Anda di halaman 1dari 16

PERENCANAAN PEMBELAJARAN FISIKA

"Tes Acuan"

“Penilaian Acuan Patokan dan Penilaian Acuan Normatif”

Disusun oleh :

Ayu Natassha Siallagan (16100044)

Dosen Pengampu :

Drs. Poltak Panjaitan, M.Pd

Program Studi Pendidikan Fisika

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas HKBP Nommensen

Medan

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
kemurahan-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tes Acuan ”.

Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan
Pembelajaran Fisika serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
mahasiswa pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saya
mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu saya dalam
penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa
juga saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Perencanaan Pembelajaran Fisika, kepada Bapak Drs. Poltak Panjaitan, M.Pd,
yang telah memberikan bimbingan dan saran yang berharga dalam penyusunan
makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini kedepannya.

Medan, 29 Mei 2019

Penyusun

BAB I

2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebelum melakukan proses evaluasi terlebih dahulu kita harus melakukan


pengukuran dengan alat yang disebut tes. Hasil pengukuran dapat
menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensikeadaan yang diukur.
Namun demikian hasil pengukuran ini belum memiliki makna sama sekali apabila
belum dibandingkan dengan suatu acuan atau bahan pembanding.

Proses membandingkan inilah yang disebut proses penilaian.Pengolahan


hasil tes merupakan kegiatan lanjutan pengadministrasian ujian, yaitu memeriksa
hasil ujiandan mencocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban untuk tes
kognitif dan tes keterampilan.Terdapat dua pendekatan yang berlaku dalam
penilaian hasil belajar, yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penilaian acuan patokan?
2. Apa kelebihan dan kekurangan penilaian acuan patokan?
3. Apa yang dimaksud dengan Penilaian acuan normatif?
4. Apa kelebihan dan kekurangan penilaian acuan normatif?
5. Apa persamaan dan perbedaan penilaian acuan patokan dengan penilaian
acuan normatif?

C. Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan tes acuan patokan.
2. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan penilaian acuan patokan.
3. Menjelaskan yang dimaksud dengan Penilaian acuan normatif.
4. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan penilaian acuan normatif.
5. Menjelaskan persamaan dan perbedaan penilaian acuan patokan dengan
penilaian acuan normatif.

BAB II
PEMBAHASAN

3
A. PENILAIAN ACUAN PATOKAN (PAP)
1. Pengertian Penilaian Acuan Patokan
Penilaian acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation
merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam
pengukuran ini siswa dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang
lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tegantung pada penguasaaan
materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna
mendukung tujuan instruksional .
Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum
dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa
yang telah dikuasainya dapat dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik (siswa)
mendapat manfaat dari adanya PAP.
Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test).
Perbedaan hasil tes akhir dengan test awal merupakan petunjuk tentang kualitas
proses pembelajaran.
Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana
diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang
yang harus diterapkan. PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat
siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai
kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas
(mastery learning).
Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tegantung pada penguasaaan
materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna
mendukung tujuan instruksional .
Apabila dalam penentuan nilai hasil tes belajar itu digunakan acuan
kriterium (menggunakan PAP), maka hal ini mengandung arti bahwa nilai yang
akan diberikan kepada siswa harus didasarkan kepada standar mutlak (standar
absolute), artinya pemberian nilai pada siswa itu dilaksanakan dengan jalan

4
membandingkan antara skor mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing
individu siswa, dengan skor maksimum ideal yang mungkin dapatdicapai oleh
siswa, kalau saja seluruh soal tes dapat dijawab dengan benar.
Karena itu maka pada penentuan nilai yang mengacu kepada kriterium atau pada
patokan ini, tinggi rendahnya atau besar kecilnya nilai yang diberikan kepada
masing-masing individu siswa, mutlak ditentukan olehbesar kecil atau tinggi
rendahnya skor yang dapat dicapai oleh masing-masing siswa yang bersangkutan. Itu
lah sebabnya mengapa penentuan nilai dengan mengacu kepada kriterium sering disebut
sebagai penentuan nilai secara mutlak (absolute) atau penentuan nilai secara
individual. Disamping itu karena penetuan nilai seorang siswa dilakukan denagan
jalan membandingkan skor mentah hasil tes dengan skor maksimum idealnya,
maka penentuan nilai yang beracuan pada kriterium ini sering juga dikenal dengan
istilah penentuan nilai secara ideal, atau penentuan nilai secara teoritik, atau
penentuan nilai secara das sollen. Sebagai contoh rumus yang dapat digunakan adalah:
Nilai = skor mentah / skor maksimum ideal x 100
Selanjutnya nilai-nilai yang berhasil dicapai masing-masing siswa
ditransfer atau diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan patokan-patokan yang
telah disepakati masing-masing lembaga/institute/universitas. Misalanya:
Nilai 85 keatas = A
Nilai 75 – 84 = B
Nilai 65 – 74 = C
Nilai 55 – 64 = D
Nilai dibawah 55 = E
Penilaian beracuan patokan, sangat baik atau sangat cocok diterapkan pada
tes-tes formatif, diamana guru ingin mengetahui sudah sampai sejauh manakah
peserta didiknya telah terbentuk, setelah mereka mengalami pengajaran dengan
jangka waktu tertentu. Dengan menggunakan PAP ini,guru dapat mengetahui beberapa
orang siswa yang tingkat penguasaanya tinggi, sedang maupun rendah, maka guru
tersebut akan dapat melakukan upaya-upaya yang dipandang perlu agar tujuan pengajaran
dapat tercapai secara optimal.
Namun PAP ini jangan digunakan dalam pengolahan atau penentuan nilai
hasil tes sumatif, seperti pada ulangan umum dalam rangka mengisi raport, atau

5
pada ujian akhir dalam rangka mengisi nilai ijazah maupun penentuan kelulusan
seperti yang terjadi pada ujian akhir nasional yang banyak menuai kontroversi,
karena penilaian acuan patoakan ini dalam penerapannya sama sekali tidak
mempertimbangkan kemampuan kelompok (rata-rata kelas) sehingga dikatakan
kurang manusiawi, maka dengan penerapan penilaian patokan dalan tes sumatif
bias menyebabkan sebagian besar siswa dinyatakan tidak naik kelas.Kelemahan
lain adalah bahwa apabila butir-butir soal yang dikeluarkan terlalu sukar, maka
siswa betapapun pandainya akan memperoleh nilai-nilai rendah, sedengkan jika
butir-butir soal terlalu yang rendah, mahasiswa betapa bodohnyapun akan
memperoleh nilai-nilai yang tinggi. Dalam hubungan ini maka penilaian beracuan
kriterium menggunakan standar mutlak itu sebaiknya diterapkan pada tes hasil
belajar itu mengalami uji coba decara berulang kali dan telah memberikan bukti
nyata bahwa tes tersebut sudah memliki sifat handal, baik dilihat dari segi
realiabitasnya.
Penilaian acuan patokan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan pembelajar terhadap materi pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan dalam tujuan intruksional khusus.

2. Kekurangan Dan Kelebihan PAP


Adapun kelebihan dan kekurangan Penilaian Acuan Patokan dalam proses
pembelajaran diantaranya :
 Kelebihan Penilaian Acuan Patokan
1. Hasil penilaian dengan menggunakan pendekatan PAP merupakan umpan
balik yang dapat digunakan guru untuk mengetahui sejauh mana tingkat
penguasaan siswa terhadap materi, apakah tergolong tinggi, cukup atau
rendah?.jika siswa nilainya tinggi maka tingkat kedalaman materinya juga
tinggi, begitupula sebaliknya jika nilainya rendah maka tingkat
penguasaan materinya juga rendah.
2. Dalam penentuan nilai hasil tes digunakan standar mutlak, sangat cocok
diterapkan pada tes-tes formatif, dimana guru/dosen ingin mengetahui
sejauh mana peserta didik “telah terbentuk”, setelah mengikuti program
pengajaran dalam waktu tertentu. Sehingga guru/dosen dapat melakukan

6
upaya-upaya yang dipandang perlu agar tujuan pengajaran dapat tercapai
secara optimal.
3. Hasil penilaian PAP dapat membantu pengajar untuk merancang program
remedial.
4. Patokan dalam penilaian acuan patokan bersifat tetap/mutlak karena tidak
ditentukan dari prestasi kelompok.
 Kekurangan Penilaian Acuan Patokan
1. Karena standar penilaian dalam PAP telah ditentukan sebelumnya, maka
siswa yang memiliki nilai tinggi seolah – olah mencerminkan prestasinya
dalam belajar, sekaligus penguasaannya terhadap pelajaran. Padahal pada
sebenarnya untuk dikatakan menguasai atau tidaknya peserta didik
terhadap materi tidak hanya ditentukan dari nilai yang berdasarkan KKM
saja, melainkan juga dari faktor yang lainnya.
2. Penetapan standar atau patokan nilai pada PAP di masing – masing satuan
pendidikan akan berbeda – beda. Penetapan standar nilai harus disesuaikan
dengan beberapa kondisi yang berkaitan dengan keberadaan satuan
pendidikan, antara lain faktor lingkungan di mana sekolah berada, faktor
SDM dan SDA (yang dalam hal ini tenaga pengajar), dan juga faktor
sarana pendukung pembelajaran. Sebagai contoh, standar penilaian di
daerah Jawa dan di luar Jawa akan berbeda. Hal ini disebabkan karena
beberapa faktor di atas, seperti minimnya sarana dalam pembelajaran,
minimnya sumber belajar hingga terbatasnya tenaga pendidik. Jika standar
penilaian PAP disamakan antara satu sekolah dengan sekolah lain, maka
hal tersebut belum mencerminkan penguasaan materi oleh siswa dan
prestasi siswa sendiri.
3. Sukarnya menetapkan standar nilai atau patokan. Hampir tidak pernah
dapat ditetapkan patokan yang benar – benar tuntas.
4. Apabila butir-butir soal terlalu sukar, maka siswa betapapun pandainya
akan memperoleh nilai yang rendah, sebaliknya apabila soal terlalu
mudah, maka siswa betapapun bodohnya akan meraih nilai yang tinggi,
sehingga gambaran sebenarnya tingkat kemampuan siswa tidak sesuai
dengan kenyataan.

7
Prosedur Penyusunan Tes Acuan Patokan

Untuk mengembangkan tes pengukur keberhasilan atau tes yang didesain


untuk tes acuan patokan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan .

Item tes diturunkan dari indikator hasil belajar atau tujuan intruksional khusus.
Artinya, setiap item dirumuskan untuk melihat keberhasilan peserta didik
mencapai tujuan intruksional khusus. Dengan demikian, item tes tidak
dikembangkan dari materi pelajaran yang harus dikuasai.

Item tes harus berorientasi pada hasil belajar. Artinya, item-item tes harus mampu
mengukur apakah siswa telah berhasil meyelesaikan tugas tertentu.

Item tes perlu menjelaskan dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat
ditunjukkan.

Setiap tujuan intruksional khusus sebaiknya disusun lebih dari satu item tes.

Sebaiknya tes disusun dalam berbagai tipe item, misalnya tes benar-salah, pilihan
ganda, memasangkan, dan lain sebagianya.

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menyusun tes acuan


patokan, sebagai berikut.

Langkah pertama, menentukan maksud tes.

Tes yang akan disusun digunakan untuk dua maksud utama sebagai
berikut.

Memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang hasil belajarnya dalam setiap
tahap proses belajarnya.

Menilai efektivitas sistem intruksional secara keseluruhan.

Langkah kedua, membuat table spesifikasi untuk setiap tes untuk maksud
penyusunan tes yang terdiri atas empat kolom yaitu daftar perilaku, bobot
perilaku, jenis tes dan jumlah butir tes.

Kerangka Tabel Spesifikasi

8
Daftar Bobot Jenis Jumlah

Perilaku Prilaku Tes Butir Tes

1 2 3 4

Tabel spesifikasi ini disebut pula kisi-kisi atau blue print untuk penyusunan
tes.

Langkah ketiga, yaitu menulis butir tes. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menulis setiap butir tes adalah:

Macam dan jumlah butir tes sesuai dengan tabel spesifikasi.

Menggunakan komponen kondisi dalam TIK sebagai dasar dalam menyusun


pertanyaan.

Setiap menyelesaikan penulisan satu butir tes atau satu kelompok butir tes yang
mengacu pada satu TIK, pendidik atau pengembang intruksional harus
menanyakan kepada dirinya sendiri dengan pertanyaan sebagai berikut:
“Seandainya peserta didik dapat menjawab pertanyaan atau melakukan prilaku
yang dikehendakioleh butir tes tersebut dengan benar, apakah peserta didik berarti
telah mampu melakukan atau menguasai perilaku seperti yang tercantum dalam
TIK?” Bila jawabnya ragu-ragu atau belum tentu, butir tes atau kelompok butir tes
itu harus direvisi. Proses seperti ini sangat penting dilakukan dengan seksama
karena merupakan kunci validitas isi suatu tes. Setelah menulis seluruh butir tes,
pendesain intruksional harus memeriksa kembali apakah bobot tes atau kelompok
butir tes itu telah sesuai dengan bobot presentase yang ditentukan dalam tabel
spesifikasi.

9
Langkah keempat, butir tes yang telah selesai ditulis dikelompokkan atas dasar
jenis kemudian diberi nomor 1 sampai seterusnya.

Langkah kelima, menulis petunjuk.

Penggunaan Tes Acuan Patokan

Tes acuan patokan bisa digunakan apabila pendidik menggunakan tes


sebagai berikut ini.

Tes prasyarat

Tes prasyarat digunakan manakala pendidik ingin mengukur apakah peserta didik
telah memiliki kemampuan tertentu sebagai syarat untuk memiliki kemampuan
lain.

Tes awal (pretest)

Tes awal adalah tes yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh peserta didik
telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan dipelajari.

Tes akhir (posttest)

Tes akhir adalah tes yang digunakan untuk mengukur apakah peserta didik telah
menguasai kompetensi tertentu seperti yang dirumuskan dalam tujuan
instruksional khusus.

Tes pengukur kemajuan (progress test)

Tes ini diberikan secara incidental selama peserta didik sedang dalam proses
mempelajari satu unit pelajaran.

10
Tes yang akan dikembangkan dalam hal ini adalah tes acuan patokan
karena dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan setiap peserta didik
terhadap perilaku yang tercantum dalam tujuan intruksional khusus.

B. PENILAIAN ACUAN NORMATIF (PAN)


1. Pengertian Penilaian Acuan Normatif
PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap
hasil dalam kelompoknya. Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih
umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang
besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam
hubungannya dengan peserta yang lain yang telah mengikuti tes.
Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena
tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan
penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan
sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian Penilaian Acuan
Normatif yaitu:
a. Penilaian Acuan Normatif merupakan elemen pilihan yang memeberikan
daftar dokumen normatif yang diacu dalam standar sehingga acuan
tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan standar. Data dokumen
normatif yang diacu dalam standar yang sangat diperlukan dalam
penerapan standar. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai
dilakukan dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara ini dikenal
sebagai penilaian acuan normatif (PAN).
b. PAN adalah Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses
pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu.
Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok itu.
c. Penilaian Acuan Normatif (PAN) yaitu dengan cara membandingkan nilai
seorang siswa dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi
seluruh siswa dalam kelas atau kelompok dipakai sebagai dasar penilaian.

11
Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Penilaian Acuan
Normatif adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma
kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai
siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu atau bisa diartikan PAN
ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar mahasiswa terhadap hasil
dalam kelompoknya. Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum
dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes
acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam
hubungannya dengan performa atau keadaan kelompok peserta yang lain yang
telah mengikuti tes.
Penilaian Acuan Norma adalah penilaian yang dilakukan dengan
berdasarkan pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa
dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut dalam satu
proses pembelajaran.
Berikut ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :
a. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta
didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan
Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di
dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
b. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”.
Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan
pada waktu tersebut.
c. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat
kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan,
tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam
komunitasnya (kelompoknya).
d. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan
rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari
yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
e. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan
kelompok.

12
2. Kelebihan dan kekurangan PAN
 Kelebihan PAN
a. Kebiasaan penggunaan penilaian berdasarkan refrensi norma
atau kelompok dipendidikan tinggi.
b. Diharapkan tinggat kinerja yang sama terjadi pada setiap kelompok mahasiwa.
c. Bermanafaat untuk membandingkan mahasiswa atau penghargan utama untuk
sejumlah mahasiswa tertentu.
d. Mendukung tradisional kekukuhan akademis dan menggunakan standar.

 Kekurangan PAN
a. Sedikit menyebutkan kompetensi mahasiswa apa yang mereka ketahui atau
dapat mereka lakukan.
b. Tidak fair karena peringkat mahasiswa tidak hanya bergantung pada tingkatan
prestasi, tetapi juga atas prestasi mahasiswa lain.
c. Tidak dapat diandalkan mahasiswa yang gagal sekarang mungkin dapat lulus
tahun berikutnya.

3. Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan


Penilaian Acuan Patokan (PAP)
 Persamaan
Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa
persamaan sebagai berikut:
1) Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi
spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan tersebut
termasuk tujuan intruksional umum dan tujuan intruksional khusus
2) Kedua pengukuran memerlukan sample yang relevan, digunakan sebagai
subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sample yang diukur
mempresentasikan populasi siwa yang hendak menjadi target akhir
pengambilan keputusan.

13
3) Untuk mandapatkan informasi yang diinginkan tenyang siswa, kedua
pengukuran sama-sama nenerlukan item-item yang disusun dalam satu tes
dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument.
4) Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan
diukur.
5) Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes
karangan, tes penampilan atau keterampilan.
6) Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.
7) Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang
berbeda.

 Perbedaan
Perbedaan kedua penilaian adalah sebagai berikut:
1) Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus
dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan
biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan
banyak butir tes untuk setiap perilaku.
2) Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi
tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan
penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan
oleh setiap peserta tes.
3) Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai
tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan
terlalu sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang
relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat
kesulitannya.
4) Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan
patokan digunakan terutama untuk penguasaan.

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Penilaian acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation


merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam
pengukuran ini siswa dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang
lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tegantung pada penguasaaan
materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna
mendukung tujuan instruksional .
Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana
diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang
yang harus diterapkan. PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat
siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai
kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas
(mastery learning).
PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap
hasil dalam kelompoknya. Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih

15
umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang
besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam
hubungannya dengan peserta yang lain yang telah mengikuti tes.
Penilaian Acuan Normatif adalah penilaian yang dilakukan dengan
mengacu pada norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan
dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu atau bisa
diartikan PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar mahasiswa
terhadap hasil dalam kelompoknya.

DAFTAR PUSTAKA

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132231727/pendidikan/MATERI+PAN-PAP.pdf

http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/penilaian-acuan-
patokan-pap.html

https://www.academia.edu/28119812/TES_ACUAN_PATOKAN

16

Anda mungkin juga menyukai