Anda di halaman 1dari 7

Bismillah,

Rumah tangga yang bahagia dan harmonis merupakan idaman bagi setiap mukmin. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberi teladan kepada kita, mengenai cara membina
keharmonisan rumah tangga. Sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang paling baik.
Dan seorang suami harus menyadari, bahwa dalam rumahnya itu ada pahlawan di balik layar,
pembawa ketenangan dan kesejukan, yakni sang istri. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

‫ َمت َاعٌ ُكلُّ َها ال ُّد ْنيَا‬, ‫ْر‬


ٌُ ‫الز ْو َج ٌةُ ال ُّد ْنيَا َمت َاعٌ َو َخي‬
َّ ُ ‫صال َح ٌة‬
َّ ‫ال‬

Dunia itu penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia yaitu istri yang shalihah.

Pandai-Pandailah Merawat Istri


Oleh karena itu, seorang suami harus pandai memelihara dan menjaga istrinya secara lahir batin.
Sehingga bisa menjadi istri yang ideal, ibu rumah tangga yang baik dan bertanggung jawab. Suasana
harmonis sangat ditentukan dengan kerja sama yang bagus antara suami istri dalam menciptakan
suasana yang kondusif dan hangat, tidak membosankan, apalagi menjemukan.

Salah satu contoh suasana harmonis dalam rumah tangga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
ialah Beliau memanggil ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha dengan panggilan kesayangan dan mengabarkan
kepadanya berita yang membuat jiwa 'Asiyah menjadi sangat bahagia.

‘Aisyah Radhiyallahu 'anha bercerita sebagai berikut, pada suatu hari Rasulullah berkata kepadanya.

‫ش يَا‬
ٌُ ‫عائ‬ ٌُ ‫سالَ ٌَم يُ ْقرئُكٌ جبْر ْي‬
َ , ‫ل َهذَا‬ َّ ‫ال‬

Wahai ‘Aisy (panggilan kesayangan ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha), Malaikat Jibril tadi menyampaikan
salam buatmu. [Muttafaqun ‘alaihi]

Itulah salah satu contoh cara menciptakan suasana harmonis dalam rumah tangga yaitu memanggil
istri dengan panggilan kesayangan. Kita masih sering melihat kaum suami yang memanggil istrinya
seenaknya saja. Kadang kala memanggil istrinya dengan cacat dan kekurangannya. Kalau begitu
sikap suami, bagaimana mungkin keharmonisan dapat tercipta? Bagaimana mungkin akan tumbuh
rasa cinta istri kepada suami?

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam -selaku Nabi umat ini yang paling sempurna akhlaknya dan
paling tinggi derajatnya- telah memberikan sebuah contoh yang berharga dalam hal berlaku baik
kepada sang istri dan dalam hal kerendahan hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan
kecemburuan wanita. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menempatkan mereka pada kedudukan
yang diidam-idamkan oleh seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang istri yang memiliki kedudukan
terhormat di samping suaminya.
‘Aisyah Radhiallahu 'Anha menuturkan:

ٌُ‫ َحائضٌ َوأَنَا أ َ ْش َربٌُ ُك ْنت‬, ُ‫ي فٌَأ ُنَاولُ ٌه‬ َ ‫علَى فَاٌهُ فَ َي‬
ٌَ ‫ض ٌُع النَّب‬ ٌُ ‫ض ٌُع ٌَو فَ َيتَن ََاولُ ٌهُ ال َع َرقٌَ أَت َ َع َّر‬
َ ٌ‫ق ٌَو فيٌ َم ْوضع‬ َ ‫فيٌ َم ْوضعٌ في فَاٌهُ َي‬

Suatu ketika aku minum, ketika itu aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku kepada
Rasulullah dan beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku
memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di
tempat aku memakannya. [HR Muslim]

Kalau Perlu Sepiring Berdua!


Begitulah kemesraan dapat tercipta, yaitu menciptakan rasa saling memiliki, senasib dan
sepenanggungan. Sepiring berdua, segelas berdua, makan berjama'ah serta beberapa hal lain yang
dianjurkan oleh Rasulullah agar dilakukan bersama oleh sepasang suami istri! Dengan demikian akan
tercipta rasa saling memahami satu sama lain. Sekarang ini jarang kita lihat suami yang peka
terhadap perasaan istrinya. Si istri makan ala kadar di rumah sementara suami jajan sepuasnya di
luar! Wajar bila rasa saling curiga tumbuh sedikit demi sedikit. Bahkan tidak sedikit pasangan suami
istri yang cekcok gara-gara perkara sepele.

Sering Mencium Istri, Tabukah...?


Diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiallahu 'Anha bahwa ia berkata:

ٌ‫ي أ َ َّن‬ ٌَ َّ‫ن ا ْم َرأَةٌ قَب‬


ٌَ ‫ل النَّب‬ َ ‫ج ث ٌَُّم ن‬
ٌْ ‫سائهٌ م‬ َّ ‫ضٌأ ْ َولَ ٌْم ال‬
ٌَ ‫صالَةٌ إلَى خ ََر‬ ٌَّ ‫يَت ََو‬

Rasulullah pernah mencium salah seorang istri beliau baru kemudian berangkat menunaikan shalat
tanpa memperbaharuhi wudhu’. [HR Abu Dawud dan Tirmidzi]

Budaya mencium istri agaknya masih asing di tengah masyarakat kita, khususnya masyarakat timur.
Bahkan masih banyak yang menggapnya tabu, mereka mengklaimnya sebagai budaya barat. Namun
anggapan itu terbantah dengan riwayat yang kita bawakan tadi. Tentu saja mencium istri yang kita
maksud di sini bukanlah mencium istri di depan umum atau di hadapan orang banyak. Sebenarnya
banyak sekali hikmah sering-sering mencium istri. Sering kita lihat sepasang suami istri yang saling
cuek. Kadang kala si suami pergi tanpa diketahui oleh istrinya kemana suaminya pergi. Buru-buru
melepasnya dengan ciuman, menanyakan kemana perginya saja tidak sempat. Sang suami keburu
pergi menghilang, kadang kala tanpa pamit dan tanpa salam!? Coba lihat bagaimana Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bergaul dengan istri-istri beliau. Sampai-sampai Rasulullah
menyempatkan mencium istri beliau sebelum berangkat ke masjid.

Ungkapkanlah Rasa Cinta Kepada Istri!


Dalam berbagai kesempatan Rasulullah selalu menjelaskan dengan gamblang tingginya kedudukan
kaum wanita di sisi beliau. Mereka –kaum hawa- memiliki kedudukan yang agung dan derajat yang
tinggi. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah menjawab pertanyaan ‘Amr bin Al-‘Ash
Radhiyallahu anhu seputar masalah ini, beliau jelaskan kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah
suatu hal yang tabu bagi seorang lelaki yang normal.

‘Amr bin Al-‘Ash Radhiyallahu anhu pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‫ل‬laihi wa sallam:
“Siapakah orang yang paling engkau cintai ?” beliau menjawab: “’Aisyah !” [Muttafaqun ‘alaihi]

Bagi yang mengidamkan keharmonisan rumah tangga, hendaklah sering-sering membaca kisah-kisah
‘Aisyah Radhiallahu 'asha bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dan mempelajari
bagaimana kiat-kiat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membahagiakan ‘Aisyah Radhiallahu
'anha.

Aisyah Radhiallahu 'anha bercerita:

ٌُ ‫ل ٌَو أَنَا أ َ ْغت َس‬


ٌُ‫ل ُك ْنت‬ ٌُ ‫س ْو‬ ٌْ ‫َواحدٌ إنَاءٌ م‬
ُ ‫ن للاٌ َر‬

Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah Shallallahu ‫ل‬laihi wa Sallam dari satu bejana. [HR
Bukhari].

Manfaatkan Setiap Kesempatan


Rasulullah tidak pernah melewatkan sediktpun kesempatan kecuali beliau manfaatkan untuk
membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan.

Aisyah Radhiallahu 'Anha mengisahkan: “Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping.
Beliau memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat
mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku: “Kemarilah! sekarang kita berlomba lari.” Aku
pun meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau hanya diam saja atas
keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama
beliau dalam sebuah lawatan. Beliau memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu.
Kemudian beliau mengajakku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau
tertawa seraya berkata: “Inilah penebus kekalahan yang lalu !” [HR Ahmad]

Sungguh sebuah permainan yang sangat mengasyikkan dan cukup menghibur. Beliau perintahkan
rombongan untuk berangkat terlebih dahulu agar beliau dapat menghibur hati sang istri dengan
mengajaknya berlomba lari. Kemudian beliau memadukan permainan yang lalu dengan yang baru,
beliau berkata: “Inilah penebus kekalahan yang lalu !”

Bagi mereka yang sering bepergian melanglang buana serta memperhatikan cerita orang-orang top
dan terkemuka, pasti akan takjub melihat perbuatan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam. Beliau
adalah seorang nabi yang mulia, pemimpin yang selalu berjaya, berasal dari keturunan yang
terhormat, yakni suku Quraisy dan Bani Hasyim. Pada saat-saat mengecap kemenangan dan kembali
dari sebuah peperangan bersama rombongan pasukan, namun demikian beliau tetap sebagai
seorang suami yang penuh kasih sayang dan rendah hati terhadap istri-istri beliau. Kedudukan beliau
sebagai pemimpin pasukan, perjalanan panjang yang ditempuh, serta kemenangan demi
kemenangan yang diraih di medan pertempuran, tidak membuat beliau lupa bahwa beliau di sisi
beliau telah setia menunggu para istri yang sangat membutuhkan sentuhan lembut dan bisikan
manja. Agar dapat menghapus beban berat perjalanan yang sangat meletihkan.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kembali dari
peperangan Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti Huyaiy Radhiallahu 'anha. Beliau Shallallahu
'alaihi wa salla mmengulurkan tirai di dekat unta yang akan ditunggangi untuk melindungi Shafiyyah
Radhiallahu 'anha dari pandangan orang. Kemudian beliau duduk bertumpu pada lutut di sisi unta
tersebut, beliau persilakan Shafiyyah Radhiallahu 'anha untuk naik ke atas unta dengan bertumpu
pada lutut beliau.
Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan ketawadhu’an
beliau. Rasulullah -selaku pemimpin yang berjaya dan seorang nabi yang diutus- memberikan
teladan kepada umatnya bahwa bersikap tawadhu’ kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai
tumpuan, membantu pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tidak mengurangi derajat
dan kedudukan beliau.

Kalau kita bandingkan dengan sikap dan perilaku para suami sekarang ini, kadang kala kesibukan
mereka di luar rumah dan kegiatan-kegiatan mereka lainnya disamping mencari nafkah kadang
mengenyampingkan hak istri. Para istri tidak lagi mendapat kemanjaan dan hiburan dari suaminya.
Namun yang ditemui sang istri adalah wajah suaminya yang berkurut bak jeruk purut karena
kelelahan atau karena kesal di luar rumah atau karena masalah-masalah di luar rumah yang
menghimpitnya? Jangankan waktu bermain atau bercanda dan bersenda gurau, kadang kala waktu
mengobrol saja tidak ada! Jika demikian keadaannya bagaimana mungkin keharmonisan rumah
tangga dapat tercipta?

Poligami, Merusak Keharmonisan...?


Syariat Islam membenarkan para suami untuk menikahi lebih dari satu istri, mereka diizinkan
menikahi empat istri jika memiliki kesanggupan untuk itu. Dan para suami diperintahkan berlaku adil
terhadap istri-istrinya, adil dalam masalah pembagian giliran dan nafkah.

Dan sebagaimana yang sudah dimaklumi bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menikahi
sembilan wanita yang kemudian dikenal dengan sebutan Ummahatul Mukminin Radhiallahu 'anhum.
Rasulullah merupakan contoh terbaik dalam hal berlaku adil kepada para istri, dalam hal pembagian
giliran ataupun urusan lainnya. ‘Aisyah Radhiallahu anha pernah mengungkapkan:

ُ ‫سفَرا أ َ َرا ٌَد إذَا للاٌ َر‬


ٌُ ‫س ْو‬
ٌَ‫ل كَان‬ ٌَ ‫سائهٌ َبيْنٌَ أ َ ْق َر‬
َ ‫ع‬ ٌَّ ‫ج فَأ َ َّيت ُ ُه‬
َ ‫ن‬, ‫ن‬ ٌَ ‫س ْه ُم َها خ ََر‬ ٌَ ‫ َم َع ٌهُ ب َها خ ََر‬, ٌَ‫ن ا ْم َرأَةٌ لكُلٌ يُقَس ٌُم َوكَان‬
َ ‫ج‬ ٌَّ ‫َولَ ْيلَت َ َها َي ْو َم َها م ْن ُه‬

Setiap kali Rasulullah Shallallahu ‫ل‬laihi wa sallam hendak melakukan lawatan, beliau selalu
mengundi para istri. Bagi yang terpilih akan menyertai beliau dalam lawatan tersebut. Beliau
membagi giliran bagi setiap istri masing-masing sehari semalam. [HR Muslim]

Riwayat Anas berikut ini memaparkan kepada kita salah satu bentuk keadilan beliau kepada para
istri. Anas Radhiyallahu anhu menceritakan:

ٌَ‫نس َْوةٌ ت ْس ٌُع للنَّبيٌ كَان‬, ٌَ‫ن قَس ٌََّم إذَا فَكَان‬ ٌ ‫لَّ األ ُ ْولَى ال َم ْرأَةٌ إلَى يَ ْنت َمي‬
ٌَّ ‫لَ بَ ْينَ ُه‬ ٌ ‫تسْعٌ في إ‬, ‫ن‬ ٌَّ ‫يَأْت ْي َها الَّتي بَيْتٌ في لَ ْيلَةٌ ُك‬, ٌَ‫بَيْتٌ في فَكَان‬
ٌَّ ‫ل يَجْ ت َم ْعنٌَ فَ ُك‬
َ‫ش ٌة‬َ ‫عائ‬َ , ٌْ‫ش ٌة ُ فَقَالَتٌْ إلَ ْي َها يَ َدٌهُ فَ َم ٌَّد زَ ْينَبٌُ فَ َجا َءت‬َ ‫عائ‬
َ : ٌ‫َف ! زَ ْينَبٌُ هَذه‬ ٌَّ ‫ي فَك‬ ٌُ ‫"…يَ َدٌهُ النَّب‬

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mempunyai sembilan orang istri. Apabila beliau telah
membagi giliran bagi para istri, beliau hanya bermalam di rumah istri yang tiba masa gilirannya.
Biasanya para Ummahaatul Mukminin berkumpul setiap malam di rumah tempat beliau bermalam.
Pada suatu malam, mereka berkumpul di rumah ‘Aiysah Radhiallahu 'anha yang sedang tiba masa
gilirannya. Rasulullah mengulurkan tangannya kepada Zaenab Radhiallahu 'anha yang hadir ketika
itu. ‘Aisyah Radhiallahu 'anha berkata: “Itu Zaenab !” Beliau segera menarik tangannya
kembali.[Muttafaqun ‘alaihi]
Begitulah keadilan yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‫ل‬laihi wa sallam. Namun sekarang
ini masih ada kita temui para suami yang melakukan sunnah ta'addud (poligami) yang mengabaikan
hak salah satu istrinya. Bahkan tragisnya berakhir pada penyia-nyiaan hak salah satu istrinya, apakah
itu istri yang pertama ataupun yang kedua. Karena dalam pandangan syariat tidak ada bedanya
kedudukan istri pertama dengan istri kedua, ketiga ataupun keempat.

Hendaklah para suami yang melaksanakan sunnah ta'addud hendaklah meneladani Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam dalam bersikap adil terhadap para istri dan dalam memenuhi hak istri-
istrinya. Sehingga sunnah ta'addud ini tidak menjadi momok dalam rumah tangga yang kerap kali
diasumsikan bakal merampas keharmonisan rumah tangga. Asumsi seperti itu telah dibantah oleh
Rasulullah Shallallahu ‫ل‬laihi wa sallam, beliau membuktikan bahwa banyak istri itu tidaklah
mengurangi keharmonisan rumah tangga.

Ajak Istri Beribadah Bersama!


Demikianlah suasana rumah tangga Rasulullah, suasana harmonis seperti itu hanya dapat terwujud
dengan bimbingan taufik dan hidayah dari Allah. Salah satu faktor terbinanya rumah tangga yang
harmonis bahkan merupakan pilar utamanya adalah beribadah bersama. Suami hendaklah mengajak
istrinya untuk beribadah bersama, seperti shalat malam bersama, shaum sunnat bersama, dan
beberapa ibadah lain yang bisa dilakukan bersama-sama. Rasulullah Shallallahu ‫ل‬laihi wa sallam
telah mencontohkan hal itu. Beliau senantiasa menganjurkan istri-istri beliau untuk giat beribadah
serta membantu mereka dalam melaksanakan ibadah, sesuai dengan perintah Allah Subhanaahu wa
Taala.

ٌ‫ص َالةٌ أ َ ْهلَكٌَ َوأْ ُم ْر‬ َ ‫ص‬


َّ ‫طب ٌْر بال‬ ْ ‫علَ ْي َها َوا‬ ٌَ ٌَ‫للت َّ ْق َوىٌ َو ْالعَاقبَ ٌةُ ۖ ن َْر ُزقُكٌَ نَّحْ نٌُ ۖ ر ْزقا نَ ْسأَلُك‬
َ ۖ‫ل‬

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.[ Thaaha/20 :132]

‘Aisyah Radhiallahu 'anha menceritakan:

َ ُ‫ضةٌ َراق َدةٌۖ َوأَنَا ي‬


ٌُ ‫صلي النَّب‬
ٌَ‫ي كَان‬ َ ٌ‫ف َراشه‬, ‫ن أ َ َرا ٌَد فَإذَا‬
َ ‫علَى ُم ْعت َر‬ ٌْ َ ‫ظني يُوت ٌَر أ‬
َ َ‫أ َ ْيق‬

Rasulullah Shallallahu ‫ل‬laihi wa sallam biasa mengerjakan shalat malam sementara aku tidur
melintang di hadapan beliau. Beliau akan membangunkanku bila hendak mengerjakan shalat witir.
[Muttafaqun ‘alaihi].

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menghimbau umatnya untuk mengerjakan shalat malam dan
menganjurkan agar suami istri hendaknya saling membantu dalam mengerjakannya. Sampai-sampai
sang istri boleh menggunakan cara terbaik untuk itu, yaitu dengan memercikkan air ke wajah
suaminya! demikian pula sebaliknya. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu meriwayatkan sebuah hadits
dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:

ٌ‫للاُ َرح َم‬ ٌَ َ‫صلَّى اللَّيْلٌ منٌَ ق‬


ٌ ٌ‫ام َر ُجال‬ ٌَ َ‫صلَّتٌْ ا ْم َرأَت َ ٌهُ َوأ َ ْيق‬
َ َ‫ظ ف‬ ٌْ ‫ح أَبَتٌْ فَإ‬
َ َ‫ن ف‬ ٌَ ‫ض‬ ٌ ٌ‫صلَّتٌْ اللَّيْلٌ منٌَ قَا َمتٌْ ا ْم َرأَة‬
َ َ‫ال َما ٌَء َوجْ ه َها في ن‬, ‫للاُ َرح ٌَم‬ َ َ‫ف‬
َ َ‫صلَّى زَ ْو َج َها َوأ َ ْيق‬
ٌْ‫ظت‬ ٌْ ‫ض َحتٌْ أَبَى فَإ‬
َ َ‫ن ف‬ َ َ‫ال َما ٌَء َوجْ ههٌ في ن‬

Semoga Allah Subhanaahu wa Ta'ala merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk
mengerjakan shalat malam lalu membangunkan istrinya untuk shalat bersama. Bila si istri enggan, ia
memercikkan air ke wajah istrinya (supaya bangun). “Semoga Allah Subhanaahu wa Ta'ala
merahmati seorang istri yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu
membangunkan suaminya untuk shalat bersama. Bila si suami enggan, ia memercikkan air ke wajah
suaminya (supaya bangun). [HR Ahmad].

Jagalah Penampilanmu!
Diantara faktor pendukung terciptanya suasana harmonis adalah selalu menjaga penampilan.
Seorang suami ataupun istri hendaklah selalu menjaga penampilan masing-masing. Hindarilah
penampilan yang awut-awutan dan bau yang tidak sedap. Perhatian seorang muslim terhadap
penampilan lahiriyah sebagai pelengkap bagi kesucian batinnya termasuk salah satu bentuk
kesempurnaan pribadi. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah teladan yang
paling baik. Beliau adalah seorang yang suci lahir maupun batin, beliau menyenangi wangi-wangian
dan siwak dan beliau menganjurkan umatnya untuk itu. Rasulullah Shallallahu ‫ل‬laihi wa sallam
bersabda:

ُ ‫ام إذَا للاٌ َر‬


ٌُ ‫س ْو‬
ٌَ‫ل كَان‬ ٌَ َ‫ص النَّ ْومٌ منٌَ ق‬ ُ َ‫بالس َواكٌ فَاٌهُ ي‬
ٌُ ‫ش ْو‬

Seandainya tidak menyusahkan umatku, niscaya akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap
kali hendak shalat. [HR Muslim]

Hudzaifah Radhiyallahu anhu berkata:

ُ ‫ام إذَا للاٌ َر‬


ٌُ ‫س ْو‬
ٌَ‫ل كَان‬ ٌَ َ‫ص النَّ ْومٌ منٌَ ق‬ ُ َ‫بالس َواكٌ فَاٌهُ ي‬.
ٌُ ‫ش ْو‬

Rasulullah Shallallahu ‫ل‬laihi wa Sallam biasa menggosok giginya dengan siwak setiap kali bangun dari
tidur. [H.R Muslim].

Syuraih bin Hani’ berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallahu 'anha: ‘Apa yang
pertama sekali dilakukan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam setiap kali memasuki rumahnya ?”
‘Aisyah Radhiallahu 'anha menjawab: “Beliau memulainya dengan bersiwak.” [HR Muslim].

Betapa besar perhatian beliau terhadap kebersihan! beliau mempersiapkan diri sebaik mungkin
untuk bertemu dengan keluarga.

Beliau selalu membaca doa setiap kali memasuki rumah, sebagai berikut:

ٌ‫ولَجْ نَا للاٌ بسْم‬, َ ‫ت ََو َّك ْلنَا َربنَا َو‬, ‫سل ٌُم ث ٌَُّم‬
َ ‫خ ََرجْ نَا للاٌ بسْمٌ ٌَو‬, ‫علَى‬ َ ٌ‫أ َ ْهله‬
َ ُ‫علَى ي‬

Dengan menyebut nama Allah kami masuk (ke rumah), dan dengan menyebut nama Allah kami
keluar (darinya), dan kepada Rabb kami, kami bertawakkal. Kemudian beliau mengucapkan salam
kepada keluarganya. [HR Abu Dawud]
Wahai saudaraku sekalian para pemimpin rumah tangga, bahagiakanlah keluargamu dengan
penampilan yang bersih dan ucapan salam ketika menemui mereka. Janganlah engkau ganti dengan
cacian, makian dan bentakan. Ciptakanlah suasana harmonis dalam rumah tanggamu dan jadikanlah
rumahmu sebagai surga bagimu, bagi istri dan anak-anakmu!

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun VI/1423H/2002M Diterbitkan Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp.
08121533647, 08157579296]

Penulis : Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari


Sumber : www.almanhaj.or.id

Anda mungkin juga menyukai