Anda di halaman 1dari 6

Coenzym Q10

1. Definisi

Koenzim Q10 (CoQ10) (2,3 dimethoxy-5-methyl-6-decaprenyl


benzoquinone) merupakan senyawa yang ditemukan diseluruh sel tubuh manusia
dan diproduksi secara endogen. CoQ10 juga dikenal sebagai ubiqinone atau
ubidecarenone yang merupakan zat gizi seperti vitamin dan senyawa yang mudah
larut dalam lemak (Rodick, et al., 2018; Bonakdar & Guaneri, 2005; Reilly, 2003;
Langsjoen, 2008; Fir, Luka, Prosek, & Smidovnik, 2009). Koenzim Q10 telah
tersedia lebih dari 100 bahan tunggal dan produk campuran lainnya yang sejak
tahun 2002 telah menyumbang lebih dari $200juta penjualan di Amerika Serikat
(Bonakdar & Guaneri, 2005).

2. Sejarah

CoQ10 pertama kali ditemukan pada tahun 1957 pada mitokondria daging
sapi dan ditemukan dalam konsentrasi tertinggi pada jaringan yang terdapat
tingginya pergantian energi seperti Jantung, Hati, Otak, Pancreas (Bonakdar &
Guaneri, 2005) CoQ10 terletak terutama pada mitokondria dan juga ditemukan
pada sel lipoprotein. CoQ10 berfungsi untuk memproduksi energi seluler pada
sepanjang membran mitokondria di bagian dalam serta sebagi rantai trasnfer
elektron (Electron Trasnsport Chain/ETC) yang menggunakan CoQ10 sebagai
komponen dalam fosforilasi oksidatif yang mampu mengubah produk metabolisme
(karbohidrta, lemak, dan protein) menjadi energi dalam bentuk ATP (Rodick, et al.,
2018).

3. Struktur

CoQ10 terdapat dalam 2 bentuk yaitu teroksidasi (ubiquinon) dan tereduksi


(ubiquinol). Radikal menengah semiquinon, CoQH, berperan dalam aktivitas
antioksidan seperti pada Gambar 1 (Rodick, et al., 2018).
Gambar 1.

Baik ubiquinone dan ubiquinol larut dalam lemak karena adanya 10 ekor unit
isoprene. Mereka bertindak sebagai pasangan reduksi di mana konversi dari satu
bentuk ke bentuk yang lain dapat dengan mudah dicapai tergantung pada kapan dan
dimana fungsi mereka diperlukan dalam tubuh. Sebagai contoh pada jaringan yang
terlibat dalam kadar aktifitas aerobik yang tinggi lebih banyak terdapat dalam
bentuk teroksidasi (ubiquinone) (Rodick, et al., 2018).

CoQ10 yang tereduksi sepenuhnya, miliki kemampuan unik untuk bertindak


sebagai pemangsa (scavenegr) radikal bebas antioksidan yang larut dalam lemak
dengan mempengaruhi inisiasi dan perbanyakan spesies oksigen reaktif (ROS),
yang menyebabkan stres oksidatif dan pada tahap lanjutan merusak lipid, protein,
DNA dan status fungsional keseluruhan mitokondria. (Rodick, et al., 2018;
Bonakdar & Guaneri, 2005).

Koenzim Q10 (CoQ10) adalah Benzoquinon yang terbentuk secara alami


dengan 10 ekor unit isoprenyl. Meskipun secara struktural memiliki kesamaan
dengan vitamin K, namun koenzim Q10 tidak dapat diberikan label sebagai vitamin
karena kemampuan tubuh untuk mensintesisnya. Koenzim memiliki berat molekul
856 gram/mol dan titik leleh 49oC dan menunjukkan kelarutan terbatas pada lemak
dan minyak, setelah terpapar cahaya dan suhu (>55oC) (Rodick, et al., 2018).

Pada sirkulasi darah terdapat sekitar 95% CoQ10 yang berbentuk ubiquinol.
Dimana ratio antara keduanya (ubiquinone dan ubiquinol) dalam darah menjadi
pengukuran tingkat stres oksidative pada tubuh. Beberapa faktor seperti penuanaan
dan penyakit tertentu telah terbukti menurunkan kadar ubiquinol dalam tubuh,
mungkin karena meningkatnya kadar oksidative dan stres nitrosative dan juga karna
tubuh kehilangan kemampuan dalam menurunkan kadar ubiquinone sehingga total
kadar CoQ10 pada tubuh menjadi lebih rendah (Rodick, et al., 2018)

Pada jaringan tubuh manusia CoQ10 terdapat kadar yang tinggi di jantung,
hati, ginjal, serta ikut memberikan dampak pada sel respirasi aerobik untuk
menghasilkan menjadi ATP (Rodick, et al., 2018; Sharma, Fonarow, Butler,
Ezkowitz, & Felker, 2015)

Kadar CoQ10 menurut seiring bertambahnya usia, dan hilangnya kemampuan


antioksidan serta meningkatnya produksi ROS dapat mengakitbatkan stress
oksidatif terkait usia yang dapat mempengaruhi perkembangan metabolik lainnya
(Rodick, et al., 2018).

4. Sintesis
Sintesis senyawa CoQ10 endogen sangat kompleks, karna melibatkan
banyak senyawa termasuk vitamin B dan vitamin C. struktur quinone berasal dari
tirosin, kelompok metil disuplai dari methionine melalui S-adenosylmethonine dan
rantai cadangan isoprenoid berasal dari jalur mevalonate seperti pada Gambar 2
(Rodick, et al., 2018).

Gambar 2.
Tersedia beberapa cara untuk menghasilkan CoQ10 secara komersial.
Terdapat 2 bentuk isomerik CoQ10, yang menentukan apakah suplemen berasal
dari versi alami atau sintetis dari senyawa (Gambar 3). Pada CoQ10 alami adalah
isomer trans, namun pada senyawa sintetis merupakan campuran dari isomer trans-
dan cis-. (Rodick, et al., 2018).

Gambar 3.
Metode produksi yang paling banyak digunakan untuk semua isomer trans-
alami adalah fermentasi ragi atau bakteri. Keuntungan dari bentuk isomer trans-
adalah bahwa secara struktural identik dengan CoQ10 yang dibuat secara endogen
dalam tubuh manusia menjadikannya aktif secara biologis. Namun sebagai
alternatif, senyawa sintetis semikimia dengan biaya relatif lebih rendah dengan
menggunakan produk sampingan tembakau, solanesol, yang memberikan
kontribusi pada tirosin pada struktur cincin dan rantai cadangan phytyl. Metode ini
produksi ini mengandung isomer cis- dan trans- yang memberkan kaitan pada
isoprenoid bentuk bengkok daripada bentuk lurus. Karena bentuk cis- tidak
diproduksi dalam tubuh dan memiliki struktur yang berbeda, kemanjuran dan
keamanan dari penambahan bentuk CoQ10 ini belum sepenuhnya dipahami
dibandingkan dengan seluruh suplemen transisomerik (Rodick, et al., 2018).

5. Absorbsi
Sebagai zat lipofilik, absorbsi CoQ10 meningkat dengan adanya lipid, serta
kemiripan dengan vitamin E. Sekresi dari pancreas dan empedu memulai proses
emulsifikasi dan pembentukan misel yang mampu meningkatkan penyerapan
CoQ10. Karena berat molekul dan sifat hidrofobiknya, CoQ1o harus dilarutkan ke
dalam molekul bentuk tunggal agar dapat difasilitasi oleh pembawa lipid dalam
proses difusi pasif di sepanjang usus kecil. Tidak ada lokasi spesifik dalam
penyerapan CoQ10. Peningkatan konsumsi menyebabkan penurunan penyerapan
CoQ10, karena sekitar 60% dari bentuk sediaan oral dieksresikan dalam tinja.
Sekitar 95% plasma CoQ10 menurunkan bentuk ubiquinol (Casagrande, Waib, &
Junior, 2018) dan konsentrasi CoQ10 plasma meningkat dengan meningkatnya
dosis CoQ10 dan plateau pada dosis 2.400mg, dengan penurunan efisiensi
penyerapan pada dosis yang lebih tinggi. Baik selama atau setelah penyerapan
CoQ10 direduksikan ke bentuk ubiqionl serta tergabung dalam kilomikron yang
dibawa ke hati. Pada akhirnya, koenzim Q10 dibentuk menjadi partikel lipoprotein
dan dimasukkan kedalam sirkulasi. CoQ10 plasma terutama dibentuk dalam
partikel lipoprotein (LDL)/ LDL berdensitas sangat rendah dengan sebagian yang
tergabung dalam partikel HDL. Diantaranya banyak fungsi serta mekanisme
transport CoQ10 ini bersama dengan α-tokoferol, yang melindungi lipoprotein dari
peroksida lipid (Rodick, et al., 2018).

Terdapat beberapa penelitian tentang CoQ10 yang menghasilkan sebuah


konklusi dimana CoQ10 merupakan sebuah treatment yang baik untuk penyakit
penyakit tertentu (sindrome metabolik) penuaan dan lainnya. Seperti halnya terapi
CoQ10 untuk kasus neurodegerative penelitian menunjukkan bahwa toleransi dosis
hingga 1200mg/dl aman untuk kasus parkinson. Serta pada kasus cardiovascular
merupakan terapi adjuvant yang aman dengan dosis 3x100mg dan menunjukkan
hasil yang signifikan untuk meningkatkan kinerja oto jantung.

Bibliography
Bonakdar, R. A., & Guaneri, E. (2005). Coenzyme 10. American Family Physician, 1065.

Casagrande, D., Waib, P. H., & Junior, A. A. (2018). Mechanisms of Action and Effects of
the administration of Coenzyme Q10 on Metabolic Syndrome. Journal of
Nutrition & Intermediary Metabolism, 27.

Fir, M. M., Luka, M., Prosek, M., & Smidovnik, A. (2009). Property Studies of Coenzyme
Q10 - Cyclodextrins Complexes. National Institute of Chemistry Hajdrihova, 855.

Langsjoen, P. H. (2008). Introduction To Coenzyme 10. Washington.

Reilly, J. (2003). Coenzyme Q10.


Rodick, T. C., Seibels, D. R., Babu, J. R., Huggins, K. W., Ren, G., & Mathews, S. T. (2018).
Potential Role of Coenzyme Q10 in health and disease conditions. Nutrition and
Dietary Supplements, 1.

Sharma, A., Fonarow, G. C., Butler, J., Ezkowitz, J. A., & Felker, M. (2015). Coenzyme Q10
and Heart Failure. circheartfailure.ahajournals.org, 1.

Anda mungkin juga menyukai