Anda di halaman 1dari 6

KATA TUGAS

A. Pengertian Kata Tugas


Kata tugas ialah kelas kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal
(makna dasar sebuah kata yang sesuai dengan kamus) . Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai
perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat transformasi. Dari segi bentuk umumnya,
kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk. Kata-kata
seperti : dengan, telah, dan, tetapi, sebagainya tidak bisa mengalami perubahan. Tapi, ada
sebagian yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini dengan jumlahnya sangat terbatas,
misalnya: tidak, sudah, kedua kata itu dapat mengalami perubahan
menjadi menidakkan dan menyudahkan.

B. Ciri-ciri Kata Tugas

Kata tugas baru bermakna apabila dirangkai dengan kelas kata lain. Hampir semua kata
tugas tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan
menjadi mendatang, mendatangkan, dan kedatangan. Bentuk-bentuk
seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari kata
tugas sebab dan sampai tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya sama
tapi kategorinya berbeda.
C. Macam-macam Kata Tugas
Secara garis besar kehadiran kata tugas dalam kalimat tidak berfungsi sebagai inti dalam
sebarang frasa utama, sebaliknya mendukung sesuatu tugas sintaksis tertentu sama sebagai
penghubung, penerang, penentu, penguat, pendepan, pembantu, penegas, dan pembenar. Berikut
rumpun kata tugas dalam Bahasa Indonesia yang berdasarkan peranannya dalam frasa atau
kalimat, diantaranya :
1. Preposisi atau kata depan
Preposisi ialah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam
suatu klausa, misalnya : di dan dengan.
Contoh :
 Nenek duduk di kursi.
 Ayah menulis surat dengan pensil.
Adapun cara penggolongan preposisi atau kata depan tergantung dari rujukan yang digunakan,
yakni :
a. Preposisi yang menandai tempat, misalnya : di, ke, dari.
Contoh :
 Nenek tinggal di Bogor.
 Mereka pergi ke pantai.
 Ia datang dari Surabaya.
b. Preposisi yang menandai maksud dan tujuan, mislnya : untuk, guna.
Contoh :
 Sumbangan ini untuk pembangunan Masjid.
 Wajib pajak adalah kewajiban semua warga negara guna terciptanya kesejahteraan bersama.
c. Preposisi yang menandai akibat dan batas waktu, misalnya : hingga, hampir.
Contoh :
 Mereka rapat hingga larut larut malam.
 Tito hampir kemalaman datang ke rumah Rani.
 Tukang copet itu dipukuli orang banyak hingga babak belur.
d. Preposisi yang menandai sebab, misalnya : demi, atas.
Contoh :
 Bella rela berkorban demi Didi.
 Kadir dihukum mati atas kesalahannya membunuh istrinya.

2. Konjungsi atau kata hubung


Konjungsi ialah jenis kata yang dapat menggabungkan dua satuan bahasa yang sederajat. Dengan
kata lain, jenis kata tugas yang mampu menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa,
atau klausa dengan klausa, misalnya : dan, karena.
Contoh :
 Ibu dan ayah pergi ke Yogjakarta.
 Rasya tidak sekolah karena sakit.
Konjungsi atau kata sambung dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Konjungsi koordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang
sama pentingnya atau memiliki status yang sama, misalnya : dan, dengan dan serta.
Contoh :
 Nenek dan kakek pergi ke Makassar.
 Adik dengan ayah belum pulang.
 Mereka menyanyi serta menari sepanjang malam.
2. Konjungsi korelatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa atau klausa yang
memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan
oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan, misalnya : baik .... maupun, tidak .... tetapi.
Contoh :
 Baik Andi maupun Toni ingin kursus piano.
 Tidak hanya kehilangan rumah, tetapi ia juga kehilangan seluruh keluarganya.
3. Konjungsi antarkalimat yaitu konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf, misalnya : Namun, Oleh sebab
itu, Selain itu.
Contoh :
 Sejak kecil dia kami rawat dan kami sekolahkan. Namun, setelah dewasa dan berhasil dia lupa
kepada kami.
 Roni dan Jali seringkali berkelahi di sekolah. Oleh sebab itu, mereka seringkali dihukum guru.
 Satia membeli buku cerita. Selain itu, dia juga membeli sepatu dan tas.
4. Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa
itu merupakan anak kalimat. Konjungsi subordinatif dibedakan pula dengan konjungsi yang
menghubungkannya, diantaranya :

1. Konjungsi subordinatif menyatakan waktu, misalnya : sejak, sewaktu, ketika.


Contoh :
 Sejak matahari terbit sampai sekarang pekerjaanku belum selesai juga.
 Sewaktu terjadi gempa saya sedang tidak ada di rumah.
 nenek datang ketika kami sedang makan siang.

2. Konjungsi subordinatif menyatakan syarat, misalnya : jika, bila, kalau.


Contoh :
 Jika diizinkan ayah, kami akan ikut serta.
 Bila cuaca baik, kami akan pergi menggail.
 Saya akan datang kalau diberi ongkos.

3. Konjungsi subordinatif menyatakan pengandaian, misalnya : seandainya,


andaikata.
Contoh :
 Seandainya saya punya uang satu miliar kamu akan saya belikan mobil.
 Saya pasti akan celaka andaikata saya jadi berangkat.

4. Konjungsi subordinatif menyatakan penegasan, misalnya : biarpun, meskipun.


Contoh :
 Biarpun hujan lebat pertandingan sepak bola itu berjalan terus.
 Mereka berangkat juga ke Bandung meskipun tidak diizinkan oleh orangtua mereka.

5. Konjungsi subordinatif menyatakan perbandingan, misalnya : bagaikan, seperti.


Contoh :
 Muka mereka bagaikan pinang di belah dua.
 Kedua anak itu selalu saja bertengkar seperti kucing dengan anjing.

6. Konjungsi subordinatif menyatakan sebab akibat, misalnya : sebab, karena.


Contoh :
 Banyak petani yang mengeluh sebab harga pupuk makin mahal.
 Kami tidak dapat melanjutkan perjalanan karena hari sudah malam.

7. Konjungsi subordinatif menyatakan batas kejadian, misalnya : hingga, sampai.


Contoh :
 Mereka berjalan kaki di tengah hutan hingga bertemu dengan sebuah gubuk kecil.
 Kami menyelasaikan pekerjaan itu sampai pukul tiga dinihari.

8. Konjungsi subordinatif menyatakan tujuan atau sasaran, misalnya : untuk, guna.


Contoh :
 Untuk mengatasi banjir bahaya banjir Pemerintah akan membuat saluran baru.
 Murid-murid dikumpulkan di aula guna mendapat pengarahan dari kepala sekolah.
9. Konjungsi subordinatif menyatakan tujuan, misalnya : agar, supaya.
Contoh :
 Ani berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat tiba di sekolah.
 Supaya lalu lintas lancer, maka akan dibangun jmebatan layang di situ.
3. Artikula atau kata sandang
Artikula ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah
orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti tapi memiliki fungsi. Fungsi kata
sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda, mensubstansikan suatu kata yang
besar, yang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata sandang umum yang terdapat dalam Bahasa
Indonesia ialah yang, itu, -nya, si, sang, hang, dang. Kata-kata sandang
seperti sang, hang, dang banyak ditemui dalam kesusastraan lama, sekarang sudah tidak terpakai
lagi terkecuali kata sandang sang. Kata sandang sang terkadang masih dipergunakan untuk
mengagungkan atau untuk menyatakan ejekan maupun ironi. Dalam Bahasa Indonesia terdapat
beberapa kelompok artikula, yaitu:
1. Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang dianggap
bermartabat, misalnya kata sang, sri, hang.
Contoh :
 Sang merah putih berkibar di depan istana negara.
 Kedatangan Sri Baginda disambut dengan meriah oleh seluruh rakyat.
 Segera hang Tuah pergi merantau.
2. Artikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna korelatif ialah kata para. Karena
artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam
bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai
ialah para guru bukan para guru-guru.
Contoh :
 Para guru itu sedang mengikuti pelatihan sertifikasi.
3. Artikula yang menominalkan. Artikula si yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal
atau genetik, tergantung pada konteks kalimat.
Contoh :
 Mana si gendut, sejak tadi belum muncul.

4. Interjeksi atau kata seru


Interjeksi ialah kata yang mengungungkapkan perasaan, seperti marah, sedih, terharu, kaget,
kagum, dan sebagainya. Cara penggunaannya pun disesuaikan dengan intonasi pengucapan, baik
dengan nada meninggi atau menurun. Macam-macam kata seru yang masih dipakai hingga
sekarang ialah :
1. Kata seru asli, misalnya : hai, wah, nah.
Contoh :
 “Hai, siapa namamu?” tanya kakak kepada anak itu.
 “Wah, mahal sekali!” kata ibu itu.
 “Nah, rasakanlah olehmu akibatnya!” kata ayah kepada orang itu.
2. Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-kata benda
atau kata-kata lain yang digunakan, misalnya: aduh, astaga, kasihan.
Contoh :
 “Aduh, sakitnya perutku?”
 “Astaga, sudah siang begini kamu belum bangun juga” teriak ibu kepada kakak.
 “Kasihan, nasib anak kecil itu,” kata nenek.
3. Kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan Indonesia
maupun yang berasal dari ungkapan asing, misalnya : ya ampun, demi Allah, InsyaAllah.
Contoh :
 “Ya ampun, aku lupa membawa buku pelajaran Bahasa Indonesia!” teriak Sona.
 “Demi Allah, aku tidak mencuri uangmu,” kata kakak itu.
 “Insyaallah, aku akan datang ke rumahmu malam ini?” kata kakak itu.

5. Partikel Penegas
Partikel ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan bentuk dan hanya
berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas, yaitu: -
lah, -kah, -tah, per dan pun.
Contoh :
 Apakah isi lemari itu?
 Apalah dayaku menghadapi cobaan seperti ini?
 Saya tidak tahu, dia pun tidak tahu.
 Harganya Rp 1000,00 per lembar.

 Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?

Anda mungkin juga menyukai