Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Solar Cell


Sel Surya atau Solar Cell adalah suatu perangkat atau komponen yang dapat
mengubah energi elektromagnetik dari sinar matahari menjadi energi listrik dengan
sistem fotovoltaik. Fotovoltaik atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)
berbasis energi terbarukan yang merupakan salah satu solusi yang
direkomendasikan untuk listrik di daerah di mana sinar mataharinya melimpah.
Sel surya pertama kali ditemukan pada tahun 1839, seorang pemuda Prancis
yang bernama Edmund Becquerel berusia 19 tahun menemukan efek yang sekarang
dikenal dengan efek fotovoltaik ketika tengah berkesperimen menggunakan sel
larutan elektrolisis yang dibuat dari dua elektroda. Becquerel menemukan bahwa
beberapa jenis material tertentu memproduksi arus listrik dalam jumlah kecil ketika
terkena cahaya.
Efisiensi sel surya saat ini, dapat dibagi menjadi efisiensi sel surya komersil
dan efisiensi sel surya skala laboratorium. Sel surya komersil yang sering di pasaran
memiliki efisiensi sekitar 12-15%. Sedangkan efisiensi sel surya skala laboratorium
pada umumnya 1,5 hingga 2 kali efisiensi sel surya skala komersil. Hal ini
disebabkan pada luas permukaan sel surya yang berbeda. Pada sel surya di pasaran,
sel yang dipasarkan pada umumnya memiliki luas permukaan 100 cm2 yang
kemudian dirangkai mejadi modul surya yang terdiri atas 30-40 buah sel surya.
Dengan semakin besarnya luas permukaan sel surya, maka sudah menjadi
pengetahuan umum jika terdapat banyak efek negatif berupa resistansi sirkuit, cacat
pada sel dan sebagainya, yang mengakibatkan terdegradasinya efisiensi sel surya.
Sel surya pada dasarnya terdiri atas sambungan p-n yang sama fungsinya dengan
sebuah dioda (diode). Sederhananya, ketika sinar matahari mengenai permukaan
sel surya, energi yang dibawa oleh sinar matahari ini akan diserap oleh elektron
pada sambungan p-n untuk berpindah dari bagian dioda p ke n dan untuk
selanjutnya mengalir ke luar melalui kabel yang terpasang ke sel.

1
Gambar 2.1 Tipikal sistem fotovoltaik dengan larik (array)

Rangkaian modul fotovoltaik atau juga disebut larik atau array terdiri dari
beberapa modul yang dihubungkan seri dan/atau paralel. Rangkaian ini yang
mengubah sinar matahari yang mengenai seluruh permukaan rangkaian menjadi
tenaga listrik. Modul fotovoltaik terdiri dari sejumlah sel fotovoltaik yang saling
terhubung secara seri dan di produksi menjadi sebuah unit.

2
Struktur sebuah modul fotovoltaik

Gambar 2.2 Struktur modul fotovoltaik

 Bingkai atau frame biasanya terbuat dari aluminium anodized untuk


menghindari korosi. Oleh karena pemasangan bingkai dilakukan di akhir proses
pembuatan, bingkai memiliki fungsi untuk memastikan kekokohan panel.
 Kaca pelindung melindungi sel fotovoltaik dari lingkungan dan memastikan
kekokohan panel. Kaca pelindung mengambil proporsi tertinggi dari total berat
modul fotovoltaik.
 Enkapsulasi adalah lapisan antara sel fotovoltaik dan kaca pelindung digunakan
untuk mencegah kerusakan mekanis pada sel fotovoltaik dan mengisolasi
tegangan dari sel fotovoltaik dengan bagian modul lainnya.

3
 Sel fotovoltaik merupakan komponen utama dari modul fotovoltaik. Sel ini
terbuat dari bahan semikonduktor yang menangkap sinar matahari dan
mengubahnya menjadi listrik. Sel-sel saling terhubung secara seri untuk
mendapatkan tegangan total yang lebih tinggi melalui kawat busbar. Bahan yang
digunakan untuk sel fotovoltaik umumnya adalah silikon, seperti polycrystalline
dan monocrystalline.
 Lembar insulasi (backsheet) terbuat dari bahan plastik untuk melindungi dan
mengisolasi sel-sel dari kelembapan dan cuaca.
 Kotak penghubung (junction box) digunakan sebagai terminal penghubung
antara serangkaian sel fotovoltaik ke beban atau ke panel lainnya. Perangkat ini
berisi kawat busbar dari rangkaian sel fotovoltaik, kabel dan bypass diode.

2.2 Arus energi surya dan proses pemanfaatannya

Energi surya di dalam atmosfer bumi diperkirakan kepadatannya sebesar 1


hingga 1,4 kW/m² dengan arah tegak lurus terhadap poros sinar. Kemudian jumlah
dari energi surya tersebut dipantulkan kembali keruang angkasa sebesar 34% dan
terdapat kurang lebih 560 W/m² yang terserap oleh bumi. Dari angka perkiraan
tersebut radiasi surya secara potensial di Indonesia sebesar 112 × 108 MW.

2.3 Radiasi matahari di permukaan bumi


Bentuk permukaan planet bumi tidak sepenuhnya bulat dengan jari-jari
6370 Km. Untuk sekali berotasi pada sumbunya diperlukan waktu 24 jam dan untuk
sekali berevolusi terhadap matahari bumi memerlukan waktu 365 hari.
Bumi mengelilingi matahari dengan lintasan yang berbentuk elips dengan
matahari sebagai intinya. Sumbu rotasi bumi miring 23.45° terhadap orbitnya,
sehingga perhitungan jumlah distribusi radiasi matahari dipengaruhi oleh waktu
keliling matahari, pada perubahan waktu siang dan malam serta pergantian musim.

4
Gambar 2.3 Posisi bumi terhadap matahari

Indonesia terletak diekuator, sehingga waktu pergantian siang dan malam


serta pergantian musim tidak berpengaruh begitu besar. Matahari melepaskan
energy radiasi elektromagnetik dalam jumlah yang sangat besar. Radiasi ini
memiliki sifat yang berbeda, yaitu sebagai gelombang dan partikel. Sebagai partikel
radiasi matahari berinteraksi dengan matahari, hal ini disebut foton. Foton inilah
yang dimanfaatkan untuk keperluan pembangkit tenaga listrik melalui sel
fotovoltaik.

2.4 Konstanta radiasi matahari


Spektrum radiasi matahari (radiasi elektromagnetik) meretang dari sinar X,
dengan panjang gelombang λ = 0,1mm hingga gelombang radio (λ = 100).
Konstanta radisi matahari didevinisikan sebagai jumlah total energy radiasi yang
diterima dari matahari per satuan luas yang selalu tegak lurus pada berkas sinar
matahari, pada jarak rata-rata matahari permukaan bumi tanpa atmosfer bumi.

5
Konstanta Radiasi Matahari (Estimasi)

Isc = 1350 Watt/m2

= 4870 KJ/jam m2

Tabel 2.1 konstanta radiasi matahari yang diterima pada permukaan bumi.

2.5 Penentuan posisi matahari


Posisi matahari di bumi berbeda-beda di setiap daerah. Posisi matahari
ditentukan oleh dua sudut yang berubah-ubah secara terus menerus, yaitu sudut jam
matahari dan sudut deklinasi serta sudut tetap yang menspesifikasikan lokasi daerah
tersebut pada bumi, yaitu garis lintangnya.
Sudut jam matahari pada tempat-tempat tertentu bergantung pada posisi
saat bumi dalam rotasi aksialnya. Karena bumi membutuhkan waktu 24 jam untuk
menyelesaikan 360° rotasi, maka sudut berubah 15° setiap jamnya.
Kencondongan sumbu bumi sebesar 23.45° adalah konstan dan selalu pada
arah yang sama dalam keseluruhan orbit bumi yang ada disekeliling matahari. Di
belahan bumi utara sudut deklinasi mencapai kedudukan paling utaranya dan
puncak positifnya mencapai sebesar +23.45° pada tangal 21 juni dan pada tanggal
21 desember mencapai kedudukan paling selatan dan puncak negatifnya yang
sebesar –23.45°. Pada belahan bumi selatan, hal sebaliknya yang berlaku. Untuk
menentukan deklinasi matahari bergantungan pada hari dalam suatu tahun dan
ditunjukan pada persamaan (2.5).

2.6 Perhitungan daya dan energi surya


Daya surya dan energy surya dapat dibagi menjadi tiga, daya maksimum,
daya harian rata-rata, dan energy harian rata-rata. Daya surya merupakan ukuran
sesaat tenaga rata-rata energy matahari yang diterima dari pada suatu saat,

6
sedangkan energy surya diukur pada suatu periode dan merupakan kapasitas yang
terakumulasi untuk melakukan kerja.
Sel-sel surya secara umum dirating dalam besaran daya puncak atau watt
puncak. Penetapan rating daya surya adalah dengan menetapkan dalam besaran
daya rata-rata harian cuaca cerah, yang berkisar 8/10 dari satuan matahari atau 800
Watt/m2. Sel surya dapat juga dirating dalam besaran output energi rata-rata perhari.
Tetapi karena energi rata-rat bervariasi pada daerah-daerah suatu Negara dan
bervariasi pula pada sehari-hari dalam setahun, maka besaran ini harus dikualifikasi
dengan mengacu pada tempat dan waktu tertentu dalam setahun.
Energi harian rata-rata persatuan luas dan temperature siang hari serta curah
hujan merupakan informasi penting yang dibutuhkan untuk mendesain sebuah array
fotovoltaik. Data isolasi yang diukur secara otomatis akan mencakup sebagian
variabel-variabel yang terlihat dalam perhitungan surya.

2.7 Hubungan geometris sel fotovoltaik terhadap bumi dan matahari


Pengkonversian energy harian rata-rata per m2 pada sebuah permukaan
horisontal menjadi harian rata-rata pada sebuah permukaan yang dimiringkan
adalah bergantung pada deklinasi, garis lintang lokasinya, dan sudut kemiringan
permukaan yang menghadap keselatan. Selain itu perlu diketahui proporsi relative
antara cahaya langsung, cahaya menyebar, dan cahaya terpantul yang akan diterima
oleh permukaan yang dimiringkan itu.
Taraf pertama dalam proses konversi adalah penentuan rasio antara radiasi
pada permukaan horisontal dan radiasi pada permukaan yang dimiringkan. Sebagai
taraf akhir adalah mengalikan rasio ini dengan energy rata-rata permukaan
horisontal untuk memperoleh suatu nilai akurat tentang energy pada permukaan
yang dimiringkan menghadap keselatan.

7
Matahari

Barat

selatan Utara

Timur
Gambar 2.3 Sudut Matahari

Taraf-taraf ini adalah :


Proporsi antara cahaya yang menyebar terhadap total isolasi (dengan asumsi
bahwa yang terpantul adalah nol) dihitung dari clarity coeffcient (Kt) dengan
mengunakan rumus empiris.oleh karena pantulan cahaya diasumsikan nol, maka
rasio antara berkas cahaya menyebar terhadap total insolasi.
Rasio antara insolasi dari berkas cahaya langsung pada permukaan
horisontal dapat diestimasikan, dengan mengabaikan efek-efek atmosfer pada
cahaya matahari, dengan menggunakan persamaan (2.4). deklinasi untuk hari yang
dikehendaki dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (2.1). sudut jam
matahari terbenam untuk permukaan horisontal dan permukaan yang dimiringkan
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.2) dan (2.3).

8
Normal δ horizontal

Radiasi berkas cahaya

Normal

𝜃
𝜃

Radiasi berkas cahaya


∅-S

Gambar 2.4 posisi bidang yang membentuk sudut S terhadap bidang


horisontal.

Selama bulan-bulan dimusim kemarau, matahari terbenam pada permukaan


yang dimiringkan sebelum terbenam dikaki horisontal dan kemudian pada
permukaan yang dimiringkan itu). Maka pada persamaan digunakan nilai minimum
dari kedua perhitungan yang ada.
δ = 23,45 sin {360[(284+n)/365} ............................................................... (2.1)
ω = cos (-tan ф) (tan δ)................................................................................ .(2.2)
cos−1 [(− tan ∅)(tan⁡δ)]
ωs´ = minimum{ } ........................................ .(2.3)
cos−1 {−[tan( ∅ − 𝛽)][tan⁡δ]}
𝜋
{[cos(∅−𝛽)⟦𝑐𝑜𝑠δ⟧𝑠𝑖𝑛]}+[ ]ω [sin⁡(∅−𝛽)⟦𝑡𝑎𝑛⁡δ⟧
180 s
Rb = 𝜋 ............................................. .(2.4)
{[𝑐𝑜𝑠⁡∅⟦𝑡𝑎𝑛⁡δ⟧𝑠𝑖𝑛𝜔𝑠 ]+[ ]ωs [sin∅⟦sin δ]}
180

𝐻𝑑
= 1,390 − 4,027⁡Kt + 5,531(Kt)2 −3,108(Kt)3 ..................................... .(2.5)
𝐻ℎ
𝐻𝑑 𝐻𝑑 (1+cos 𝛽 (1+cos 𝛽
R = (1− 𝐻ℎ) Rb + ( 𝐻ℎ) 𝜌 . ..................................................... .(2.6)
2 2

Dimana :
δ = sudut deklinasi matahari (-23,45° hingga +23,45°)
n = hari dalam setahun (1 hingga 365)
ωs = sudut jam matahari terbenam pada permukaan horisontal
ωs´ = sudut jam matahari terbenam pada permukaan yang miringkan
∅ = sudut kemiringan permukaan yang menghadap ke selatan(0° hingga180°;
β yang lebih dari 90° berarti permukaan tersebut menghadap ke bawah)

9
Rb = rasio antara radiasi berkas langsung harian rata-rata bulanan pada sebuah
permukaan menghadap keselatan yang dimiringkan terhadap objek pada
sebuah permukaan horisontal
Hd = intensitas radiasi menyebar harian rata-rata bulanan pada permukaan
horisontal
Hh = total intensitas radiasi menyebar harian rata-rata pada sebuah permukaan
horisontal
Ht = total intensitas radiasi harian rata-rata bulanan pada permukaan yang
dimiringkan menghadap ke utara
Kt = clarity coefficient, yaitu rasio antara insolasi pada bumi terhadap insolasi
yang secara langsung berada di luar atmosfer
R = rasio antara intensitas radiasi harian rata-rata bulanan pada permukaan
yang menghadap ke selatan yang dimiringkan
ρ = koefisien pantulan/refleksi, yaitu fraksi cahaya yang dipantulkan oleh
sebuah permukaan (0 hingga 1).
Clarity coeficient (Kt) dihitung dari data-data yang telah diukur yang
biasanya telah disajikan hasil perhitungan oleh stasiun klimatologi untuk lokasi dan
bulan yang berbeda-beda dalam setahun. Tetapi jika Kt ini tidak tersedia datanya,
dapat dihitung dari persamaan :
𝐻ℎ
Kt = 𝐻𝑜 . ............................................................................................................. (2-7)

Dimana :
Ho = Insolasi yang diterima bumi seandainya bumi tidak beratmosfer.
Ho untuk berbagai sudut lintang dan waktu dapat diperoleh dari persamaan (2.8)
berikut :
24 360𝑛 2𝜋𝜔𝑠
Ho = Isc{[1+0,033 cos( 356 )][cos∅ cos δsin ωs+ sin∅ sin ∅]}...............(2.8)
𝜋 360

Dimana :
Isc = konstanta matahari = 1350 Watt/m2
Panjang hari Td menyatkan waktu yang dibutuhkan matahari untuk berada pada
suatu tempat,dinyatakan dengan suatu persamaan :
2
Td = 15 x ωs.................................................................................................................................... ........(2.9)

10
Sedangkan harga Hh jika tidak disediakan oleh badan meteorogi dan geofisika atau
stasiun klimatologi setempat, maka dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
𝑛𝑜
Hd =Ho ( 𝛼 + 𝑏 𝑇𝑑 ) ............................................................................ (2.10)

Dimana :
a,b = suatu konstanta yang bergantungan pada tempat radiasi dihitung
no = rata-rata perbulan dari jam-jam cahaya matahari cerah perhari.

2.8 Prinsip dasar teknologi solar cell dari bahan silicon


Solar cell merupakan suatu perangkat semi konduktor yang dapat
menghasilkan listrik jika diberikan sejumlah energi cahaya. Proses penghasilan
energi listrik terjadi jika pemutusan ikatan elektron pada atom-atom yang tersusun
dalam Kristal semikonduktor ketika diberikan sejumlah energy. Salah satu bahan
semikonduktor yang biasa digunakan sebagai sel surya adalah Kristal silicon.

Gambar 2.5. Cara Kerja Solar Cell.

11
1. Semikonduktor Tipe P dan Tipe N.

Gambar 2.6 Semikonduktor Tipe-P (Kiri) dan Tipe-N (Kanan).

Ketika suatu Kristal silikon ditambahkandengan unsur golongan kelima,


misalnya arsen, maka atom-atom arsen itu akan menempati ruang diantara atom-
atom silicon yang mengakibatkan munculnya electron bebas pada material
campuran tersebut. Elektron bebas tersebut berasal dari kelebihan elektron yang
dimiliki oleh arsen terhadap linkungan sekitarnya, dalam hal ini adalah silicon.
Semikonduktor jenis ini kemudian diberi nama semikonduktor tipe-n. Hal yang
sebaliknya terjadi jika Kristal silicon ditambahkan oleh insur golongan ketiga,
misalnya boron, maka kurangnya electron valensi boron dibandingkan dengan
silicon mengakibatkan munculnya hole yang bermuatan positif pada semikonduktor
tersebut. Semikonduktor ini dinamakan semikonduktor tipe-p. Adanya tambahan
pembawa muatan tersebut mengakibatkan semikonduktor ini akan lebih banyak
menghasilkan pembawa muatan ketika diberikan sejumlah energi tertentu, baik
pada semikonduktor tipe-n maupun tipe-p.

12
2. Sambungan P-N.

Gambar 2.7 Diagram Energi Sambungan P-N Munculnya Daerah Deplesi.

Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n disambungkan maka akan terjadi


difusi hole dari tipe-p menuju tipe-n dan difusi electron dari tipe-n menuju tipe-p.
Difusi tersebut akan meninggalkan daerah yang lebih positif pada batas tipe-n dan
daerah lebih negative pada batas tipe-p. Adanya perbedaan muatan pada sambungan
p-n disebut dengan daerah deplesi akan mengakibatkan munculnya medan listrik
yang mampu menghentikan laju difusi selanjutnya. Medan listrik tersebut

13
mengakibatkan munculnya arus drift. Arus drift yaitu arus yang dihasilkan karena
kemunculan medan listrik.
Namun arus ini terimbangi oleh arus difusi sehingga secara keseluruhan tidak ada
arus listrik yang mengalir pada semikonduktor sambungan p-n tersebut.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, electron adalah partikel bermuatan
yang mampu dipengaruhi oleh medan listrik. kehadiran medan listrik pada electron
dapat mengakibatkan electron bergerak. Hal inilah yang dilakukan pada solar cell
sambungan p-n, yaitu dengan menghasilkan medan listrik pada sambungan p-n agar
electron dapat mengalir akibat kehadiran medan listrik tersebut.
Ketika junction disinari, photon yang mempunyai 5l ectron sama atau lebih
besar dari lebar pita 5l ectron tersebut akan menyebabkan eksitasi electron dari pita
valensi ke pita konduksi dan akan meninggalkan hole pada pita valensi.
Elektron dan hole ini dapat bergerak dalam material sehingga
menghasilkan pasangan 5l ectron-hole.Apabila ditempatkan hambatan pada
terminal sel surya, maka 5l ectron dari area-n akan kembali ke area-p sehingga
menyebabkan perbedaan potensial dan arus akan mengalir.

2.9 Karakteristik PLTS


Radiasi surya dipermukaan bumi diperkirakan mempunyai rapat energi
sekitar 1000 Watt/m2[5]. Dengan bantuan wafer silicon maka energi radiasi
matahari langsung diubah menjadi energi listrik arus searah dengan efisiensi sampai
15% yang berarti setiap 1 m2 modul kristal silikon dapat menghasilkan 150 Watt
puncak. Modul kristal silikon yang ada sekarang pada umumnya berukuran lebar
21.4 Volt, berdaya maksimum 75 Watt. Energi sumber arus searah atau diubah dulu
menjadi arus bolak-balik dengan bantuan inverter.

2.9.1 Kurva I – V
Kurva ini menggambarkan hubungan antara arus dan tegangan yang
dihasilkan oleh suatu modul fotovoltaik pada gambar 3. Variasi dari kurva ini
tergantung dari prosentase sinar matahari yang mengenai panel sel surya. Dari

14
gambar dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi radiasi matahari, arus yang
mengalir semakin besar sedangkan tegangan relatif sama.

Gambar 2.8 kurva arus dan tegangan

15
2.9.1 Kurva P – V
Kurva ini menggambarkan titik operasi maksimum dari suatu modul
fotovoltaik

Gambar 2.9 kurva daya dan tegangan

Seperti yang terlihat pada gambar, pada suatu titik radiasi tertentu, cahaya
mencapai titik maksimum yaitu pada titik tegangan dan arus tinggi sebelum garis
lengkung menuju ke titik nol. Sehingga dalam penggunaannya faktor ini harus
diperhitungkan benar agar tercapai efisiensi maksimum.
Pengaruh temperatur terhadap karakteristik tertentu. Temperatur mempengaruhi
besarnya output dari PLTS.

16
Gambar 2.10 kurva arus (A) dan tegangan (V)

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa jika temperatur modul naik
tegangan outputnya akan turun, sedangkan arusnya naik tapi dalam skala kecil.

17
2.10 Sistem instalasi solar cell

2.10.1 Rangkaian seri solar cell


Rangkaian seri suatu sel surya didapat apabila bagian depan (+) sel surya
utama dihubungkan dengan bagian belakang (-) sel surya kedua dan seterusnya
dapat di lihat pada gambar berikut :

Gambar 2.11 rangkaian hubung seri solar cell

Tegangan sel surya dijumlahkan apabila dihubungkan seri satu sama lain.
𝑈𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙= 𝑈1+ 𝑈2 + 𝑈3 +𝑈𝑛
Arus sel eurya sama apabila dihubungkan seri satu sama lain.
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼3 = 𝐼𝑛

2.10.2 Rangkaian paralel solar cell


Rangkaian parallel solar cell didapat apabila terminal kutub positif dan
negatif solar cell dihubungkan satu sama lainHubungan parallel dari solar cell dapat
dilihat pada gambar dibawa ini.

Gambar 2.12 rangkaian hubung paralel solar cell

18
Tegangan solarcell yang dihubungkan parallel sama dengan satu solar cell.
𝑈𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙= 𝑈1= 𝑈2 = 𝑈3 = 𝑈𝑛

Arus yang timbul dari hubungan ini langsung dijumlahkan.

𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼1 +𝐼2 +𝐼3 +𝐼𝑛

19

Anda mungkin juga menyukai