Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK D KARTOGRAFI D Jumat, 23 November 2018

1. Aqshal Raihan Budiputra (1806186452)


2. Axel Gilbert Logan (1806197393)
3. Rifqi Hermawan (1806137186)
4. Tanti Hildayanti (1806137223)

PART FOUR: LETTERING, COMPOSITION, AND


DRAFTING OF MAP.

CHAPTER 13: Lettering and Geographical Names


Huruf adalah salah satu informasi yang membingungkan dalam masalah
kartografi. Masalahnya adalah bahwa huruf-huruf bukanlah bagian dari gambar
dari pola bumi namun diperlukan pula tambahan untuk mengidentifikasi fitur.
Pengembangan ekspresif kartografi telah dihalangi oleh huruf dan yang lainnya.
Sejarah awal munculnya huruf dimukai pada tahun 1841 diawali dengan karakter
Cina, Arab serta font yang ada di peta yaitu Aztec. Banyaknya gaya penulisan
yang muncul membuat menjadi aneh.
Munculnya jenis-jenis huruf diawali dari sistem yang berasa dari Ibu Kota
Romawi, ditulis dengan lilin yang dipahat. Dilanjutkan ke abad pertengahan yaitu
ahli-ahli Taurat yang menggunakan pena. Ada beberapa varian jenis huruf yang
digunakan dalam peta antara lain, Roman, Italic, Gothic, Lightface Roman,
Lightface Italic, dan Inclined gothic or gothic italic.
Selanjutnya adalah mengenai ukuran huruf. Dengan ukuran huruf kita
dapat menyatakan seberapa pentingnya objek atau fitur tersebut. Terdapat aturan
juga mengenai ukuran huruf, contohnya untuk huruf kapial minimal dapat
dipabaca dengan 5 titik. Biasanya perbedaannya terletak pada penamaan kota,
laut, sungai dan lain-lain.
Terdapat berbagai macam aturan mengenai menulis huruf atau membuat
huruf. Yang pertama adalah duduk dengan nyaman dan posisikan kertas dengan
nyaman. Yang kedua, menulis dengan pedoman yang ada dengan menggunakan
pensil yang tajam. Ketiga, huruf memiliki beberapa bagian coretan yang tiap
bagiannya harus didefiniskan secara jelas. Keempat, membuat coretan dengan
gerakan penuh, dan tidak dengan gerakan jari-jari atau pergelangan tangan.
Kemudian tulis dengan pena bertinta dan terakhir bersihkan bila terdapat debu.
Penggunaan singkatan pun dapat dilakukan untuk mengurangi kepadatan
di dalam peta. Namun harus tetap mengunakan aturang ayng ada dan harus
menjadi daftar dalam legenda.
Seorang kartografer yang baik akan melakukan tata nama dengan baik dan
benar dengan menggunakan prinsip tata nama geografis. Pertama, penamaan divis
wilayah tertentu seperti, negara, kota, wilayah pemerintahan harus sesuai dengan
konensional Inggris. Nama-nama fitur geografis seperti gunung, danau, sungai
dan sebagainya yang umum dan memiliki dua atau lebih divisi utama akan dieja
sesuai dengan bahasa yang konvensional. Kemudian nama-nama lokal geografis
di beberapa negara seperti koloni, kepemilikan dan sebagainya harus di eja
dengan penggunaan bahasa resmi lokal.

CHAPTER 14: Composition and Drafting of Maps


Komposisi dari peta terdiri dari ruang kosong yang dapat diisi oleh judul,
legenda, dan sisipan-sisipan lainnya.

Judul merepresentasikan nama daerah yang dipetakan, tipe dari peta, hal-
hal yang relevan, dan lain lain.

Dikarenakan penulisan judul peta biasanya terdapat di tengah frame, maka


biasanya ditarik garis vertikal untuk menyamakan kedudukan dan ukuran judul
dalam penulisan. Hal ini termasuk dengan skala. Skala dalam hal ini harus
dituliskan dengan ukuran yang sesuai dan menggunakan format bilangan bulat
dalam satuan mil ataupun kilometer.

Legenda, yaitu unsur yang dianggap opsional dalam menjelaskan


kenampakan dalam peta. Di artikel ini tertera bahwa sebuah legenda tak
seharusnya menjelaskan unsur-unsur yang pembaca peta pada umumnya sudah
mengerti. Unsur-unsur tersebut terbagi menjadi unsur yang wajib dijelaskan
dalam legenda dan unsur yang tidak wajib untuk dijelaskan dalam legenda.
Border/pembatas. Hampir semua peta menggunakan pembatas sebagai
daerah "pembingkai" peta. Garis pembatas ini biasanya terdiri dari satu garis,
namun garis bisa menggunakan garis paralel sebanyak dua garis atau lebih.
Sebuah garis ganda untuk menjadi pembatas yang baik minimal berjarak 0.25
inchi. Dalam hal ini, border pertama dapat digunakan sebagai pembatas antara
wilayah proyeksi peta yang dapat disesuaikan sesuai kebutuhan, sedangkan garis
kedua digunakan sebagai "pigura" untuk mempermudah pembacaan dan tak bisa
diubah dengan dekorasi garis tambahan. Namun, border dekoratif dapat
ditambahkan dengan tak mengubah orisinalitas dari border tersebut, seperti contoh
mengisi warna setiap sudut border dengan warna-warna beragam.

Parallels and Meridian/Garis Bujur (Vertikal) dan Lintang (Horizontal)

Dalam sebuah peta, garis ini hanya akan digambarkan jika garis tersebut
akan menjelaskan penjelasan lebih mendalam tentang peta tersebut. Dalam peta
dengan proyeksi datar, biasanya garis ini hanya akan ditemukan pada border,
namun pada peta dengan proyeksi melengkung, biasanya semua garis vertikal dan
horizontal akan digambarkan sebagai indikasi adanya distorsi. Pada umumnya,
garis ini dihilangkan dalam dataran dan hanya terlihat di daerah perairan dalam
peta. Garis vertikal dan horizontal ini akan saling berpotongan sesuai dengan
arahnya, baik lurus maupun melengkung.

Compass Roses. Compass/Kompas merupakan dekorasi yang layak pada


peta sejak zaman dahulu. Sebenarnya, kompas dalam peta hanya perlu ada jika
sebuah peta tidak diproyeksikan mengarah pada utara dan garis vertikal dan
horizontal tak digambarkan. Biasanya kompas paling sering digambarkan pada
peta skala besar, yang paling sering digambarkan dengan panah menunjuk utara
sebagai simbolis penolakan magnet (kutub utara)

Inset, yaitu unsur opsional yang sangat bagus jika digunakan untuk
mengisi kekosongan dalam peta. Inset adalah peta tambahan yang berukuran lebih
kecil yang menggambarkan kedudukan peta utama dalam lingkup peta yang lebih
luas maupun lebih sempit. Inset dapat memuat peta yang lebih luas, sebagai
penunjuk kedudukan (misal) suatu daerah dalam suatu negara atau pula peta yang
lebih sempit sebagai penunjuk detail berlebih dari peta utama yang diproyeksikan.
Inset dianggap sebagai map kecil yang bersifat independen dengan judul dan
unsur-unsur lainnya yang ditulis secara tersendiri, kecuali jika proyeksi dan skala
peta inset sama dengan skala peta utama -inset tak harus memuat unsur wajib
peta.

Drafting of Maps/Konsep dalam Pemetaan

Pemetaan, pada konsepnya dilakukan dengan berbagai macam tahap.


Tahap pertama yaitu pengumpulan material, baik dari foto udara maupun dari peta
yang sudah ada. Kedua, skala dan tipe proyeksi harus diperhitungkan. Dalam hal
skala, biasanya seorang kartografer akan menduplikat sebuah peta yang sudah
tersedia, dibandingkan membuat proyeksinya tersendiri.

Kemudian, peta digambar dengan ukuran lebih besar daripada ukuran


produksi. Reduksi fotografis dari proses semulur akan membuat peta terlihat lebih
baik dan menggunakan eksagerasi dengan batas tertentu, tidak terlalu besar dan
tidak terlalu kecil.

Pencil Drafting

Pada proses gambar, proyeksi peta digambar terlebih dahulu, lalu garis
lintang dan bujur ditransfer (biasanya menggunakan jarum) dan digambarkan
dengan pensil tebal sehingga garis tak mudah hilang. Kemudian,
hidrografi/kenampakan air dalam permukaan bumi digambar dalan peta dengan
akurasi lokasi yang eksak. Selanjutnya, kenampakan buatan seperti jalanan,
perkotaan, dan perbatasan-perbatasan lalu disusul dengan penggambaran gunung
beserta kontur maupun shading/landform. Langkah terakhir adalah dengan
membuat layout huruf dan dekorasinya seperti nama suatu negara, kenampakan,
dan divisi politik suatu daerah.

Lalu setiap unsur ditebalkan dengan pensil.

Inking/penebalan. Langkah terakhir adalah penebalan peta, yang biasanya


dilakukan dengan urutan terbalik dari urutan pembuatan peta. Urutan terbalik ini
penting, dan garis lintang dan bujur harus ditimpa jika dibutuhkan untuk
penebalan suatu simbol dalam peta. Terakhir, garis penebalan yang sudah
dilakukan sebelumnya oleh pensil dihapuskan.
CHAPTER 15: Drawing Tools and Materials
Dalam proses menggambar peta, kita perlu mempersiapkan serta
mempergunakan berbagai alat serta bahan. Alat dan bahan yang harus disiapkan,
tentu memiliki persyaratan tertentu dan tidak bisa asal pilih agar menghasilkan
gambar peta yang terbaik. Sebagai contoh, penghapus yang terbaik, tentu tidak
akan bekerja maksimal apabila dilakukan pada permukaan meja yang cenderung
tidak rata serta kertas yang kurang baik.

Bahan pertama yang harus disiapkan dalam menggambar peta, tentu


adalah kertas. Kertas peta yang digunakan harus memiliki permukaan kertas yang
halus dan tidak mudah robek ketika akan dihapus. Hal ini tentu akan memudahkan
kita ketika melakukan kesalahan dan ingin memperbaikinya. Hal yang terpenting
dari kertas, tentu tidak mudah berubah bentuk dan ukuran ketika ada perubahan
kelembaban. Terdapat beberapa jenis kertas yang biasa digunakan dalam
menggambar peta, diantaranya Transparent tracing papers, Vellums dan Tracing
dolli . Selain kertas yang umum digunakan, terdapat pula beberapa jenis kertas
khusus yang digunakan untuk beberapa fungsi tertentu. Contohnya Ross board
yang digunakan untuk menggambarkan gunung dengan metode plastic shading.

Selain kertas, kita tentu memerlukan pensil untuk menggambar peta. Jenis
pensil yang digunakan tentu berbeda-beda tergantung pada jenis kertas yang
digunakan. Apabila kita menggunakan kertas yang lembut permukaannya, tentu
kita harus menggunakan pensil dengan ujung yang halus pula seperti 6H-9H.
Apabila kita menggunakan kertas tipe Vellums, tentu kita harus menggunakan
pensil dengan permukaan agak keras. Namun sekarang ini, banyak kartografer
yang memilih menggunakan pensil mekanik agar tidak perlu diraut atau
diruncingkan. Sebagai pelengkap pensil, tentu kita perlu penghapus yang lembut
dan mudah untuk menghapus.

Pulpen juga kita perlukan dalam proses menggambar peta, untuk


menebalkan sekaligus memberi kesan artistik. Jenis pulpen yang biasa digunakan
adalah the Gillott Nos. 290 (soft), 291 (hard), 303, and 404. Pulpen yang
digunakan harus tidak mudah bocor pada bagian tintanya, hal ini agar tidak
merusak peta ketika proses menggambar. Jika kita memerlukan jenis tinta yang
hitam pekat, akan lebih mudah apabila kita menggunakan jenis tinta India atau
India ink.

Untuk membuat peta menimbulkan kesan artistik dan penuh warna, kita
tentu memerlukan cat air dan kuas. Cat air yang banyak digunakan adalah jenis
cat air jepang karena tidak mudah berceceran dan mengandung sedikit perekat
sehingga merekat kuat pada kertas gambar. Dalam proses mewarnai tentu akan
lebih mudah apabila kertas gambar kita tidak mudah bergerak. Tentu hal ini
membuat kita memerlukan pengait agar kertas gambar kita tidak mudah terbang
atau berpindah posisi. Jenis pengait yang biasa digunakan adalah sama dengan
yang biasa kita gunakan untuk menjepit kertas.

Untuk membuat peta yang baik dan artistik, aturan dalam menggunakan
pena atau pulpen diperlukan. Hal ini dikarenakan ketika kita menarik garis atau
menggambar peta namun tersentuh ketika dalam keadaan basah akan
menyebabkan tinta tersebut berceceran dan bisa saja menutup informasi tertentu.
Dalam membuat garis tepi juga harus memiliki kaidah tertentu agar tidak berbelok
arah ataupun tidak tersambung satu sama lain.

Jika akan meraih hasil maksimal tentu kita memerlukan beberapa


peralatan lagi agar semakin bagus dan mudah dipahami oleh orang yang membaca
peta. Seperti meja gambar peta yang memiliki permukaan kaca. Adanya
permukaan kaca pada meja ini tentu akan membuat kita dapat dengan mudah
menggambar ataupun menyalin peta karena dapat kita sinari dengan lampu.
Dengan adanya meja gambar seperti ini, kerja kita dalam membuat peta akan
semakin mudah dan mampu bekerja dengan maksimal.

CHAPTER 16: Methods of Map Reproduction


Hingga tahun 1830-an, peta masih dibuat dengan proses pengukiran tembaga.
Proses pengukiran tembaga pada masa tersebut termasuk rumit dan sulit, seperti
harus memotong huruf huruf pada peta terlebih dahulu menggunakan bahan
tembaga, lalu menggunakan mesin pencetak khusus peta, harus sabar dalam
menghaluskan permukaan peta demi kualitas yang terbaik.
Pada abad ke-19, terjadi banyak penemuan seperi litografi, ditemukannya
ukiran lilin, pewarnaan dalam pencetakan dan hal-hal lain yang menyederhanakan
kerja dalam pembuatan peta. Pada masa ini peta tidak lagi mahal karena para
pembuat lebih mementingkan kuantitas pembuatan peta dibanding kualitasnya.

1. Photoengraving

Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan, gambar yang ada
menggunakan tinta khusus dari india yang membuat kesan pada garis menjadi
lebih tegas dan pekat. Semua garis harus hitam pekat tapi tetap dalam garis yang
tidak terlalu tebal, titik yang ada pun harus terlihat tegas dan pekat.
Keuntungannya garis dan titik tidak akan mudah menghilang meski dimakan usia.
Kemudian pada proses photoengraving ini gambar akan dipindahkan dalam
bentuk foto ke ukuran yang tepat. Lalu negative dari foto yang dihasilkan akan
ditempatkan di atas piring zinc sensitif dan di dalam ruangan yang gelap, dan
nantinya gambar akan muncul ketika lampu dinyalakan.

2. Half-tone process

Pada piringan yang ada pada proses photoengraving hanya bisa mencetak hal
dengan pewarnaan hitam, benda ini tidak bisa mencetak warna abu-abu. Produksi
menggunakan metode/proses ini bisa dilakukan jika benda yang akan dicetak
memiliki background abu-abu saja.

3. Ross Board

Ross board adalah kertas yang memiliki permukaan terbuat dari enamel. Jika
pembuatan pada metode ini sudah selesai dilakukan menggunakan krayon, maka
warna yang telah digambar akan berubah menjadi lebih gelap dari yang aslinya,
semua tergantung dari tekanan pada tangan kita ketika menggambarnya. Metode
ini digunakan untuk peta yang memiliki shade plastik dan peta yang juga
menggunakan metode morfologi. Penulisan huruf, penggambaran sungai, dan lain
lainnya bisa melakukan pentintaan dari metode Ross board ini dan hasilnya akan
lebih tebal serta terlihat lebih jelas.
4. Surprint half-tones

Metode ini digunakan untuk menghindari garis garis hitam yang kabur pada
proses half-tones sebelumnya.

5. Three-colors process

Pada proses pewarnaan ini, peta atau gambar yang dihasilkan akan memiliki
shade atau gradasi 3 warna. Beberapa tahun terakhir pada masanya, proses
pewarnaan ini banyak sekali digunakan karena hasilnya yang baik. Pada proses
kali ini ada 3 warna dasar yang digunakan yaitu, kuning, merah dan biru. Warna-
warna tersebut jika digabung dan dicampur dapat menghasilkan warna-warna
lainnya.

6. Litografi

Proses pembuatan cetak litografi diawali dengan batu limestone yang sudah
disesuaikan dengan ukuran gambar yang akan dibuat. Permukaan batu yang akan
digambar harus diasah dengan campuran bubuh besi (carborundum) terlebih dulu
agar halus. Barulah batu siap untuk digambar.

7. Wax Engraving

Proses ini adalah proses khusus yang dikemukakan di amerika pada tahun
1841 oleh Sydney Edwards Morse. Seperti namanya, metode ini menggunakan
lilin sebagai bahan dasar pengukirannya. Lilin digunakan untuk mengukir bentuk
peta dan membuat peta yang dihasilkan lebih terlihat cantik dan jelas. Biasanya
proses ini dicetak pada permukaan peta yang telah dihasilkan dari proses-proses
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai