2045 4764 1 SM PDF
2045 4764 1 SM PDF
1 Maret 2013 11
ABSTRACT
yang berasal dari mushroom. Banyak mikroba menghasilkan metabolit yang berbeda pula.
yang diketahui memproduksi eksopolisakarida Sebagai contoh, Aspergillus niger dalam
dengan variasi struktur yang kompleks bentuk pellet akan menghasilkan metabolit
(Ramesh dan Tharanathan, 2003). Banyaknya asam sitrat sedangkan dalam bentuk filamen
glukan dihasilkan dari dinding sel yang terdispersi akan menghasilkan metabolit
Saccharomyces cereviceae, dan hanya sedikit berupa amylase (Gibbs, 2000).
publikasi yang menjelaskan produksi glukan Transfer oksigen pada sel mikroba
secara ekstraseluler sebagai hasil sekresi merupakan suatu hal yang sangat penting pada
mikroba selama pertumbuhan. Merupakan hal fermentasi secara aerob dan hal tersebut dapat
yang menarik apabila memproduksi glukan menjadi sulit pada beberapa jenis fermentasi
secara ekstraseluler menggunakan kapang dengan media pertumbuhan yang, berbeda. E.
Epicoccum nigrum karena beberapa nigrum merupakan jenis kapang yang bersifat
turunannya mungkin juga dapat dihasilkan. aerob, oleh karenanya sangat diperlukan
Peningkatan produksi glukan dapat adanya oksigen yang cukup untuk
ditempuh dengan cara optimasi lingkungan pertumbuhannya. Ketersediaan oksigen dalam
tumbuh, penggunaan sumber karbon kultur terendam sangat dibutuhkan oleh E.
alternative (Nuswantara, 2004). Dalam nigrum dalam pertumbuhannya, namun
produksi glukan secara ekstraseluler sampai saat ini belum diketahui seberapa
menggunakan kapang E. nigrum dapat besar kebutuhan oksigen bagi E. nigrum.
digunakan molases masih memiliki Ketersediaan oksigen dalam penelitian ini
kandungan gula yang cukup tinggi, antara lain akan diatur dengan beberapa cara yaitu aerasi
adalah sukrosa (30-40%), dekstrosa (4-9%) dan oksigen.
dan levulosa (5-12%). Selain itu produksi
molases di dalam negeri juga sangat tinggi METODOLOGI PENELITIAN
seiring meningkatnya produksi gula dalam
Bahan Penelitian
negeri, lebih dari 45.000 ton per tahun untuk Penelitian ini menggunakan biakan
tiap BUMN perkebunan (Anonim, 2006b), murni E. nigrum strain F19 yang diperoleh
sehingga bahan baku yang digunakan untuk dari Culture Collection of La Trobe
media pertumbuhan kapang tersebut mudah University (Australia), yang ditumbuhkan
didapat. pada media Malt Extract Agar (MEA) dan
Optimasi lingkungan tumbuh dapat molases. Bahan kimia yang digunakan adalah
dilakukan dengan mengkondisikan kultur K2HPO4, CuSO4.5H2O, ZnSO4.7H2O, H2SO4,
pada kondisi optimum pertumbuhan kapang. Na2MoO4.2H2O, MgSO4.7H2O (sebagai
Penelitian dengan perlakuan pH 6 bahan-bahan untuk membuat mineral
menggunakan media molases pada shaker solution), NaNOM3,NaOH, alkohol teknis dan
flask menghasilkan epiglukan 4.36 gr/L aquades.
(Hapsari, 2006). Kontrol terhadap media
pertumbuhan sulit dilakukan pada metode Alat Penelitian
tersebut untuk mengendalikan kondisi Alat yang digunakan dalam
pertumbuhan, oleh karena itu penggunaan penelitian ini meliputi: satu set fermenter tipe
fermenter dalam proses fermentasinya CSTR (Continous Sired Tank Reactor),
diharapkan mampu memberikan kondisi Erlenmeyer 250 ml dan 1000 ml, gelas ukur
terkendali bagi pertumbuhan E. nigrum. 100 ml dan 10 ml, sendok stainless-steel,
Kondisi lingkungan pada fermentasi beaker glass 100 ml, 1000 ml, 2000 ml dan 50
dengan menggunakan fermenter akan ml, tabung reaksi, pengaduk kaca, pipet tetes,
mempengaruhi morfologi hifa dan struktur cawan petri,hot plate, incubator, oven
pellet dari E.nigrum. Faktor-faktor yang pengering, neaca analitik, pompa vakum, 1 set
mempengaruhi pertumbuhan kapang pada filter bakteri, stirrer, jarum ose, kapas sumbat,
kultur terendam antara lain tingkat agista, alumunium foil, cling wrap, kertas kayu, botol
produksi CO2, pH, perubahan O2 , komposisi semprot, pH-meter, laminar air-flow,
medium, serta konsentrasi inokulum. Faktor- autoklaf, dan Bunsen.
faktor tersebut juga dapat mempengaruhi
morfologi kapang yang berbeda dapat
AGROINTEK Volume 7, No.1 Maret 2013 13
Analisa Gula Reduksi Metode Nelson A2), biomassa yang terbentuk pada hari ke 4
Somogy. sebesar 1,506 ± 0,482 g/L. pada hari ke 6
Analisa gula reduksi dilakukan biomassa mengalami penurunan hingga
dengan menggunakan metode Nelson Somogy mencapai 1,301 ± 0,313 g/L. Pada kondisi
yang meliputi pembuatan kurva standar pemberian oksigen (perlakuan A3), biomassa
kemudian dilakukan pengukuran gula reduksi. yang terbentuk lebih besar jika dibandingkan
Prosedur analisa mengacu pada prosedur dengan perlakuan A1 dan perlakuan A2. Pada
menurut Sudarmadji dkk. (1996). kondisi teroksigenasi ini pertumbuhan
biomassa pada hari ke 4 sebesar 7,074 ± 0,786
HASIL DAN PEMBAHASAN g/L. Pada hari ke 6 biomassa mengalami
penurunan hingga mencapai 6,146 ± 1,358
Pembentukan Biomassa oleh E. nigrum
E. nigrum selama pertumbuhannya g/L.
dalam kultur terendam (submerged culture) Berdasarkan data-data tersebut
membentuk biomassa yang berupa pellet. diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan E.
Pembentukan biomassa oleh E. nigrum pada nigrum dipengaruhi oleh ketersediaan
kondisi ketersediaan oksigen yang berbeda oksigen. Pengaruh oksigen terhadap biomassa
dapat dilihat pada Gambar 1. Pertumbuhan yang terbentuk ditunjukkan oleh peningkatan
biomassa pada mikroorganisme terjadi secara jumlah berat kering biomassa E. nigrum, jadi
eksponensial dimana pada awal pertumbuhan semakin tinggi ketersediaan oksigen maka
merupakan fase adaptasi (lag phase) yang semakin tinggi biomassa yang terbentuk.
kemudian diikuti pertumbuhan yang cepat Pengaruh ini diduga terkait dengan proses
pada fase pertumbuhan (log phase). Fase metabolisme sel dimana pada jalur glikolisis
berikutnya merupakan fase stasioner dimana akan menghasilkan 2 molekul asam piruvat
pertumbuhan mikroorganisme dalam keadaan untuk tiap molekul glukosa dan dalam
statis yang pada akhirnya menuju fase keadaan aerobik atau adanya oksigen masing-
kematian (death phase) akibat autolisis masing asam piruvat akan memasuki
mikroorganisme itu sendiri. mitokondria dan metabolisme terbentuk CO2
Pada kurva yang ditunjukkan dan H2O melalui siklus asam sitrat (Murray,
Gambar 1 terlihat bahwa pada kondisi 2003). Pengaruh pemberian oksigen seperti
ketersediaan oksigen yang terbatas atau pada E. nigrum juga terjadi pada kapang lain.
perlakuan tanpa aerasi (perlakuan A1) Zetelaki dan Vas (1968) mengungkapkan
pertumbuhan sel sudah mulai terjadi sejak hari adanya peningkatan oksigen dalam kultur A.
ke 1 dan pada hari ke 4 diperoleh berat kering niger dapat menghasilkan dinding sel yang
biomassa sebesar 1,29 ± o,158 g/L. kemudian lebih tebal daripada pemberian oksigen yang
turun terjadi 1,21 ± 0,054 g/L pada hari ke 6. lebih sedikit, sehingga berat kering biomassa
Sedangkan untuk perlakuan aerasi (perlakuan yang terbentuk akan lebih besar.
8
Biomassa (g/L)
6
Tanpa Aerasi
4 Aerasi
Oksigenasi
2
0
0 2 4 6 8
Inkubasi (hari)
Oksigen yang diberikan kepada autolisis yang terjadi pada kapang juga
media pertumbuhan, seperti pada penelitian diungkapkan oleh Sinha dkk. (dalam Hapsari,
oksigen yang disalurkan pada media yang 2006), dimana produksi biopolimer oleh
berasal dari udara bebas hanya sekitar 21% Paecilomyces japonica menggunakan batch
(Yatim, 1987) sedangkan pada perlakuan bioreactor, dengan waktu fermentasi selama 7
oksigenasi (A3) kadar oksigen yang hari, biomassa berbentuk pellet mengalami
disalurkan kedalam media ± 100% karena kerusakan dan miselianya lemah serta terlihat
berasal dari tabung oksigen. Perbedaan kadar kurus, menurut McNeil dkk. (1998), kondisi
oksigen yang diberikan pada media akan sumber nitrogen dan oksigen yang terbatas
mempengaruhi perbedaan ketersediaan dapat menyebabkan autolisis sel, dimana
oksigen dalam media itu sendiri. Ketersediaan aktivitas β-(1,3)-glukanolitik dapat digunakan
oksigen yang mempengaruhi positif maupun sebagai indikasi adanya degradasi matriks
negatif. Pengaruh positif oksigen terkait polimer dinding sel yang terjadi selama
dengan proses metabolisme sel seperti yang autolisis sel oleh jamur Pinicillium
ditunjukkan oleh E. nigrum yakni chrysogenum. Selain itu Metarhizium
pembentukan biomassa yang lebih tinggi. aniopliae juga mengalami penurunan berat
Ketersediaan oksigen juga dapat berpengaruh kering biomassanya selama proses autolisis
negatif pada mikroorganisme yang lain sebesar 7,4% pada hari ke 7 dan pencapai
terutama pada konsentrasi yang tinggi dan penurunan 61,4% pada hari ke 16 (Braga dkk.,
akan berpengaruh pada mikroorganisme yang 1999).
bersifat anaerob. Pengaruh ini biasanya terkait
Pembentukan Epiglukan oleh E. nigrum
sifat toksik atau racun dari oksigen apabila
Pembentukan epiglukan oleh E.
membentuk radikal bebas atau superoksida.
nigrum pada pemberian oksigen yang berbeda
Radikal superperoksida dan produk ikutan
dapat dilihat pada Gambar 2. Pada grafik
kasil reaksi O2- dengan H2O2 yaitu radikal
tersebut terlihat bahwa produksi epiglukan
hidrokdil bersifat sangat reaktif sehingga
oleh E. nigrum mulai terjadi pada hari ke 1
dapat menjadi racun bagi sel (Schlegel, 1994).
untuk ketiga kondisi perlakuan. Pada kondisi
Pada penelitian ini tidak dilakukan
tanpa aerasi (perlakuan A1), produksi
pengamatan terhadap efek negative dari
epiglukan mencapai 0,748 ± 0,044 g/L pada
ketersediaan oksigen yang berlebih.
hari ke 4 dan turun menjadi 0,602 ± 0,11 g/L
Biomassa E. nigrum mengalami
pada hari ke 6 (Lampiran B1). Pada kondisi
penurunan setelah mencapai berat kering
pemberian aerasi (perlakuan A2), produksi
biomassa yang maksimal, penurunan berat
epiglukan oleh kapang ini pada hari ke 4
kering biomassa ini kemungkinan diakibatkan
sebesar 0,802 ± 0,054 g/L dan turun hingga
oleh lisisnya sel kapang itu sendiri. Autolisis
mencapai pada hari ke 6. Pada perlakuan
yang dialami oleh kapang dan sel yang lain
oksigenasi (perlakuan A3) terjadi
dapat menyebabkan penurunan berat biomassa
pembentukan epiglukan yang lebih besar
karena selama proses lisis tersebut
dibandingkan dengan perlakuan A1 dan
mitokondria akan mengeluarkan enzim yang
perlakuan A2. Pada hari ke 4 produksi
dapat menghancurkan organela-organela
epiglukan sebesar 2,01 ± 0,03 g/L sedangkan
termasuk membran sel itu sendiri sehingga sel
pada hari ke 6 produksi epiglukan menurun
tersebut akan mengalami kerusakan sehingga
menjadi 1,118 ± 0,094 g/L.
komponen sel akan hilang dan terdispersi
kedalam media. Kerusakan pellet atau
16 Pengaruh ketersediaan oksigen...(Miftahul C, dkk)
2,5
Epiglukan (g/L) 2
1,5
Tanpa Aerasi
1 Aerasi
0,5 Oksigenasi
0
0 2 4 6 8
Inkubasi (hari)
sebagai cadangan sumber karbon atau energi, untuk digunakan sebagai cadangan sumber
untuk melindungi sel dari tekanan dan energy oleh C. fusiformis.
kehilangan air (Willets, 1971). Dari hasil
Diameter Pellet E. nigrum pada Kadar
penelitian ini dapat dilihat bahwa produksi
Oksigen yang Berbeda Dalam Media
epiglukan akan mengalami peningkatan
Bentuk morfologi dari kapang
seiring semakin tingginya ketersediaan
selama pertumbuhannya akan berpengaruh
oksigen pada media fermentasi. Peningkatan
terhadap metabolit yang dihasilkan. Sebagai
ini diduga terkait keberadaan oksigen yang
contoh A. niger akan memproduksi metabolit
mendukung pembentukan enzim yang
berupa asam sitrat jika morfologinya berupa
digunakan ubtuk proses polimerisasi
pellet akan tetapi jika morfologi
ekstraselular.
pertumbuhannya berupa filamen terdispersi
Kondisi perlakuan oksigenasi
maka metabolit adalah amilase (Seviour dkk.,
(perlakuan A3) menghasilkan produk
1992). E. nigrum selama pertumbuhannya
epiglukan yang lebih tinggi dibandingkan
pada kultur terendam menggunakan media
kondisi perlakuan A1 dan A2. Hal ini
molases membentuk pellet dengan hasil
menunjukkan bahwa peningkatan oksigen
metabolit berupa eksopolisakarida.
akan menyebabkan peningkatan jumlah
Ketersediaan oksigen
produksi epiglukan. Meski beberapa
mempengaruhi ukuran pellet dari E. nigrum
penelitian yang lain menunjukkan hasil yang
seperti yang terlihat pada Gambar 4.4 dimana
sebaliknya namun tidak sedikit peneliti yang
ukuran pellet meningkat seiring peningkatan
mempublikasikan penelitiannya bahwa
jumlah oksigen yang diberikan. Pada kondisi
transfer oksigen yang tinggi dapat
perlakuan A1, ukuran pellet yang terbentuk
menghasilkan pembentukan eksopolisakarida
rata-rata berdiameter tetap 0,14 mm,
yang tinggi pula seperti yang dikemukakan
sedangkan untuk kondisi perlakuan A2
oleh Rho dan Dufresne (dalam Seviour dkk.,
diameter maksimum pellet yang dibentuk
1992), bahwa transfer oksigen yang tinggi
terjadi pada hari ketiga yaitu 0,2 mm. Pada
dapat menghasilkan pembentukan pululan
kondisi perlakuan A3 diameter pellet yang
yang tinggi pula.
dibentuk meningkat dan mencapai ukuran
Berdasarkan data hasil penelitian ini,
maksimum pada hari keempat yang rata-rata
epiglukan akan mengalami penurunan setelah
berukuran 0,37 mm. Perbedaan ini
beberapa hari. Penurunan epiglukan
kemungkinan disebabkan oleh kebutuhan
kemungkinan disebabkan karena beberapa
oksigen E. nigrum dalam proses
faktor misalnya adanya degradasi epiglukan
metabolismenya yang menggunakan oksigen
oleh enzim glukanase yang kemungkinan
dari media disekitarnya sehingga
dihasilkan oleh E. nigrum karena telah
pertumbuhan dan pembentukan pellet lebih
terbatasnya sumber karbon glukosa yang
besar. Jalur metabolisme yang terkait dengan
dapat digunakan untuk pertumbuhan dan
pertumbuhan dan ukuran diameter pellet yang
membentuk epiglukan. Beberapa jenis kapang
dihasilkan kemungkinan pada jalur setelah
lain yang telah dipublikasikan seperti A.
glikolisis yaitu pada pembentukan asetil KoA
persicinum, S. glucanicum dan C. fusiformis
dari asam piruvat dan adanya oksigen sebagai
menghasilkan enzim glukanase yang dapat
aseptor elektron terakhir hingga membentuk
memecah β-glukan yang telah dihasilkan.
H2O dan CO2. Meski belum ada penjelasan
Degradasi epiglukan menjadi monomer
yang mendasari hasil penelitian ini secara
glukosa dilakukan jika jumlah glukosa dalam
tepat mengenai pengaruh oksigen terhadap
substrat semakin terbatas sehingga glukosa
morfologi pellet yang dibentuk namun
hasil degradasi itu kemungkinan dapat
penelitian yang dilakukan Litchfield (1970)
digunakan kembali sebagai sumber karbon.
dan Martin dan Bailey (1985) menunjukkan
Hal ini seperti dikemukakan oleh Seviour
bahwa tingkat aerasi dapat mempengaruhi
dkk., (1992) bahwa β-glukan disintesa juga
struktur dan ukuran pellet, seperti pada
Agaricus campestris NRRL 2334.
18 Pengaruh ketersediaan oksigen...(Miftahul C, dkk)
0,4
0,2 Aerasi
Oksigenasi
0,1
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Gambar 4 Ukuran Diameter Rata-rata Pellet E. nigrum pada Berbagai Kondisi Ketersediaan
Oksigen
6
Agitasi
Persentase Gula Reduksi (%)
5
Aerasi
4 Oksigenasi
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Inkubasi (hari)