2013
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
I. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
1. Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran atau hipertrofi prostat, kelenjar
prostat membesar, memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan
menyumbat aliran keluar urine dapat mengakibatkan hidronefrosis dan hidroureter
(Doengoes, 2000, hlm.664 ).
2. Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran prostat yang mengenai uretra,
menyebabkan gejala urinaria dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari
buli-buli (Nursalam, 2006, hlm.135).
3. Benigna Prostat Hiperplasi adalah pembesaran prostat, kelenjar prostat membesar
memanjang kearah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine,
dapat mengakibatkan hidronefrosis dan hidroureter (Brunner & Suddarth, 2000,
hlm.432).
B. ETIOLOGI
Penyebab BPH hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa
hipotesis menyebutkan bahwa hyperplasia prostate kaitannya dengan peningkatan kadar
dihidrosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis yang diduga
sebagai penyebab timbulnya hyperplasia prostat adalah:
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen–testosteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan
testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma–epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
4. Berkurangnya kematian sel prostat
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel
dari kelenjar prostat.
5. Usia
Biasanya terjadi pada usia diatas 50 tahun. Dengan bertambahnya usia akan terjadi
perubahan keseimbangan testosteron estrogen, karena produksi testosteron menurun
dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer.
6. Teori sel stem
Terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya
aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel
epitel (Purnomo, 2003, hlm.70-72).
D. PATOFISIOLOGI
BPH
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Mandi air hangat
b. Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul.
c. Menghindari minuman beralkohol
d. Menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama pada malam hari.
e. Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa jam
sebelum tidur (Brunner and Suddart, 2000).
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa.
Nama, tgl MRS, jenis kelamin, pekerjaan.
2. Keluhan Umum.
Perubahan frekuensi berkemih, bila miksi terasa panas. Nyeri pada saat miksi,
dan terasa tidak puas. Mengejan saat miksi.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada klien BPH keluhan-keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi,
disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi,
intermitency, dan waktu miksi mengejan dan akirnya menjadi retensio urine.
4. Riwayat penyakit yang lalu.
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK
(Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di
derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya
riwayat penyakit DM dan hipertensi .
5. Riwayat penyakit keluarga.
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita
penyakit BPH Anggota keluarga yang menderita DM, asma, atau hipertensi.
6. Pemeriksaan Fisik.
a. Status kesehatan umum
Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan,
tekanan darah, suhu tubuh, nadi.
b. Kulit
Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan
pigmentasi, bagaimana keadaan rambut dan kuku klien ,
c. Kepala
Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau
trauma pada kepala.
d. Muka
Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana
keadaannya, begitu pula bagaimana otot mukanya.
e. Mata
Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada
konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Sclera tampak
ikterus atau tidak.
f. Telinga
Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana
bentuknya, apa ada gangguan pendengaran.
g. Hidung
Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau
polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung.
h. Mulut dan faring
Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau
ulkus. Lidah tremor ,parese atau tidak. Adakah pembesaran tonsil.
i. Leher
Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe.
j. Thoraks
Betuknya bagaimana, adakah gynecomasti.
k. Paru
Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan
bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi,
wheezing atau egofoni.
l. Jantung
Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau
getarannya.
m. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi umumnya
ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan,
turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid.
Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaltik usus menurun atau
meningkat.
n. Genitalia dan anus
Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada
saat rectal touché. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah terpasang
kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus biasanya ada
haemorhoid.
o. Ekstrimitas dan tulang belakang
Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari – jari tremor apa tidak. Apakah
ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda – tanda
infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang belakang
bagaimana.
7. Pengkajian Fokus
a. Sirkulasi : Peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal).
b. Eliminasi : Penurunan kekuatan dorongan aliran urine, tes keraguan.
a) Keragu-raguan pada berkemih awal.
b) Nokturia, disuria, hematuri.
c) Riwayat batu ginjal (stasis urinaria).
d) Konstipasi.
e) Massa padat dibawah abdomen bawah.
f) Nyeri tekan kandung kemih.
g) Hernia Inguinalis, Hemoroid.
h) Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih : dorongan dan
frekuensi.
c. Nyeri/ kenyamanan : Nyeri supra pubis, panggul atau punggung, tajam, kuat,
nyeri punggung bawah.
d. Seksualitas :
a) Masalah tentang efek kondisi/ terapi pada kemampuan seksual.
b) Inkontinensia.
c) Ejakulasi.
d) Pembesaran, nyeri tekan prostat.
e. Pengetahuan :
a) Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal.
b) Penggunaan antihipertensi, antideprresi, antibiotik urinaria.
(Nursalam, 2006, hlm.137)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi :
1. Retensi urine (akut atau kronik) berhubungan dengan obstruksi mekanik
pembesaran prostat.
2. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan agen cedera fisik.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi
prosedur bedah.
Post Operasi :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung
kemih.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
3. Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan.
4. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten.
(Nanda 2012-2014)
C. INTERVENSI
PRE OP
1. Retensi urin (akut atau kronik) berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran
prostat.
Tujuan : tidak terjadi obstruksi.
Kriteria Hasil : Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba disekitar kandung
kemih.
Intervensi Rasional
1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2 Meminimalkan retensi urine berlebihan
sampai 4 jam. pada kandung kemih.
2. Observasi aliran urine. Perhatikan Berguna untuk mengevaluasi obstruksi
ukuran dari kekuatan. dan pilihan intervensi.
3. Awasi dan catat waktu, jumlah tiap Retensi urine meningkatkan tekanan
berkemih. Perhatikan penurunan dalam saluran perkemihan bagian atas
pengeluaran urine dan perubahan yang dapat mempengaruhi ginjal.
berat jenis.
4. Anjurkan untuk minum air 3000 Peningkatan aliran cairan
ml/hari. mempertahankan perfusi ginjal dan
membersihkan ginjal, kandung kemih
dari pertumbuhan bakteri.
5. Lakukan kateterisasi dan perawatan Menurunkan resiko infeksi asendens.
perianal.
6. Kolaborasi pemberian Obat anti Menghilangkan spasme kandung kemih,
spasmodik, supositoria rektal, sedangkan antibiotik untuk melawan
antibiotic. infeksi.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cidera fisik.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, tampak rileks, mampu untuk
tidur atau istirahat dengan tepat.
Kriteria Hasil: Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, menunjukkan
ketrampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk
situasi individu. Tampak rileks, tidur / istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri Memberi informasi dalam keefektifan
intervensi.
2. Plester selang drainase pada paha Mencegah penarikan kandung kemih
dan keteter pada abdomen. dan erosi pertemuan penis skrotal.
3. Pertahankan tirah baring. Mungkin diperlukan pada awal retensi
akut namun ambulasi dini dapat
memperbaiki pola berkemih normal.
POST OP
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih.
Tujuan: Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
a) Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang.
b) Ekspresi wajah klien tenang.
c) Klien akan menunjukkan ketrampilan relaksasi.
d) Klien akan tidur / istirahat dengan tepat.
e) Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Jelaskan pada klien tentang gejala dini Klien dapat mendeteksi gajala dini
spasmus kandung kemih. spasmus kandung kemih.
Pemantauan klien pada interval yang Menentukan terdapatnya spasmus
teratur selama 48 jam, untuk mengenal sehingga obat – obatan bisa
gejala – gejala dini dari spasmus diberikan.
kandung kemih.
Jelaskan pada klien bahwa intensitas dan Memberitahu klien bahwa
frekuensi akan berkurang dalam 24 ketidaknyamanan hanya temporer.
sampai 48 jam.
Beri penyuluhan pada klien agar tidak Mengurangi kemungkinan spasmus.
berkemih ke seputar kateter.
. Anjurkan pada klien untuk tidak duduk Mengurangi tekanan pada luka
dalam waktu yang lama sesudah insisi.
tindakan TUR-P.
Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, Menurunkan tegangan otot,
termasuk latihan nafas dalam, memfokuskan kembali perhatian
visualisasi. dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
Jagalah selang drainase urine tetap aman Sumbatan pada selang kateter oleh
dipaha untuk mencegah peningkatan bekuan darah dapat menyebabkan
tekanan pada kandung kemih. Irigasi distensi kandung kemih dengan
kateter jika terlihat bekuan pada selang. peningkatan spasme.
Observasi tanda – tanda vital Mengetahui perkembangan lebih
lanjut.
kolaborasi dengan dokter untuk memberi Menghilangkan nyeri dan mencegah
obat – obatan (analgesik atau anti spasmus kandung kemih.
spasmodik ).
Brunner & Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
Doengoes, M.E & Alice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Dokumentasi Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Long, B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah Suatu pendekatan Proses keperawatan. Jakarta:
EGC
Nanda. 2012. Diagnosis Keperawatan Nanda 2012-2014. Jakarta: EGC
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika
Price, S.A, & Wilson, L.M. 2005. Pathofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Purnomo, Basuki B. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto