Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KE AS-SYAFI’iYAHAN

“ FIHI MA FIHI “
Dosen Pengampuh : Dra. Neneng Munajah, MA

Oleh :
Siti Muthi’ah Aulia (1120200036)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM ASSYAFI’IYAH JAKARTA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya kepada Allah SWT tuhan semesta alam, rahmat, hidayat, dan karunia yang
tercurahkan kepada hamba yang mencinta dan mendamba akan pertemuan kerinduan.
Shalawat serta salam beriringan menyerta kepada kekasih seluruh alam yang tingkah lakunya
menjadi panutan. Dengan segala rahmat akhirnya tugas makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang salah satu karya Jalaludin
Rumi, berdasarkan berbagai sumber informasi.
Semoga makalah ini dapat menjadi sumbangsih dalam pemikiran serta menambah wawasan
bagi pembaca. Penulis juga meminta maaf dalam banyaknya kekurangan pada makalah ini serta
berharap kritik dan saran yang membangun akan menyempurnakan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Ke As-
syafi’iyahan, ibu Dra. Neneng Munajah, MA.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat. Terimakasih.

Jakarta, 23 Januari 2021

Penyusun

I
DARTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................3
A. Biografi Jalaludin Rumi .................................................................................3
B. Fihi Ma Fihi ...................................................................................................4
BAB III PENUTUP ...............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................7

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

"Tanpa pikiran, bentuk-bentuk tak dapat bergerak dan mati. Sehingga, barang siapa
yang hanya melihat pada bentuk, berarti dia juga mati; dia tak mampu menangkap
makna. Dia adalah seorang anak kecil dan tidak matang, meski dalam bentuk dia adalah
seorang syekh yang berumur seratus tahun."

***

Siang dan malam di dunia ini engkau mencari ketenteraman dan kedamaian, walaupun
sesungguhnya tidak mungkin engkau mencapai mereka di dunia. Namun demikian,
pencarianmu tentu tidak sia-sia. Ketenteraman dan kedamaian tentu bisa hadir, meski
hanya sekejap. Kedamaian apa pun yang engkau temukan di dunia ini tidaklah abadi.
Kehadirannya bagai kilat yang menyambar, la hadir diseitai situasi penuh guntur, hujan,
salju, dan godaan.

Begitulah penggalan bait Rumi dalam kitab yang menjadi rujukan wajib pengembara
jalan dan laku spiritual. Dalam perjalanan pencarian hakikat diri ini, buku ini dipandang
sebagai buku pembuka yang menjembatani antara dunia jisik jasmani dan apa-apa yang
dilakukan dengannya menuju ke dunia tak kasat mata yang disebut dengan batin.
Dengan kata lain, kita bergerak masuk ke dalam batin yang mahaluas yang akan
memberi kita pengalaman-pengalaman spiritual lain yang penuh sensasi. Ranah hakikat
itulah ranah batin. Bisa juga disebut dengan perjalanan esoteris karena bergerak menuju
inti misteri Ilahi dan alam semesta ini.
Karya monumental yang ada dan masih dipelajari sampai sekarang di antaranya
adalah Fihi Ma Fihi karya Maulana Jalaluddin Rumi. Dalam karya tersebut banyak sekali
sya’ir yang mengandung banyak hikmah dan pelajaran yang dapat di ambil. Di dalam
karya tersebut bukan hanya membahas tentang tasawuf semata, namun juga ada
makna lain yang dapat di ambil sebagai pelajaran dan pembelajaran
Butiran mutiara hikmah yang ada dalam karya Fihi Ma Fihi tentu saja berisi banyak
hal yang tidak hanya menjelaskan tasawuf semata, akan tetapi juga menjelaskan
tentang bagaimana memposisikan akal dalam memandang persoalan. Dalam karya ini
pula banyak pengalaman spiritual yang dijelaskan secara logis dan masuk akal oleh
Maulana Jalaluddin Rumi sehingga dapat diterima oleh semua kalangan yang
membacanya. Ia bukan pribadi yang bisa merasa puas dengan terbungkamnya orang-

1
orang yang terbiasa membantah. Namun sebaliknya, kemampuannya yang mampu
menguraikan berbagai pemikiran dari setiap pembicaraan tentang permasalahan yang
ada membuat hati orang yang membacanya penuh dengan ketenangan dan kedamaian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah pada makalah tentang karya Fihi
Ma Fihi Jalaluddin Rumi sebagai berikut :
1. Seperti apa sosok Jalaluddin Rumi itu?
2. Bagaimana konsep akal dan spiritual dalam buku Fihi Ma Fihi?

C. Tujuan
1. Mengetahui sosok Jalaluddin Rumi melalui biografinya.
2. Menambah khazanah konsep akal dan spiritual dalam tasawuf.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Jalaluddin Rumi

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin


Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang
lahir di Balkh (sekarang Samarkand) pada tanggal 6 Rabiul Awal tahun 604 Hijriah atau
tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya yang masih merupakan keturunan Abu
Bakar bernama Bahauddin Walad, sedangkan ibunya berasal dari keluarga kerajaan
Khwarazm. Ayah Rumi merupakan seorang cendekia yang saleh, berpandangan ke
depan, dan seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia tiga tahun, karena
terancam oleh serbuan Mogol, keluarganya meninggalkan Balkh melalui Khurasan dan
Suriah, sampai ke Provinsi Rum di Anatolia tengah, yang merupakan bagian Turki
sekarang. Mereka menetap di Qonya, ibu kota provinsi Rum. Dalam pengembaraan dan
pengungsiannya tersebut, keluarganya sempat singgah di kota Nishapur yang
merupakan tempat kelahiran penyair dan ahli matematika Omar Khayyam. Di kota inilah
Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan
masyhur yang akan menyalakan api gairah ketuhanan.
Jalaluddin Rumi sendiri merupakan seorang yang rajin, tekun, dan cerdas. Semasa
hidupnya Rumi bertemu denga 3 guru yang berperan sangat besar dalam kehidupan
sufismenya. yang pertama adalah Sayyed Termazi, di bawah bimbingan beliaulah Rumi
belajar ilmu sufi. Yang kedua Syamsudin At-Tabrizi atau lebih dikenal dengan Syam
Tabrizi, pertemuan pertama yang unik dengan pembakaran buku yang dilakukan oleh

3
Syam Tabrizi yang nanti membuat Rumi berubah drastis dan menyadarinya untuk
meninggalkan segalanya setelah beliau wafat Rumi bertemu dengan gurunya yang
ketiga yaitu, Husamuddin Ghalabi.
Jalaluddin Rumi wafat pada tanggal 18 desember 1273 M dan dimakamkan di Mevlana
Museum, Konya, Turki.

B. Fihi Ma Fihi
Salah satu karya fenomenal Rumi adalah kitab yang bertajuk “Fihi Ma Fihi”. Arti dari
judul tersebut kurang lebih adalah “inilah yang sesungguhnya”. Dari segi judul, Rumi
hendak memaparkan sebuah hakikat dari keterciptaan manusia dan kehidupan di dunia
yang pada muaranya menuju kepada Sang Pencipta semesta alam. Dari segi judul itu
pula Rumi melalui karyanya itu juga menyampaikan kedalaman pemikiran sufismenya.
Ketinggian pemahaman Rumi akan tauhid dan kedalamannya tentang tasawuf
menjadikannya sosok yang petuah-petuahnya tajam mengorek moralitas manusia yang
mengalami penurunan. Bahkan, Rumi menjadi sosok yang kontraproduktif bagi mereka
yang mendewakan rasionalisme tetapi mengabaikan spiritualisme. Dengan demikian,
Rumi menuhankan Tuhan dengan semangat religiusitas dan spiritualitasnya.
Buku yang berisi antologi syair Rumi yang sarat akan nilai-niali sufisme ini menjadi
sumber mata air di tengah kegersangan padang pasir. Ia menjadi oase dalam ranah ilmu
pengetahuan dan praktik keberagamaan yang terlampau liberal serta radikal. Ia adalah
telaga dengan kesejukan spiritualitas yang menenteramkan. Karya Rumi ini menawarkan
kelembutan sekaligus kesejukan untuk membasahi spiritualitas yang kering. Buku ini
merupakan literasi kuno tetapi tetap segar sebagai rujukan dalam menyelami
kedalaman sufisme Rumi.
Fihi Ma Fihi atau inilah apalah yang sesungguhnya yang diterjemahkan oleh A.J
Arbery digambarkan dengan sangat elegan tentang perilaku kita sebagai manusia.
Apakah benar kita hidup dengan menuju pada gapaian abadi atau hanya mengikuti
dorongan sesaat atau hawa nafsu semata. Ataukah kita hidup dengan kesombongan
serta buta akan kecerdasan intelektual yang kita miliki lalu lupa akan sebenarnya arti
dari hidupnya diri kita. Fihi Ma Fihi adalah catatan yang dibuat oleh murid-murid Rumi
saat mendengarkan pembelajaran yang sangat mengagumkan dan penuh kecintaan
akan Tuhan. Berbagai macam puisi dan prosa yang dimunculkan dalam berbagai tema.
Tidak tertulis dengan pasti kapan Rumi menuturkan kalimat-kalimat tersebut , ia
menuturkan dengan kalimat langsung disusun atau dalam proses pemikiran panjang
sebab kalimat-kalimatnya sudah terbangun dan tercipta lewat intuisi yang lama bahwa
kehidupan adalah guru konseptualisasi dan menjadikan kata-katanya sulit dibantah.
Tema Fihi Ma Fihi terdiri dari berbagai macam uraian yang kesemuanya merupakan
wacana pemikiran Rumi dengan bahsa-bahsa kehidupan dengan kehidupan sebagai
aspeknya itu sendiri. Ia banyak menggunakan bahasa-bahasa seperti angin, dahan
pohon, ombak, atau kearifan raja dalam kepemimpinanya. Beliau juga menyajikan Al-

4
qur’an serta hadist tentang kesajatian dan keutuhan agama dalam menjawab persoalan
hidup. Dalam karya ini kita dapat memahami bahwa tidak semua hal akan nampak
seperti wujudnya, terkadang terdapat artidan makna tertentu dalam suatu hal dan
keberadaan. Semua dibingkai dalam konsep dan pemaknaan terhadap Tuhan. Tuhan
merupakan gagasan tertinggi dalam pemikiran. Tuhan merupakan tujuan awal dan
tujuan akhir dalam kehidupan atas seluruh pengembaraan jiwa.
Dalam Fihi Ma Fihi kerap kali ditemukan tema yang sama dibab yang berbeda. Banyak
uraiannya tentang Negara atau kerajaan atau dalam perumpamaannya sebagai Amir.
Diuraikan bahwa selama sps ysng dilskuksn Amir dalam rangka pelayanan umat dan itu
semata-mata karena Tuhan maka itu termasuk ibadah. Hal sederhana yang banyak dari
kita lupakan. Kita mengerjakan sesuatu semata mata hanya ingin memenuhi keegoisan
diri kita dan terjebak pada rutinitas yang kita sangka bukan ibadah, padahal ibadah
merupakan hal yang universal.
Dua kekuatan yang taka sing bagi Rumi dan wejangan nasihatnya, music dan puisi.
Dua media yang yang sangat efektif untuk mengungkapkan apa yang sesungguhnya dan
apa yang ia pahami tentang jehidupan. Lewat music , pertemuan dan upayanya untuk
dekat dengan Tuhan begitu terasa. Sedangkan puisi merupakan jiwanya yang murni
yang mengalir kalimat-kalimat yang menyejukkan. Puisinya merupakan bahasa Tuhan ,
bahasa yang mengungkap keagungan Tuhan dalam dimensi yang universal.
Pada akhirnya apa yang ingin disampaikan Rumi adalah bagaimana kita memahami
kehidupan dengan bahsa yang indah. Kalimat-kaliamat dalam Fihi Ma Fihi adalah
kumpulan kuliah dengan kalimat-kalimat yang indah dan sayang jika tidak diabadikan
dalam catatan atau buku yang mana tujuan dalam perjalananhidup manusia.

5
BAB III
PENUTUP

Karya monumental Fihi Ma Fihi merupakan kitab atau buku yang berisi tentang materi-
materi perkuliahan yang disampaikan Jalaluddin Rumi dalam berbagai kesempatan. Kitab atau
buku ini berbentuk prosa atau puisi. Dalam karya ini banyak sekali ilmu yang dapat di ambil,
yang salah satu diantaranya menjelaskan tentang bagaimana memposisikan akal dalam tasawuf
Jalaluddin Rumi. Cara penyampaian yang digunakan adalah dalam bentuk sistem tanya jawab
atau penyampaian melalui cerita yang di umpamakan oleh Jalaluddin Rumi dalam bentuk
percakapan dengan beberapa tokoh untuk menjawab berbagai persoalan di banyaak
kesempatan. Proses pembukuan karya ini kemungkinan dilakukan oleh puteranya sendiri yakni
Sultan Walad.
Tasawuf Jalaluddin Rumi adalah tasawuf yang mengajarkan tentang kesatuan wujud dengan
Tuhan ( Wahdat Al-Wujud ). Dalam proses menuju kesatuan dengan Tuhan, manusia tidak akan
dapat berjalan jika hanya mengandalkan akalnya saja.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. https://bertukarpikiran.id/resensi-buku-fihi-ma-fihi-jalaluddin-rumi/
2. An Nadwi, Abul Hasan terj. M. Adib Bisri. 1993. Jalaluddin Rumi: Sufi Penyair
Terbesar. Jakarta. Pustaka Firdaus.
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Jalaluddin_Rumi
4. Buku Fihi Ma Fihi

Anda mungkin juga menyukai