WG Indonesian Palm Oil Benefits Bahasa Report-2 11 PDF
WG Indonesian Palm Oil Benefits Bahasa Report-2 11 PDF
Perekonomian Indonesia
Pengembangan Berkelanjutan
Pengembangan pertanian kelapa sawit dan pertumbuhan industri sawit secara
berkelanjutan di negara berkembang dapat dan akan tercapai melalui konsultasi dan
kerja sama dengan kalangan industri, petani, kelompok pelobi, dan masyarakat yang
lebih luas.
Pembatasan konversi kawasan hutan akan berdampak Dengan lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal
negatif pada pertumbuhan ekonomi dan keamanan di daerah pedesaan—dan lebih dari 20 persen di
pangan di Indonesia, dan berdampak langsung terhadap antaranya hidup di bawah garis kemiskinan—industri
penduduk miskin. Karena inilah, negara berkembang kelapa sawit menyediakan sarana pengentasan
menolak untuk memasukkan “tanpa konversi” dalam kemiskinan yang tidak terbandingi. Pembatasan
pendekatan kehutanan dan REDD dalam Konferensi PBB konversi hutan untuk pertanian atau kelapa sawit
tentang Perubahan Iklim di Cancun pada Desember 2010. menutup peluang peningkatan standar hidup dan
manfaat ekonomi yang cukup prospektif bagi warga
pedesaan, membenamkan mereka ke standar
Pembatasan konversi kawasan hutan akan kehidupan yang kian rendah.
berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan Pertumbuhan Industri Masa Depan
keamanan pangan di Indonesia, dan berdampak Karena permintaan dunia akan minyak sawit diper-
kirakan akan semakin meningkat di masa depan,
langsung terhadap penduduk miskin. minyak sawit menawarkan prospek ekonomi yang
paling menjanjikan bagi Indonesia. Produksi minyak
sawit dunia diperkirakan meningkat 32 persen menjadi
Manfaat Kelapa Sawit bagi Perekonomian hampir 60 juta ton menjelang 2020.
Industri kelapa sawit berpotensi menghasilkan Pembatasan konversi hutan untuk perkebunan kelapa
perkembangan ekonomi dan sosial yang signifikan di sawit Indonesia akan mengurangi ketersediaan lahan
Indonesia. Kelapa sawit merupakan produk pertanian subur dan menghambat ekspansi industri ini. Kebijakan
paling sukses kedua di Indonesia setelah padi, dan pemerintah harus bertujuan meningkatkan produk-
merupakan ekspor pertanian terbesar. Industri ini tivitas, bukan menerapkan kebijakan LSM yang
menjadi sarana meraih nafkah dan perkembangan antipertumbuhan.
ekonomi bagi sejumlah besar masyarakat miskin di
1. PENDAHULUAN
pejabat dan pembuat kebijakan. Laporan ini menelaah
Industri minyak sawit merupakan kontributor penting kinerja industri saat ini dan mempertimbangkan
dalam produksi di Indonesia. Pada 2008, Indonesia prospek pertumbuhannya di masa depan. Komponen
memproduksi lebih dari 18 juta ton minyak sawit. utamanya meliputi:
Industri ini juga berkontribusi dalam pembangunan
daerah, sebagai sumber daya penting untuk • Kecenderungan saat ini dan proyeksi permintaan
pengentasan kemiskinan melalui budidaya pertanian minyak dunia di masa depan;
dan pemrosesan selanjutnya. Produksi minyak sawit
menjadi jenis pendapatan yang dapat diandalkan oleh • Kontribusi pertanian dan kelapa sawit bagi
banyak penduduk miskin pedesaan di Indonesia. perekonomian Indonesia;
Menurut satu sumber, sektor produksi kelapa sawit di
Indonesia dapat menyediakan lapangan kerja bagi lebih • Kontribusi kelapa sawit terhadap pembangunan
dari 6 juta orang dan mengentaskan mereka dari pedesaan; dan
kemiskinan. Lebih dari 6,6 juta ton minyak sawit
dihasilkan oleh petani kecil yang memiliki lebih dari 41 • Kendala utama dan peluang industri kelapa sawit
persen dari total perkebunan kelapa sawit. Pada 2006, Indonesia
didapati sekitar 1,7-2 juta orang bekerja di industri
kelapa sawit.
2. Pentingnya Minyak Sawit bagi merupakan salah satu lemak nabati sangat jenuh yang
Perekonomian Dunia berbentuk semi-padat pada suhu kamar, dan relatif
murah.
Minyak sawit adalah minyak nabati yang berasal dari Perdagangan minyak sawit dunia meningkat secara
PEREKONOMIAN DUNIA
buah kelapa sawit, digunakan baik untuk konsumsi signifikan karena kenaikan permintaan dunia. Namun,
makanan maupun nonmakanan. Total produksi minyak ada juga keprihatinan masyarakat tentang dampak
sawit dunia diperkirakan lebih dari 45 juta ton, dengan minyak sawit pada penggundulan hutan, emisi karbon,
Indonesia dan Malaysia sebagai produsen dan eksportir dan hilangnya keragaman hayati. Imbal hasil yang tinggi
utama dunia. Importir utama di antaranya India, Cina, mendorong penanaman modal di industri minyak sawit
dan Uni Eropa. Indonesia, dan pertumbuhan industri yang ditimbul-
kannya berkontribusi secara signifikan bagi per-
Industri minyak sawit mengalami pertumbuhan pesat kembangan ekonomi pedesaan dan pengentasan
dalam beberapa dasawarsa terakhir, dan menjadi kemiskinan. Namun, meski permintaan di masa depan
kontributor penting dalam pasar minyak nabati dunia. diperkirakan akan meningkat, pembatasan penggunaan
Permintaan akan minyak sawit terus meningkat dalam lahan (seperti moratorium dua-tahun baru-baru ini
beberapa tahun terakhir seiring dengan banyaknya untuk konsesi baru pembukaan hutan alam dan lahan
negara maju yang beralih dari penggunaan lemak-trans gambut di Indonesia) dapat menghambat perkem-
ke alternatif yang lebih sehat. Minyak sawit sering bangan industri ini, karena pertumbuhan industri ini
digunakan sebagai pengganti lemak-trans karena memerlukan konversi lahan dalam tingkat tertentu.
Gambar 2.1 Budidaya Minyak Sawit di 43 Negara Produsen Minyak Sawit Pada 2006
10,000 to 100,000 ha
< 10,000 ha
45
tonnes (millions)
40
35
30
25
20
15
10
0
1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007
Catatan: Bagian Lain Dunia mencakup semua negara selain negara yang dicantumkan, termasuk negara-negara Asia Tenggara
Sumber: FAO (2010)
Kecenderungan Produksi dan Imbal hasil yang tinggi mendorong penanaman modal
Perdagangan Minyak Sawit Dunia
di industri minyak sawit Indonesia, dan pertumbuhan
Kelapa sawit yang berasal dari Afrika diperkenalkan ke
Malaysia dan Indonesia pada masa penjajahan. Budidaya industri yang ditimbulkannya berkontribusi secara
tanaman ini kini terkonsentrasi di daerah tropis
Amerika, Afrika, dan Asia Tenggara, khususnya Indonesia signifikan bagi perkembangan ekonomi pedesaan dan
dan Malaysia, yang kondisi iklimnya sangat cocok untuk
pertumbuhan kelapa sawit. Negara produsen minyak pengentasan kemiskinan.
sawit utama yang lain adalah Nigeria, Thailand,
Kolombia, Ekuador, dan negara Afrika yang lain.
15,1 juta ton. Negara pengimpor utama adalah India,
Total produksi minyak sawit dunia meningkat hampir Cina, dan Uni Eropa, yang masing-masing mengimpor
tiga kali lipat selama 3 dasawarsa terakhir hingga 2009.1 6,7 juta, 6,3 juta, dan 4,6 juta ton.3
Pada 2009/10, total produksi minyak sawit diper-
kirakan 45,1 juta ton2, dengan Indonesia dan Malaysia Kecenderungan Konsumsi Minyak Sawit Dunia
mencapai lebih dari 85 persen total dunia. Indonesia
dan Malaysia masing-masing memproduksi lebih dari Sekitar 80 persen produksi minyak sawit dunia
18 juta ton minyak sawit. digunakan untuk makanan, termasuk minyak goreng,
dalam margarin, mi, makanan panggang, dll. Selain itu,
Total perdagangan minyak sawit dan minyak inti sawit minyak sawit digunakan sebagai bahan dalam produk
mencapai lebih dari 35 juta ton, impor dan ekspor. nonmakanan, termasuk produksi bahan bakar hayati,
Eksportir utama minyak sawit adalah Indonesia dan sabun, detergen dan surfaktan, kosmetik, obat-obatan,
Malaysia yang masing-masing mengekspor 15,7 dan serta beraneka ragam produk rumah tangga dan
1 FAO (2010)
2 FARPI (2010)
3 FAO (2010)
4 FARPI (2010)
5 Sheil et al (2009)
6 Sheil et al (2009)
7 OECD-FAO (2009)
8 Thoenes (2006)
9 Sheil et al (2009)
Minyak Kedelai 13,4 33,7 16,1 26,5 25,6 27,7 35,9 27,0
Minyak Sawit 4,5 11,3 11,0 18,1 21,9 23,7 45,1 34,0
Minyak Canola 3,5 8,8 8,2 13,5 14,5 15,7 21,5 16,2
Minyak Bunga Matahari 5,0 12,6 7,9 12,9 9,7 10,5 13,0 9,8
Minyak Inti Sawit 0,6 1,5 1,5 2,5 2,7 2,9 5,2 3,9
Minyak Nabati Lain 12,8 32,1 16,1 26,5 18,1 19,6 12,0 9,0
Total Minyak Nabati 39,8 60,8 92,5 132,8
Investasi untuk memperbesar kapasitas pengolahan Kecenderungan Konsumsi Minyak Nabati Dunia
biodiesel semakin meningkat; Pemerintah Indonesia dan
Malaysia telah mengeluarkan kebijakan untuk Selama lebih dari 3 dasawarsa, terjadi pertumbuhan
mengembangkan industri biodiesel dan menargetkan pesat dalam konsumsi minyak nabati dunia. Konsumsi
alokasi 6 juta ton minyak sawit untuk industri itu setiap antara 1980 dan 2008 meningkat lebih dari tiga kali
tahun.10 Perusahaan penyulingan minyak di Finlandia lipat, dari 40 juta ton menjadi lebih dari 130 juta ton.
(Neste Oil) telah membangun pabrik biodiesel terbesar Selain itu, terjadi pergeseran besar pangsa pasar relatif
di dunia di Singapura,11 sementara produsen utama berbagai macam minyak nabati. Pada 1980, pangsa
lainnya (Sime Darby Berhad) memiliki kapasitas pasar minyak kelapa sawit 11 persen; minyak nabati
pengolahan tahunan 200.000 ton biodiesel di Belanda.12 utama di pasar dunia adalah minyak kedelai,
Namun, dalam beberapa kasus, penetrasi minyak sawit mencakup kira-kira sepertiga konsumsi total. Sejak
dalam pasar bahan bakar hayati terganggu oleh tindakan itu, pangsa pasar minyak kedelai terus menurun, dan
bantuan pemerintah. Sebagai contoh, penggunaan minyak sawit menjadi minyak nabati utama yang
minyak sawit terhalang oleh kebijakan proteksi Uni dikonsumsi. Dalam waktu 30 tahun, konsumsi minyak
Eropa yang menentang impor minyak sawit untuk digu- sawit meningkat sepuluh kali lipat dari 4,5 menjadi 45
nakan sebagai bahan bakar hayati. Pada 2008, Parlemen juta ton (termasuk pertumbuhan 100 persen dalam
Eropa mengeluarkan instruksi yang membatasi dasawarsa terakhir) dan sekarang mencakup 34 persen
penggunaan bahan bakar hayati berbahan baku minyak pasar dunia. Pada 2009, meskipun konsumsi minyak
sawit, karena pertimbangan lingkungan dan sosial. Ini kedelai naik 22,5 juta ton, pangsa pasarnya turun
akan berdampak langsung pada permintaan minyak menjadi 27 persen. Pangsa pasar minyak canola 16
sawit dunia karena Uni Eropa merupakan konsumen persen dan minyak bunga matahari 10 persen.
bahan bakar hayati terbesar di dunia.
10 Thoenes (2006)
11 Neste Oil (2007)
12 Darby Sime
3. Pentingnya Minyak Sawit bagi 0,57 persen menjadi lebih dari 271 juta menjelang
Perekonomian Indonesia 2030.13
PEREKONOMIAN INDONESIA
PDB Indonesia diperkirakan $510,77 miliar pada Komposisi struktur ekonomi Indonesia berubah
2008, sehingga Indonesia termasuk negara banyak dalam waktu empat dasawarsa terakhir.
berpenghasilan menengah ke bawah. Dalam Seperti kebanyakan negara di kawasan ini, terjadi
dasawarsa terakhir, pertumbuhan PDB rata-rata 5 peralihan dari ekonomi pertanian yang tadinya
persen (6,0 persen pada 2008) dan pertumbuhan menonjol menjadi sektor industri dan jasa. Dewasa ini,
penduduk rata-rata 1,2 persen. PDB per kapita juga produksi Indonesia terutama didominasi oleh sektor
tumbuh secara ajek. Penduduk Indonesia diperkirakan industri, yang berkontribusi sedikit di atas 48 persen
terus tumbuh dengan angka pertumbuhan tahunan dalam kegiatan perekonomian total, termasuk migas
yang berkontribusi lebih dari 10 persen PDB.14 Sektor
jasa berkontribusi 38 persen, sementara sektor
Dewasa ini, produksi Indonesia terutama pertanian 14 persen.15
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005
Rice Paddy
Palm Oil
Chicken Meat
Coconuts
Natural Rubber
Other
PDB terus menurun selama 20 tahun terakhir. Pada total areal kelapa sawit matang dan 80 persen total
2008, sektor pertanian berkontribusi 14,4 persen produksi minyak sawit.18 Provinsi produksi utama di
dalam PDB (bandingkan dengan sekitar 22,5 persen Indonesia adalah Riau, Sumatra Utara, Sumatra
pada 1988 dan 18,1 persen pada 1998). Selatan, Jambi, dan Sumatra Barat.
16 Komisi Minyak Kelapa Sawit Indonesia (2008), GAPKI (2009), statistik beragam menurut sumbernya, statistik tidak resmi dari FAO
(2010) memperkirakan produksi pada 2008 di atas 16,9 juta ton.
17 Sebagaimana yang diukur oleh FAO (2010)
18 USDA (2009)
BRUNEI Sabah
Nanggroe
Aceh
Darussalam
Serawak
MALAYSIA
Riau SINGAPORE West
Kalimantan
West West
Sumatra Central
Jambi Papua
Kalimantan
South
Kalimantan Papua
INDONESIA
Bali
TIMOR LESTE
AUSTRALIA
juta ton, dan perkebunan pemerintah menghasilkan termasuk jutaan orang yang hidup sedikit di atas garis
2,2 juta ton. kemiskinan.20 Dana Internasional untuk Pembangunan
Pertanian (IFAD) mendapati bahwa penduduk
Kelapa Sawit dan Pembangunan termiskin di daerah pedesaan pada umumnya buruh
Pedesaan di Indonesia tani, dan luas lahan milik petani kecil tidak sampai 0,5
hektare.
Kemiskinan di Indonesia pada umumnya terdapat di
pedesaan. Pada 2009, dari 32,5 juta orang Indonesia Lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di
yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional, 20,6 daerah pedesaan. Pada 2002, pertanian meliputi dua
juta di antaranya tinggal di daerah pedesaan. pertiga lapangan kerja di pedesaan dan mencakup
Persentase penduduk miskin di daerah pedesaan hampir separuh pendapatan rumah tangga pedesaan
Indonesia jauh melampaui persentase penduduk (upah dan pendapatan dari pertanian)21. Sebuah kajian
miskin di perkotaan, dengan lebih dari 17,3 persen pada 2004 menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB
penduduk desa hidup di bawah garis kemiskinan, jika pertanian di Indonesia berperan besar dalam
dibandingkan dengan 10,7 persen di daerah menurunkan angka kemiskinan, terutama di daerah
perkotaan.19 Angka kemiskinan umum ini tidak pedesaan. Tepatnya, pertumbuhan tahunan 1 persen
ternyata menurunkan kemiskinan total sebesar 1,9
persen (kemiskinan perkotaan sebesar 1,1 persen, dan
kemiskinan pedesaan sebesar 2,9 persen)22. World
Pertumbuhan industri minyak sawit yang signifikan growth (2009) mencatat bahwa selama dasawarsa
terakhir, perluasan industri – khususnya minyak sawit
menyebabkan minyak sawit menjadi komponen – merupakan sumber yang signifikan dalam
penurunan angka kemiskinan melalui budidaya
kegiatan ekonomi di sejumlah negara di wilayah ini. pertanian dan pemrosesan selanjutnya.
25 4
hectares/tonnes (millions)
20
3
15
yield
2
10
1
5
0 0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Catatan: Hasil dihitung sebagai total produksi areal perkebunan kelapa sawit matang. Lainnya adalah total produksi yang lebih kecil daripada produksi petani kecil.
Sumber: perhitungan World Growth dari Statistik Komisi Sawit Indonesia
Pertumbuhan industri minyak sawit yang signifikan Goenadi (2008) memperkirakan industri kelapa
menyebabkan minyak sawit menjadi komponen kegiatan
ekonomi di sejumlah negara di wilayah ini. Di wilayah sawit di Indonesia mungkin dapat menyediakan
tertentu, kelapa sawit merupakan tanaman yang dominan
dan berperan besar dalam pembangunan ekonomi. Pada lapangan kerja bagi lebih dari 6 juta jiwa dan
dasawarsa terakhir, areal perkebunan kelapa sawit terus
bertambah luas, rata-rata 13 persen di Kalimantan dan 8 mengentaskan mereka dari kemiskinan.
persen di Sulawesi.23 Penanaman dan panen kelapa sawit
bersifat padat karya, sehingga industri ini berperan cukup
besar dalam penyediaan lapangan kerja di banyak Kontribusi Kelapa Sawit bagi
wilayah. Goenadi (2008) memperkirakan industri kelapa Perekonomian Lokal dan Petani Kecil
sawit di Indonesia mungkin dapat menyediakan lapangan
kerja bagi lebih dari 6 juta jiwa dan mengentaskan Kelapa sawit menyediakan lapangan kerja untuk
mereka dari kemiskinan.24 Manfaat lain bagi pekerja banyak petani kecil, dengan lebih dari 6,7 juta ton
industri kelapa sawit mencakup pendapatan pasti, akses kelapa sawit dihasilkan oleh petani kecil pada 2008.
ke perawatan kesehatan dan pendidikan.25 Industri kelapa Pada 2006, sekitar 1,7 hingga 2 juta orang bekerja di
sawit memberikan pendapatan berkelanjutan bagi industri kelapa sawit.26 Pada 2008, Komisi Minyak
banyak penduduk miskin di pedesaan; dan areal Sawit Indonesia mendapati bahwa lebih dari 41 persen
pengembangan kelapa sawit utama seperti Sumatera dan total perkebunan kelapa sawit dimiliki petani kecil,
Riau juga memiliki persentase penduduk miskin yang dan 49 persen dimiliki swasta – sisanya yang 10 persen
besar. Lampiran 1 mengikhtisarkan statistik produksi dimiliki pemerintah. Industri kelapa sawit berperan
kelapa sawit dan kemiskinan untuk sejumlah provinsi besar dalam pendapatan penduduk pedesaan,
utama di Indonesia. terutama petani kecil. Pada 1997, pendapatan rata-rata
23 USDA (2009)
24 Goenadi (2008), hlm 3.
25 Sheil, D. et al (2009)
26 Zen et al (2006) dan Sheil, D. et al (2009)
2009/2010 2019/2020
(ribu ton) (ribu ton) % perubahan
Konsumsi 44.330 58.639 32%
Produksi 45.132 59.264 31%
Perdagangan 30.760 41.649 35%
34 OECD-FAO (2009)
35 Malaysian Palm Oil Council (2008)
45
tonnes (millions)
40
35
30
25
20
15
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
sudah ada merupakan cara lain untuk memperbesar Kendala Utama dan Peluang
keluaran. Namun, ada tanda-tanda yang menun- Sektor Kelapa Sawit Indonesia
jukkan bahwa peningkatan hasil perkebunan di
Indonesia dan Malaysia mulai melambat.36 Biaya Kendala Lingkungan
untuk membuka perkebunan baru juga meningkat
karena tuntutan lingkungan. Jika kecenderungan ini Meningkatnya produksi kelapa sawit dunia, terutama
terus berlanjut dan kendala penggunaan lahan di Malaysia dan Indonesia telah mengundang
menjadi semakin ketat, ada peluang untuk munculnya perhatian sejumlah LSM besar, termasuk Greenpeace,
pemasok baru. FAPRI memperkirakan produksi WWF, dan Friends of the Earth. Pada mulanya
minyak sawit Malaysia akan meningkat 26,5 persen tentangan utama terhadap kelapa sawit adalah soal
menjadi 23,4 juta ton sebelum 2020, lebih sedikit penggundulan hutan, sementara keprihatinan
daripada perkiraan produksi Indonesia sebesar 28,5 belakangan ini menyangkut dampak perluasan kebun
juta ton. Prospek yang baik tentang permintaan kelapa sawit pada menyusutnya keragaman hayati
minyak sawit dapat memacu investasi industri di (termasuk habitat orang utan) dan emisi CO2. Klaim
negara lain, termasuk Nigeria dan Thailand yang utama kampanye lingkungan yang menentang
masing-masing menghasilkan sekitar 1,3 juta ton pada industri kelapa sawit adalah bahwa penggundulan
2008.37 Sejumlah laporan baru-baru ini menunjukkan hutan, terutama konversi lahan hutan menjadi kebun
bahwa sejumlah perusahaan Cina sedang bernegosiasi kelapa sawit, merupakan penyebab utama emisi CO2.
untuk mendapatkan lahan di Republik Demokrasi Budidaya kelapa sawit di lahan gambut dan
Kongo dan Zambia untuk perkebunan kelapa sawit.38 perubahan secara tidak langsung tata-guna lahan
Ada juga laporan tentang investor yang menyimak sering disebut-sebut sebagai ancaman utama
pertumbuhan perkebunan di Afrika Barat dan terhadap perubahan iklim. Namun, terdapat
perusahaan Malaysia yang menyimak peluang ketidakpastian dan perdebatan sengit tentang data
pengembangan di Brasil.39 dan model yang digunakan untuk mendukung klaim
36 Thoenes (2006)
37 FAO (2010)
38 Economist (2009)
39 Reuters (2010)
Ada perdebatan sengit tentang seberapa parah Data spesifik tentang peranan kelapa sawit dalam
penggundulan hutan di Indonesia, terutama akibat penggundulan hutan memang terbatas, dan perkiraan
beragamnya tafsiran tentang istilah itu dan informasi juga sangat beragam. Statistik tentang peranan kelapa
yang tidak memadai. Dalam waktu sepuluh tahun sawit dalam penggundulan hutan mengasumsikan
hingga 2010, FAO memperkirakan bahwa areal hutan bahwa semua pertumbuhan areal kelapa sawit
di Indonesia menyusut 5 persen, dari 99,4 juta hektare diakibatkan oleh konversi lahan hutan menjadi kebun
menjadi 94,4 juta hektare.42 Laju penyusutan ini kelapa sawit, menghitung peranan industri ini dalam
berkurang dari dasawarsa sebelumnya, ketika areal penggundulan hutan dengan menganggap bahwa
hutan menyusut 1,75 persen per tahun dari 118,5 juta perubahan areal kelapa sawit sama dengan tingkat
hektare menjadi 99,4 juta hektare. Pada dasawarsa penggundulan hutan, dalam kurun waktu tertentu.
yang lalu, meskipun perubahan persentase tahun per Hal ini memberikan citra menyesatkan tentang
tahun (yoy) dalam kawasan hutan meningkat (karena peranan kelapa sawit dalam penggundulan hutan,
basis hutan yang relatif semakin kecil setiap tahun), mengingat sebagian perluasan dilakukan pada lahan
penyusutan kawasan hutan lebih kecil dalam angka kritis.43
140
hectares (millions)
120
100
80
60
40
20
0
1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Catatan: Angka 2009 didasarkan pada titik setengah jalan antara angka 2008 dan 2010.
Sumber: FAO (2010)
40 World Growth (2010) menyatakan bahwa banyak di antara klaim ini memiliki sedikit atau tanpa bukti kuat, dan hanya mengandalkan
pernyataan absolut dan seruan tanpa dasar yang dirancang mengundang simpati konsumen di negara maju. Hanya terdapat data terbatas
tentang luas hutan dan areal kebun kelapa sawit di Indonesia. Tidak ada definisi baku tentang apa yang disebut lahan hutan gundul di
Indonesia dan perkiraan laju penggundulan hutan sering didasarkan pada ilmu yang sangat lemah, sehingga tentu saja statistik yang tersedia
pun sangat berbeda-beda. Perhitungan terkini tentang penyerapan karbon dan penggundulan hutan pada umumnya didasarkan pada
pencitraan satelit yang hanya memperhitungkan sampel kawasan yang luas dan perkiraannya sering berlebihan dan sudah usang.
41 FAO (2010)
42 FAO (2010)c
43 Sejumlah perusahaan besar di Indonesia, termasuk APP dan APRIL, telah berupaya meningkatkan keberlanjutan kegiatan mereka
dengan menyetujui untuk melakukan beberapa kegiatan berkelanjutan, seperti komitmen untuk melindungi Hutan dengan Nilai
Konservasi Tinggi, dll.
Gambar 4.4 Tata guna lahan di Indonesia, 1990-2005
*Areal panen, angka ini berbeda dengan angka Komisi Sawit Indonesia yang mengukur total areal perkebunan kelapa sawit seluas 5,95 juta ha pada 2005 dan
7,02 juta ha pada 2008.
Sumber: FA0 (2010)
Pada 2008, kontribusi relatif emisi CO2 global dari 2,9 juta hektare dibandingkan dengan penggunaan
penggundulan hutan dan penyusutan hutan lahan untuk keperluan lain yang meningkat 9,4 juta
diperkirakan sekitar 12 persen.44 Pada 2006, Indonesia hektare. Habitat orang utan juga dilestarikan melalui
melepaskan 1,5 ton kubik CO2 per kapita, lebih rendah suaka margasatwa di Indonesia yang telah ditetapkan
daripada rata-rata Asia Timur dan Pasifik serta negara dan mematuhi sejumlah undang-undang. Lebih dari
berpenghasilan menengah bawah, dan jauh lebih 23 persen Indonesia dicadangkan untuk pelestarian
rendah daripada Inggris dan Amerika Serikat yang hutan, termasuk 42 persen di Aceh dan 40 persen di
masing-masing melepaskan 9,3 ton kubik dan 19,3 ton Kalimantan.47
kubik.45 Meskipun terdapat kampanye yang menentang
industri kelapa sawit, produksi minyak sawit lebih Kendala Ketersediaan Lahan
berkelanjutan daripada minyak nabati lainnya.
Produksi minyak sawit menggunakan energi jauh lebih Terbatasnya ketersediaan lahan untuk dikonversi
sedikit, menggunakan lahan lebih sedikit, dan menjadi kebun kelapa sawit merupakan tantangan
menghasilkan lebih banyak minyak per hektare berat bagi pertumbuhan industri kelapa sawit
dibandingkan dengan biji minyak lain, memiliki jejak Indonesia, mengingat diperlukannya konversi lahan
karbon yang lebih kecil, dan merupakan penyerap menjadi kebun kelapa sawit dalam tingkat tertentu
karbon yang efektif.46 Dampak penggundulan hutan agar pertumbuhan industri ini dapat berlanjut.
pada menyusutnya keragaman hayati, terutama Sejumlah LSM memprakarsai kampanye menentang
menyusutnya habitat orang utan juga merupakan industri kelapa sawit dan konversi hutan hujan
keprihatinan yang lazim dikemukakan. Tekanan Indonesia menjadi kebun kelapa sawit. Akibatnya,
terhadap keragaman hayati berasal dari berbagai Pemerintah Indonesia meluncurkan serangkaian
sumber, antara lain kemiskinan, kegiatan program untuk menangani penggundulan hutan –
pertanian/kehutanan, lembaga, dan teknologi. yang paling signifikan adalah penangguhan 2 tahun
Penyusutan habitat tidak semata-mata akibat konversi dalam pemberian konsesi baru untuk membuka
lahan hutan menjadi kebun kelapa sawit. Antara 2000 hutan.48 Pada Mei 2010, pemerintah Indonesia
dan 2007, penggunaan lahan kelapa sawit meningkat menandatangani kesepakatan dengan pemerintah
49 REDD-PBB (2010)
50 Reuters (2010)c
51 FAO/AGL (2010), dalam Global Assessment of Human Induced Soil Degradation (GALSOD) 1980 memperkirakan 16,53 persen luas
lahan (31,4 juta hektare) di Indonesia terkena dampak kerusakan.
52 World Resources Institute (2010)
53 Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Norwegia (2010)
Brasil 2% pada 2008, 5% sebelum 2013 Sudah dilaksanakan Insentif pajak, mandat
Kanada 2% sebelum 2010 Menunjukkan niat Tidak Ada
Cina 15% bahan bakar hayati sebelum 2020 Tidak ada kebijakan nyata Usul dukungan pajak
Uni Eropa 5,75% sebelum 2010, 10% sebelum 2020 Sudah dilaksanakan Subsidi, insentif pajak
India Menyiapkan undang-undang
Indonesia 2-5% sebelum 2010 Sudah diusulkan
Jepang 5% pada 2009 Menyiapkan undang-undang
Korea 5% Sudah dilaksanakan Mandat
Malaysia 5% Sudah diusulkan
Filipina 1% pada 2007, 2% sebelum 2009
Thailand 10% sebelum 2012 Sudah dilaksanakan Keringanan pajak, mandat masa depan
A.S. 28,4 miliar liter bahan bakar hayati sebelum 2012 Sudah dilaksanakan Kredit pajak, mandat negara bagian
Catatan: Kecuali jika dinyatakan lain dalam tabel, angka menunjukkan persentase campuran biodiesel, misalnya 5% = 5% campuran biodiesel.
Sumber: Sheil et al (2009)
pelestarian yang tidak memadai. Untuk mengurangi dinas kehutanan tingkat provinsi dan kabupaten.
parahnya kerusakan lahan, para pengguna lahan Perbedaan antara peta rencana tata ruang yang disusun
memerlukan insentif untuk mengelola dan mele- oleh pemerintah provinsi dan kabupaten kadang-
starikan lahan dengan baik. kadang menyebabkan konversi lahan tanpa izin yang
didukung oleh pemda tingkat dua tanpa persetujuan
Tata guna lahan di Indonesia pada umumnya pemerintah provinsi ataupun pusat.55 Hak kepemilikan
ditetapkan menurut hak sementara untuk lahan yang terbatas atau tidak pasti merupakan sebab
pembudidayaan, pembukaan, dan sebagainya.54 Sejak utama perubahan tata guna lahan yang mengarah pada
desentralisasi, hak untuk pembudidayaan dan penggundulan dan perusakan hutan.56 Penyewa yang
pembukaan lahan diterbitkan oleh berbagai tingkat tidak memiliki hak kepemilikan lahan yang pasti boleh
pemerintahan. Desentralisasi kewenangan pengelolaan dikatakan tidak memiliki insentif untuk memelihara
sumber daya hutan menimbulkan kebingungan serta dan melindungi lahan mereka jika dibandingkan
tidak adanya tanggung jawab pengelolaan lahan. Djogo dengan mereka yang memiliki hak guna yang pasti.
dan Syaf (2003) mengemukakan bahwa desentralisasi Pemantapan hak kepemilikan lahan dan hak guna
kewenangan untuk mengelola hutan, di samping lahan diperlukan untuk memberikan insentif kepada
undang-undang yang membebankan tanggung jawab pengguna lahan untuk berinvestasi guna perbaikan
pelestarian dan pemulihan hutan kepada pemerintah lahan. Insentif kepada pengguna lahan untuk
pusat menyebabkan para pejabat pemerintah daerah memelihara dan memulihkan lahan – sehingga
bersikap mendua dalam hal rehabilitasi dan pelestarian parahnya kerusakan dapat dikurangi dan lahan pulih
hutan. Juga terdapat benturan wewenang antara kembali – memerlukan hak atas lahan dan proses
berbagai lembaga seperti Dinas Taman Nasional dan akuntabilitas yang efektif, pasti, dan transparan.
54 Colchester et al (2006)
55 Djogo dan Syaf (2003)
56 Hatcher (2009)
Tantangan berat yang dihadapi industri kelapa sawit Meskipun minyak sawit saat ini tidak sampai 5 persen
adalah besarnya kesenjangan produktivitas antara dari produksi biodiesel dunia, permintaan cenderung
hasil sebenarnya dan hasil yang dapat dicapai oleh meningkat mengingat banyak negara mengadopsi
perkebunan kelapa sawit. Di Indonesia, hasil kelapa kebijakan yang mendorong penggunaan bahan bakar
sawit rata-rata 3-4 ton/ha, namun sejumlah pihak hayati.62 Meskipun pangsa pasarnya masih kecil,
memperkirakan bahwa potensi hasilnya bisa mencapai minyak sawit sering digunakan sebagai bahan baku
8,6 ton/ha.57 Sinar matahari yang hampir selalu ada dalam produksi biodiesel, dan karena bahan baku
sepanjang tahun, curah hujan yang tinggi, lahan yang merupakan unsur biaya yang besar dalam produksi,
kaya zat vulkanik, serta pemahaman yang baik tentang industri biodiesel merupakan pilihan bagus bagi
pengelolaan kelapa sawit menguntungkan Indonesia Indonesia. Banyak negara menetapkan target untuk
dalam menghasilkan produk pertanian dan kelapa mengubah ketergantungan pada bahan bakar fosil
sawit.58 Goenadi (2008) mengemukakan bahwa dengan menggunakan lebih banyak energi terbarukan,
paduan semua sumber daya di atas dengan bibit termasuk bahan bakar hayati, untuk mengurangi emisi
kelapa sawit baru jenis unggul serta bibit yang tersedia gas rumah kaca, dan ini meningkatkan permintaan
sekarang, potensi produksi tahunan dari segi genetik bahan bakar alternatif secara global. Permintaan yang
bisa mencapai sekitar 6-7 ton kelapa sawit per hektare. meningkat dan berlimpahnya tenaga kerja di
Namun, pada kenyataannya rata-rata hasil yang Indonesia serta status sebagai penghasil minyak dan
diperoleh hanya mencapai setengahnya saja. Pada minyak bumi dunia, menempatkan Indonesia pada
2008, Komisi Sawit Indonesia mengukur bahwa hasil posisi yang relatif bagus untuk memproduksi biodiesel.
kelapa sawit rata-rata 3-4 ton per hektare. Perlu ada Pemerintah Indonesia sudah bertekad bulat untuk
upaya sungguh-sungguh untuk mengurangi mengembangkan bahan bakar hayati, termasuk
kesenjangan ini, dan Goenadi mengusulkan agar menyusun strategi terpadu untuk melaksanakan
upaya tersebut mencakup persiapan lahan secara program bahan bakar hayati.63 Sementara itu, negara
bertahap, pengelolaan kebun secara rutin, dan seperti Uni Eropa, Cina, A.S. dan lain-lain menetap-
penggunaan teknologi baru. Peningkatan produk- kan target pencampuran bahan bakar untuk biodiesel
tivitas, terutama pada petani kecil, merupakan berkisar dari 2 persen di Filipina hingga 10 persen di
tantangan terbesar. Hasil perkebunan petani kecil juga Uni Eropa sebelum 2020.
amat beragam, mungkin karena perbedaan cara
bertani dan usaha, bukan potensi tanaman dari segi
genetik.59 Peningkatan produktivitas petani sawit Meskipun minyak sawit saat ini tidak sampai 5
dapat meningkatkan keuntungan sektor ini tanpa
perlu banyak menambah perluasan lahan atau biaya persen dari produksi biodiesel dunia, permintaan
produksi. Peningkatan produksi 20 persen dapat
menghasilkan tambahan 3,7 juta ton sawit di cenderung meningkat mengingat banyak negara
Indonesia, setara dengan hasil panen 1,07 juta hektare
saat ini.60 Tantangan utama lainnya untuk produk- mengadopsi kebijakan yang mendorong
tivitas sektor kelapa sawit Indonesia, terutama di
Kalimantan, adalah lahan yang kurang subur, musim penggunaan bahan bakar hayati.
kemarau tahunan, dan potensi pertikaian soal lahan.61
57 Henson (1990)
58 Goenadi (2008), hlm. 2
59 Hai Teoh (2010)
60 dihitung dari data Komisi Sawit Indonesia
61 Perba et al (2006)
62 Sheil et al (2009)
63 Bio-fuel Indonesia (2010)
Ansari, F., Bhartata, A., Hudata, A., Kurniawan, P.M., dan Rianda E., (2007) Indonesian Tropical Deforestation: APRIL and
APP case studies, Erasmus Universiteit Rotterdam.
DAFTAR PUSTAKA
Asian Development Bank (1995), Project Completion Report, dapat diakses di:
http://www.adb.org/Documents/PCRs/INO/18110-INO-PCR.pdf, diakses pada September 2010
Asian Development Bank (2006), Indonesia: Strategic Vision for Agriculture and Rural Development.
Bio-fuel Indonesia (2010), dapat diakses di: http://www.bio-fuelindonesia.com, diakses September 2010
Cheng Hai Teoh (2010), Key Sustainability Issues in the palm oil sector, dapat diakses di:
http://www.ifc.org/ifcext/agriconsultation.nsf/AttachmentsByTitle/Discussion+Paper/$FILE/Discussion+Paper_
FINAL.pdf, diakses September 2010
Djago, T. dan Syaf, R. (2003), Decentralization without Accountability: Power and Authority over Local Forest Governance
in Indonesia, tersedia di: http://www.cifor.cgiar.org/acm/download/pub/djogo-EWC.pdf, diakses September 2010
Economist (2009), The scramble for land in Africa and Asia, 21 Mei, tersedia di:
http://www.economist.com/PrinterFriendly.cfm?story_id=13692889&source=login_payBarrier
Uni Eropa (2003), The Directive on the Promotion of the use of bio-fuels and other renewable fuels for transport
(2003/30/EC), diakses di: http://eur-lex.europa.eu/LexUriServ/LexUriServ.do?uri=CELEX:32009L0028:EN:NOT
Food and Agricultural Policy Research Institute (2010), U.S. and World Agricultural Outlook, FARPI, Iowa. Tersedia di:
http://www.fapri.iastate.edu/outlook/2010/, diakses September 2010
Food and Agricultural Policy Research (2010)b, Food and agricultural commodities production statistics: Indonesia and
Production Indices: Indonesia, dapat diakses di: http://faostat.fao.org, diakses September 2010.
Food and Agricultural Policy Research (2010)c, Global Forest Resources Assessment 2010: Country Report Indonesia, The
Forest Resources Assessment Programme.
Food and Agricultural Policy Research (2005), National Soil Degradation Maps, dapat diakses di: http://www.fao.org/lan-
dandwater/agll/glasod/glasodmaps.jsp?country=IDN&search=Display+map+! Diakses September 2010.
Food and Agricultural Policy Research Unit (2001), Contract Farming: Partnerships for Growth, Chapter 3: Types of
Contract Farming, dapat diakses di: http://www.fao.org/docrep/004/y0937e/y0937e05.htm, diakses September 2010
Food and Agriculture Organisation of the United Nations (FAO), (2002), ‘Small-Scale Palm Oil Processing in africa’, Chapter
3, FAO Agricultural Services Bulletin 148, dapat diakses di: http://www.fao.org/DOCREP/005/y4355e/y4355e03.htm,
diakses September 2010
Food and Agriculture Organisation of the United Nations (FAO), (2010), Global Forest Resources Assessment 2010, dapat
diakses di: http://www.fao.org/forestry/fra/fra2010/en/, diakses September 2010
Food and Agriculture Organisation of the United Nations Land and Water Development Department (FAO/AGL), (2010),
TERRASTAT, dapat diakses di:
http://www.fao.org/ag/agl/agll/terrastat/wsrout.asp?wsreport=4®ion=1&search=Display+statistics+!, diakses September
2010
GAPKI (2009), ‘Build Indonesia with Palm Oil’, dalam majalah InfoSARWIT.
Greig-Gran M. (2008), The Cost of Avoiding Deforestation: Update of the Report Prepared for the Stern Review of the
Economics of Climate Change, International Institute for Environment and Development.
G.R. van der Werf, et al. (2009), ‘CO2 emissions from forest loss’, Nature Geoscience, hlm. 737-738
Goenadi (2008), Perspective on Indonesian Palm Oil Production, Makalah yang disampaikan pada Rapat 2008 Musim Semi
International Food & Agricultural Trade Policy Council, 12 Mei 2008, Bogor, Indonesia
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Norwegia (2010), Letter of Intent between the Government of the Kingdom of
Norway and the Government of the Republic of Indonesia on “Cooperating on reducing greenhouse gas emissions from
deforestation and forest degradation”, dapat diakses di: http://www.redd-monitor.org/wordpress/wp-
content/uploads/2010/05/Norway-Indonesia-LoI.pdf, diakses September 2010.
Hardter, R., Chow, W. Y., dan Hock, O. S. (1997), ‘Intensive plantation cropping, a source of sustainable food and energy
production in the tropical rain forest areas in Southeast Asia’, Forest Ecology and Management, Vol. 91, No. 1, hlm. 93-102.
Hatcher, J. (2009), Securing Tenure Rights and Reducing Emissions from Deforestation and Degradation, Social
Development Papers: Social dimensions of climate change, Paper No.120/December 2009
Independent Evaluation Group (2001), Nucleus Estates and Smallholders Projects in Indonesia, dapat diakses di:
http://lnweb90.worldbank.org/oed/oeddoclib.nsf/DocUNIDViewForJavaSearch/95d104dd2107d21d852567f5005d8461?Op
enDocument&Click= diakses September 2010.
Komisi Sawit Indonesia (2008), Indonesian Palm Oil Statistics 2008, Kementerian Pertanian Indonesia, Jakarta.
International Fund for Agricultural Development (IFAD), Rural Poverty in Indonesia, dapat diakses di:
http://www.ruralpovertyportal.org/web/guest/country/home/tags/indonesia , diakses September 2010.
Malaysian Palm Oil Council (2008), Facts on Fats, Global Oils & Fats Business Magazine, Vol. 5, Issue No. 3
Neste Oil (2007), Neste Oil to build a NExBTL Renewable Diesel plant in Singapore, Siaran Pers, tersedia di:
http://www.nesteoil.com/default.asp?path=1;41;540;1259;1261;7440;9494
Sheil, D. et al (2009), The impacts and opportunities of oil palm in Southeast Asia, CIFOR, Occasional Paper No. 51
OECD (2010), Country Statistical Profiles 2010: Indonesia, tersedia di: http://stats.oecd.org/Index.aspx
Reuters (2010), Wilmar aims to grow sugar business in Indonesia, Brasil, 6 Juli, tersedia di: http://www.reuters.com/arti-
cle/idUSSGE6650ES20100706
Reuters (2010)b, Q+A-Indonesia issues draft rules on forest clearing, 6 Juli, tersedia di:
http://af.reuters.com/article/energyOilNews/idAFJAK26185620100706?pageNumber=2&virtualBrandChannel=0
Reuters (2010)c, Indonesia says it won’t revoke existing forestry licenses, tersedia di:
http://www.alertnet.org/thenews/newsdesk/SGE65109U.htm, diakses September 2010.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2010), Number and Percentage of Poor People, Poverty Line, Poverty Gap Index,
Poverty Severity Index by Province,
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2010), Gross Regional Domestic Product at Current Market Prices by Provinces,
http://dds.bps.go.id/eng/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=52¬ab=1, diakses September 2010.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2010)b, Gross Domestic Product at Current Market Prices by Industrial Origin,
dapat diakses di: http://dds.bps.go.id/eng/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=11¬ab=1
Sustainable Development Project (2010), Submission to the World Bank’s Framework for Engagement in the Palm Oil
Sector, dapat diakses di: http://sustainabledev.org/wp-content/uploads/2010/08/100823-SUBMISSION-World-Bank-and-
Palm-Oil.pdf
Thoenes, P. (2006), Bio-fuels and Commodity Markets – Palm Oil Focus 1, FAO Commodities and Trade Division, Roma
Perserikatan Bangsa-Bangsa (2010), UN Data a world of Information dapat diakses di: http://data.un.org/, diakses
September 2010
United Nations collaborative program on Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation in developing
countries (UN-REDD), (2010), dapat diakses di: http://www.un-redd.org/AboutREDD/tabid/582/Default.aspx, diakses
September 2010.
United States Department of Agriculture (2009), Indonesia: Palm oil production growth to continue, dapat diakses di:
http://www.pecad.fas.usda.gov/highlights/2009/03/Indonesia/, diakses September 2010.
Wicke, B. et al (2008), Drivers of land use change and the role of palm oil production in Indonesia and Malaysia: Overview
of past developments and future projections, Copernicus Institute, Universiteit Utrecht
Bank Dunia (2010), Country Data: Indonesia, tersedia di: http://data.worldbank.org/country/indonesia, diakses September
2010
World Growth (2009), Conversion: The Immutable Link Between Forestry and Development, Arlington, VA, tersedia di:
http://www.worldgrowth.org/assets/files/WG_Forestry_Conversion_Report.pdf
World Growth (2009), Palm Oil – The Sustainable Oil, Arlington, VA, tersedia di:
http://www.worldgrowth.org/assets/files/Palm_Oil.pdf
World Resources Institute (2010), Degraded Land, Sustainable Palm Oil, and Indonesia’s Future, dapat diakses di:
http://www.wri.org/stories/2010/07/degraded-land-sustainable-palm-oil-and-indonesias-future, diakses September 2010.
Zen, Z., Barlow, C., dan Gondowarsito, R. (2006), ‘Oil palm in Indonesian socio-economic improvement: a review of options’,
Industry Economic Journal, Vol. 6, hlm. 18-29
Tabel berikut ini mengikhtisarkan statistik produksi kelapa sawit untuk lima provinsi penghasil sawit tertinggi di
Indonesia (Riau, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jambi, dan Sumatra Barat) dan lima provinsi penghasil sawit
terendah (Papua Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Lampung, dan Bengkulu).
LAMPIRAN
www.worldgrowth.org