Usulan Penelitian
Usulan Penelitian
PENDAHULUAN
1
2
yang sedikit mengerti tentang pentingnya tidur demi sesuatu hal yang harus
diselesaikan(Maryam dkk,2010)
Proses penuaan berhubungan dengan perubahan tidur obyektif dan
subyektif. Keluhan tidur adalah keluhan berulang mulai usia lansia dan
tampaknya akan mempengaruhi lebih dari 30% dari populasi berusia di atas
65 tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang
wajar, kulit sudah tidak kencang, otot-otot yang sudah mengendor, dan
organ-organ tubuhnya kurang berfungsi dengan baik (Maryam dkk,2010).
Salah satu gangguan tidur pada lansia sendiri salah satunya adalah
insomnia. Insomnia dapat didefinisikan sebagai kesulitan dalam memulai
tidur, mempertahanan tidur, bangun pagi, serta mengantuk disiang hari.
Gangguan tidur ini dapat menyerang berbagai golongan usia. Namun
beberapa artikel mengatakan bahwa angka kejadian insomnia akan meningkat
seiring bertambahnya usia. Dengan kata lain, gejala insomnia sering terjadi
pada orang lanjut usia bahkan hampir setengah dari jumlah lansia dilaporkan
mengalami kesulitan tidur dan mempertahankan tidurnya.
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan
pada lansia. Menurut World Health Organization(WHO) setiap tahun
diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan gangguan tidur
dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi
gangguan tidur pada lansia tergolong tinggi yaitu sekitar 67% . Prevalensi
insomnia yang didefinisikan sebagai gangguan tidur kronis yaitu sebanyak
50-70% dari semua lansia yang berumur >65 tahun mengalami insomnia,
penelitian sebelumnya juga menyebutkan di thailand, hampir 50% pasien
yang berusia >60 tahun mengalami insomnia(Stenly, 2007). Dari hasil survey
awal yang peneliti lakukan di wilayah kerja puskesmas Caile dari 10
responden yang ditanya tentang masalah insomnia 7 orang mengalami
insomnia dan responden mengatakan kurang tahu tentang cara mengatasinya.
Insomnia bila tidak diatasi dapat mengganggu kualitas hidup,
produktivitas, dan keselamatan lansia. Upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan terapi farmakologi dengan obat-obatan dan nonfarmakologi dengan
4
tekhnik relaksasi seperti pijatan, meditasi, aromaterapi, mandi air hangat dan
bangun sesuai jadwal yang sama, serta menghilangkan rasa kecemasan, terapi
non farmakologi yang diterapkan dengan menggunakan mandi air hangat dan
pemberian aromaterapi (rahmawati dkk, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kiki
Agustina dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul Pengaruh Mandi Dengan
Air hangat Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di BSTW Unit Luhur Bantul
Yogyakarta menyampaikan bahwa responden yang diberi mandi air hangat
sebelum tidur sebagian besar tidak mengalami insomnia, dari 10 responden
60% menunjukkan peningkatan kualitas tidur yang baik. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Qoyimah pada tahun 2010 dalam (Rahmawati dkk,
2015) menyampaikan bahwa responden yang diberi mandi air hangat
sebelum tidur sebagian besar tidak mengalami insomnia sebesar 78,13%
sedangkan responden yang tidak mandi air hangat sebelum tidur tetap
mengalami insomnia sebesar 62,5%.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Penatalaksanaan Mandi Air Hangat Terhadap
Penurunan Insomnia Lansia di wilayah kerja Puskesmas Caile Kecamatan
Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba”.
1.2. Rumusan Masalah
Meneliti upaya meningkatkan kualitas tidur dengan metode
pemberian mandi air hangat pada lansia yang menderita insomnia adalah
suatu usaha untuk memperkenalkan terapi mudah agar meningkatkan
kualitas tidur dikelompok umur lansia yang menderita insomnia. Dari
rumusan masalah tersebut maka pernyataan penelitian ini adalah :
“Bagaimana Penatalaksanaan Mandi Air Hangat Terhadap Penurunan
Insomnia Lansia di wilayah kerja Puskesmas Caile Kecamatan Ujung Bulu
Kabupaten Bulukumba ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan kasus tentang
5
6
7
dari kuantitas dan kualitas tidur dengan akibat yang terkait disiang
hari.
Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
insomnia adalah suatu keadaan yang mengalami gangguan tidur yang
dipersepsikan tidak mampu mempertahankan tidur dengan baik
sehingga kuantitas dan kualitas tidur berkurang.
Insomnia adalah bukan bagian normal dari penuaan, tapi
gangguan tidur malam hari pada dewasa yang lebih tua, yang
menyebabkan kantuk di siang hari yang berlebihan. Insomnia dapat
berupa kesulitan untuk tetap tidur atau pun seseorang yang terbangun
dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur .
2.2.2. Macam Insomnia
Dari sisi etiologi, ada 2 macam insomnia (Turama,2007 dalam
Hapsari,2014) yaitu:
a. Insomnia Primer
Pada insomnia primer, terjadi hyperarousal state dimana terjadi
aktivitas sceding reticular activating system yang brlebihan.
Pasien bias tidur tapi tidak merasa tidur. Masa tidur REM sangat
kurang, sedangkan masa tidur NREM cukup, periode tidur
berkurang dan terbangun kembali lebih sering. Insomnia primer
ini tidak berhubungan dengan kondisi kejiwaan, masalah
neurologi, masalah medis lainnya, ataupun penggunaan obat-
obatan tertentu.
b. Insomnia sekunder
Insomnia sekunder disebabakan karena gangguan irama
sirkadian, kejiwaan, masalah neurologi, atau masalah medis
lainnya, atau reaksi obat. Insomnia ini bias terjadi pada orang
tua. Insomnia ini bisa terjadi karena psikoneurotik dan penyakt
organic. Pada orang dengan insomnia karena psikoneurosis,
sering didapatkan keluahan-keluahan non organik seperti sakit
kepala, kembung, badan pegal yang mengganggu tidur. Keadaan
11
e. Kondisi psikologis
Kondisi psikologis yang paling sering menyebabkan insomnia
terutama gangguan jiwa berat seperti Schizophren dan gangguan
afektif.
Taruma(2007) dalam Hapsari (2014) menjelaskan ada
beberapa faktor resiko insomnia, yaitu:
13
a. Emosi
Emosi yang meluap-luap sanat beresiko terkena insomnia akut
misalnya pemarah
b. Transient dan recurrent insomnia
Transient dan recurrent insomnia biasanya disebabkan karena
gangguan emosi. Memendam kemarah, cems, ataupun depresi
bias menyebabkan insomnia. Faktor lingkungan seperti bising,
suhu yang ekstrim, dan perubahan lingkungan bias
menyebabkan Transient dan recurrent insomnia.
c. Kebiasaan
Kebiasaan yang dapat beresiko menimbulkan keadaan insomnia
adalah begdang, secara work holic, atau pemakaian obat.
d. Penggunaan kafein
Konsumsi makanan dan minuman yang mempunyai banayak
kafein secara berlebihan, alkohol yang berlebihan, tidur yang
berlebihan, merokok sbelum tidur dan stress kronik bisa
menyebabkan insomnia.
e. Usia diatas 50 tahun
Umur ini sangat rentang beresiko mengalami gangguan tidur.
Umur yang sudah tua dapat menurunkan kualitas tidur yang
lebih baik. Supaya bisa tidur dengan nyenyak, manusia akan
menerima sinyal rasa lelah dan mengantuk yang dikirim oleh
berbagai zat kimia dalam otak. Namun pada lansia, kinerja
neuron otak mulai melemah sehingga sinyal lelah dan
mengantuk tidak diterima dengan baik.
f. Jenis Kelamin
Insomnia lebih banyak menyerang wanita (20-50% lebih tinggi
daripada pria) wanita lebih sering menderitaa insomnia karena
menstruasinya. Peningkatan kadar progesteron menyebabkan
rasa lelah pada awal siklus
14
emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS
akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.
Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan
serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang
otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan
bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di
pusat otak dan system limbik. Dengan demikian, system pada
batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur
adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005).
2.4.3. Pengaturan Tidur
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf
pusat, saraf perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan
muskuloskeletal (Robinson 1993, dalam Potter). Tiap kejadian
tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan
electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak,
pengukuran tonus otot dengan menggunakan ecelctromiogram
(EMG) dan electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan
mata (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara
dua mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan
menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating
system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-
sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran.
RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori
raba. Juga menerima stimulus dari konrteks serebri (emosi, proses
pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS
melepaskan katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur
mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel
spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur synchronizing
regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari
22
a) Elektroencefalogram (EEG)
b) Elektromiogram (EMG)
c) Elektrookulogram (EOG)
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan. Perawat mengumpulkan data yang bersifat deskriptif,
singkat dan lengkap.
Data Subjektif :
1. Klien menyatakan ketidakpuasan tidur.
2. Klien menyatakan sering terjaga .
3. Klien menyatakan tidak cukup puas istirahat.
Data Objektif :
1. Klien tampak lelah.
2. Klien tampak gelisah.
3. Lesu.
4. Kehitaman di daerah sekitar mata.
5. Kelopak mata bengkak.
6. Konjungtiva merah, mata perih.
7. Sering menguap atau mengantuk.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Tarwoto & Wartona, 2010).
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari gangguan pola
istirahat tidur diantaranya yaitu :
1. Insomnia berhubungan dengan ketidakanyamanan fisik dan
mengantuk secara berlebih
d. Perumusan Masalah
Jika perawat sedang memulai perawatan untuk suatu gangguan
pola tidur, hasil yang diharapkan dalam dua minggu yaitu pasien
akan mengalami penyembuhan tidur dan akan mengatakan dapat
26
tertidur dengan mudah dan merasa segar saat bangun. Jika perawat
sedang memulai perawatan untuk suatu kondisi seperti mimpi
buruk, hasil yang diharapkan yaitu pasien akan memahami
gangguan dan menetapkan cara mengatasi gangguan tersebut di
dalam keluarganya.
Kriteria Hasil yang diharapkan dari Gangguan Pola Tidur
setelah dilakukan tindakan keperawatan :
Jumlah jam tidur dalam batas normal.
Pola tidur, kualitas dalam batas normal.
Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat.
Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur.
e. Perencanaan Keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang
di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Nuarif & Kusuma, 2015)
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat
mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya.
Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk
memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana
asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh
perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis
juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang (Nuarif & Kusuma,
2015).
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
keperawatan Hasil (NOC) Keperawatan (NIC)
27
f. Implementasi Keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang
di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Nuarif & Kusuma, 2015)
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat
mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya.
28
g. Evaluasi
29
30
31
Studi kasus ini juga tidak memberikan dampak negative berupa masalah
etika karena sebelum memulai pengumpulan data untuk studi kasus, peneliti
telah melakukan langkah-langkah antisipasi dengan memenuhi beberapa
prinsip etika penelitian salah satunya adalah ijin/persetujuan penelitian.
Pertimbangan etik dalam penelitian ini dilaksanakan dengan memenuhi
prinsip-prinsip the five right of human subject in Research (Afiyanti, 2014)
Lima hak tersebut meliputi hak untuk self determination, hak terhadap
privacy dan dignity, hak tehadap anonymity dan confiadentiality, hak untuk
mendapatkan penanganan yang adil dan hak terhadap perlindungan dan
ketidaknyamanan atau kerugian.
a. Hak untuk self determination, klien memiliki otonomi dan hak untuk
membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari
paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini atau unduk
mengundurkan diri dari penelitian ini
b. Hak terhadap privacy dan dignity berarti bahwa klien memiliki hak
untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa dilakukan
terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan bagaimana informasi
tentang mereka dibagi dengan orang lain. Proses pengumpulan data juga
beresiko mengungkap pengalaman klien yang bersifat sangat rahasia
bagi pribadinya, peneliti menginformasikan bahwa klien juga berhak
untuk tidak menjawab pertanyaan wawancara yang mungkin
menimbulkan rasa malu atau tidak ingin diketahui orang lain. Jika klien
merasa tidak nyaman untuk berpartisipasi lebih lanjut, klien
diperkenankan untuk mengundurkan diri dari proses penelitian kapanpun
ia inginkan. Semua ini dilakukan peneliti untuk menghormati prinsip
privacy dan dignity.
c. Hak anonymity dan Confidentiality maka semua informasi yang didapat
dari klien harus dijaga dengan sedemikian rupa sehingga informasi
individual tertentu tidak bisa langsung dikaitkan dengan klien, dan klien
juga harus dijaga kerahasiaan atas keterlibatannya dalam penelitian ini.
Untuk menjamin kerahasiaan (Confidentiality), maka peneliti
34
Agustina. (2014). Pengaruh Mandi Dengan Air hangat Terhadap Kualitas Tidur
Lansia Di BSTW Unit Luhur Bantul Yogyakarta .
Efendi, f., & Mukhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, & Aziz, A. (2013). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Kozier, B., & Erb, G. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan klinis. Alih
Bahasa: Eny Meiliya, Esty Wahyuningsih, dan Dewi Yulianti. Jakarta:
EGC.
Maryam, R., Ekasari, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I. (2010).
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba medika.
35
Nugroho, W. H. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.
Polii, S. (2015). Pengaruh Mandi Uap Terhadap Tekanan Darah Pada Wanita
Dewasa Normal. Jurnal e-Biomedik(eBm) .
Puskesmas, C. (2019).
Rahmawati, I., Titi, S. S., & Suciana, F. (2015). Efektifitas Mandi Air Hangat dan
Aroma Terapi Lavender Terhadap Insomnia Pada Lansia. Jurnal POFESI ,
Volume 13.
Santoso, & Dwi, a. (2015). Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat Hangat
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di
Wilayah Kerja Upk Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak. Jurnal
Nasional .
Sari T, R. I., Onibala, F., & Sumarauw, L. (n.d.). Hubungan Kualitas Tidur
Dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di BPLU Senja Cerah Provinsi
Sulawesi Utara.
Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M. M., Sumedi, T., Widayanti, E. D., Sukrillah, U.
A., et al. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI.
36
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon responden
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Jamil Amar
NIM : 591616003
Pekerjaan : Mahasiswa Akademi keperawatan Pemda Bulukumba
Alamat : BTN 1 lr 3
Hormat Saya
Bulukumba, 2019
(…………………………………)
Nama dan tanda tangan
TEST PRE DAN POST PENATALAKSANAAN MANDI AIR HANGAT
A. Karakteristik Responden
2. Nama :
3. Usia :
4. Jenis kelamin :
5. Keadaan umum :
6. Tanda-tanda vital : TD: N: P: S:
B. Petunjuk
Mohon anda ceklist (√) jawaban yang dianggap benar!
1. Kuesioner pre terapi
No Pertanyaan Respon
1. Apa yang menjadi mimpi-mimpi
anda saat tidur selama ini?
2. Bagaimana kualitas tidur anda
saat ini?
3. Selama tidur malam, berapa kali
anda terbangun?
4. Selama tidur malam, ketika anda
terbangun berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk tertidur
kembali
5. Bagaimana perasaan anda bangun
di pagi hari?
6. Berapa lama tidur anda selama
ini?
Keterangan:
Tiap nomor pertanyaan memiliki jawaban dengan nilai tertinggi yaitu:
Nomor 1 : nilai 3 jika mimpi buruk
Nomor 2 : nilai 4 jika dangkal, mudah untuk terbangun
Nomor 3 : nilai 3 jika terbangun >4 kali di malam hari
Nomor 4 : nilai 4 jka waktu tidur kembali >60 menit
Nomor 5 : nlai 2 sangat buruk
Nomor 6 : nilai 4 jika lamanya tidur <4,5 jam
Totalnilai tertinggi: nilai 20 (Normal: <10)