Pe- Kemungkinan lain adalah dengan membuat ki-
mulihan ekonomi Indonesia dalam lima tahun saran yang menggabungkan sasaran berbasis
terakhir berhasil menurunkan tingkat kemis- tahun 1990 dan sasaran berbasis tahun 1998.
kinan menjadi 15,97% pada tahun 2005.18 Akan Dengan demikian, sasaran tingkat kemiskinan
tetapi pada tahun 2006 tingkat kemiskinan di MDGs Indonesia pada tahun 2015, dengan
Indonesia meningkat lagi menjadi 17,75%.19 Hal menggunakan garis kemiskinan nasional, adalah
ini terutama disebabkan oleh meningkatnya berkisar pada 7,5 -12%.25
angka inflasi karena Pemerintah menaikkan Selain indikator garis kemiskinan nasional
harga bahan bakar minyak dalam negeri, diikuti dan indikator pendapatan di bawah US$ 1 per
dengan meningkatnya harga beras selama ku- hari, beberapa negara menerapkan pula indi-
run waktu tersebut.20 Naiknya harga bahan ba- kator pendapatan di bawah US$ 2 per hari per
kar minyak dalam negeri dilakukan demi me- kapita.26 Dengan menggunakan ukuran ini, ma-
nyehatkan perekonomian nasional, seiring de- ka pada tahun 2006 sekitar 49% penduduk hidup
ngan meningkatnya harga minyak dunia. Di lain dengan pendapatan di bawah US$ 2 per hari.27
pihak, sebagai dampak positif dari beberapa Artinya lebih dari 41% penduduk hidup dengan
program pembangunan dan membaiknya per- pendapatan antara US$ 1 dan US$ 2 per hari.28
ekonomian, tingkat kemiskinan pada tahun Walaupun Indonesia telah mencapai sasa-
2007 turun menjadi 16,58%, dengan populasi ran MDGs, mengacu pada ukuran kemiskinan
penduduk miskin tercatat sekitar 37,17 juta US$ 1, namun tantangan yang lebih besar ada-
jiwa.21 lah bagaimana mengurangi jumlah orang miskin
dengan mengacu pada garis kemiskinan nasio-
16 nal, dan lebih jauh lagi dengan menggunakan
Ukuran Garis Kemiskinan Nasional adalah jumlah rupiah
yang diperlukan oleh setiap individu untuk makanan se-
tara 2.100 kilo kalori per orang/hari dan untuk memenu-
hi kebutuhan non-makanan berupa perumahan, pakaian,
22
kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aneka barang/ K. Zhu, R. Prosterman, J.Ye, P. Li, J. Riedinger & Y.
jasa lainnya. Sumber: BPS, Statistik Indonesia, 2002. Ouyang, “The Rural Land Question in China: Analysis and
17
S. Chen, & M. Ravallion, The Developing World is Poorer Recommendations Based on a Seventeen-Province Sur-
than We Thought But No Less Successful in the Fight vey”, New York University Journal of International Law
Against Poverty, Laporan penelitian dalam World Bank and Politic, 88 (4) 2006, hlm. 761.
23
Policy Research Working Paper No. 4703, Aug. 2008. Hidayatullah, “Ilusi MDGs Mengentaskan Kemiskinan”,
18
S. Chen, & M. Ravallion, op.cit. Jurnal Ekonomi, Oktober 19 tahun 2010, hlm. 15
19 24
Ibid Loc.cit
20 25
Ibid Ibid, hlm. 17.
21 26
S. Rocha, “Metropolitan Poverty in Brazil: Economic J.B.G. Tilak, “Education and Poverty”, Journal of Hu-
Cycles, Labor Market and Demographic Trends”, man Development, Vol. 3 (2) 2002. hlm. 191-207.
27
International Journal of Urban and Regional Research, D.A. Clark, Sen’s, “Capability Approach and The Many
Vol. 19, 2005, hlm. 384-394. Hal ini juga diperkuat oleh Spaces of Human Well-being”, Journal of Development
pendapat Kepala Badan Pusat Statistik Indonesia (hasil Studies, Vol. 41(8), hlm. 1339-1368.
28
wawancara pada tanggal 18 Juli 2010). Ibid
408 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 3 September 2011

ukuran US$ 2 per hari per orang.29 Hal ini 15 tahun, perkembangan proporsi konsumsi
menggambarkan sebagaimana yang terjadi di penduduk termiskin berlangsung sangat lamban
negara-negara berkembang lainnya, bahwa dan cenderung tidak bergeser terlampau jauh
penduduk yang hidup dekat dengan garis ke- dari posisi di tahun 1990. Nilai indikator ini
miskinan nasional atau sangat dekat dengan pada tahun 2002 mencapai 9,1% dan dua tahun
penduduk yang rentan (vurnerable) jumlahnya berikutnya hanya meningkat menjadi 9,7%.37
masih sangat besar.30 Mereka adalah orang- Tantangan utama dalam penanggulangan
orang yang tergolong rentan karena apabila kemiskinan, khususnya di negara-negara ber-
terjadi goncangan ekonomi mereka dapat de- kembang seperti di Indonesia dapat dilihat dari
ngan mudah jatuh ke kelompok miskin dengan berbagai dimensi. Menurut Ceppie Kurniadi Su-
pendapatan di bawah US$ 1 per hari.31 madilaga ada beberapa tantangan tersebut.
Indikator lain terkait dengan kemiskinan Pertama, menjaga kegiatan ekonomi nasional
adalah indeks kedalaman kemiskinan.32 Indeks yang pro rakyat agar dapat mendorong turun-
ini menunjukkan kesenjangan pengeluaran pen- nya angka kemiskinan. Termasuk di dalamnya
duduk miskin terhadap garis kemiskinan.33 Pada ialah menjaga kondisi ekonomi makro agar
tahun 2005, indeks kedalaman kemiskinan Indo- dapat mendorong kegiatan ekonomi riil yang
nesia cenderung membaik dibandingkan kondisi berpihak pada penanggulangan kemiskinan.
tahun 2003. Pada tahun 2006, indeks ini sem- Upaya menjaga inflasi agar tidak menurunkan
pat meningkat hingga mencapai 3,43 namun daya beli masyarakat miskin, termasuk men-
menurun kembali menjadi 2,99 pada tahun jaga harga kebutuhan pokok utama seperti be-
2007. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan ras, menjadi tantangan serius yang harus di
pengeluaran penduduk miskin pada tahun 2007 hadapi. Kedua, meningkatkan akses masyarakat
yang makin mendekati garis kemiskinan. Angka miskin terhadap pelayanan dasar seperti pen-
indeks kedalaman kemiskinan terburuk pada didikan, kesehatan, dan gizi; termasuk keluar-
2004 diduduki oleh Provinsi Papua (10,56), di- ga berencana, serta akses terhadap infrastruk-
susul Gorontalo (6,95), Maluku (6,32), Nang- tur dasar seperti sanitasi dan air bersih. Ini me-
groe Aceh Darussalam (6,32), dan Nusa Teng- rupakan tantangan yang tidak ringan, meng-
gara Timur (5,32).34 ingat secara geografis Indonesia merupakan
Indikator berikutnya adalah proporsi kon- negara yang sangat luas. Ketiga, melibatkan
sumsi penduduk termiskin (kuantil pertama). masyarakat miskin untuk dapat meningkatkan
Indikator ini menginformasikan perbandingan kapasitasnya sendiri dalam menanggulangi ke-
pengeluaran kelompok penduduk 20% termiskin miskinan. Pengalaman menunjukkan bahwa
terhadap pengeluaran seluruh penduduk.35 Pa- melibatkan serta meningkatkan kapasitas me-
da tahun 1990, proporsi konsumsi 20% pendu- reka sebagai penggerak dalam penanggulangan
duk termiskin tercatat sebesar 9,3% dari kon- kemiskinan terbukti sangat efektif. Keempat,
sumsi seluruh penduduk.36 Dalam kurun waktu belum berkembangnya sistem perlindungan so-
sial, baik yang berbentuk bantuan sosial bagi
29 mereka yang rentan maupun sistem jaminan
Hasil wawancara dengan Kepala Deputi Bidang Kemis-
kinan, Ketenagakerjaan dan UKM, Badan Perencanaan sosial berbasis asuransi terutama bagi masya-
Pembangunan Nasional.
30 rakat miskin. Kelima, adanya kesenjangan yang
R. Castel,”The Road to Disaffiliation: Insecure Work and
Vulnerable Relationships”, International Journal of mencolok antar berbagai daerah. Kesenjangan
Urban and Regional Research, Vol. 24(3), hlm. 519-535. tersebut dapat dilihat dari tingkat kedalaman
31
Ibid.
32
World Bank Institute, 2007, Government Indicator 2007 kemiskinan yang sangat berbeda antardaerah
Country Data Report for Indonesia 1996-2006, Washing- satu dengan lainnya.
ton: World Bank, hlm. 23.
33
Loc.cit Dimensi permasalahan kemisikinan yang
34
Ibid, hlm 25.
35
P. Amis, “Indian Urban Poverty: Labor Markets, Gender
sangat luas seperti dijelaskan di atas meng-
and Shocks”, Journal of International Development, Vol.
6(5) 1994, hlm.635–643.
36 37
World Bank Institute, op.cit. Ibid
Harmonisasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia… 409

haruskan adanya kebijakan menyeluruh serta serta memperluas cakupan perlindungan sosial,
terukur pencapaiannya. Mengatasi masalah ke- terutama bagi mereka yang rentan.38
miskinan pada akhirnya tidak hanya soal mem- Pemerintah Indonesia menyadari bahwa
percepat pengurangan jumlah penduduk mis- pencapaian target-target MDGs secara nasional
kin, melainkan lebih penting adalah bagaimana masih memerlukan upaya bersama semua pihak
meningkatkan kesejah-teraan penduduk miskin. terkait, salah satu diantaranya adalah melaku-
Penanggulangan kemiskinan harus dilaksanakan kan harmonisasi hukum/kebijakan pengentasan
secara menyeluruh, menyangkut multi-sektor, kemiskinan dengan MDGs. Pemerintah Indone-
multi-pelaku, dan multi-waktu. sia juga menyadari bahwa masih banyak per-
Menurut Ceppie Kurniadi Sumadilaga, aturan perundang-undangan yang belum men-
penanggulangan kemiskinan di Indonesia akan cerminkan keadilan, kesetaraan, dan penghor-
dititikberatkan pada beberapa upaya. Pertama, matan serta perlindungan terhadap HAM.
mendorong pertumbuhan yang berkualitas. Dua Menyimak Tujuan 1 MDGs, yaitu menang-
aspek penting berkaitan dengan hal iniadalah gulangi kemiskinan dan kelaparan, dengan
menjaga stabilitas ekonomi makro dan men- Target 1 menurunkan proporsi penduduk yang
dorong kegiatan ekonomi agar berpihak kepada tingkat pendapatannya di bawah US$ 1 per hari
penanggulangan kemiskinan. Langkah yang per- menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1995-
lu diambil antara lain dengan menjaga tingkat 2015, dan Target 2 menurunkan proporsi pen-
inflasi, termasuk menjaga stabilitas harga duduk yang menderita kelaparan menjadi se-
bahan kebutuhan pokok seperti beras. Kedua, tengahnya dalam kurun waktu 1995-2015, dan
meningkatkan akses masyarakat miskin ter- membandingkannya dengan tujuan PNPM Man-
hadap pendidikan, kesehatan dan gizi termasuk diri yaitu meningkatkan kapasitas masyarakat
pelayanan keluarga berencana, serta infra- untuk menanggulangi kemiskinan, memberikan
struktur dasar seperti air bersih dan sanitasi. kesempatan kerja, dan memenuhi kebutuhan
Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap infrastruktur, maka dapat dilihat adanya ku-
pendidikan dilakukan melalui pemberian bea- rang harmoni dalam memaknai kemiskinan dan
siswa. Sementara itu, akses terhadap pelaya- pengentasannya. MDGs dengan tegas dan lugas
nan kesehatan dilakukan melalui perbaikan mengartikan kemiskinan adalah rendahnya
infrastruktur kesehatan dan pemberian pelaya- tingkat pendapatan, sementara pemerintah In-
nan gratis bagi masyarakat miskin, termasuk donesia memaknainya dengan kurang jelas,
pelayanan rumah sakit kelas tiga. Ketiga, ber- yaitu melebar ke pemaknaan kesejahteraan,
kaitan dengan program pemberdayaan masya- yang tentunya akan berdimensi lebih luas dan
rakat miskin, Pemerintah meluncurkan Program semakin berat pencapaiannya karena beragam-
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) nya permasalahan yang harus diperhatikan. Ti-
Mandiri. dak fokusnya pemerintah dalam pengentasan
Program PNPM Mandiri ini selain bertuju- kemiskinan, juga tampak apabila menyimak
an untuk meningkatkan kapasitas masyarakat tujuan Rencana Pembangunan Jangka Mene-
dalam menanggulangi kemiskinan, juga dituju- ngah (RPJM), yaitu Indonesia yang aman, Indo-
kan untuk dapat menciptakan kesem-patan ker- nesia yang adil dan demokratis, dan meningkat-
ja sekaligus memenuhi kebutuhan infrastruktur kan kesejahteraan rakyat.
di berbagai pelosok Indonesia. PNPM akan Data yang diperoleh menunjukkan bahwa
mencakup sekitar 2.700 kecamatan pada tahun kemiskinan di Indonesia masih pada angka
2007, 3.800 kecamatan pada tahun 2008, dan 16,58% atau sama dengan 37,17 juta penduduk.
akhirnya 5.624 atau seluruh kecamatan di Indo- MDGs mentargetkan bahwa pada tahun 2015
nesia pada tahun 2009. Masing-masing kecama- jumlah penduduk miskin tersebut akan berkur-
tan akan memperoleh bantuan yang besarnya ang menjadi separuhnya. Sementara itu, Peme-
berkisar antara Rp 500 juta sampai Rp 1,5
38
Hasil wawancara dengan Koordinator PNPM Mandiri Pu-
miliar per tahun. Keempat, menyempurnakan
sat.
410 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 3 September 2011

rintah Indonesia mentargetkan penduduk mis- masyarakat yang tidak dapat dientaskan dari
kin tersebut pada kisaran 7,5%-12% dari keselu- kemiskinan, seperti yatim piatu dan anak-anak
ruhan penduduk Indonesia. Target ini harmonis terlantar, maka mereka-mereka ini dipelihara
dengan target MDGs bahkan dapat dikatakan oleh negara.
lebih optimis. Namun yang menjadi persoalan Setelah tujuan dan prioritas program di-
adalah bagaimana pencapaian target tersebut harmonisasikan dengan tujuan MDGs, langkah
dapat terpenuhi sementara fokus pembangunan berikutnya yang perlu dilakukan oleh Pemerin-
belum menukik kepada pengentasan kemiski- tah Indonesia adalah menunjuk institusi yang
nan. Pada tataran ini, Tim Peneliti berpen- menjadi penanggungjawab dan pelaksana prog-
dapat bahwa sudah pada saatnya Pemerintah ram pengentasan kemiskinan tersebut. Melihat
Indonesia mengakui bahwa masih banyak rak- program PNPM maka dapat diketahui bahwa
yatnya yang miskin, lebih-lebih apabila indika- Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
tornya adalah penghasilan minimal US$ 2 dolar yang menjadi penanggung jawab dan pelaksa-
per hari. Pengakuan ini ditindaklanjuti dengan na. Padahal apabila mencermati Tupoksi dari
prioritas program pembangunan yang mendu- kementerian ini, maka dapat diketahui bahwa
dukkan pengentasan kemiskinan sebagai priori- Tupoksinya tidak hanya kepada pengentasan
tas utama pembangunan nasional dalam rangka kemiskinan saja, tetapi juga pada tugas-tugas
mencapai tujuan dan cita-cita kehidupan ber- lain, seperti penanganan bencana alam dan
bangsa. Pendapat ini didasarkan pada premis pemberantasan penyakit masyarakat. Pada ta-
dan kenyataan bahwa kemiskinan merupakan taran ini, Tim Peneliti sampai pada pendapat,
salah satu akar permasalahan dalan kehidupan bahwa akan tepat apabila pengentasan kemis-
individu, sosial kemasyarakatan, dan kehidupan kinan ini diserahkan kepada sebuah lembaga
berbangsa. Apabila kemiskinan ini dapat dien- atau badan yang menangani dan mengkoor-
taskan, maka satu demi satu masalah sosial ke- dinasikan pengentasan kemiskinan, misalnya
masyarakatan dan masalah-masalah dalam ke- Badan Koordinasi Pengentasan Kemiskinan
hidupan berbangsa dapat diurai satu-persatu. Nasional, yang bertanggung jawab langsung ke-
Secara operasional dapat dikemukakan di pada Presiden. Dalam pelaksanaan tugasnya,
sini, Pemerintah Indonesia dalam rangka me- badan ini diberi akses ke kementrian dan/atau
ngentaskan kemiskinan harus mampu menye- lembaga lain yang terkait dengan pelaksanaan
diakan lapangan pekerjaan. Hal ini dikarenakan program pengentasan kemiskinan, dan kemen-
kemiskinan selalu berkaitan erat dengan masa- terian/lembaga tersebut memberikan dukungan
lah pekerjaan yang menghasilkan pendapatan. sepenuhnya.
Dengan demikian, perlu dilakukan perubahan Badan Koordinasi Pengentasan Kemiskin-
strategi pembangunan sektor-sektor penopang an tersebut mempunyai tugas awal untuk me-
pembangunan perekonomian nasional, yaitu se- nyusun program-program pengentasan kemis-
lain bertumpu kepada kemajuan dan ke- kinan inisiatif Pemerintah sebagai program
canggihan teknologi juga diarahkan kepada sek- jangka pendek. Sambil melaksanakan program-
tor-sektor yang mampu menyerap banyak te- program pengentasan kemiskinan jangka pen-
naga kerja. Langkah menyediakan lapangan dek tersebut, tugas berikutnya adalah menja-
kerja ini dilakukan dengan langkah-langkah ring aspirasi dan menyusun program pengentas-
pemberdayaan anggota masyarakat untuk pa- an kemiskinan berbasis kebutuhan dan usulan-
ling tidak mampu menyediakan lapangan kerja usulan dari warga masyarakat miskin dan warga
untuk dirinya sendiri dan keluarganya, yang ke- masyarakat lainnya yang terkait, untuk kemudi-
mudian diikuti dengam pemberdayaan masya- an dijadikan program jangka menengah. Se-
rakat setempat. Pelatihan dan penanaman jiwa dangkan untuk programn jangka panjang ada-
kewirausahaan sangat penting untuk dilakukan. lah sinkron dengan target MDGs dan pember-
Apabila program-program tersebut sudah dilak- dayaan masyarakat.
sanakan tetapi tetap saja masih ada anggota
Harmonisasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia… 411

Keberadaan badan tersebut tentunya me- jawab dan pelaksana program pengentasan
merlukan payung hukum yang akan membidani kemiskinan tersebut. Melihat program PNPM
kelahirannya. Alangkah baiknya apabila kebera- maka dapat diketahui bahwa Kementrian Koor-
daannya dapat disponsori oleh UNDP dan/atau dinator Kesejahteraan Rakyat yang menjadi
badan-badan sejenis di tingkat regional dalam penanggung jawab dan pelaksana. Padahal apa-
hal ini ASEAN. Hal ini penting untuk diper- bila mencermati Tupoksi dari kementerian ini,
timbangkan, karena persoalan pengentasan ke- maka dapat diketahui bahwa Tupoksinya tidak
miskinan tidak lagi merupakan isu nasional hanya kepada pengentasan kemiskinan saja,
sebuah negara, tetapi sudah menjadi isu regio- tetapi juga pada tugas-tugas lain, seperti pe-
nal, bahkan isu internasional. Sudah tidak men- nanganan bencana alam dan pemberantasan
jadi rahasia lagi, bahwa kemiskinan di suatu penyakit masyarakat. Pada tataran ini, Tim
negara akan berimbas dan menjadi beban Peneliti sampai pada pendapat, bahwa akan
ekonomi, sosial, dan kukltural negara lain, atau tepat apabila pengentasan kemiskinan ini
lembaga-lembaga internasional. diserahkan kepada sebuah lembaga atau badan
yang menangani dan mengkoordinasikan pe-
Model Harmonisasi Peraturan dan Kebijakan ngentasan kemiskinan, misalnya Badan Koor-
Pengentasan Kemiskinan yang Harmonis dinasi Pengentasan Kemiskinan Nasional, yang
dengan Deklarasi Millennium Development bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Goals Dalam pelaksanaan tugasnya, badan ini diberi
Model yang ideal untuk mengharmoni- akses ke kementrian dan/atau lembaga lain
sasikan kebijakan pengentasan kemiskinan yang yang terkait dengan pelaksanaan program pe-
berorientasi pada MDGs adalah model yang ngentasan kemiskinan, dan kementrian/lemba-
dapat memadukan antara program-program ga tersebut memberikan dukungan sepenuhnya.
pengentasan kemiskinan (misalnya: Program Badan Koordinasi Pengentasan Kemiskin-
PNPM Mandiri) dengan program-program per- an tersebut mempunyai tugas awal untuk me-
luasan lapangan pekerjaan, sektor-sektor peno- nyusun program-program pengentasan kemis-
pang pembangunan perekonomian nasional, kinan inisiatif Pemerintah sebagai program
yaitu selain bertumpu kepada kemajuan dan jangka pendek. Sambil melaksanakan program-
kecanggihan teknologi juga diarahkan kepada program pengentasan kemiskinan jangka pen-
sektor-sektor yang mampu menyerap banyak dek tersebut, tugas berikutnya adalah menja-
tenaga kerja. Langkah menyediakan lapangan ring aspirasi dan menyusun program pengen-
kerja ini dilakukan dengan langkah-langkah tasan kemiskinan berbasis kebutuhan dan usu-
pemberdayaan anggota masyarakat untuk pa- lan-usulan dari warga masyarakat miskin dan
ling tidak mampu menyediakan lapangan kerja warga masyarakat lainnya yang terkait, untuk
untuk dirinya sendiri dan keluarganya, yang kemudian dijadikan program jangka menengah.
kemudian diikuti dengam pemberdayaan ma- Sedangkan untuk program jangka panjang ada-
syarakat setempat. Pelatihan dan penanaman lah sinkron dengan target MDGs dan pember-
jiwa kewirausahaan sangat penting untuk di- dayaan masyarakat.
lakukan. Apabila program-program tersebut Keberadaan badan tersebut tentunya me-
sudah dilaksanakan tetapi tetap saja masih ada merlukan payung hukum yang akan membidani
anggota masyarakat yang tidak dapat dientas- kelahirannya. Alangkah baiknya apabila kebe-
kan dari kemiskinan, seperti yatim piatu dan radaannya dapat disponsori oleh UNDP dan/
anak-anak terlantar, maka mereka-mereka ini atau badan-badan sejenis di tingkat regional
dipelihara oleh negara. Setelah tujuan dan dalam hal ini ASEAN. Hal ini penting untuk
prioritas program diharmonisasikan dengan dipertimbangkan, karena persoalan pengentas-
tujuan MDGs, langkah berikutnya yang perlu an kemiskinan tidak lagi merupakan isu na-
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia adalah sional sebuah negara, tetapi sudah menjadi isu
menunjuk institusi yang menjadi penanggung- regional, bahkan isu internasional. Sudah tidak
412 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 3 September 2011

menjadi rahasia lagi, bahwa kemiskinan di anggotaannya lintas kementerian, kalangan bis-
suatu negara akan berimbas dan menjadi beban nis, lembaga swadaya masyarakat, perwakilan
ekonomi, sosial, dan kultural negara lain, atau MDGs sebagai konsultan. Badan ini bertanggung
lembaga-lembaga internasional. Model tersebut jawab secara langsung kepada presiden.
dapat dibagankan di bawah ini. Pengentasan Kemiskinan

Penutup Redefinisi Penetapan a. Penyediaan &


Simpulan Kemiskinan: tujuan & target- perluasan la-
fokus pening- target pengen- pangan peker-
Pengentasan kemiskinan di Indonesia katan pen- tasan kemiskin- jaan
masih diatur di dalam berbagai peraturan per- dapatan an yang meru- b. Pemberdaya-
juk pada tujuan an warga mis-
undang-undangan, yang apabila dikaji dengan & target pe- kin
cermat, antara peraturan yang satu dengan ngentasan ke-
miskinan MDGs
yang lain masih belum sinkron baik secara
vertikal maupun horisontal. Selain itu, semua
Pembentukan Badan Koordinasi Pengentasan
peraturan dan kebijakan pengentasan kemis- Kemiskinan Nasional (terdiri dari bisnis,
kinan tersebut juga belum harmonis dengan institusi pemerintah, akademisi, lembaga
swadaya masyarakat dan warga miskin)
Target 1 Deklarasi Millennium Development
Goals (MDGs). Hal ini karena definisi kemis-
kinan yang dirujuk peraturan perundang-un- Pelaksanaan program pengentasan kemiskinan,
monitoring dan evaluasinya dilakukan bersama-
dangan dan kebijakan pengentasan kemiskinan sama antara pemerintah, kalangan bisnis,
di Indonesia berdeda-beda. Oleh sebab itu per- akademisi dan perwakilan MDGs di Indonesia.

lu dilakukan redefinisi kemiskinan. Agar harmo-


nis dengan Target MDGs, maka definisi yang Harmonisasi peraturan dan kebijakan
pengentasan kemiskinan di Indonesia
dipakai adalah: kemiskinan absolut, yaitu me- dengan MDGs Program Target 1
reka yang berpenghasilan kurang dari US$ 1 per
hari. Langkah ini kemudian diikuti pengaturan
dan kebijakan dalam satu produk peraturan Tingkat kemiskinan (US$1
per hari) dibawah 12%
perundang-undangan yang berlaku untuk pro-
gram pengentasan kemiskinan yang merupakan
program botton up dari pemerintah. Bagan 1
Model harmonisasi yang ideal untuk pe- Model Harmonisasi Peraturan dan Kebijakan
laksanaan pengentasan kemiskinan berbasis Pengentasan Kemiskinan yang Harmonis dengan
program bottom up Pemerintah adalah Peme- MDG’s
rintah menyediakan dibentuk sebuah Badan
Koordinasi Pengentasan Kemiskinan yang ke- Daftar Pustaka
anggotaannya lintas kementerian, kalangan bis- Amis, P. “Indian Urban Poverty: Labor Markets,
nis, lembaga swadaya masyarakat, perwakilan Gender and Shocks”. Journal of Interna-
MDGs sebagai konsultan. Badan ini bertanggung tional Development Vol. 6 No. 5 1994;
jawab secara langsung kepada presiden. -------. “Indian Urban Poverty: Labor Markets,
Gender and Shocks”. Journal of Interna-
Saran tional Development, Vol. 6 No. 5, 1994;
Pemerintah segera melakukan sinkronisa- Beall, J. “From the Culture of Poverty to In-
si vertikal maupun horizontal terhadap semua clusive Cities: Reframing Urban Policy
and Politics”. Journal of International
peraturan perundang-undangan yang mengatur Development, Vol. 12 No. 6 2007;
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan
Bourguignon, F. and S.R. Chakravarty. “The
evaluasi program pengentasan kemiskinan. Measurement of Multidimensional Po-
Pemerintah segera membentuk sebuah Badan verty”. Journal of Economic Inequality,
Koordinasi Pengentasan Kemiskinan yang ke- Vol. 1 No. 1, 2010;
Harmonisasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia… 413

Brady, D. “Rethinking the Sociological Measu- Prosterman, Roy L.; Robert Mitchel, Tim Hans-
rement of Poverty”. Journal of Social tand (eds). 2007. One Billion Rising: Law,
Forces, Vol. 81 No. 3 2008; Land and The Alleviation of Global
Castel, R. ”The Road to Disaffiliation: Insecure Property. Nederland: Leiden University
Work and Vulnerable Relationships”. Press;
International Journal of Urban and Rocha, S. “Metropolitan Poverty in Brazil: Eco-
Regional Research, Vol. 24 No. 3 2009; nomic Cycles, Labor Market and Demo-
Chen, S. & M. Ravallion. 2008. The Developing graphic Trends”. International Journal of
World is Poorer than We Thought But No Urban and Regional Research, Vol. 19,
Less Successful in the Fight Against 2005;
Poverty. Laporan Penelitian dalam World Tilak, J.B.G. “Education and Poverty”. Journal
Bank Policy Research Working Paper No. of Hu-man Development, Vol. 3 No. 2
4703, Aug; 2002;
-------. “How Did the World’s Poorest Fare in Tim Penyusun Laporan Tujuan Pembangunan
the 1990s?”. Review of Income and Millennium (MDGs) Indonesia 2007. 2007.
Wealth, Vol. 47 No. 3, 2009; Laporan Perkembangan Pencapaian Mil-
Clark, D.A. and Sen’s. “Capability Approach lennium Development Goals Indonesia
and The Many Spaces of Human Well- 2007. Jakarta: Kementerian Negara Pe-
being”. Journal of Development Studies, rencanaan Pembangunan Nasional/Bap-
Vol. 41 No. 8; penas;
Crabtree, Benyamin F. 1995. Doing Qualitative Tim Penyusun. 2008. Laporan Perekonomian In-
Research. London: Sage Publication; donesia. Jakarta: Bank Indonesia;
Deininger, K. 2003. Land Policies for Growth UNDP. 2009. Millennium Development Goals
and Poverty Reduction. World Bank Report 2009. New York: United Nation;
Policy Research Report; White, B. Haris. “Destitution and Poverty of its
Gaiha, R. “Is Growth Central to Poverty Allevia- Politics with Special Reference to South
tion in Asia?”. Journal of International Asia”. World Development Journal, Vol.
Affairs, Vol. 52 No. 1, 2008, 33, 2005;
Hamid, Andi Suandi. “Targets and Strategies of World Bank Institute. 2007. Government Indica-
Poverty Alleviation In Context of Energy tor 2007 Country Data Report for Indo-
Crisis and Global Warming”. Journal of nesia 1996-2006. Washington: World
ASEAN Economic’s Assosiation, Vol. Bank;
3/XXI; Zhu, K.; R. Prosterman, J. Ye, P. Li, J. Rie-
Hidayatullah. “Ilusi MDGs Mengentaskan Kemis- dinger & Y. Ouyang, “The Rural Land
kinan”. Jurnal Ekonomi, Oktober 19 Ta- Question in China: Analysis and Recom-
hun 2010; mendations Based on a Seventeen-Provin-
ce Survey”, New York University Journal
Prosterman, R.& T. Hanstad. “Land Reform in of International Law and Politic, Vol. 88
the Twenty-First Century: New Chal- No. 4, 2006.
lenges, New Responses”. Seatle Journal
For Social Justice, 2006;

Anda mungkin juga menyukai