Anda di halaman 1dari 9

menurut saya Tuhan tidak dapat meningkatkan kekuasanNya karena Tuhan itu Maha

Sempurna, Tuhan sudah sempurna, tidak dapat menjadi lebih atau tidak dapat menjadi
kurang. Menurut saya, jika dipaksakan untuk menjawab paradox ini jawabannya adalah
"Tidak", Tuhan tidak bisa menciptakan mahluk yang lebih berat darinya (mahluk bisa
berarti batu atau apapun, saya memilih kata 'berat' karena dalam paradoks ini
mamakai kata 'mengangkat'). Tuhan tidak bisa menciptakan sesuatu yang melebihiNya,
kenapa? Karena tidak ada yang lebih dariNya. Logika sederhananya bisakah Tuhan
menciptakan Tuhan lain yang lebih kuasa dariNya/yg tidak bisa diangkatNya? Sama
saja dengan bisakah Tuhan berkuasa untuk tidak berkuasa? Tentu TIDAK, karena tidak
ada yang lebih dari Tuhan itu sendiri. Itu pendapat saya, Maaf jika saya salah,
masih perlu banyak belajar.

=================

Sebuah pertanyaan klasik ateis adalah "Kuasakah Tuhan Menciptakan Batu yang Dia
Tidak Kuasa Mengangkatnya" Banyak orang menyangka pertanyaan ini hebat dan tidak
akan bisa dijawab, padahal sebenarnya sangat gampang menjawabnya. Meskipun jika
ditinjau dari ilmu mantiq (logika) pertanyaan seperti ini absurd (batal dengan
sendirinya karena tidak memenuhi kriteria logis sebuah kalimat) tetapi jika
dipaksakan juga jawabannya tetap ada, bahkan jauh lebih mudah dibanding jawaban
filosofisnya. Nah seperti apa jawaban dari pertanyaan "Kuasakah Tuhan Menciptakan
Batu yang Dia Tidak Kuasa Mengangkatnya" berikut ini penjelasannya,
PERTAMA: absudritas (ketidaklogisan) kalimat ini menjadi jelas ketika kita
hilangkan beberapa kata hingga tersisa keterangan pokok kalimat tersebut:
Kuasakah Tuhan Menciptakan Batu yang Dia Tidak Kuasa Mengangkatnya? di singkat
menjadi
Kuasakah Yuhan Tidak Kuasa?
Kalimat itu tidak memenuhi kriteria logis sebuah kalimat, karena kata "kuasa"
berlawanan makna dengan kata "tidak kuasa". Kalimat kalimat seperti ini tidak
terdapat dalam pembicaraan lazim manusia baik dalam kehidupan keseharian maupun
dalam kajian ilmu pengetahuan. Karena selain absurd (tidaklogis), kalimat semacam
itu juga tidak memiliki nilai / manfaat samasekali untuk mendapatkan informasi,
artinya, dijawab atau tidak sama saja tidak memberikan tambahan informasi apapun.

Dalam ilmu kejiwaan biasanya kalimat seperti ini hanya muncul pada orang orang
tertentu yang mengalami disfungsi otak terutama dalam hal konsistensi logika yang
dimilikinya. Di dunia nyata, orang seperti ini dikenal sebagai "orang gila" atau
"kurang waras"

Tidak mengherankan jika hampir semua opini ateistik yang menolak keberadaan Tuhan
semacam ini seringkali disebut sebagai tindakan kurang akal atau tidak berakal,
dalam kalimat quran disebut "laa ya'qiluun" (mereka tidak menggunakan akal nya)

KEDUA: pertanyaan "Kuasakah Tuhan Menciptakan Batu yang Dia Tidak Kuasa
Mengangkatnya" bisa langsung dijawab sebagai berikut:
Tuhan Maha Kuasa Menciptakan Apapun
Manusia bisa menciptakan komputer yang tak bisa dikalahkannya (meski sebenarnya
komputer itu tetap bisa dikalahkannya yaitu dengan mencopot sambungan listrik dan
baterai nya). Kalau manusia saja bisa apalagi Tuhan?
Meskipun demikian jawaban jawaban tersebut hanya bersifat silat lidah dengan saling
memutar balik kalimat dengan menyesuaikan alur logika yang disepakati dalam kalimat
penanya. lebih dari itu tidak ada manfaatnya kecuali hanya untuk mematahkan
pertanyaan itu sendiri.

===================

Boleh saya bantu kasih clue..


Manusia itu punya keterbatasan kemampuan berpikir pada logika.. sedangkan tuhan
tidak terikat pada logika manusia..
Kita ambil contoh udara
Seberapa besar ukuran udara ?
Seberapa berat udara dengan ukurannya menyelimuti dunia ?
Terus dimana sih udara itu? Disini ada disitu ada ?
Coba kita berpikir lg mampu ga sih kita Melihat seberapa cepat pergerakan rambat
cahaya ?
Itu diluar kemapuan manusia, kita bisa menghitung kecepatan cahaya, tapi kita ga
bisa liat kan kecepatan cahaya ?
Karena manusia terikat logika, waktu ,dll
Sedangkan tuhan tidak

================

pertanyaan : bisakah tuhan menciptakan batu yang dia sendiri tidak bisa
mengangkatnya? kalo dia bisa, berarti Allah tidak maha kuasa..tapi kalo tidak bisa,
ya bukan maha kasa juga namanya..

tanggapan: Itu namanya pertanyaan yang kontradiktif�


Dan sifat Tuhan adalah tidak bisa berkontradiktif dengan dirinya sendiri�.

Kenapa kontradiktif?
Karena :
Tuhan bisa menciptakan semua batu�
Tuhan bisa mengangkat semua batu�

Ini artinya
Pertanyaan �batu� itu pada dasarnya menanyakan apakah bisa, Allah melakukan A dan
pada saat yang sama tidak melakukan A.

Yang tidak beres itu di formulasi pertanyaannya. Kamu tidak bisa menyuruh Allah
sekalipun untuk melakukan A dan tidak melakukan A pada saat yang bersamaan. Itu
absurd.

Bisakah kamu merokok dan pada saat yang sama tidak merokok?

Bisakah kamu melompat dan pada saat yang sama tidak melompat?

Bisakah kamu menangis tapi pada saat yang sama tidak menangis?

Pertanyaan �bisakah Allah membuat batu yang Dia sendiri tidak bisa mengangkatnya�
mempunyai asumsi bahwa �Allah itu maha kuasa sehingga Dia pasti bisa buat batu apa
saja� dan �Allah itu maha kuasa sehingga batu apapun pasti Dia bisa angkat.� Dua
kemahakuasaan Allah ini dipertentangkan secara kontradiktif. Di satu sisi Allah
disuruh melakukan A, disisi lain Dia disuruh melakukan bukan A.

So, penekanan sekali lagi, �sifat� pertanyaan ini adalah


�Bisakah Allah melakukan A dan pada saat yang sama melakukan hal yang bukan A�

Kesalahan bukan pada jawaban�


Tapi karena pertanyaannya sendiri sudah salah�

Kecuali kalo ada yang punya Allah yang bisa berkontradiktif dengan dirinya sendiri�

Pertanyaan sejenis :
Dosa adalah hal2 yang menjauhkan kita dari Allah�
Allah bisa melakukan segalanya�
-> Bisakah Allah melakukan dosa??
pertanyaan ini menjadi kontradiktif, karena meminta Allah untuk menjauhi diriNya
sendiri�
Di satu saat meminta Allah untuk �tidak bergerak� (agar bisa dijauhi), dan secara
bersamaan untuk �bergerak� (agar bisa menjauhi)

Berhubung pertanyaannya sendiri sudah salah,


maka tidak ada jawaban dari pertanyaan yang salah itu�.

pertanyaan diatas memberikan gambaran bahwa �kadangkala akal dan fikiran kita
terjebak didalam suatu permasalahan yang sebenarnya bukan masalah..terlihat pada
pertanyaan �yang bukan bukan pertanyaan� seperti diatas..hal ini membuktikan bahwa
akal dan fikiran kita yang katanya paling sempurna ternyata masih memiliki
kelemahan untuk memahami dan mendalami sebuah makna. dan semuany akhirnya
membuktikan bahwa didunia ini terdapat �tanda-tanda kebesaran Allah�

====================

Menurut saya Tuhan justru Maha Sempurna. Itu berarti dalam segala hal. Apa jika
saya berpendapat seperti ini Paradox ini dapat terselesaikan? Bisa!! Alasannya
Tuhan Maha Sempurna dan itu diluar pemikiran akal manusia yang tidak sempurna.
Justru jika dengan akal sehat Paradox ini tidak selesai, artinya semakin terbukti
kesempurnaan Tuhan. Karena kesempurnaan Tuhanlah akal kita yg tidak sempurna tak
akan pernah menjangkaunya. Tentu salah jika mengibaratkan Tuhan seperti mahluk,
karenanya Paradox ini tidak pernah selesai.

=======================

Tuhan itu berkehendak. Apapun yg Dia kehendaki bisa dilaksanakan saat itu juga
dalam sekejab. Jika Dia berkehendak menciptakan sesuatu yg tidak bisa dia angkat
maka saat itu juga Dia mampu menciptakannya, namun ketika Dia berkehendak sesuatu
itu bisa Dia angkat kembali, maka dalam sekejab Dia mengangkatnya

==============

sederhananya kita harus mengakui terlebih dahulu bahwa kebenaran itu berasal dari
tuhan, dan oleh sebab itu menjadikan tuhan sebagai kebenaran yang mutlak, untuk
dapat memahami kebenaran maka dibutuhkan sebuah prinsip yang tidak dapat di ganggu
gugat. salah satu prinsip kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat adalah non
kontradiksi (a tidak sama dengan b), dalam suatu pernyataan tidak boleh terdapat
pertentangan. karena kebenaran itu mengalir dan padu, tidak berbenturan dan
menghancurkan yang lainnya. dari pernyataan tentang omnipotence paradox ini
terdapat pernyataan yang bertentangan antar identitasnya. karena tanpa batas tidak
sama dengan tanpa batas. tanpa batas hanya sama dengan tanpa batas pula (a=a).
dengan demikian pernyataan diatas tidak dapat dinyatakan sebagai pernyataan yang
benar

================

manusia adalah makhluk paling sempurna, tapi kok bisa mati atau sakit, berarti
Tuhan bohong, padahal Tuhan Maha Benar. ini adl contoh paradoks klasik sderhana yg
lain.intinya, biar logika kita tembus sampe langit ke 7 dan lebih luas dr bumi dan
langit, kita tetep gak bisa kenal/tahu Tuhan klo cm memahami secara logila. Pahami
Tuhan secara rasional (dgn akal/otak)dan irrasional (dgn hati yaitu keyakinan dan
ketulusan menjadi makhluk ciptaanNya.

warning !!
- Memahami Tuhan dgn logika saja nanti ujungnya bs jadi atheis
- Memahami Tuhan dgn hati tanpa logika ujungnya bs jadi musyrik

===============

Sebenarnya pertanyaan apakah tuhan mampu membuat sebuah batu yang ia sendiri tak
sanggup menggangkatnya memiliki arti yang sama dengan apakah Tuhan punya kuasa
untuk tidak menjadi maha kuasa. Jawabannya adalah mustahil. Mengapa mustahil?
Karena apakah sesuatu yang memiliki kemahakuasaan mau melepaskan kemahakuasaannya
hanya karena sebuah batu. Peetanyaan ini sama saja dengan "kalau budi hamil,
anaknya nanti perempuan atau laki2" jawabanya adalah pertanyaan ini salah karena
pria tidak mungkin hamil dan Tuhan tidak mungkin menjadi tidak mahakuasa karena
jika tuhan tidak mahakuasa maka Ia bukanlah Tuhan. Semoga jawaban ini membantu

=============

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallaahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallaahu


'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, "Sesungguhnya syaithan mendatangi salah seorang
dari kamu, lalu berkata, 'Siapakah yang telah menciptakan ini? Siapakah yang telah
menciptakan itu?' Hingga syaithan berkata kepadanya: 'Siapakah yang menciptakan
Rabb-mu?' Jika sudah sampai demikian, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah
dengan mengucapkan isti'adzah dan berhenti." (HR Bukhari [3276] dan Muslim [134]).

===========

Paradoks ini tercatat pertama kali diajukan oleh Ibnu Rusyd pada abad ke-12.
Kemungkinan sebelumnya sudah dikenal problem sejenis terkait makna dari
"kemahakuasaan".

==============

Sebenarnya pemikiran manusia yang tidak bisa mencapai nya, sebab mereka kurang
memahami sifat Tuhan. Oke saya tdk ingin panjang lebar menjelaskan, pada dasar nya
ini mau tidak mau berhubungan dengan iman, meskipun logika manusia pasti mentok dan
muter2 karena sejatinya manusia kurang dalam memahami sifat Tuhan sendiri. Nah,
kenapa sih di setiap sifat-Nya Dia menyebut diri-Nya dengan "Maha", padahal makhluk
juga bisa saja ( atas kehendak-Nya ) memiliki sifat dengan nama yang sama,salah
satunya misal manusia bisa Adil - tapi hanya tuhan Yang Maha Adil, artinya meskipun
namanya sama, hakekatnya berbeda, artinya "Adil" versi manusia , berbeda dengan
"Adil" versi Tuhan. Intinya adalah jangan mencoba memahami sifat Maha Adil-Nya
Tuhan dengan sifat Adil nya manusia, karena sangat berbeda maksud, berbeda versi,
berbeda sejauh-jauhnya perbedaan. Ini memang sebenarnya menguji iman, yang faham
akan semakin mengerti hakekat dirinya dan Tuhan, sedangkan yang kurang iman,
mungkin akan kebingungan. Memahami sifat2-Nya dengan logika sampai kapanpun tidak
akan pernah bisa mencapai nya, maka dari itu Dia menciptakan iman, satu2 nya yang
bisa mendekatkan kita pada perngetian akan sifat2-Nya itu, mengapa Dia punya sifat
Maha Menciptakan, tapi tidak menyebut sifat Maha Menghancurkan, padahal Dia memang
punya sifat itu. Jawaban nya karena yang namanya MAHKLUK TIDAK MUNGKIN MENCAPAI
TUHAN. Maksud saya, "batu" yang dimaksud tidak mungkin ada karena makhluk tidak
bisa mencapai ke-Mahaan-Nya sampai2 Dia tidak bisa mengangkatnya, meskipun makhluk
memiliki sifat seberat apapun, Dia tetap memiliki sifat Maha Kuat. Meskipun batu
itu diciptakan, batu itu tetaplah makhluk, sedangkan sifat makhluk itu terbatas dan
Tuhan memiliki sifat tidak terbatas. Semoga bisa menangkap apa yang saya maksud,
sejati nya makhluk tetaplah makhluk, dia akan memiliki sifat terbatas, dan Tuhan
tetaplah Tuhan, Dia tidak memiliki sifat terbatas. Meskipun batu itu diciptakan,
dia tetaplah makhluk, mustahil bisa melampaui ke-Maha Kuat-Nya. Endingnya
kekurangan itu ada pada makhluk itu sendiri sebab dia ( makhluk ) memiliki sifat
terbatas, berbeda dengan Tuhan yang memiliki sifat tidak terbatas. Pahami kalimat
"tidak terbatas" ini dgn logika manusia, pasti bisa dipahami dan dimengerti. Saya
mengutip salah satu dari firman-Nya yang mulia tentang hakikat manusia sebagai
makhluk : ??????? ???????????? ???????? ?????? ??????? (QS. Alkahfi : 54)

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang untuk membuat macam-macam perumpamaan


bagi manusia didalam al-Qur'an ini. Dan manusia itu adalah makhluk yang paling
banyak membantah.

Bagi saudara2 yg belum paham tentang prinsip Tuhan di dunia ini, saya ambil contoh,
api itu makhluk, diciptakan dengan sifat panas, nah ini adalah ketetapan, artinya
api tidak mungkin sedingin es meskipun dinyalan di kutub utara sekalipun, ia akan
tetap panas. Dan banyak contoh2 lain yg merupakan ketetapan Tuhan, batu itu keras,
gunung itu tinggi, manusia harus lapar, dan paling penting manusia harus beribadah
kepada Tuhan dengan tata cara dan tutunan-Nya, yang kadar nya sudah ditentukan
oleh-Nya dan disampaikan oleh utusan-Nya yang mulia. Dari penjelasan saya, bisa
ditarik kesimpulan juga bahwa Tuhan telah menetapkan bahwa semua makhluk terbatas,
bahkan "Sang Waktu" sendiri pun terbatas, berbeda dengan Tuhan. Timbul pertanyaan,
Tuhan mengutus, apakah itu suatu kelemahan ? Tidak, jika dipahami dengan akal yang
sehat. Sedikit sejarah dalam agama saya, bagi yg tidak sepaham tidak masalah,
karena ini hanya contoh konkrit betapa jauhnya perbedaan makhluk dengan Tuhan.
Dahulu di bukit Thusina tatkala Musa berbicara kepada Tuhan-Nya dan ingin melihat
Tuhan-Nya dengan mata telanjang, gunung dan batu ( merupakan makhluk ) runtuh hanya
karena mendengar kabar Tuhan akan ke dunia menemui Musa, melihat hal itu Musa
pingsan, bagaimana tidak baru mendengar Tuhan akan ke dunia, gunung dan batu
didepannya hancur bergetar. Tuhan nya Musa pun berkata seandainya gunung dan batu
dihadapan mu ( dimata Musa begitu kokoh dan kuat ) itu sanggup menahan kedatangan-
Ku, maka kau ( Musa ) pasti bisa melihat-Ku. Jangan kan gunung dan Batu, seluruh
alam semesta aja tidak akan mampu, kenapa ? Ya kembali ke sifat, Tuhan tidak
terbatas sedangkan alam semesta ( galaksi bimasakti dan jutaan galaksi lain nya )
tetaplah terbatas. Itulah perbedaan makhluk dengan Tuhan. Kelemahan ada pada
makhluk itu sendiri, bukan pada Tuhan, maka dari itu Tuhan mengutus makhluk dengan
makhluk, tingkat kemampuan tentu berbeda, antara satu makhluk tingkat kedekatan
dengan Tuhan pasti berbeda, presiden saja tidak sembarang orang bisa mendekati,
apalagi Tuhan, gak sembarang makhluk bisa dekat dengan Zdat-Nya. Entah bagaimana
agama2 lain menggambarkan Tuhan, saya tidak tahu, setidaknya itu sedikit gambaran
tentang Tuhan dan sifat2-Nya dalam agama saya. Nah kembali ke topik tentang sifat
Maha Adil dan Maha Pengasih juga sifat2 yang dirasa bertentangan oleh manusia,
saudara bisa memahami dengan konsep saya tadi. Semoga apa yang saya paparkan bisa
sedikit menjelaskan paradox diatas

=============

Logikanya gini, Tuhan itu maha tidak terbatas sedangkan batu itu materi , yang
namanya materi ada batasnya... Coba kalian bandingkan tuhan yang maha tidak
terbatas dan tidak bertepi dengan Batu yang Sangat besar dan seberat apapun ia
tetap memilili batas, karena batu Adalah materi, Selesai kan?

============Seandainya batu itu tidak sanggup diangkat, maka Tuhan bisa membuat
DiriNya lebih berkuasa lagi untuk mengangkatnya.

Karena batu perlu bobot dari Tuhan untuk menjadi lebih berat lagi, tapi Tuhan bisa
membuat diriNya lebih berkuasa juga tanpa harus bergantung pada bobot sebuah batu.

==========

saya pernah mendengar tentang racun apa yang paling sempurna? ternyata jawabannya
adalah racun yang penawarnya juga diciptakan, jika tidak begitu justru akan menjadi
senjata makan tuan bagi pembuatnya

kembali ke topik tentang apakah tuhan mampu menciptakannya, jangan samakan sifat
pencipta dari manusia dengan sifat pencipta dari tuhan

jika manusia selalu ingin menciptakan hal yang sangat hebat kita sebut saja robot
yang sangat canggih dimana dia memiliki sifat dan kemampuan seperti manusia
sehingga berpotensi menggantikan peran manusia, sehingga manusia tidak diperlukan
lagi, saat robot-robot mulai menguasai dunia maka kita jutsru mengatkan mereka
ciptaan yang gagal. bukankah itu adalah kekurangan dari sifat pencipta manusia, dan
nyatanya sampai saat ini manusia tidak sanggup menciptakan ciptaan yang seperti itu
namun malah punya keinginan

berbeda dengan tuhan, kita anggap saja tuhan memang mampu menciptakannya tapi
tentunya tuhan tidak akan punya keinginan untuk melakukan itu karena itu
menunjukkan kekurangan sifat pencipta dari tuhan sendiri sedangkan tuhan maha
sempurna

mungkin karena itulah pertanyaan ini dimasukkan kategori paradox, karena jika
sampai tuhan menciptakan sesuatu yang tidak dapat diangkat tuhan maka hilanglah
sifat maha kuasa dari tuhan

karena itulah akhirnya saya meyakini tuhan tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan
manusia yang terbatas karena kita memang diciptakan seperti itu, jika kita mampu
menjangkau sifat tuhan dengan akal kita ini maka saya tidak akan menyembahnya,
karena itu menunjukkan kelemahan tuhan. dan saya meyakini hakikat dari pengetahuan
adalah mnecapai ketidaktahuan itu sendiri

manusia menjadi ciptaan tuhan yang sempurna bukannya malaikat, karena selain
diberikan kelebihan berupa akal (akal itupun terbatas) kita juga diberikan
kekurangan berupa hawa nafsu

=============

Jelas bisa, karena memang Tuhan maha kuasa�tapi hal tersebut bukan bagian dari
sifat Tuhan�untuk apa Tuhan melakukan hal tersebut ?

Tak usah jauh2 ketuhan, saya kasih contoh saja, manusia mampu menciptakan sebuah
mobil yg berat, dapat di pastikan beratnya karena manusia tidak mampu mengangkat
mobil tersebut dengan TANGANNYA.. adakah manusia mampu mengangkat sebuah mobil ?
Mampu, dengan fikiran dan otak yg di berikan oleh tuhan manusia mampu�saya berikan
contoh dalam konteks manusia dengan segala kekurangan nya saja mampu melakukan
itu�.apa lagi tuhan dengan segala kelebihan nya

SEKARANG YANG MENJADI PERTANYAAN NYA, UNTUK APA TUHAN MELAKUKAN ITU ?

=============

Sebenarnya pertanyaan ini pertanyaan jaman kuno yang sudah tidak relevan, karena
waktu itu manusia belum mengetahui sains kosmologi seperti sekarang ini.

Anyway, here it is.

Pertama, cara berpikir manusia -by default- mengikuti hukum fisika bumi ini. Misal
tentang "berat". "Berat" itu sendiri sebenarnya adalah hasil dari gaya gravitasi -
dalam hal ini bumi-, yang sebenarnya beda planet akan beda "berat" sebuah obyek
yang sama. Akan tetapi pikiran manusia -by default- tidak terpikir seperti apa
"berat" di bulan atau di planet lain.
Bumi sendiri adalah sebuah batu (rock). Massanya 5.9 kilogram dengan 24 nol di
belakangnya. Tetapi bumi melayang di orbitnya. Massa matahari adalah 333 ribu kali
massa bumi, tetap saja matahari melayang di orbitnya. Bagaimana cara mengangkat
matahari sementara doi sudah melayang dengan sendirinya?

Jadi konsep "mengangkat" adalah konsep pikiran manusia bumi.

Kedua, cara berpikir manusia -by default- mengikuti hukum fisika. Pertanyaannya,
bagaimana jika hukum fisika seperti yang kita kenal sekarang ini berbeda? Misal
batu dilempar ke atas tidak jatuh lagi. Atau air tidak mengalir ke bawah melainkan
langsung menguap.

Pada kondisi singularity, semisal di black hole, tidak ada lagi hukum fisika
seperti di luar black hole. Makanya disebut singularity karena tidak ada yang tahu
apa yang terjadi. Semua hukum fisika dan matematika sudah gagal untuk memprediksi
apa yang ada di dalam singularity. Tidak ada lagi "waktu" seperti yang kita kenal
di dalam singularity. Tidak ada lagi fisika seperti yang kita kenal di dalam
singularity.

Tuhan, dalam konsep terbatas manusia bumi, adalah sebuah singularity. Tidak ada
yang tahu apa bagaimana mengapa. Apakah tuhan terikat "waktu"? Apakah tuhan terikat
"ruang"? Jadi membicarakan singularity ya berarti kita membicarakan sifat "kulit"
nya saja, sementara sifat atau bentuk inti daripada inti core of the core kita
(mungkin) tidak akan pernah tahu.

Kembali ke pertanyaan: Jika Tuhan maha kuasa, dapatkah ia membuat batu yang sangat
berat sehingga Tuhan tidak sanggup mengangkatnya?

Mungkin.

============

Saya kira kita dapat lolos dari �paradoks� ini dengan mengatakan bahwa Tuhan Maha
Segalanya. Tuhan Maha Kuasa. Tapi juga Tuhan Maha tidak Kuasa. Tuhan Maha Pencipta.
Tapi juga Tuhan Maha tidak Pencipta dan seterusnya. Jadi jawaban untuk
pertanyaannya adalah ya, Tuhan mampu membuat batu itu, Ya Tuhan mampu membuat
dirinya tidak mampu mengangkat batu itu. Tapi ya, Tuhan mampu membuat dirinya jadi
bisa mengangkat batu itu. Tuhan Maha Paradoks. Tapi juga tidak. Kita saja yang
selalu membatasi Tuhan seakan-akan ketika dua sifatnya saling bertentangan, konsep
Tuhan jadi tidak masuk akal. Tuhan bisa masuk akal. Tuhan juga bisa tidak masuk
akal. Tuhan bisa positif, bisa negatif, bisa juga positif dan negatif sekaligus.
Tuhan Maha Segalanya tapi juga tidak Maha Segalanya.

Kalo kata anak sekarang, Tuhan mah bebas cuy.


=============

Dalam teologi Islam, Tuhan mempunyai sifat-sifat yang dijabarkan dalam 99 sifat
Tuhan atau Asmaul Husna. Dia Maha Kuasa sehingga bisa membuat batu dan dia juga
Maha Kuat sehingga bisa melakukan apapun dengan kekuatan-Nya.

Adapun sistem logika yang diketahui manusia memiliki cacat bawaan yang disebut
dengan paradoks. Paradoks dalam matematika adalah premis yang inferensinya adalah
nagasi premis tsb.

Sistem logika Tuhan tak mengandung paradox atau bertentangan dirinya sendiri.

===============

Pertanyaan tersebut tidak dapat berdiri dikarenakan 2 premis yang membentuknya


saling bertentangan secara logika.

Maha Kuasa memiliki arti bahwa Tuhan amat berkuasa sehingga Ia dapat melakukan
segala sesuatu. Sedangkan kata-kata �tidak sanggup� bertentangan dengan konsep
�Maha Kuasa�.

Oleh sebab itu pertanyaan �dapatkah Ia membuat� tidak dapat diajukan.

Seperti contoh sederhana misalnya, �Berapa harga es teh tawar panas?�. Pertanyaan
�berapa harga� tidak dapat dipertanyakan karena es teh tawar �panas� tidaklah ada.

Kira-kira begitu pendapat saya.


====================

pertama adalah pertanyaan paradoks, kedua kalo sudah ada sifat maha kuasa Tuhan
tidak tepat lagi sifat berat atau sifat2 lainnya yang lemah dilekatkan pada Nya,
ketiga ini adalah pertanyaan yang sama oleh kaum ateisme atau semacamnya yang
mempertuhankan logika nya , jadi jika tidak masuk akal sesuai yang ditangkap
manusia maka perlu diragukan kebenarannya,, keempat sifat2 berat, lemah, jahat,
tidak kuasa dll hanya berlaku pada makhluk pada ciptaannya karena itu disebut
makhluk (ciptaan) khalik (pencipta), yg keberapa udah ni,, intinya pertanyaan ini
adalah untuk menjadikan keraguan bagi mereka yang percaya pada Nya,

================

Menurut saya, karena Tuhan itu maha kuasa, Ia mampu menciptakan kondisi dimana Ia
mampu menciptakan batu tersebut dan Ia benar-benar tidak dapat mengangkatnya, dan
Ia mampu menciptakan kondisi dimana Ia bisa mengangkatnya. Hal ini memang sulit di
pahami sebagian besar orang, sama halnya dengan konsep tritunggal.
==============

Pertanyaan ini gabungan dari dua kalimat yang saling meniadakan.

Karenanya meaningless (hampa makna).

================

lakukan hand stand, dan katakanlah kau sedang mengangkat bumi dengan berpijak pada
langit.

jika kau sanggup mengangkat bumi, apa lagi yang kau ragukan?

====================

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan, dan Rabbnya mengajaknya berbicara (langsung),, berkatalah Musa: "Ya
Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau."
Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit
itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat
melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya
gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar
kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang
yang pertama-tama beriman."Al-A�raf: 143.

�Muka mereka (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka
melihat.� (QS. Al-Qiyamah: 22-23)

�Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian dengan mata kalian sendiri.� (HR.
Bukhari no. 485).

�Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang wajah Allah
Ta�ala.� (HR. Muslim no. 181).

�Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) pada hari kiamat benar-
benar terhalang dari (melihat) Rabb mereka� (QS al-Muthaffifin:15).

=================

Kembali ke Pertanyaan. Ya, karena kita tidak memiliki Indera untuk �melihat� Tuhan
itu sendiri.

Perumpamaan nya, Bagaimana cara anda menjelaskan Cahaya ke seekor Cacing yang hanya
punya 2 Indera, Penciuman dan Deteksi Suhu. Bagaimanapun, Cahaya adalah hal yang
tidak masuk akal bagi Cacing sebagaimanapun anda menjelaskannya.

Tapi apakah Cahaya menjadi tidak ada karena sang Cacing �menganggap' itu tidak
masuk akal?

TIDAK!!

=================
Manusia harus melewati 7 semesta seperti semesta kita, melewati anti materi yang
dapat menghancurkan apapun termasuk cahaya untuk dapat menemui Tuhan

Anda mungkin juga menyukai