4 Pengembangan Renc Pemb Ygmengintegrasikan Tik Final KLP D
4 Pengembangan Renc Pemb Ygmengintegrasikan Tik Final KLP D
Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
dalam segala segi kehidupan, termasuk dalam proses pembelajaran. Dunia kerja menuntut
perubahan kompetensi. Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkolaborasi
menjadi kompetensi penting dalam memasuki kehidupan abad 21. Sekolah dituntut mampu
menyiapkan siswa memasuki abad 21.
Subjek abad 21 terdiri atas bahasa inggris (bahasa resmi masing-masing negara),
bahasa pergaulan dunia, seni, matematika, ekonomi, pengetahuan alam (science), geografi,
sejarah, pemerintahan, dan kewarganegaraan. Sedangkan tema abad 21 mencakup kesadaran
global; literasi keuangan, ekonomi, bisnis dan wirausaha; kesadaran sebagai warga negara;
literasi kesehatan; dan literasi lingkungan.
Kata Kunci: kecakapan abad 21, taksonomi bloom, subjek dan tema abad 21, strategi
pembelajaran abad 21.
Pendahuluan
Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
dalam segala segi kehidupan. Teknologi menghubungkan dunia yang melampaui sekat-sekat
geografis sehingga dunia menjadi tanpa batas. Teknologi transportasi udara memberikan
kemudahan menempuh perjalanan panjang. Media on-line beritasatu.com merilis waktu tempuh
Newark – Singapura sejauh 9.535 mil dengan penerbangan non-stop selama 18 jam. Melalui
media televisi, kejadian di suatu tempat dapat secara langsung diketahui dan dilihat di tempat
lain yang berjarak sangat jauh pada waktu bersamaan. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi melalui internet memberi kemudahan pengiriman uang pada waktu yang sangat
singkat, bahkan real time. Perkembangan teknologi menjadikan terjadinya perubahan kualifikasi
dan kompetensi tenaga kerja.
Kang, Kim, Kim & You ( 2012) mencatat bahwa perubahan standar kinerja akademik
terjadi seiring dengan perkembangan teknologi informasi komunikasi (TIK) dan pertumbuhan
ekonomi global. Perubahan standar menuntut penyesuaian dunia pendidikan dalam menyiapkan
peserta didik. Tekonologi informasi dan komunikasi memudahkan komunikasi antar anggota
masyarakat dan dunia kerja yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Pertumbuhan ekonomi
global menuntut persaingan yang semakin ketat dalam setiap aspek kehidupan, pasar tidak lagi
dibatasi oleh sekat-sekat geografis, namun dusah menjadi pasar global. Siswa abad 21 perlu
dibekali dengan kemampuan TIK dan mencermati perkembangan ekonomi global. Proses
pembelajaran harus mengakomodir hal tersebut.
Rotherdam & Willingham (2009) mencatat bahwa kesuksesan seorang siswa tergantung
pada kecakapan abad 21, sehingga siswa harus belajar untuk memilikinya. Partnership for 21st
Century Skills mengidentifikasi kecakapan abad 21 meliputi : berpikir kritis, pemecahan
masalah, komunikasi dan kolaborasi. Berpikir kritis berarti siswa mampu mensikapi ilmu dan
pengetahuan dengan kritis, mampu memanfaatkan untuk kemanusiaan. Trampil memecahkan
masalah berarti mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam proses kegiatan belajar
sebagai wahana berlatih menghadapi permasalahan yang lebih besar dalam kehidupannya.
Ketrampilan komunikasi merujuk pada kemampuan mengidentifikasi, mengakses,
memanfaatkan dan memgoptimalkan perangkat dan teknik komunikasi untuk menerima dan
menyampaikan informasi kepada pihak lain. Terampil kolaborasi berarti mampu menjalin
kerjasama dengan pihak lain untuk meningkatkan sinergi. Sedang menurut National Education
Association untuk mencapai sukses dan mampu bersaing di masyarakat global, siswa harus ahli
dan memiliki kecakapan sebagai komunikator, kreator, pemikir kritis, dan kolaborator.
Mensikapi fenomena perubahan kebutuhan tenaga kerja dan kemajuan, sekolah perlu
dipersiapkan dan menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan abad 21. Pemahaman terhadap
kecakapan abad 21 menjadi penting disampaikan kepada siswa. Pencapaian kecakapan abad 21
dilakukan dengan memahami karakteristik, teknik pencapaian dan strategi pembelajaran yang
dilakukan.
Kecakapan Abad 21
Persoalan kecakapan abad 21 menjadi perhatian pemerhati dan praktisi pendidikan. The North
Central Regional Education Laboratory (NCREL) dan The Metiri Grup (2003) mengidentifikasi
kerangka kerja untuk keterampilan abad ke-21, yang dibagi menjadi empat kategori: kemahiran
era digital, berpikir inventif, komunikasi yang efektif, dan produktivitas yang tinggi.
ATCS (assesment and teaching for 21st century skills) menyimpulkan empat hal pokok
berkaitan dengan kecakapan abad 21 yaitu cara berpikir, cara bekerja, alat kerja dan kecakapan
hidup. Cara berpikir mencakup kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan dan belajar. Cara kerja mencakup komunikasi dan kolaborasi. Alat untuk bekerja
mencakup teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan literasi informasi
Kecakapan hidup mencakup kewarganegaraan, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi
dan sosial.
Kang, Kim, Kim & You (2012) memberikan kerangka kecakapan abad 21 dalam domain
kognitif, afektif, dan budaya sosial. Domain kognitif terbagi dalam sub domain : kemampuan
mengelolan informasi, yaitu kemampuan menggunakan alat, sumberdaya dan ketrampilan inkuiri
melalui proses penemuan; kemampuan mengkonstruksi pengetahuan dengan memproses
informasi, memberikan alasan, dan berpikir kritis; kemampuan menggunakan pengetahuan
melalui proses analistis, menilai, mengevaluasi, dan memecahkan masalah; dan kemampuan
memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan metakognisidan berpikir kreatif.
Domain afektif mencakup sub domain : identitas diri yakni mampu memahami konsep
diri, percaya diri, dan gambaran pribadi; mampu menetapkan nilai-nilai yang menjadi nilai-nilai
pribadi dan pandangan terhadap setiap permasalahan. Pengarahan diri ditunjukan dengan
menguasai diri dan mampu mengarahkan untuk mencapai tujuan dalam bingkai kepentingan
bersama. Akuntabilitas diri ditunjukan dengan inisiatif, prakarsa, tanggungjawab, dan sikap
menerima dan menyelesaikan tanggungjawabnya.
Domain budaya sosial ditunjukan dengan terlibat aktif dalam keanggotaan organisasi
sosial, diterima dalam lingkungan sosial, dan mampu bersosialisasi dalam lingkungan.
Pemahaman dan penguasaan subjek dan tema abad 21 menentukan kesuksesan seorang siswa di
masa mendatang. Partnership for 21st Century Skills (2009) memberikan rumusan subjek mata
pelajaran abad 21 meliputi : bahasa inggris (bahasa resmi masing-masing negara), bahasa
pergaulan dunia, seni, matematika, ekonomi, pengetahuan alam (science), geografi, sejarah,
pemerintahan, dan kewarganegaraan.
Penguasaan kompetensi mata pelajaran tersebut belum memberikan dampak luas pada
siswa kalau tidak dibarengi dengan penguasaan tema-tema abad 21. Menurut Partnership for 21st
Century Skills (2009) tema yang mengemuka pada abad 21 adalah : kesadaran global; literasi
keuangan, ekonomi, bisnis dan wirausaha; kesadaran sebagai warga negara; literasi kesehatan;
dan literasi lingkungan.
Kesadaran global mencakup kecakapan memahami dan menangani isu-isu global. Isu-isu
global dalam setiap aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan
pengetahuan. Belajar dari dan bekerja sama dengan individu yang mewakili beragam budaya,
agama dan gaya hidup merupakan syarat dalam memasuki pergaulan dunia. Dunia yang semakin
terbuka menuntut kemampuan menerima dan memahami akar budaya, agama, dan gaya hidup
orang lain dalam semangat saling menghormati dan dialog terbuka dalam konteks pribadi,
pekerjaan dan masyarakat. Memahami negara, budaya, dan bahasa orang yang berinteraksi akan
meningkatkan pemahaman diri dan orang lain, meningkatkan harkat dan martabat masing-
masing.
Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berpikir kritis,
mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi,
dan berkolaborasi. Pencapaian ketrampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode
pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan ketrampilan.
Dimensi proses pengetahuan terdiri empat bagian yaitu faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif. Krathwohl (2002), Anderson & Krathwohl (2001) menyebutkan bahwa
pengetahuan faktual menekankan pada pengetahuan faktual, yaitu pengetahuan yang berupa
potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin
ilmu tertentu, yang mencakup pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang bagian
detail. Pengetahuan faktual menyajikan fakta-fakta yang muncul dalam pengetahuan.
Pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-
unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi sama-sama, yang mencakup
skema, model pemikiran dan teori. Pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang
bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru, dan Pengetahuan
metakognitif, yaitu mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan
tentang diri sendiri.
Dimensi poses pengetahuan terbagi dalam tiga yaitu kognitif, afektif dan psikomotor
(Anderson & Krathwohl, 2001:67-68) ranah kognitif terbagi dalam enam tingkat yaitu : 1)
mengingat (remember) : mengambil, mengakui, dan mengingat pengetahuan yang relevan dari
memori jangka panjang; 2) memahami (understand): membangun makna dari lisan, pesan
tertulis, dan grafis melalui menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasi, meringkas,
menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan; 3) menerapkan (apply): melaksanakan atau
menggunakan prosedur melalui pelaksana, atau menerapkan; 4) menganalisis (analyze): breaking
materi menjadi bagian-bagian penyusunnya, menentukan bagaimana bagian-bagian berhubungan
satu sama lain dan yang secara keseluruhan struktur atau tujuan melalui membedakan,
mengorganisasikan, dan menghubungkan; 5) evaluasi (evaluate): membuat penilaian
berdasarkan kriteria dan standar melalui memeriksa dan mengkritisi; dan 6) menciptakan
(create): menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk suatu kesatuan yang utuh atau
fungsional, reorganisasi elemen ke pola baru atau struktur melalui menghasilkan, perencanaan,
atau menghasilkan.
Proses pembelajaran yang mampu mengakomodir kemampuan berpikir kritis siswa tidak
dapat dilakukan dengan proses pembelajaran satu arah. Pembelajaran satu arah, atau berpusat
pada guru, akan membelenggu kekritisan siswa dalam mensikapi suatu materi ajar. Siswa
menerima materi dari satu sumber, dengan kecenderungan menerima dan tidak dapat
mengkritisi. Kemampuan berpikir kritis dibangun dengan mendalami materi dari sisi yang
berbeda dan menyeluruh.
Kemampuan menghubungkan ilmu dengan dunia nyata dilakukan dengan mengajak
siswa melihat kehidupan dalam dunia nyata. Memaknai setiap materi ajar terhadap penerapan
dalam kehidupan penting untuk mendorong motivasi belajar siswa. Secara khusus pada dunia
pendidikan dasar yang relatif masih berpikir konkrit, kemampuan guru menghubungkan setiap
materi ajar dengan kehidupan nyata akan meningkatkan penguasaan materi oleh siswa.
Menghubungkan materi dengan praktik sehari-hari dan kegunaannya dapat meningkatkan
pengembangan potensi siswa.
Penguasaan teknologi informasi komunikasi menjadi hal yang harus dilakukan oleh
semua guru pada semua mata pelajaran. Penguasaan TIK yang terjadi bukan dalam tataran
pengetahuan, namun praktik pemanfaatnyanya. Metode pembelajaran yang dapat mengakomodir
hal ini terkait dengan pemanfaatan sumber belajar yang variatif. Mulai dari sumber belajar
konvensional sampai pemanfaatan sumber belajar digital. Siswa memanfaatkan sumber-sumber
digital, baik yang offline maupun online. Membuat produk berbasis TIK, baik audio maupun
audiovisual.
Beers menegaskan bahwa strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam
mencapai kecakapan abad 21 harus memenuhi kriteria sebagai berikut : kesempatan dan aktivitas
belajar yang variatif; menggunakan pemanfaatan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran;
pembelajaran berbasis projek atau masalah; keterhubungan antar kurikulum (cross-curricular
connections); fokus pada penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh siswa;
lingkungan pembelajaran kolaboratif; visualisasi tingkat tinggi dan menggunakan media visual
untuk meningkatkan pemahaman; menggunakan penilaian formatif termasuk penilaian diri
sendiri.
Kesempatan dan aktivitas belajar yang variatif tidak monoton. Metode pembelajaran
disesuaikan dengan kompetensi yang hendak dicapai. Penguasaan satu kompetensi ditempuh
dengan berbagai macam metode yang dapat mengakomodir gaya belajar siswa auditori, visual,
dan kenestetik secara seimbang. Dengan demikian masing-masing siswa mendapatkan
kesempatan belajar yang sama.
Pembelajaran berbasis projek atau masalah, menghubungkan siswa dengan masalah yang
dihadapai dan yang dijumpai dalam kehidupam sehari-hari. Bertitik tolak dari masalah yang
diinventarisis, dan diakhiri dengan strategi pemecahan masalah tersebut, siswa secara
berkesinambungan mempelajari materi ajar dan kompetensi dengan terstruktur. Pada
pembelajaran berbasis projek, pemecahan masalah dituangkan dalam produk nyata yang
dihasilkan sebagai sebuah karya penciptaan siswa. Pada pembelajaran berbasis masalah/projek
pembelajaran juga fokus pada penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh siswa.
Sebagai akhir dari sebuah proses pembelajaran, penilaian formatif menunjukan sebuah
pengendalian proses. Melalui penilaian formatif, dan didukung dengan penilaian oleh diri
sendiri, siswa terpantau tingkat penguasaan kompetensinya, mampu mendiagnose kesulitan
belajar, dan berguna dalam melakukan penempatan pada saat pembelajaran didisain dalam
kelompok.
Dalam konteks sistem pendidikan nasional disarankan untuk melakukan analisis standar
kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing kelas, sehingga dapat memberikan wadah yang
cukup dalam mengintegrasikan pembelajaran dalam beberapa mata pelajaran
erkembangan dalam dunia pendidikan abad 21 harus sejalan dengan perkembangan
teknologi, sosial, ekonomi dan politik. Hal ini berpengaruh bagi perubahan kebutuhan warga
negara, pelajar, guru, pemerintah, sumber informasi, pengetahuan, dan sebagainya. Oleh karena
itu, dibutuhkan model desain pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pengembangan literasi
baru dalam pendidikan sains. Aspek penting dari model desain pembelajaran ini adalah untuk
membimbing guru dalam: (a) mengubah praktek mengajar mereka ke arah yang berpusat pada
siswa, dan (b) mengintegrasikan penggunaan teknologi pendidikan yang efektif dalam praktek
belajar-mengajar mereka. Kedua aspek penting tersebut terkandung dalam Model Desain
Pembelajaran Rase yang menekankan kepada empat komponen pembelajaran, yakni: Resources
(sumber daya), Activity (kegiatan), Support (dukungan) dan Evaluation (evaluasi).
Selain itu, model ini digunakan untuk menekankan pentingnya konsep pembelajaran dalam
pendidikan sains. Masalah yang sering muncul dalam pendidikan dan sains adalah siswa tidak
didukung oleh pengalaman yang memadai dan sumber daya yang memadai dalam kegiatan
pembelajaran untuk memungkinkan pengembangan pengetahuan konseptual yang diperlukan
untuk memahami dan berpikir dalam ilmu. Guru sering berkonsentrasi pada pengajaran fakta,
mengekspos siswa untuk di formasi yang mereka butuhkan untuk mengingat (sebagai subjek
pemahaman yang mendalam) mempersiapkan pada hasil ujian dan tugas-tugas penilaian lainnya.
Pendidik sains perlu fokus pada mendukung siswa untuk mengembangkan basis yang cukup
pengetahuan konseptual yang diperlukan tidak hanya untuk masalah berpikir dan pemecahan,
tetapi juga untuk menetapkan keputusan, dan merancang, rekayasa dan menerapkan teknologi.
Semakin berkembangnya teknologi dunia, menggiring siswa pada pendekatan saintifik. Sehingga
secara otomatis konten kurikuler akan berkembang terus bersama dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang akan mempromosikan cara
belajar siswa pada tingkat pemahaman konseptual yang lebih dalam dan dengan waktu yang
lebih efisien.
Skenario berikut, telah dijelaskan pada penelitian sebelumnya, yakni menggambarkan bagaimana
konseptual objek model pembelajaran mungkin mendukung pembelajaran sains:
(1) Pengamatan: Sebuah model konseptual dapat mendukung siswa untuk membuat hubungan
antara dunia nyata dan sifat mewakili suatu konsep. Hal ini dapat dirancang agar peserta didik
dapat mengenali sifat dari lingkungan nyata dalam antarmuka dari model konseptual, serta
sebaliknya. representasi ini dari properti tidak hanya salinan dari dunia nyata. Sebaliknya,
realitas diwakili melalui ilustrasi, representasi diagrammatical, analogi, metafora, tanda-tanda,
isyarat, simbol, dan ikon.
(2) Menggunakan analisis: Sebuah model konseptual akan memungkinkan siswa untuk
mengimpor Data dari lingkungan nyata dan percobaan untuk pengolahan analisis (misalnya,
tujuan kalkulator khusus). fitur desain (misalnya, slider, dialer, daerah tempat panas dan kotak
input teks) memungkinkan input parameter. Hasil interaksi dapat ditampilkan dalam berbagai
format seperti nomor, grafik, audio, lisan / pernyataan tertulis, representasi bergambar, dan
animasi.
(3) Percobaan: Sebuah model konseptual akan memungkinkan peserta didik untuk memanipulasi
parameter dan properti, dan mengamati perubahan yang dihasilkan dari manipulasi tersebut.
Juga, mungkin memungkinkan manipulasi hasil analisis penggunaan untuk memungkinkan siswa
untuk memeriksa bagaimana perubahan ini mempengaruhi parameter terkait. Perubahan dapat
disorot untuk memberikan isyarat dan mendorong generalisasi. fitur desain sebuah model
konseptual ini memungkinkan muncul secara umum untuk diuji.
(4) Berpikir: Sebuah model konseptual mungkin termasuk fitur yang memulai dan mendukung
pemikiran ilmiah. Sehubungan dengan konsep-konsep ilmu pengetahuan, hal ini dapat dicapai
dengan mengintegrasikan pemicu (misalnya, sinyal dan isyarat) yang menangkap perintah dan
memulai rasa ingin tahu. Selain itu, model konseptual mungkin mendukung kegiatan kognitif
menghubungkan model mental dari konsep (verbal dan visual) dikembangkan melalui interaksi
dengan isinya.
Model konseptual dapat digunakan kembali dalam lingkungan yang berbeda dan hubungan
aktivitas. Sebagai contoh, penggunaan kembali mungkin termasuk kelas atau presentasi
laboratorium, atau digunakan oleh beberapa peserta didik karena mereka berkolaborasi pada
tugas-tugas ilmu pengetahuan. Akhir-akhir ini, telah ada peningkatan model konseptual dan
benda-benda belajar lainnya tersedia melalui teknologi mobile seperti iPad. Penulis mengacu
pada ini sebagai Belajar Obyek Apps. Teknologi mobile memungkinkan sumber daya tersebut
untuk dibawa ke authen- konteks tic, pindah antara ruang kelas, laboratorium dan dunia nyata
dan digunakan oleh siswa secara mandiri di luar sekolah dan kapanpun mereka dibutuhkan.
pembaca diingatkan bahwa sumber daya hanya salah satu komponen dari sebuah unit
pembelajaran. Pertimbangan juga perlu diberikan untuk aktivitas, dukungan dan evaluasi.
AKTIVITAS
Kegiatan adalah komponen penting untuk pencapaian penuh hasil belajar. Suatu kegiatan
memberikan siswa dengan pengalaman di mana belajar terjadi dalam konteks pemahaman yang
muncul, menguji ide, generalisasi dan menerapkan pengetahuan. Sumber daya, seperti
konseptual obyek model pembelajaran, media yang digunakan siswa saat menyelesaikan
aktivitas mereka. Berikut ini adalah dua karakteristik kunci dari suatu kegiatan yang efektif: (1)
Suatu kegiatan harus “Berpusat pada siswa”: yakni berfokus pada apa yang siswa akan lakukan
untuk belajar, bukan pada apa yang siswa akan ingat, Sumber daya adalah media di tangan siswa,
Guru fasilitator yang berpartisipasi dalam proses tersebut, Mahasiswa menghasilkan produk yang
menunjukkan kemajuan belajar mereka, Siswa belajar tentang proses, Siswa mengembangkan
kemahiran baru. (2) Suatu kegiatan harus “otentik”: yakni berisi skenario nyata dan masalah-
terstruktur, Ini pengulangan praktek profesional, Menggunakan media khusus untuk praktek
profesional, Hasilnya produk yang menunjukkan kompetensi profesional, tidak hanya
pengetahuan. Berikut ini adalah contoh dari apa suatu kegiatan mungkin: (1) Sebuah proyek
desain (misalnya, merancang percobaan untuk menguji hipotesis ilmiah), (2) Studi kasus
(misalnya, kasus bagaimana seorang ilmuwan mengidentifikasi fisika baru keteraturan), (3)
pemecahan masalah tugas belajar (misalnya, meminimalkan gesekan di daerah yang bertanda),
(4) Mengembangkan sebuah film dokumenter tentang isu tertentu yang menarik (misalnya, GM
pro makanan dan kontra), (5) Sebuah poster untuk mempromosikan isu kontroversial ilmiah
(misalnya, energi nuklir), (6) hari ilmu Perencanaan di sekolah Anda, (7) Mengembangkan
perangkat lunak untuk mengontrol perpindahan mekanik kekuasaan, (8) Peran-play (misalnya,
membela percobaan sains dengan hewan kecil). Hasil dari suatu kegiatan dapat menjadi produk
konseptual (misalnya, ide atau kecuali bahwa konsep disajikan dalam laporan tertulis), prangkat
keras (misalnya, model sebuah sirkuit listrik), atau prangkat lunak (misalnya, penciptaan berbasis
komputer). Perangkat yang dihasilkan oleh siswa seharusnya berdasarkan pendapat sejawat dan
review ahli dan revisi sebelum penyerahan akhir. Proses ini mungkin juga melibatkan presentasi
mahasiswa dan rekan / umpan balik ahli. Perangkat yang dihasilkan seharusnya dievaluasi
dengan cara agar siswa dapat merenungkan umpan balik dan mengambil tindakan lebih lanjut
terhadap prestasi lebih koheren dari hasil belajar.
Mendukung Tujuan dari dukungan adalah untuk memberikan siswa dengan perancah penting
sementara memungkinkan pengembangan keterampilan belajar dan kemandirian. Bagi para guru,
salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi redundansi dan beban kerja. Dukungan mungkin
mengantisipasi kesulitan, seperti memahami suatu kegiatan, dengan menggunakan media atau
bekerja dalam kelompok. Selain itu, guru harus melacak dan merekam kesulitan yang terus
berlangsung dan isu-isu yang perlu ditangani selama belajar, dan berbagi dengan siswa. Tiga
mode dukungan yang mungkin: guru-murid, siswa-siswa, dan siswa-perangkat (sumber daya
tambahan). Dukungan dapat berlangsung di ruang kelas dan di lingkungan online seperti melalui
forum, wiki, Blog dan ruang jejaring sosial. Dukungan juga dapat dilihat sebagai antisipasi
kebutuhan siswa. Tergantung di lapangan, struktur pendukung proaktif seperti TANYA JAWAB
dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam kebutuhan tersebut. Tujuan dari dukungan
antisipatif adalah untuk memastikan siswa memiliki akses ke sumber daya ketika mereka
membutuhkan bantuan, bukannya bergantung pada guru untuk bantuan.
Berikut adalah beberapa strategi spesifik dengan spesialisasi: (1) Membangun sumber daya dan
bahan yang merupakan FAQ Page, (2) Buat “Bagaimana saya?” Atau “Help Me” Forum, (3)
Buat Daftar istilah yang berhubungan dengan kursus, (4) Gunakan daftar periksa dan rubrik
untuk kegiatan, (5) Gunakan platform jaringan sosial lainnya dan media-media sinkron seperti
chat dan Skype. Secara keseluruhan, dukungan harus bertujuan mengarah siswa untuk menjadi
lebih peserta didik independen. Guru harus memberikan sering, awal, umpan balik positif yang
mendukung keyakinan siswa bahwa mereka dapat melakukannya dengan baik. Selain itu, siswa
juga perlu aturan dan parameter untuk pekerjaan mereka. Misalnya, sebelum siswa dapat
meminta guru untuk membantu, mereka harus terlebih dahulu meminta teman sekelas mereka
melalui salah satu Forum dan / atau mencari di Internet untuk solusi untuk masalah mereka (s).
Dengan cara ini, siswa diharapkan untuk mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka
dan untuk menunjang pelabuhan siswa lain dalam kelompok mereka.
EVALUASI
Evaluasi belajar siswa selama semester merupakan bagian penting dari pengalaman belajar yang
berpusat pada siswa yang efektif. Evaluasi formatif dalam rangka untuk memungkinkan siswa
untuk terus meningkatkan pembelajaran mereka. Suatu kegiatan harus memerlukan siswa untuk
bekerja pada tugas-tugas, dan mengembangkan dan perangkat Duce pro yang bukti belajar
mereka. Ini bukti belajar siswa memungkinkan guru untuk memantau kemajuan siswa dan
memberikan panduan lebih lanjut formatif untuk membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Siswa juga perlu mencatat kemajuan mereka dalam menyelesaikan rangkaian tugas, sehingga
mereka juga dapat memantau cara belajar mereka dan perbaikan yang mereka buat. Rubrik dapat
diberikan untuk memungkinkan siswa melakukan evaluasi diri juga. Selain itu, evaluasi mungkin
dilakukan oleh rekan-rekan juga. Berikut adalah beberapa poin mengapa evaluasi penting untuk
belajar siswa: (1) Menawarkan umpan balik pada pekerjaan dan mengidentifikasi di mana siswa
di mereka pembelajaran, (2) Menawarkan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan pekerjaan
mereka, (3) Memungkinkan siswa untuk menjadi pembelajar yang lebih efektif dan termotivasi,
(4) Membantu siswa menjadi lebih mandiri dan peserta didik mandiri.
Berikut perlengkapan rekomendasi mungkin berguna untuk guru untuk mengembangkan unit
pembelajaran mereka didasarkan pada model Desain Pembelajaran RASE. Sebelum memulai
untuk membangun unit pembelajaran, guru perlu: (1) Memastikan bahwa hasil belajar kursus
tertentu selaras dengan berlebihan semua hasil program pembelajaran, (2) Mengidentifikasi unit
yang dibutuhkan untuk mencapai hasil belajar pembelajaran, (3) Menyelaraskan penilaian, unit
pembelajaran dan hasil belajar. Ini harus disajikan dalam dokumen Outline Course keseluruhan
di mana rincian tentu saja, termasuk hasil belajar, jadwal dan topik, dan informasi tentang
evaluasi/tugas secara jelas disajikan dan selaras. Hanya kemudian adalah guru mampu
mengembangkan dan unit pembelajaran hadir sebagai berikut: (1) Jelaskan topik, (2) hasil hadir
belajar, (3) Jelaskan apa yang diharapkan dan apa yang harus dilakukan jika dukungan
diperlukan, (4) Jelaskan prasyarat dan bagaimana untuk membangun pembelajaran sebelumnya,
(5) Jelaskan suatu kegiatan, (6) Jelaskan tugas dalam kegiatan, (7) Memberikan petunjuk tentang
bagaimana untuk melanjutkan awalnya, (8) Jelaskan kiriman (perangkat yang akan diproduksi),
menyediakan template jika apapun, memberikan contoh kiriman jika ada, (9) standar kehadiran
untuk Evaluasi dan menyediakan rubrik, (10) Menyediakan memeriksa diri dan bentuk evaluasi
rekan jika diperlukan, (11) Jelaskan pilihan dukungan. Selanjutnya, kita perlu menyediakan
Sumber daya seperti: (1) Catatan, artikel dan buku, (2) Presentasi, demonstrasi dan dicatat
kuliah/nyata, (3) materi Interaktif seperti model konseptual dan bentuk lain dari objek belajar, (4)
Video, (5) Perangkat lunak, (6) media Dukungan. Kita juga perlu secara jelas menentukan apa
yang diharapkan dari evaluasi dan bagaimana hal itu akan dilakukan, sehingga siswa memiliki
titik acuan yang jelas untuk pekerjaan mereka.
TUGAS AKHIR MODUL 1
PEMBELAJARAN ABAD 21
Oleh
Nama :Meryana Wati Djara,S.Pd
NUPTK :
No.Peserta PPG :
Bidang Studi Sertifikasi :
Sekolah Asal : SMA Negeri 1 Hawu Mehara
Jawaban :
Evaluasi
Evaluasi belajar siswa selama semester merupakan bagian penting dari
pengalaman belajar yang berpusat pada siswa yang efektif. Evaluasi formatif
dalam rangka untuk memungkinkan siswa untuk terus meningkatkan
pembelajaran mereka. Suatu kegiatan harus memerlukan siswa untuk bekerja
pada tugas-tugas, dan mengembangkan dan perangkat Duce pro yang bukti
belajar mereka. Ini bukti belajar siswa memungkinkan guru untuk memantau
kemajuan siswa dan memberikan panduan lebih lanjut formatif untuk
membantu meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa juga perlu mencatat
kemajuan mereka dalam menyelesaikan rangkaian tugas, sehingga mereka
juga dapat memantau cara belajar mereka dan perbaikan yang mereka buat.
Rubrik dapat diberikan untuk memungkinkan siswa melakukan evaluasi diri
juga. Selain itu, evaluasi mungkin dilakukan oleh rekan-rekan juga. Berikut
adalah beberapa poin mengapa evaluasi penting untuk belajar siswa: (1)
Menawarkan umpan balik pada pekerjaan dan mengidentifikasi di mana siswa
di mereka pembelajaran, (2) Menawarkan kesempatan bagi siswa untuk
meningkatkan pekerjaan mereka, (3) Memungkinkan siswa untuk menjadi
pembelajar yang lebih efektif dan termotivasi, (4) Membantu siswa menjadi
lebih mandiri dan peserta didik mandiri.
Berikut perlengkapan rekomendasi mungkin berguna untuk guru untuk
mengembangkan unit pembelajaran mereka didasarkan pada model Desain
Pembelajaran RASE. Sebelum memulai untuk membangun unit pembelajaran,
guru perlu: (1) Memastikan bahwa hasil belajar kursus tertentu selaras
dengan berlebihan semua hasil program pembelajaran, (2) Mengidentifikasi
unit yang dibutuhkan untuk mencapai hasil belajar pembelajaran, (3)
Menyelaraskan penilaian, unit pembelajaran dan hasil belajar. Ini harus
disajikan dalam dokumen Outline Course keseluruhan di mana rincian tentu
saja, termasuk hasil belajar, jadwal dan topik, dan informasi tentang
evaluasi/tugas secara jelas disajikan dan selaras. Hanya kemudian adalah
guru mampu mengembangkan dan unit pembelajaran hadir sebagai berikut:
(1) Jelaskan topik, (2) hasil hadir belajar, (3) Jelaskan apa yang diharapkan
dan apa yang harus dilakukan jika dukungan diperlukan, (4) Jelaskan
prasyarat dan bagaimana untuk membangun pembelajaran sebelumnya, (5)
Jelaskan suatu kegiatan, (6) Jelaskan tugas dalam kegiatan, (7) Memberikan
petunjuk tentang bagaimana untuk melanjutkan awalnya, (8) Jelaskan kiriman
(perangkat yang akan diproduksi), menyediakan template jika apapun,
memberikan contoh kiriman jika ada, (9) standar kehadiran untuk Evaluasi dan
menyediakan rubrik, (10) Menyediakan memeriksa diri dan bentuk evaluasi rekan
jika diperlukan, (11) Jelaskan pilihan dukungan. Selanjutnya, kita perlu
menyediakan Sumber daya seperti: (1) Catatan, artikel dan buku, (2) Presentasi,
demonstrasi dan dicatat kuliah/nyata, (3) materi Interaktif seperti model
konseptual dan bentuk lain dari objek belajar, (4) Video, (5) Perangkat lunak, (6)
media Dukungan. Kita juga perlu secara jelas menentukan apa yang diharapkan
dari evaluasi dan bagaimana hal itu akan dilakukan, sehingga siswa memiliki titik
acuan yang jelas untuk pekerjaan mereka.