Agar istri tidak kehilangan rasa cinta dan rasa hormat suaminya, maka seorang istri harus
mengetahui dan menjauhi sifat-sifat wanita yang dibenci suami. Di antara sifat-sifat tersebut
yang paling menonjol, sebagaimana ditulis Shabah Sa’id dalam bukunya Az-Zaujah Al-
Mubdi’ah wa Asrar Al-Jamal, antara lain:
Istri seperti ini biasanya menjauhi segala urusan suami, dan lebih mementingkan urusan serta
kegemarannya sendiri. Pada dasarnya, istri seperti ini merasa nyaman setiap kali dia bisa
menyendiri, serta bisa menjaga segala apa yang dia dengar, dia lihat, dan dia sentuh untuk
diri sendiri. Boleh jadi hal ini merupakan akibat adanya penyakit psikis yang membutuhkan
penanganan lebih lanjut.
…Istri seperti ini adalah istri yang mengabaikan eksistensi suaminya. Karena dia selalu tidak
meminta saran suaminya, atau tidak melibatkannya dalam urusan keluarga…
Istri seperti ini adalah istri yang mengabaikan eksistensi suaminya. Karena dia selalu tidak
meminta saran suaminya, atau tidak melibatkannya dalam urusan keluarga. Dia senantiasa
menjalankan sendiri segala urusan keluarga dan urusan rumah dengan tanpa memandang
pendapat suami.
Di sini, seorang suami akan merasa bahwa jati dirinya telah hilang, sebab yang bisa dia
lakukan untuk kebaikan rumah atau anak-anaknya hanya menyerah saja, atau mengabaikan
keberadaan dirinya. Pria semacam ini, jika tidak memisahkan dirinya dari istri seperti itu, bisa
jadi dia akan berusaha mencari, atau mendapatkan apa yang dia inginkan selama ini dari
wanita lain.
Salah satu hal yang mesti dimiliki dalam hubungan pernikahan adalah unsur kejujuran dalam
segala hal. Ini mengingat, kejujuran merupakan salah satu pilar ketenteraman dan
kebahagiaan. Di luar sana terdapat banyak wanita yang gemar berdusta. Mereka menjadikan
dusta sebagai hobi atau sebagai dalih karena takut sesuatu. Namun apa pun alasannya, dusta
dan tipu daya adalah dua hal yang paling dibenci kaum pria. Meskipun terkadang seorang
pria menerima tindakan dusta dari istrinya karena satu atau lain hal, namun penerimaan
seorang suami terhadap sifat buruk itu biasanya disertai dengan pandangan meremehkan.
…Istri galak, begitu mudahnya memberikan hukuman kepada suaminya, ketika suaminya
melakukan suatu hal tertentu. Istri seperti ini selalu meresahkan suaminya…
Wanita semacam ini terbiasa hidup dalam suasana kehidupan yang penuh dengan perilaku
buruk, gejolak rumah tangga, senantiasa menciptakan benih-benih perselisihan. Sebab setiap
kata yang terlontar dari mulut suaminya yang berisi perintah terhadap hal penting yang mesti
dilakukan istrinya, ternyata istrinya malah menepis semua perkataan suaminya dan menolak
bertanggungjawab atas hal itu. Sehingga seringkali dia menciptakan kesulitan dan menyulut
pertikaian antara dirinya dengan suaminya. Dalam kondisi demikian, sang suami lebih
mengutamakan untuk menjauh dari rumah, atau barangkali dia akan tetap di rumah dan ikut-
ikutan dengan sifat buruk istrinya.
Istri semacam ini akan membiarkan dan menyerahkan segala urusan kepada suaminya,
sehingga suaminya menjalankan seluruh urusan keluarga dan rumah tangga. Peran istri hanya
terbatas menjalankan instruksi-instruksi suaminya. Dia senantiasa menyerah dalam segala
hal, seakan-akan dia menuntut suaminya agar lebih berkuasa dengan tanpa berusaha
menunjukkan perannya atau keberadaannya sedikit pun terhadap suaminya, padalah dia
adalah pasangan hidup bagi suaminya.
Istri semacam ini adalah istri yang keras kepala dalam segala hal, dan dia terus berlindung di
balik sifatnya yang keras kepala itu. Sebab dia mendapatkan kenyamanan pada dirinya ketika
dia bersikeras mengikuti pendapatnya, sekalipun itu salah. Di samping itu, melalui cara itulah
dia mendapatkan kepuasan diri. Misalnya, andai suaminya menginginkan satu jenis makanan,
dia terus-menerus menyiapkan jenis makanan lainnya, sekalipun sebenarnya jenis makanan
itu juga tidak disukainya. Wanita semacam ini adalah wanita yang paling dibenci kaum laki-
laki.
…Istri yang keras kepala dalam segala hal adalah wanita yang paling dibenci kaum laki-
laki…
Istri semacam ini adalah sosok yang menganggap bahwa pernikahan adalah akhir dari segala
kehidupannya. Sebab segala ambisi dan keinginannya telah dipendam dalam-dalam pasca
menikah. Menurutnya, setelah menikah tidak ada lagi keinginan dan ambisi. Dengan begitu,
dia beranggapan bahwa hari ini sama dengan hari kemarin, dengan artian, bahwa segala
sesuatu dalam kehidupan pernikahan hanya sarat dengan rutinitas yang teratur dan monoton.
Hal-hal di atas adalah bagian dari sifat-sifat istri yang paling dibenci kaum suami. Oleh
karena itu, hendaknya para istri kembali meniti kembali gaya hidupnya dengan menjauhi
sifat-sifat di atas, demi meraih kebahagiaan dan ketenteraman kehidupan rumah tangga.
[ganna pryadha/voa-islam.com]