Anda di halaman 1dari 6

Aku tidak terlalu suka membaca Alkitab dan Alquran, tapi kalau kau bisa menunjukkan

padaku kitab agama mana yang menerangkan asal-muasal Tuhan, katakanlah, supaya aku
menjadi tahu.� Kawanku membalas: �Kau mungkin kafir. Jangan bikin pertanyaan
menyesatkan.�

Ini dua pertanyaan tua, bisakah kau menjawabnya?


Dalam semua agama, Tuhan diyakini sebagai Yang Maha Kuasa. Kekuasaan Tuhan tak
terbatas. Dia tahu apa yang tidak diketahui manusia; Dia melihat apa yang tidak
dilihat manusia; Dia mampu mengerjakan apa yang tidak mampu diperbuat manusia. Dia
disebut Yang Maha Kuasa.

Tapi tidak sedikit orang sejak dahulu yang senantiasa �protes� dan mencari tahu
apakah memang benar Tuhan itu ada dan maha-kuasa. Dari sekian banyak �gugatan�
terhadap keberadaan Tuhan yang pernah kudengar, ada dua pertanyaan yang kusukai.
Aku suka kedua pertanyaan ini karena aku belum bisa menjawabnya hingga hari ini.

1. Dari mana asal Tuhan, apakah Dia tiba-tiba ada?

Kalau ditanya mana duluan telur atau ayam, kujawab ayam, karena memang Tuhan pada
mulanya menciptakan ayam, bukan telur. Kalau ditanya siapa yang menciptakan
manusia, matahari, udara, api, air, tanah, dan semua planet, pasti kujawab Tuhan.

Kalau ditanya dari mana asal-muasal Tuhan, apakah Dia tiba-tiba ada, pernah kujawab
pada seorang kawan: Aku tidak tahu.

Lalu dia berkata: Apakah agama yang dulu kaupeluk [Kristen] dan yang sekarang
[Islam] tidak menjelaskan secara pasti siapa yang menciptakan Tuhan dan dari mana
Dia berasal?

Kujawab: Aku tidak terlalu suka membaca Alkitab dan Alquran, tapi kalau kau bisa
menunjukkan padaku kitab agama mana yang menerangkan asal-muasal Tuhan, katakanlah,
supaya aku menjadi tahu.
Ternyata temanku itu tidak bisa menunjukkannya.

2. Mampukah Tuhan menciptakan sebuah benda yang sangat berat yang Dia sendiri tidak
sanggup mengangkatnya?

Kalau dijawab Tuhan mampu menciptakan benda yang sangat berat yang Dia sendiri
tidak sanggup mengangkatnya, berarti Tuhan tidak maha-kuasa � mengapa Dia tidak
cukup kuat mengangkat benda itu.
Kalau dijawab Tuhan tidak mampu menciptakan benda berat tersebut, berarti Tuhan pun
tidak maha-kuasa � mengapa Dia tidak bisa menciptakan benda terberat di dunia.

Aku sudah beberapa kali mengajukan kedua pertanyaan ini kepada kawan-kawanku, dan
umumnya mereka tidak bisa menjawab. Beberapa kawan berkata: Itu rahasia Tuhan,
hanya Tuhan yang tahu, kau jangan bikin pertanyaan menyesatkan, mungkin benar kau
termasuk kafir, mungkin kau ateis, ketahuilah bahwa manusia tidak sanggup melihat
Tuhan, sepintar-pintar manusia takkan tahu siapa sesungguhnya Tuhan dan di mana
tempat untuk menemukan-Nya.

Satu-dua kawanku yang mengaku mampu menjawab, berkata, jawaban untuk pertanyaan
pertama adalah �Tuhan tidak diciptakan oleh siapapun, pokoknya Tuhan adalah yang
pertama dan terakhir,� sementara jawaban kedua ialah �Tuhan mampu menciptakan
apapun, pokoknya tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, titik.�

Setelah membaca artikel tersebut saya langsung ingat pada sebuah novel yang
diberikan teman saya beberapa waktu yang lalu

Novel tersebut berjudul �Cogito Allah Sum!� karya Lalu Mohammad Zaenudin. Buku yang
lumayan bagus bagi para pencari Tuhan, didalamnya banyak terdapat perenungan-
perenungan tentang seseorang yang berusaha menemukan ke exist-an Allah. Saya akan
menceritakan kembali kepada teman-teman yang telah saya pahami dan mengerti dari
buku ini.

Begini ringkasan serta inti dari novel tersebut

Apakah Tuhan itu ada?

Apakah agama itu hanya sebuah mitos? muncul dari budaya manusia dan berkembang dari
waktu ke waktu? Pada awal kehidupan manusia, sekitar 10.000 SM pada awal mencairnya
zaman es, tanda-tanda kehidupan manusia mulai muncul. Seperti yang dikemukakan oleh
teori evolusi Charles Darwin bahwa nenek moyang manusia dulunya adalah sebangsa
primata/kera. Dimulai dari zaman paleolitikum, pada awalnya wujud manusia sama
dengan kera, hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai penemuan fosil-fosil manusia
purba seperti pithecanthropus erectus.

Jadi berarti nenek moyang manusia dalam agama-agama ibrani yaitu Adam adalah kera?
yah disinilah titik pertentangan antara irasional agama dengan rasionalitas ilmu
pengetahuan.

Manusia pada pertama kali belum tahu apa itu makhluk halus semacam jin, setan,
hantu, dll. karena mereka hidup hanya untuk berburu dan meramu, jadi buat apalah
mereka memikirkan hal seperti itu, yang mereka pikirkan kala itu hanyalah bagaimana
mengatasi perut dan bertahan hidup. Mereka yang lapar dengan berburu di alam liar
kemudian pada periode nomaden atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
lain, mereka mulai menemukan ada kekuatan lain yang jauh lebih besar dari mereka,
yaitu kekuatan alam, cuaca, adanya binatang buas, serta kejanggalan dan kengerian
yang terdapat di alam, hal-hal tersebut membuat mereka menginginkan sebuah
perlindungan dari segala ancaman dan bahaya tersebut. Saat itulah nenek moyang kita
memanipulasi makhluk dan kekuatan supranatural atau kekuatan alam. Akhirnya
munculah kepercayaan animisme. Jadi motivasi awal adalah untuk dapat menaklukan
alam ini, bukan takut kepada surga ataupun neraka. Hal ini merupakan pemikiran dari
ahli sejarah dan pemikir bernama E. B. Taylor (atheis?)

Selanjutnya orang-orang prasejarah mulai percaya tentang adanya ruh-ruh yang


dimiliki oleh setiap benda, seperti pohon, batu, dll. Bahkan sampai saat ini kita
masih bisa melihat upacara-upacara yang mengkeramatkan pohon angker dan tua. Mereka
menyembah apa saja, jadi yang disembah ada banyak, pikiran tersebut melahirkan
aliran Dinamisme dalam kepercayaan, yaitu menyembah berbagai roh/ dewa-dewi. Agar
merek bisa memanggil kekuatan tersebut untuk dimintai pertolongan, maka mereka
melakukan upacara atau ritual seperti menari, bernyanyi, bertapa, berdoa, dll. Hal
tersebut dinamakan religion in action (agama sebagai perbuatan) oleh Wallace.

Pada pergeseran masa dan perubahan zaman, manusia mulai menyadari bahwa kekuatan-
kekuatan tersebut ternyata sifatnya bervariasi, ada yang kuat, ada yang lemah, ada
yang biasa-biasa saja. Ada berbagai elemen dan ternyata masing-masing elemen
tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya seperti air, api, tanah, listrik,
cahaya, dll. Nah akibat dari bervariasinya kekuatan tersebut manusia mulai bingung,
ada kekuatan lain yang lebih besar dari kekuatan itu sendiri, hal ini dinamakan
�there is god above god�.

Lalu berdasarkan kenyataan tersebut mereka pun akhirnya sepakat bahwa tuhan-tuhan
tersebut mempunyai satu tuhan raja yang paling berkuasa dan menjadi atasan tuhan-
tuhan kecil tersebut. Akhirnya dari menyembah banyak tuhan akhirnya mereka hanya
menyembah tuhan yang paling tinggi saja. daripada repot mengurus tuhan banyak-
banyak.
Hal diatas merupakan pendapat para atheis yang menyatakan tuhan itu tidak ada. Dari
kesimpulan uraian diatas berarti bahwa segala macam agama yang ada didunia ini tak
lain hanya berasal dari anggapan-anggapan atau pemikiran manusia saja. Tentu saja
saya tidak setuju dengan anggapan diatas, ya memang benar agama berkembang seiring
dengan perkembangan zaman dan budaya manusia. Namun seiring berkembangnya kebutuhan
manusia dan majunya pemikiran manusia, manusia semakin menemukan kejanggalan dan
keajaiban yang amat sangat yang tidak mampu dipikirkan oleh logika, maka berangsur-
angsur Tuhan sedikit demi sedikit mulai menampakkan sosoknya serta keagungannya
untuk menuntun umat manusia.

Apakah Tuhan itu Maha Pencipta dan Maha Kuasa?

Ada dua buah pertanyaan didalam novel tersebut yang ditanyakan oleh seorang tokoh
atheis yang meragukan sifat-sifat Tuhan, yang pertama adalah

�Dapatkah Tuhan menciptakan sebuah perisai yang amat sangat kuat sehingga tidak ada
satu pedang-pun yang dapat menembusnya, kemudian dapatkah Tuhan menciptakan sebilah
pedang yang sangat tajam sehingga dapat menembus perisai yang amat tangguh
sekalipun?�

Mari kita hayati sejenak pertanyaan tersebut.

Pertanyaan tersebut sangatlah menjebak, tuhan pasti bisa membuat kedua-duanya,


namun pastilah ada satu yang kalah, dan itu artinya Tuhan bukanlah sang Maha
Pencipta karena gagal membuat perisai atau pedang yang paling kuat. setidaknya itu
yang dimaksud oleh pertanyaan tersebut. Sudah jelas-kah bagi kalian? dapatkah
kalian menjawabnya? Mari kita jawab bersama.

Jawaban dari pertanyaan pertama diatas sebenarnya mirip dengan permainan angka,
kita tahu bahwa pedang dan perisai memiliki fungsi kekuatan yang berbeda. Pedang
untuk menyerang sedangkan perisai untuk bertahan, masing-masing mempunyai puncak
kekuatannya.Andaikan saja kekuatan pedang itu 5 poin, lalu kekuatan perisai itu
juga 5 poin. Namun karena fungsinya juga berbeda, pedang untuk menyerang sedangkan
perisai untuk bertahan, maka kita bedakan juga jenis angkanya, yaitu pedang 5 poin,
sedangkan perisai �-5 poin� . Jika saat kedua benda tersebut di adu kekuatan
masing-masing, maka terjadilah operasi �bentrok� dalam logika matematika, dan
fungsi tersebut menjadi +5 + (-5) = 0. Nah nilai �nol� menunjukan ketiadaan benda
dan ketiadaan hasil atau berarti tidak membuat apa-apa, maka hasilnya pun tidak
ada. Dan kesimpulannya adalah, Kedua benda tersebut memang kuat, tapi sama-sama
kuat sedangkan fungsinya-pun berbeda antara menyerang dan bertahan.

Kemudian kita beralih ke pertanyaan kedua, yang juga sama menjebaknya,


� Dapatkah Tuhan menciptakan makhluk yang lebih kuat daripada-Nya?�
Dalami dan selami pertanyaan tersebut. Jika Tuhan tidak dapat menciptakan makhluk
yang lebih kuat dari-Nya, maka tuhan bukanlah sang Maha Pencipta dan bukanlah Maha
Kuasa, karena ada makhluk yang lebih kuat dari-Nya. setidaknya itulah yang akan
menjadi jebakan pertanyaan tersebut. Mari kita jawab bersama.

Pertanyaan tersebut sebenarnya belum / tidak tepat. Orang yang bertanya demikian
harus mengerti dan sepakat arti dari kata �maha� itu sendiri. dalam terminologi
bahasa, makna �maha� itu sama dengan �tak terhingga�, sedangkan �tak terhingga� itu
merupakan notasi dari angka �yang paling besar�. Jadi sejatinya tidak ada yang
lebih besar dari yang paling besar. Nah jika kesepakatan tersebut tercapai, maka
pertanyaan tersebut akan mudah untuk dijawab. Adakah nilai yang lebih besar dari
�tak terhingga� ataupun �tak terbatas�? Tentunya tidak ada bukan? karena tak
terhingga merupakan puncak dari sesuatu yang hingga atau mungkin untuk dilakukan.
Jadi sangat tidak rasional untuk sebuah pertanyaan jebakan seperti itu. Pertanyaan
tersebut lebih tepat untuk sebuah �maha� yang terbatas sehingga masih bisa ada yang
lebih tinggi darinya. Namun Tuhan kita adalah �maha� tak terbatas, tak akan ada
yang melebihi-Nya, menyaingi-Nya, maupun hanya sekedar menyamai-Nya.

Demikianlah, semoga dapat kita renungkan dan dapat menjadi amalan bagi kita untuk
memperkuat dan mempertebal iman kita dari serangan-serangan pertanyaan para kaum
tak beragama yang berusaha menyesatkan kita. Amin.

Nah begitulah kurang lebihnya isi kandungan dari novel tersebut...

sebelumya saya berterimakasih sekali dengan adanya artikel tersebut semoga dapat
menambah wawasan serta memperkaya keimanan saya kepada tuhan.

Setelah mentelaah pesan dan hikmah dari tulisan tersebut saya dapat menarik satu
kesimpulan dari isi kandungan buku tersebut....

Ini dari sudut pandang saya, seorang manusia biasa yang coba menganalisa serta
menjawab pertanyaan pertanyaan konyol kaum ateis tersebut melalui keterbatasan.

Sejak kapan Tuhan itu ada ????

Sebenarnya pertanyaan tersebut sudah muncul pertama kali dalam pikiran orang yang
percaya adanya Tuhan, hanya saja ketika orang yang percaya itu sudah menemukan
jawabanya, para kaum ateis baru menemukan pertanyaannya jauh sesudah kaum teis
menemukan jawaban sesungguhnya.

Dalam paradoks eksetensi Tuhan dikaum ateis ini adalah tingkatan dasar untuk
menjebak kaum beragama dalam kebenaran adanya Tuhan mari kita analisa:
Pertanyaan tentang ini keliru. Pertanyaan tentang �Kapan� adalah pertanyaan yang
menunjuk pada dimensi waktu yang hanya dimiliki oleh materi. Waktu dibutuhkan oleh
materi untuk bergerak, untuk dinamis. Salah satu ciri materi adalah gerak. Dari
mulai tidak ada, atau ada dalam bentuk lain, lalu berproses menjadi ada atau
berubah bentuk.

Sementara Tuhan bukan materi. Ia non-materi. Jika Tuhan tersusun dari waktu berarti
mengindikasikan bahwa Tuhan memiliki gerak. Dari mulai ada kemudian berproses lalu
menjadi ada. Ini sangat tidak mungkin. Karena berarti ada waktu di mana ada
kekosongan Tuhan, lalu Tuhan berproses dan menjadi ada.

Perlu kita ketahui Tuhan takkan bisa terjamah oleh logika manusia super sekalipun
bahkan nabi atau utusanya takkan bisa menganalisa eksistensi serta ilmu Tuhan.

Perlu juga diingat kembali Tuhan tak pernah tersentuh oleh ruang dan waktu seperti
layaknya manusia yang terikat oleh sebuah dimensi dimana memiliki keterbatasan.

2. Mampukah Tuhan menciptakan sebuah benda yang sangat berat yang Dia sendiri tidak
sanggup mengangkatnya?

Ketika kita menanyakan masalah yang pada intinya : Dapatkah Tuhan Yang Maha Kuasa
menciptakan sesuatu yang melenyapkan KeMahaKuasaan itu? Pada intinya ada masalah
logika berbahasa yang serius di sini.

Karena ada kontradiksi. Masalah yang terjadi bukan ada pada Tuhan tetapi pada
kontradiksi pertanyaan itu. Pada konsep ilmu pengetahuan manusianya. Kalau
masalahnya ada pada logika dalam berbahasa - maka wajar saja jika penyelesaiannya
juga dikaitkan dengan bahasa.
Memang ada variasi jawaban lain di sini. Misalnya saja : Ada logika seperti ini :
Tuhan itu Maha Kuasa, karena Maha Kuasa, Tuhan juga bisa menanggalkan
keMahaKuasaannya suatu waktu sehingga Dia menjadi tidak Maha Kuasa.

Tuhan Maha Kuasa, Dia membuat batu. Kemudian Dia menanggalkan KeMahaKuasaan itu
sehingga tidak bisa mengangkat batu itu.

Kemudian muncul bantahan : Tuhan yang sudah menjadi tidak Maha Kuasa, selamanya
tidak akan menjadi menjadi Maha Kuasa karena sudah kehilangan keMahaKuasaannya.

Atau pernyataan lain : Bagaimana Tuhan yang tidak bisa mengangkat sebuah batu bisa
kita sebut Maha Kuasa ? Masalahnya sekali lagi terletak pada kontradiksi
itu. Kontradiksi yang dilihat pada ruang dan waktu yang sama adalah tidak mungkin
terjadi.

Jika kita bicara hukum alam - menurut prinsip-prinsip logika manusia, - apa yang
saya sebut sebagai jendela adalah prinsip-prinsip logika manusia tersebut.

Apa yang kita sebut sebagai hukum alam, sebenarnya sekedar batas pandang jendela
yang kita sudah tahu. Ketika kita bicara hukum alam, akhirnya yang kita bicarakan
adalah hukum alam yang terpahami oleh manusia. Hanya hukum alam yang terpahami.
Hukum alam di mana kontradiksi dalam ruang dan waktu yang sama adalah tidak mungkin
terjadi.

Jadi ketika ada pertanyaan : Dapatkah Tuhan menciptakan batu yang Dia sendiri tidak
bisa mengangkatnya?

Pertama Masalahnya ada pada kontradiksi itu. Dalam logika manusia adanya
kontradiksi semacam itu tidak terpahami - sehingga pertanyaan manusia terkait
dengan ini menjadi tidak terpahami pula.

Sekali lagi : Ini adalah contoh keterbatasan konsep ilmu pengetahuan. Masalahnya
bukan pada Tuhan. Tetapi pada keterbatasan logika manusia.

Sekali lagi keterbatasan itu tidak selalu berarti kurang pengetahuan tetapi lebih
dalam lagi karena secara konseptual ilmu pengetahuan itu sendiri selalu memiliki
keterbatasan.

Jadi adanya batasan-batasan ini tidak selalu berada pada keterbatasan pemikiran
orang per orang tetapi justru ada karena ilmu pengetahuan itu sendiri termasuk ilmu
bahasa secara mendasar - memang memiliki keterbatasan.

Kedua dalam segi tatanan bahasa bagaimana mungkin kita dapat mengukur sesuatu yang
kontradiktif dalam satu waktu yang bersamaan...Apakah orang yang meninggal itu baru
saja mengendarai mobil ???? dalam segi hukum maupun bahasa ini sangat salah...
Pertanyaannya salah dan tidak memerlukan jawaban karena tidak logis dan mengandung
kontradiksi. Pertanyaan bermasalah secara logika maka dengan sendirinya pertanyaan
itu tidak bisa dijawab.

Karena tidak logis maka pertanyaan ini tidak masuk akal dan tidak bisa
diselesaikan, menurut logika manusia. Tidak perduli pertanyaan tersebut anda
sematkan untuk Tuhan, untuk setan atau untuk manusia. Pertanyaan tersebut selalu
tetap tidak logis � jika ditinjau dari segi keterbatasan pemahaman logika manusia.

Masalahnya bukan kepada siapa pertanyaan itu disematkan. Tetapi sebuah pertanyaan
yang salah diarahkan untuk apapun tetap saja hasilnya salah, karena pertanyaan itu
sudah salah secara mendasar.
Saya tidak bermaksud menggurui atau pun menjadi bijak dalam menganalisa..apapun
hasil tulisan ini hanyalah bentuk luapan dalam ketebatasan saya.

Dan tak lupa saya mengutip ayat-ayat alquran yang berkenaan dengan hal ini....

Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar


Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al-Hajj [22]: 74)

�Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan
semesta alam. (QS. Al-�Araaf [7]: 54)

Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami


hanya mengatakan kepadanya: �Kun (jadilah)�, maka jadilah ia. (QS. An-Nahl [16]:
40)

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata


kepadanya: �Jadilah!� maka terjadilah ia. (QS. Yaasiin [36]: 82)

Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu
urusan, Dia hanya bekata kepadanya: �Jadilah�, maka jadilah ia. (QS. Al-Mu�min
[40]: 68)

Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan
sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: �Jadilah�, maka jadilah ia. (QS. Maryam
[19]: 35)

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan)
sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: �Jadilah!� Lalu jadilah
ia. (QS. Al-Baqarah [2]: 117)

Anda mungkin juga menyukai