Anda di halaman 1dari 10

AGROINTEK Volume 7, No.

1 Maret 2013 11

PENGARUH KETERSEDIAAN OKSIGEN PADA PRODUKSI EPIGLUKAN


OLEH Epicoccum nigrum MENGGUNAKAN MEDIA MOLASES

Miftahul Choiron, Jayus, Sony Suwasono


Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
Korespondensi : miftahul.choiron@yahoo.com

ABSTRACT

The compound β-glucan is a polymer of glucose, which is polymerized through beta


glycoside bond. The compound β-glucan has anti-tumor benefits, reducing the risk of heart
disease, lowering cholesterol and so forth. The compound β-glucan can be produced by the
fungus in ukstraseluler. One of the molds that can produce compounds in the extracellular β-
glucan is Epicoccum nigrum, often called epiglucan. The purpose of this study was to determine
the effect of aeration and oxygenation to the production epiglukan by Epicoccum nigrum in
molasses media. This research was conducted using descriptive method with 3 under controlled
conditions : anaerobic, aeration and oxygenation in the Stired Continuous Tank Reactor (batch
culture). The parameters observed were the biomass (g / L), epiglucan (g/L), reducing sugar
content (%) and pellet diameter are formed. Biomass and highest epiglikan obtained in
oxygenated conditions which amounted to 7.074 g / L and 2.01 g / L. The resulting biomass
pellet-shaped with the largest diameter occurs in conditions of oxygenation that is 0.37 mm.
residual reducing sugar at the end of fermentation the greatest there is in the anaerobic
condition is 1.529%
Keyword : Epiglucan, β-glucan, Epicoccum nigrum, oxygen availability

PENDAHULUAN adalah kemampuan untuk menjadi pengental


Bahan pangan yang kini mulai dan pembentuk tekstur (Ramesh dan
banyak diminati konsumen bukan saja yang Tharanathan, 2003) serta dapat mengurangi
mempunyai komposisi gizi yang baik serta resiko terkena penyakit jantung koroner
penampakan dan cita rasa yang menarik, (Wood dan Beer dalam Cui, 2001), dan
tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis memiliki aktivitas antitumor (Mizuno dkk .,
tertentu bagi tubuh (Astawan, 2003). dalam Ramesh dan Tharanathan, 2003).
Golongan senyawa yang dianggap Bahkan sebuah studi terbaru, yang
mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu di dipublikasikan dalam American Journal of
dalam pangan fungsional adalah senyawa- Clinical Nutrition, melaporkan hasil
senyawa alami di luar zat gizi dasar yang penelitian tentang pengaruh minuman buah
terkandung dalam pangan yang bersangkutan, yang difortifikasi dengan β-glukan terdapat
salah satu diantaranya adalah senyawa β- tingkat kolesterol LDL (Low Density
glukan. Lipoprotein) pada 47 orang sukarelawan
Senyawa β-glukan yang saat ini menunjukkan terjadinya penurunan yang
tersedia dalam bentuk aktif adalah β-(1,3)- signifikan tingkat kolesterol LDL setelah
glukan dengan rantai tepi β-(1,6)-glukan, mengkonsumsi minuman buah tersebut
yang didapat dari khamir dan kapang, (Anonim, 2006a).
termasuk yang berasal dari mushroom. Selain Senyawa β-glukan merupakan
itu juga masih ada beberapa β-glukan yang biopolymer dari glukosa yang memiliki
berasal dari biji-bijian, seperti oat dan barley konfigurasi ikatan β- pada ikatan glikosida.
dengan komposisi ikatan β-(1,4)-glukosidik Senyawa ini diproduksi baik oleh mikroba
(Stone&Clarke, dalam Jayus, 2003). maupun non mikroba (Stone dan Clarke,
Banyak manfaat mengenai senyawa dalam Jayus, 2003). Senyawa β-glukan
β-glukan sedah dipublikasikan, diantaranya didapat dari khamir dan kapang, termasuk
12 Pengaruh ketersediaan oksigen...(Miftahul C, dkk)

yang berasal dari mushroom. Banyak mikroba menghasilkan metabolit yang berbeda pula.
yang diketahui memproduksi eksopolisakarida Sebagai contoh, Aspergillus niger dalam
dengan variasi struktur yang kompleks bentuk pellet akan menghasilkan metabolit
(Ramesh dan Tharanathan, 2003). Banyaknya asam sitrat sedangkan dalam bentuk filamen
glukan dihasilkan dari dinding sel yang terdispersi akan menghasilkan metabolit
Saccharomyces cereviceae, dan hanya sedikit berupa amylase (Gibbs, 2000).
publikasi yang menjelaskan produksi glukan Transfer oksigen pada sel mikroba
secara ekstraseluler sebagai hasil sekresi merupakan suatu hal yang sangat penting pada
mikroba selama pertumbuhan. Merupakan hal fermentasi secara aerob dan hal tersebut dapat
yang menarik apabila memproduksi glukan menjadi sulit pada beberapa jenis fermentasi
secara ekstraseluler menggunakan kapang dengan media pertumbuhan yang, berbeda. E.
Epicoccum nigrum karena beberapa nigrum merupakan jenis kapang yang bersifat
turunannya mungkin juga dapat dihasilkan. aerob, oleh karenanya sangat diperlukan
Peningkatan produksi glukan dapat adanya oksigen yang cukup untuk
ditempuh dengan cara optimasi lingkungan pertumbuhannya. Ketersediaan oksigen dalam
tumbuh, penggunaan sumber karbon kultur terendam sangat dibutuhkan oleh E.
alternative (Nuswantara, 2004). Dalam nigrum dalam pertumbuhannya, namun
produksi glukan secara ekstraseluler sampai saat ini belum diketahui seberapa
menggunakan kapang E. nigrum dapat besar kebutuhan oksigen bagi E. nigrum.
digunakan molases masih memiliki Ketersediaan oksigen dalam penelitian ini
kandungan gula yang cukup tinggi, antara lain akan diatur dengan beberapa cara yaitu aerasi
adalah sukrosa (30-40%), dekstrosa (4-9%) dan oksigen.
dan levulosa (5-12%). Selain itu produksi
molases di dalam negeri juga sangat tinggi METODOLOGI PENELITIAN
seiring meningkatnya produksi gula dalam
Bahan Penelitian
negeri, lebih dari 45.000 ton per tahun untuk Penelitian ini menggunakan biakan
tiap BUMN perkebunan (Anonim, 2006b), murni E. nigrum strain F19 yang diperoleh
sehingga bahan baku yang digunakan untuk dari Culture Collection of La Trobe
media pertumbuhan kapang tersebut mudah University (Australia), yang ditumbuhkan
didapat. pada media Malt Extract Agar (MEA) dan
Optimasi lingkungan tumbuh dapat molases. Bahan kimia yang digunakan adalah
dilakukan dengan mengkondisikan kultur K2HPO4, CuSO4.5H2O, ZnSO4.7H2O, H2SO4,
pada kondisi optimum pertumbuhan kapang. Na2MoO4.2H2O, MgSO4.7H2O (sebagai
Penelitian dengan perlakuan pH 6 bahan-bahan untuk membuat mineral
menggunakan media molases pada shaker solution), NaNOM3,NaOH, alkohol teknis dan
flask menghasilkan epiglukan 4.36 gr/L aquades.
(Hapsari, 2006). Kontrol terhadap media
pertumbuhan sulit dilakukan pada metode Alat Penelitian
tersebut untuk mengendalikan kondisi Alat yang digunakan dalam
pertumbuhan, oleh karena itu penggunaan penelitian ini meliputi: satu set fermenter tipe
fermenter dalam proses fermentasinya CSTR (Continous Sired Tank Reactor),
diharapkan mampu memberikan kondisi Erlenmeyer 250 ml dan 1000 ml, gelas ukur
terkendali bagi pertumbuhan E. nigrum. 100 ml dan 10 ml, sendok stainless-steel,
Kondisi lingkungan pada fermentasi beaker glass 100 ml, 1000 ml, 2000 ml dan 50
dengan menggunakan fermenter akan ml, tabung reaksi, pengaduk kaca, pipet tetes,
mempengaruhi morfologi hifa dan struktur cawan petri,hot plate, incubator, oven
pellet dari E.nigrum. Faktor-faktor yang pengering, neaca analitik, pompa vakum, 1 set
mempengaruhi pertumbuhan kapang pada filter bakteri, stirrer, jarum ose, kapas sumbat,
kultur terendam antara lain tingkat agista, alumunium foil, cling wrap, kertas kayu, botol
produksi CO2, pH, perubahan O2 , komposisi semprot, pH-meter, laminar air-flow,
medium, serta konsentrasi inokulum. Faktor- autoklaf, dan Bunsen.
faktor tersebut juga dapat mempengaruhi
morfologi kapang yang berbeda dapat
AGROINTEK Volume 7, No.1 Maret 2013 13

Metode Penelitian Pembuatan Media Pertumbuhan E. nigrum


Penelitian ini dilakukan dengan Media molasses diberi pretreatment
menggunakan media molasses dan beberapa (hidrolisa), diatur pH nya hingga mencapai
kondisi yang terkendali. Proses fermentasi pH 6 kemudian ditambahkan NaNO3
dilakukan pada pH awal 6, suhu pertumbuhan sebanyak 0,5 g/L dan larutan garam mineral
28oC dan agitasi 500 rpm dengan perlakuan: yang telah disiapkan sebanyak 50 ml/L.
A1 = Tanpa aerasi Kemudian sebanyak 1L media yang telah
A2 = Aerasi 0,3 vvm (volume per volume diperoleh dimasukkan dalam fermenter untuk
menit) kemudian disterilisasi. Sterilisasi dilakukan
A3 = Oksigenasi 0,3 vvm (volume per volume pada suhu 1210C tekanan 1 atm, selama 15
menit) menit.
Aerasi diberikan dengan
Inokulasi Biakan E. nigrum dalam Media
mengalirkan udara bebas kedalam medium
Cair
sedangkan oksigenasi dilakukan dengan
Proses inokulasi ini harus dilakukan
mengalirkan oksigen murni kedalam media
secara aseptis. Inokulum di scrap dan
pertumbuhan menggunakan tabung oksigen.
diencerkan kemudian diukur konsentrasinya.
Pada masing-masing perlakuan
Setelah diketahui jumlah sel dalam suspensi
diambil sampelnya untuk dilakukan
barulah sel dipindahkan kedalam Erlenmeyer
pengamatan pada hari ke : 0,1,2,3,4,5 dan 6.
steril untuk kemudian diinokulasikan ke
Parameter pengamatan yang dilakukan berupa
dalam fermenter sehingga jumlah yang
pengamatan terhadap biomassa dengan
ditambahkan sama setiap kali ulangan.
menghitung berat keringnya, pengamatan
Pemindahan suspensi sel dilakukan secara
epiglukan dan pengamatan gula reduksi.
aseptis untuk menghindari resiko kontaminasi.
Pengamatan juga dilakukan terhadap
Setelah biakan E. nigrum diinokulasikan ke
morfologi E. nigrum berupa diameter pellet
dalam media cair kemudian diinkubasi selama
pada masing-masing pengamatan. Masing-
6 hari pada 500 rpm dengan suhu 280C.
masing perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali
ulangan kemudian dari data pengamatan Penentuan Biomassa
terhadap biomassa, epiglukan dan kadar gula Media yang akan dilakukan
reduks dicari rata-rata kemudian dibuat grafik. pengamatan diekstraksi dengan filter set dan
dibantu pompa vakum. Biomassa E. nigrum
Pertumbuhan Kultur E. nigrum dalam Malt
dipisahkan dari filtratenya dengan
Ekstrak Agar (MEA)
penyaringan yang berat awal kertas saring
Kultur murni E. nigrum berasal dari
diketahui. Kemudian kertas saring yang berisi
Culture Collection of La Trobe University
biomassa tersebut dioven pada suhu 100oC
(Australia) yang kemudian digunakan sebagai
sampai beratnya konstan, setelah kering
kultur stok dalam bentuk media agar miring.
ditimbang sehingga diketahui berat akhirnya.
Untuk mengembangkan atau memperbanyak
Berat sel diketahui dengan menghitung selisih
kultur E. nigrum bisa dilakukan dengan
berat awal dan berat akhir.
menggunakan MEA. MEA dan cawan petri
yang digunakan harus benar-benar steril.
Penentuan Rendemen Epiglukan
Cawan yang telah diisi 20 ml MEA dibiarkan Ekstraksi epiglukan dilakukan
hingga padat di dalam laminar air flow. dengan penambahan etanol teknis pada filtrat
Setelah media agar benar-benar telah padat, yang diperoleh dengan perbandingan 1:1.
maka dilakukan pemindahan kultur E. nigrum Filtrate kemudian dikocok atau diaduk
dari agar miring ke media MEA dengan sehingga homogeny. Larutan etanol dan filtrat
teknik taburan atau penyebaran. Plate yang ini disaring dengan menggunakan kertas
telah terisi culture diinkubasi pada suhu 28oC, saring yang telah diketahui beratnya, dalam
selama 3-4 hari. penyaring vakum. Kertas saring yang berisi
epiglukan dioven pada suhu 1000C sampai
beratnya konstan. Selisih antara berat kertas
saring setelah dioven dengan berat awalnya
adalah rendemen dari epiglukan.
14 Pengaruh ketersediaan oksigen...(Miftahul C, dkk)

Analisa Gula Reduksi Metode Nelson A2), biomassa yang terbentuk pada hari ke 4
Somogy. sebesar 1,506 ± 0,482 g/L. pada hari ke 6
Analisa gula reduksi dilakukan biomassa mengalami penurunan hingga
dengan menggunakan metode Nelson Somogy mencapai 1,301 ± 0,313 g/L. Pada kondisi
yang meliputi pembuatan kurva standar pemberian oksigen (perlakuan A3), biomassa
kemudian dilakukan pengukuran gula reduksi. yang terbentuk lebih besar jika dibandingkan
Prosedur analisa mengacu pada prosedur dengan perlakuan A1 dan perlakuan A2. Pada
menurut Sudarmadji dkk. (1996). kondisi teroksigenasi ini pertumbuhan
biomassa pada hari ke 4 sebesar 7,074 ± 0,786
HASIL DAN PEMBAHASAN g/L. Pada hari ke 6 biomassa mengalami
penurunan hingga mencapai 6,146 ± 1,358
Pembentukan Biomassa oleh E. nigrum
E. nigrum selama pertumbuhannya g/L.
dalam kultur terendam (submerged culture) Berdasarkan data-data tersebut
membentuk biomassa yang berupa pellet. diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan E.
Pembentukan biomassa oleh E. nigrum pada nigrum dipengaruhi oleh ketersediaan
kondisi ketersediaan oksigen yang berbeda oksigen. Pengaruh oksigen terhadap biomassa
dapat dilihat pada Gambar 1. Pertumbuhan yang terbentuk ditunjukkan oleh peningkatan
biomassa pada mikroorganisme terjadi secara jumlah berat kering biomassa E. nigrum, jadi
eksponensial dimana pada awal pertumbuhan semakin tinggi ketersediaan oksigen maka
merupakan fase adaptasi (lag phase) yang semakin tinggi biomassa yang terbentuk.
kemudian diikuti pertumbuhan yang cepat Pengaruh ini diduga terkait dengan proses
pada fase pertumbuhan (log phase). Fase metabolisme sel dimana pada jalur glikolisis
berikutnya merupakan fase stasioner dimana akan menghasilkan 2 molekul asam piruvat
pertumbuhan mikroorganisme dalam keadaan untuk tiap molekul glukosa dan dalam
statis yang pada akhirnya menuju fase keadaan aerobik atau adanya oksigen masing-
kematian (death phase) akibat autolisis masing asam piruvat akan memasuki
mikroorganisme itu sendiri. mitokondria dan metabolisme terbentuk CO2
Pada kurva yang ditunjukkan dan H2O melalui siklus asam sitrat (Murray,
Gambar 1 terlihat bahwa pada kondisi 2003). Pengaruh pemberian oksigen seperti
ketersediaan oksigen yang terbatas atau pada E. nigrum juga terjadi pada kapang lain.
perlakuan tanpa aerasi (perlakuan A1) Zetelaki dan Vas (1968) mengungkapkan
pertumbuhan sel sudah mulai terjadi sejak hari adanya peningkatan oksigen dalam kultur A.
ke 1 dan pada hari ke 4 diperoleh berat kering niger dapat menghasilkan dinding sel yang
biomassa sebesar 1,29 ± o,158 g/L. kemudian lebih tebal daripada pemberian oksigen yang
turun terjadi 1,21 ± 0,054 g/L pada hari ke 6. lebih sedikit, sehingga berat kering biomassa
Sedangkan untuk perlakuan aerasi (perlakuan yang terbentuk akan lebih besar.

8
Biomassa (g/L)

6
Tanpa Aerasi
4 Aerasi
Oksigenasi
2

0
0 2 4 6 8
Inkubasi (hari)

Gambar 1 Pembentukan Biomassa oleh E. nigrum


AGROINTEK Volume 7, No.1 Maret 2013 15

Oksigen yang diberikan kepada autolisis yang terjadi pada kapang juga
media pertumbuhan, seperti pada penelitian diungkapkan oleh Sinha dkk. (dalam Hapsari,
oksigen yang disalurkan pada media yang 2006), dimana produksi biopolimer oleh
berasal dari udara bebas hanya sekitar 21% Paecilomyces japonica menggunakan batch
(Yatim, 1987) sedangkan pada perlakuan bioreactor, dengan waktu fermentasi selama 7
oksigenasi (A3) kadar oksigen yang hari, biomassa berbentuk pellet mengalami
disalurkan kedalam media ± 100% karena kerusakan dan miselianya lemah serta terlihat
berasal dari tabung oksigen. Perbedaan kadar kurus, menurut McNeil dkk. (1998), kondisi
oksigen yang diberikan pada media akan sumber nitrogen dan oksigen yang terbatas
mempengaruhi perbedaan ketersediaan dapat menyebabkan autolisis sel, dimana
oksigen dalam media itu sendiri. Ketersediaan aktivitas β-(1,3)-glukanolitik dapat digunakan
oksigen yang mempengaruhi positif maupun sebagai indikasi adanya degradasi matriks
negatif. Pengaruh positif oksigen terkait polimer dinding sel yang terjadi selama
dengan proses metabolisme sel seperti yang autolisis sel oleh jamur Pinicillium
ditunjukkan oleh E. nigrum yakni chrysogenum. Selain itu Metarhizium
pembentukan biomassa yang lebih tinggi. aniopliae juga mengalami penurunan berat
Ketersediaan oksigen juga dapat berpengaruh kering biomassanya selama proses autolisis
negatif pada mikroorganisme yang lain sebesar 7,4% pada hari ke 7 dan pencapai
terutama pada konsentrasi yang tinggi dan penurunan 61,4% pada hari ke 16 (Braga dkk.,
akan berpengaruh pada mikroorganisme yang 1999).
bersifat anaerob. Pengaruh ini biasanya terkait
Pembentukan Epiglukan oleh E. nigrum
sifat toksik atau racun dari oksigen apabila
Pembentukan epiglukan oleh E.
membentuk radikal bebas atau superoksida.
nigrum pada pemberian oksigen yang berbeda
Radikal superperoksida dan produk ikutan
dapat dilihat pada Gambar 2. Pada grafik
kasil reaksi O2- dengan H2O2 yaitu radikal
tersebut terlihat bahwa produksi epiglukan
hidrokdil bersifat sangat reaktif sehingga
oleh E. nigrum mulai terjadi pada hari ke 1
dapat menjadi racun bagi sel (Schlegel, 1994).
untuk ketiga kondisi perlakuan. Pada kondisi
Pada penelitian ini tidak dilakukan
tanpa aerasi (perlakuan A1), produksi
pengamatan terhadap efek negative dari
epiglukan mencapai 0,748 ± 0,044 g/L pada
ketersediaan oksigen yang berlebih.
hari ke 4 dan turun menjadi 0,602 ± 0,11 g/L
Biomassa E. nigrum mengalami
pada hari ke 6 (Lampiran B1). Pada kondisi
penurunan setelah mencapai berat kering
pemberian aerasi (perlakuan A2), produksi
biomassa yang maksimal, penurunan berat
epiglukan oleh kapang ini pada hari ke 4
kering biomassa ini kemungkinan diakibatkan
sebesar 0,802 ± 0,054 g/L dan turun hingga
oleh lisisnya sel kapang itu sendiri. Autolisis
mencapai pada hari ke 6. Pada perlakuan
yang dialami oleh kapang dan sel yang lain
oksigenasi (perlakuan A3) terjadi
dapat menyebabkan penurunan berat biomassa
pembentukan epiglukan yang lebih besar
karena selama proses lisis tersebut
dibandingkan dengan perlakuan A1 dan
mitokondria akan mengeluarkan enzim yang
perlakuan A2. Pada hari ke 4 produksi
dapat menghancurkan organela-organela
epiglukan sebesar 2,01 ± 0,03 g/L sedangkan
termasuk membran sel itu sendiri sehingga sel
pada hari ke 6 produksi epiglukan menurun
tersebut akan mengalami kerusakan sehingga
menjadi 1,118 ± 0,094 g/L.
komponen sel akan hilang dan terdispersi
kedalam media. Kerusakan pellet atau
16 Pengaruh ketersediaan oksigen...(Miftahul C, dkk)

2,5
Epiglukan (g/L) 2
1,5
Tanpa Aerasi
1 Aerasi
0,5 Oksigenasi

0
0 2 4 6 8
Inkubasi (hari)

Gambar 2 Pembentukan Epiglukan oleh E. nigrum

Gambar 3 Pembentukan Epiglukan dan Biomassa oleh E. nigrum


Hubungan antara pertumbuhan kemungkinan dilakukan untuk menyusun
biomassa dan produksi epiglukan
piglukan terlihat pada dinding sel kapang, hal ini seperti yang telah
Gambar 3. Kurva tersebut menunjukkan diungkapkan oleh Ruiz--Herrera (1991),
bahwa epiglukan diproduksi seiring dengan dimana β-glukan
glukan yang disintesis merupakan
pertumbuhan biomassa sel sehingga penyusun dari dinding sel. Schizophyllum
kemungkinan E. nigrum mengalami proses commune merupakan salah satu contoh
fermentasi secara growth related yaitu kapang yang memiliki komponen ββ-glukan
pertumbuhan biomassa atau sel dan sebagai penyususn dinding selnya (Wessel
pembentukan metabolit atau produk berjalan
berj dan Sietsma, 1979). Pembentukan ββ-glukan
seiring. pada dinding
ding sel diawali oleh adanya gula
E. nigrum merupakan kapang yang yang diaktifasi oleh UPT yaitu gula UDT
bersifat aerob sehingga dalam (Urasil Dinukleotida Phospat) yang kemudian
pertumbuhannya membutuhkan oksigen. diikat oleh lipid sebagai pengangkut dan
Selama pertumbuhannya kapang ini akan disusun menjadi komponen
komponen-komponen
menghasilkan metabolit primer dan sekunder. homopolimer atau heteropolimer yang
Metabolit primer yang dihasilkan oleh E. spesifik, jika β-glukan
glukan dib
dibentuk sebagai
nigrum tidak diamati pada penelitian kali ini. dinding sel maka akan diangkut dari protoplas
Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh ke lapisan dinding sel dan jika ββ-glukan
kapang ini antara lain pigmen (Tuttobello, disintesa secara ekstraselular maka ββ-glukan
1969) dan epiglukan (Schmid, 2001). Dari dari protoplas diangkut ke lapisan luar dari
gambar 3 terlihat bahwa epiglukan diproduksi dinding sel dimana zat ini dihubungkan
seiring dengan pertumbuhan sel itu sendiri. menjadi makromolekul eksop eksopolisakarida
rmasuk β-glukan,
Polisakarida, termasuk β (Schlegel, 1994).
disintesis oleh kapang secara intraselular Epiglukan merupakan polisakarida
maupun secara ekstraselular. Pembentukan β- β yang dihasilkan oleh E. nigrum secara
glukan oleh kapang secara intraselular eksoselular. Pembentukan ββ-glukan diduga
AGROINTEK Volume 7, No.1 Maret 2013 17

sebagai cadangan sumber karbon atau energi, untuk digunakan sebagai cadangan sumber
untuk melindungi sel dari tekanan dan energy oleh C. fusiformis.
kehilangan air (Willets, 1971). Dari hasil
Diameter Pellet E. nigrum pada Kadar
penelitian ini dapat dilihat bahwa produksi
Oksigen yang Berbeda Dalam Media
epiglukan akan mengalami peningkatan
Bentuk morfologi dari kapang
seiring semakin tingginya ketersediaan
selama pertumbuhannya akan berpengaruh
oksigen pada media fermentasi. Peningkatan
terhadap metabolit yang dihasilkan. Sebagai
ini diduga terkait keberadaan oksigen yang
contoh A. niger akan memproduksi metabolit
mendukung pembentukan enzim yang
berupa asam sitrat jika morfologinya berupa
digunakan ubtuk proses polimerisasi
pellet akan tetapi jika morfologi
ekstraselular.
pertumbuhannya berupa filamen terdispersi
Kondisi perlakuan oksigenasi
maka metabolit adalah amilase (Seviour dkk.,
(perlakuan A3) menghasilkan produk
1992). E. nigrum selama pertumbuhannya
epiglukan yang lebih tinggi dibandingkan
pada kultur terendam menggunakan media
kondisi perlakuan A1 dan A2. Hal ini
molases membentuk pellet dengan hasil
menunjukkan bahwa peningkatan oksigen
metabolit berupa eksopolisakarida.
akan menyebabkan peningkatan jumlah
Ketersediaan oksigen
produksi epiglukan. Meski beberapa
mempengaruhi ukuran pellet dari E. nigrum
penelitian yang lain menunjukkan hasil yang
seperti yang terlihat pada Gambar 4.4 dimana
sebaliknya namun tidak sedikit peneliti yang
ukuran pellet meningkat seiring peningkatan
mempublikasikan penelitiannya bahwa
jumlah oksigen yang diberikan. Pada kondisi
transfer oksigen yang tinggi dapat
perlakuan A1, ukuran pellet yang terbentuk
menghasilkan pembentukan eksopolisakarida
rata-rata berdiameter tetap 0,14 mm,
yang tinggi pula seperti yang dikemukakan
sedangkan untuk kondisi perlakuan A2
oleh Rho dan Dufresne (dalam Seviour dkk.,
diameter maksimum pellet yang dibentuk
1992), bahwa transfer oksigen yang tinggi
terjadi pada hari ketiga yaitu 0,2 mm. Pada
dapat menghasilkan pembentukan pululan
kondisi perlakuan A3 diameter pellet yang
yang tinggi pula.
dibentuk meningkat dan mencapai ukuran
Berdasarkan data hasil penelitian ini,
maksimum pada hari keempat yang rata-rata
epiglukan akan mengalami penurunan setelah
berukuran 0,37 mm. Perbedaan ini
beberapa hari. Penurunan epiglukan
kemungkinan disebabkan oleh kebutuhan
kemungkinan disebabkan karena beberapa
oksigen E. nigrum dalam proses
faktor misalnya adanya degradasi epiglukan
metabolismenya yang menggunakan oksigen
oleh enzim glukanase yang kemungkinan
dari media disekitarnya sehingga
dihasilkan oleh E. nigrum karena telah
pertumbuhan dan pembentukan pellet lebih
terbatasnya sumber karbon glukosa yang
besar. Jalur metabolisme yang terkait dengan
dapat digunakan untuk pertumbuhan dan
pertumbuhan dan ukuran diameter pellet yang
membentuk epiglukan. Beberapa jenis kapang
dihasilkan kemungkinan pada jalur setelah
lain yang telah dipublikasikan seperti A.
glikolisis yaitu pada pembentukan asetil KoA
persicinum, S. glucanicum dan C. fusiformis
dari asam piruvat dan adanya oksigen sebagai
menghasilkan enzim glukanase yang dapat
aseptor elektron terakhir hingga membentuk
memecah β-glukan yang telah dihasilkan.
H2O dan CO2. Meski belum ada penjelasan
Degradasi epiglukan menjadi monomer
yang mendasari hasil penelitian ini secara
glukosa dilakukan jika jumlah glukosa dalam
tepat mengenai pengaruh oksigen terhadap
substrat semakin terbatas sehingga glukosa
morfologi pellet yang dibentuk namun
hasil degradasi itu kemungkinan dapat
penelitian yang dilakukan Litchfield (1970)
digunakan kembali sebagai sumber karbon.
dan Martin dan Bailey (1985) menunjukkan
Hal ini seperti dikemukakan oleh Seviour
bahwa tingkat aerasi dapat mempengaruhi
dkk., (1992) bahwa β-glukan disintesa juga
struktur dan ukuran pellet, seperti pada
Agaricus campestris NRRL 2334.
18 Pengaruh ketersediaan oksigen...(Miftahul C, dkk)

0,4

0,3 Tanpa Aerasi

0,2 Aerasi

Oksigenasi
0,1

0
0 1 2 3 4 5 6 7

Gambar 4 Ukuran Diameter Rata-rata Pellet E. nigrum pada Berbagai Kondisi Ketersediaan
Oksigen

6
Agitasi
Persentase Gula Reduksi (%)

5
Aerasi
4 Oksigenasi

3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Inkubasi (hari)

Gambar 5 Persentase Sisa Gula Reduksi

A2 penurunan kadar gula reduksi sebesar


Persentase Sisa Gula Reduksi pada
71,44 % dari hari ke nol sebesar 4,898 %
Ketersediaan Oksigen yang Berbeda
menjadi 1,399 % pada hari keempat.
E. nigrum selama pertumbuhannya
Sedangkan untuk kondisi perlakuan A3
akan menggunakan gula reduksi, terutama
penurunan gula reduksi merupakan yang
glukosa, untuk proses metabolisme. Gambar 5
paling besar yaitu sebesar 76,46 % dari hari
menunjukkan persentasepenggunaan gula
ke nol sebesar 4,898 % menjadi 1,153 % pada
reduksi oleh E. nigrum selama
hari keempat.
pertumbuhannya dari hari pertama hingga hari
Penurunan kadar gula reduksi yang
keenam. Dari kurva tersebut dapat kita lihat
cukup besar hanya terjadi pada awal
bahwa terjadi penurunan persentase gula
pertumbuhan, hal ini diduga dikarenakan pada
reduksi untuk ketiga kondisi perlakuan yang
saat tersebut E. nigrum akan menggunakan
berbeda, hal ini menunjukkan bahwa E.
gula-gula reduksi sebagai sumber karbon,
nigrum menggunakan gula reduksi tersebut
terutama glukosa, secara langsung untuk
untuk proses metabolism selama
kelangsungan hidup dan proses metabolisme
pertumbuhannya.
selnya, sedangkan pada hari berikutnya
Dari ketiga kondisi fermentasi
penurunan tidak terlalu signifikan diduga
tersebut perbedaan penggunaan gula reduksi
karena pada kondisi tersebut jumlah sumber
mulai terlihat pada hari pertama. Pada kondisi
karbon yang berupa glukosa dalam media
perlakuan A1 terjadi penurunan kadar gula
yang berupa molasses mulai menipis dan yang
reduksi sebesar 63,67 % dari hari ke nol
tersisa adalah disakarida ataupun polisakarida
sebesar 4,898 % menjadi 1,779 % pada hari
sehingga E. nigrum harus merombaknya
keempat. Sedangkan pada kondisi perlakuan
terlebih dahulu menjadi gula sederhana untuk
AGROINTEK Volume 7, No.1 Maret 2013 19

dapat digunakan sebagai sumber karbon anisopliae Culture. Revista de


sehingga penurunan persentasenya tidak Microbilogia. 30 : 107-113
terlalu besar. Schlegel (1994), mengemukkan Cui, S. W 2001. Polysaccharide Gums from
bahwa mikroorganisme akan terlebih dahulu Agricultural Products. Pennsylvania:
menggunakan sumber karbon yang mudah Technomic Publishing Co.
dimetabolisme, dalam hal ini glukosa, terlebih Hapsari, S. M. 2006. Pemanfaatan Molases
dahulu selama pertumbuhannya. Sebagai Media Produksi Epiglukan
Berdasarkan grafik yang terbentuk, oleh Epicoccum nigrum. Karya Ilmiah
gula reduksi terus mengalami penurunan dan Tertulis. Jember : Fakultas Teknologi
tidak habis pada akhir fermentasi di hari ke 6. Pertanian Universitas Jember.
Hal ini diperkirakan dapat terjadi karena Jayus. 2003. Properties of the β-Glucanases
pembentukan enzim eksoselular glukanase from Acremonium sp. IMI 383086 and
yang memecah epiglukan menjadi monomer Factors Affecting Their Production.
glukosa akan menambah jumlah gula reduksi Thesis. La Trobe University Bendigo
pada substrat apabila jumlah glukosa dalam Australia.
media terbatas. Hal ini seperti yang McNeil, B., Berry, D.R., Harvey, L.M., Grant,
diungkapkan Seviour dkk. (1992) dimana A., dan Whitw, S. 1998. Measurement
pembentukan β-glukan digunakan sebagai of Autolysis in Submerged Bacth
produk untuk menyimpan energy sehingga Cultures of Penillicium chrysogenum.
pada kondisi tertentu β-glukan tersebut akan Biotechnology and Bioengeenering 57 :
didegradasi agar dapat digunakan oleh 297-305. www.wiley Interscience
mikroorganisme untuk pertumbuhan dan Journal Abstract.htm. [5 April 2007]
mempertahankan hidupnya. Murray, R. K., Granner D. K., Mayes, P. A.,
dan Rodwell V. W. 2003. Biokimia
KESIMPULAN Harper. Jakarta : Penerbit Buku
Dari hasil penelitian ini ini, dapat Kedokteran EGC.
diambil kesimpulan bahwa (i) Ketersediaan Nuswantara, Sukma. 2004. Produksi
oksigen berpengaruh terhadap pembentukan Biopolimer Beta Glukan dan
biomassa dan produksi epiglukan dimana Komplementasi Mutan TN-5 : DIP
semakin tinggi tingkat ketersediaan oksigen 2004. Indonesian Institute of Sciences,
maka semakin tinggi pula pertumbuhan Research Center for Biotecnology.
biomassa dan produksi epiglukan yang Plazl, P. Znidarsie. 2006. The Influence of
dihasilkan. (ii) Pertumbuhan biomassa Some Engineering Variables Upon the
tertinggi diperoleh pada perlakuan oksigenasi Morphology of Rhizopus nigricans in a
sebesar 7,704 g/L kemudian disusul perlakuan StrredTankBioreactor. Faculty of
aerasi dan tanpa aerasi sebesar masing-masing Chemistry and Chemical Technology,
sebesar 1,728 g/L dan 1,332 g/L. (iii) University of Ljubljana, (3) 275-280.
Produksi epiglukan tertinggi terjadi pada Ramesh, H. P. dan Tharanathan R. N. 2003.
perlakuan oksigenasi sebesar 2,01 g/L Carbohydrates-The Renewable Raw
kemudian disusul perlakuan aerasi dan tanpa Materils of High Biotechnological
aerasi sebesar 1,105 g/L dan 0,974 g/L. (iv) Value. Critical Review in
Selama proses fermentasi E. nigrum Biotechnology 23 (2) : 149-173
membentuk pellet dengan ukuran diameter Ruiz-Herrera J. 1991. Biosynthesis of β-
rata-rata terbesar adalah perlakuan oksigenasi Glucans in Fungi. Anton. Van
sebesar 0,37 mm yang selanjutnya aerasi 0,2 Leeuwen., 60, 73.
mm dan tanpa aerasi 0,14 mm. Schlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi Umum.
Yogyakarta : UGM Press.
DAFTAR PUSTAKA Schmid, F., Stone, B. A., McDougall, B. M.,
Bacic, A., Martin, K. L., Brownlee, R.
Braga, Gilberto U.L., Richardo H. D. R. dan T. C., Chai, E., Seviour, R. J. 2001.
Claudio L. M. 1999. Protease Structure of Epiglucan, A highly Side-
Production During Growth and Chain/Branched (1→3; 1→6)-β-
Autolysis of Submerged Metarhizium Glucan from The Micro Fungus
20 Pengaruh ketersediaan oksigen...(Miftahul C, dkk)

E.nigrum. Carbohydrate Research


331:163-171.
Savior, R. J., Stasinopoulus, S. J., Auer, D. P.
F. dan Gibbs, P. A. 1992. Production of
Pullulan and Other Exopolysaccharides
by Filamentous Fungi. Critical Review
in Biotechnological 12(3) : 279-298.
Wessel dan Sietsma. 1979. Wall Structure and
Growth in Schizophylum commune. In
Fungal Walls Growth. Cambridge
University Press.
Willets, H.J. 1971. The Survival of Fungal
Sclerotia Under Adverse Environmental
Conditions. Biol. Rev., 46, 387.
Zetelaki, K. dan Vas, K. 1968. The role of
aeration and agitation in the
production of glucose axidase in
submerge culture. Biotechnology,
Bioeng. X : 45-59.

Anda mungkin juga menyukai