Anda di halaman 1dari 22

I.

IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ibu AM
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Bonesompe

II. DATA DASAR


A. ANAMNESIS
Anamnesis secara : Autoanamnesis
Keluhan utama : Perut semakin bengkak sejak satu minggu SMRS
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan perut semakin bengkak sejak satu minggu SMRS.
Satu bulan SMRS pasien datang ke RSUD Anuntaloko Parigi dengan keluhan serupa dan
telah dilakukan pungsi ascites, namun perut pasien kembali membengkak satu minggu
SMRS. Pasien mengeluhkan menstruasinya tidak teratur. Pasien menyangkal adanya
keluar darah dari vagina.
Pasien juga disertai benjolan diperut kanan bawah sejak dua tahun SRMS, makin
lama makin besar, terasa kencang dan nyeri. Pasien mengaku telah didiagnosis kista
ovarium kanan sejak dua tahun SMRS. Pasien merasakan lelah yang terus-menerus,
perut makin lama makin besar dan berat, nyeri pada seluruh bagian perut, nafsu makan
pasien menurun, mual, serta muntah sejak satu minggu SMRS.
Pasien juga merasakan sesak napas, batuk tidak berdahak, dan dada terasa penuh.
Keluhan ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu yang semakin bertambah berat. Durasi
sesak napas dirasakan pasien setiap saat. Sesak dirasakan berkurang apabila pasien saat
tidur menggunakan 2 bantal dengan posisi menyamping ke sisi kanan. Sesak bertambah
berat bila pasien tidur terlentang tanpa bantalan atau berposisi duduk terlalu lama.

Riwayat penyakit dahulu :

1
- Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
- Riwayat penyakit kencing manis disangkal
- Riwayat penyakit kolesterol disangkal
- Riwayat penyakit paru disangkal
- Riwayat merokok disangkal
- Riwayat dirawat di RSUD Anuntaloko Parigi satu bulan SMRS dengan gejala serupa
+
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat menderita penyakit yang sama dalam keluarga disangkal

II. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : tampak lemah
Kesadaran : compos mentis

Tanda vital
Tekanan darah : 150/100 mmhg
Denyut nadi : 123 x/menit (teraba, kuat, penuh)
Laju pernapasan : 32x/menit
Suhu : 36,5˚c (aksila)
SpO2 : 86%
Kulit : turgor kulit baik, anemis(+), ikterik(-), sianosis(-)
Kepala : normocephal, rambut hitam, terdistribusi merata
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, diameter
pupil 3mm, reflex cahaya (+/+)
Hidung : rinorrhea (-), epistaksis (-)
Telinga : nyeri tekan tragus (-/-), otorrhea (-/-)
Mulut : bentuk rahang normal, sulcus nasolabialis simetris, mukosa tidak
kering, bibir sianosis (-), atrofi papil lidah (-) , tremor (-), deviasi
lidah (-), gusi berdarah(-), hipertrofi ginggiva (-),faring hiperemis (-)
Leher : trakea di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar
getah bening colli (-), nodul (-), JVP 5+2 cmH2O
2
Jantung :
Inspeksi Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi Iktus kordis tidak teraba
Perkusi Redup
Batas atas : ICS II linea mid clavicularis sinistra
Batas kanan : Sulit dinilai
Batas kiri : Sulit dinilai
Auskultasi Bunyi jantung I (+), II (+), murni (+), reguler (+), murmur (-),
gallop (-)
Paru Depan :

Inspeksi

Dinding dada -Parut bekas operasi Tidak tampak


-Pelebaran vena-vena Tidak tampak
superficial
-Spider naevi Tidak tampak
-Retraksi otot interkostal Tidak tampak
Bentuk dada -Barrel shape Tidak tampak
-Kifosis Tidak tampak
-Pectus excavatum Tidak tampak
-Pectus carinatum Tidak tampak
Frekuensi pernapasan 30 x per menit
Jenis pernapasan Torakoabdominal
Gerakan napas Simetris

Palpasi

DALAM KEADAAN
STATIS
Pemeriksaan KGB Di submandibular, cervical, Tidak ada pembesaran KGB
supraklavikula, kedua aksila
Pemeriksaan trakea Letak di tengah
Pemeriksaan pulsasi iktus Iktus cordis tidak teraba
cordis
Benjolan Tidak ada
DALAM KEADAAN
DINAMIS
Pemeriksaan gerakan napas Simetris
Pemeriksaan vocal fremitus Melemah pada basal paru
3
bilateral

Perkusi

Di sisi kiri Redup setinggi ICS V


Di sisi kanan Redup setinggi ICS VII
Batas paru hepar Sulit dinilai

Auskultasi

Suara dasar vesikuler +/+, menurun pada basal paru bilateral


Ronki -/-
Wheezing -/-

Paru Belakang :

Inspeksi

Bentuk dada -skoliosis Tidak tampak


Columna vertebralis Letak di tengah, lurus
Palpasi

DALAM KEADAAN STATIS


Benjolan Tidak ada
DALAM KEADAAN DINAMIS
Pemeriksaan gerakan napas Simetris
Pemeriksaan vocal fremitus Melemah pada basal paru bilateral

Perkusi

Di sisi kiri Redup setinggi ICS V


Di sisi kanan Redup setinggi ICS VII

Auskultasi

Suara dasar vesikuler +/+, menurun pada basal paru bilateral


Ronki -/-
Wheezing -/-
4
Abdomen :
Inspeksi : distensi +
Auskultasi : bising usus (+) menurun
Perkusi : shifting dullness +
Palpasi : nyeri tekan (+) seluruh regio, teraba tegang, tidak teraba massa
Ekstremitas :
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Petekhie -/- -/-
Palmar eritem -/- -/-
Oedema -/- +/+
Clubbing finger -/- -/-
Pembesaran KGB aksila -/-
Pembesaran KGB inguinal -/-
Refleks fisiologis ++/++ ++/++
Refleks patologis -/- -/-
Kekuatan motorik 5 5

5
Genitalia, anus, dan rectum : tidak diperiksa

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Pemeriksaan Nilai normal Hasil

Darah rutin

Hemoglobin 10.5 – 13.5 g/dL 8.5

Hematokrit 33-43 % 27.3

MCV 80-100 fl 89.2

MCH 27-34 pg 27.8

MCHC 32-36 g/dl 31.1

Leukosit 5-12 ribu/μL 9.89

Trombosit 150-500 ribu /μL 737

Hitung Jenis

Basofil 0.00-0.10 0.11

Eosinofil 0.02-0.50 0.14

Neutrofil 2.00-7.00 4.05

Limfosit 0.80-4.00 5.51

Monosit 0.12-0.80 0.08

Kimia Klinik

GDS 70-140 mg/dL 98

SGOT <35 U/L 26.9

SGPT <45 U/L 12.6

Urea 10-50 mg/dL 28.9

Kreatinin <1.3 mg/dL 1.2

Imunoserologis

HBsAg Non Reaktif Non Reaktif

Koagulasi

PT 11-18 detik 18.70


6
APTT 27-42 detik 26.60
Gambar 1. Gambaran Xray Thorax AP

 Kedua sinus costofrenikus bilateral menghilang

 Kesimpulan : efusi pleura bilateral

Gambar 2. Gambaran USG Abdomen

7
 Tampak lesi mixechoic dominan kistik, berseptasi, ukuran 10x7 cm pada cavum
pelvis, kesan berasal dari ovarium kanan
 Tampak echo cairan pada cavum peritoneum dan cavum pleura bilateral
 Kesimpulan : kista ovarium dextra disertai ascites dan efusi pleura bilateral

IV. RESUME
Wanita, 44 tahun datang dengan bengkak pada perut, kista ovarium, dan sesak napas.
Malaise +, penurunan napsu makan +, mual +, muntah +, nyeri pada seluruh perut +.
Riwayat keluhan serupa satu bulan SMRS +. Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan
pasien tampak lemah, hipetensi, takikardia, takipnea, desaturasi, serta konjungtiva anemis.
Pada pemeriksaan thorax didapatkan adanya penurunan vocal fremitus pada basal
paru bilateral, perkusi redup setinggi ICS VII dextra dan ICS V sinistra, didapatkan pula
suara napas menurun pada basal paru bilateral. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan
distensi abdomen, penurunan bising usus, shifting dullness, nyeri tekan pada seluruh region
abdomen, tegang, dan tidak teraba massa. Terdapat edema pada tungkai bilateral.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia dan tombositosis. Pada
pemeriksaan rongent thorax didapatkan efusi pleura bilateral. Pada USG abdomen
didapatkan kista ovarium dextra berukuran 10 x 7 cm disertai dengan ascites dan efusi
pleura bilateral.

V. DIAGNOSIS
Meig’s Syndrome
VI. DIAGNOSIS BANDING
-
VII. TATALAKSANA
 02 8 lpm via simple mask
 Threeway
 Omeprazole 40 mg/12 jam
 Metoclopramide 10 mg/8 jam
 Sucralfat 3 dd II C
 Furosemide 40 mg bolus dilanjutkan dengan furosemide 20mg/12 jam
 Spironolakton 1 x 100 mg
 Transfusi PRC dua bag
 Konsul anestesi setelah perbaikan keadaan umum untuk toleransi operasi

8
 Konsul bedah untuk pungsi ascites & thoracocentesis
 Unilateral Salpingo-ooforektomi

VIII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam

PEMBAHASAN

TEORI PASIEN
Diagnosis Diagnosis
Pasien dengan Meigs Syndrome Pasien memiliki gejala:
mempunyai keluarga dengan riwayat kanker  Kelelahan
ovarium. Keluhan utama tidak jelas dan terjadi  Napas yang pendek
sepanjang waktu.  Peningkatan lingkar perut
 Penurunan berat badan
 Kelelahan  Batuk yang tidak produktif
 Napas yang pendek  Bengkak (Udem)
 Peningkatan lingkar perut  Menstruasi yang tidak teratur.
 Penurunan berat badan
 Batuk yang tidak produktif Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
 Bengkak (Udem)  Takipneu, takikardi
 Amenorea pada wanita premenopause  Paru-paru: pada perkusi terdengar
 Menstruasi yang tidak teratur. pekak setinggi ICS VII pada paru
kanan dan pekak setinggi ICS V pada
paru kiri, penurunan vocal fremitus
Pemeriksaan Fisik
bilateral, penurunan bunyi pernapasan
 Tanda vital : Takipneu, takikardi bilateral, sugestif efusi pleura bilateral.
 Paru-paru : pada perkusi terdengar  Abdomen:. Ditemukan distensi
hamper hilang (tumpul), menurunnya abdomen, shifting dullness, nyeri tekan
taktil fremitus, penurunan vocal seluruh region abdomen, sugestif
resonance, penurunan bunyi ascites.
pernapasan, menunjukkan dugaan efusi Pada pemeriksaan penunjang ditemukan:

9
pleura. Efusi pleura sebagian besar Laboratorium:
didapatkan pada paru kanan, tetapi  Anemia
dapat juga ditemukan pada paru kiri.  Trombositosis
 Abdomen : Pada pemeriksaan Radiologi:
didapatkan massa yang kecil ataupun  Gambaran foto toraks menunjukkan
besar pada pelvis, atau massa tidak adanya efusi pleura
dapat dirasakan. Ditemukan ascites,  USG abdomen menunjukkan adanya
dengan shifting dullness dan atau fluid massa pada ovarium disertai ascites
thrill. Ditemukan adanya massa Tatalaksana
(besarnya, lokalisasi, permukaan,  02 8 lpm via simple mask
konsistensi, mobil/immobil)  Threeway
 Omeprazole 40 mg/12 jam
Pemeriksaan Penunjang  Metoclopramide 10 mg/8 jam
 Sucralfat 3 dd II C
Laboratorium:
 Furosemide 40 mg bolus
 Anemia pada pasien dengan Meigs
Syndrome merupakan anemia dilanjutkan dengan furosemide
defisiensi besi. Anemia dapat dikoreksi 20mg/12 jam
dengan transfusi darah emergensi  Spironolakton 1 x 100 mg
selama pasien menjalani operasi untuk  Transfusi PRC dua bag
Meigs Syndrome. Anemia post operasi  Konsul anestesi setelah perbaikan
dapat diatasi dengan suplemen zat besi. keadaan umum untuk toleransi operasi
 Protrombin Time diperiksa sebelum  Konsul bedah untuk pungsi ascites
operasi. Jika meningkat, menjadi tanda & thoracocentesis
adanya koagulopati.  Unilateral Salpingo-ooforektomi
 Tumor marker CA-125 dapat
meningkat pada pasien Meigs
Syndrome, tetapi derajat
peningkatannya tidak sebanding
dengan keganasannya.
1. Radiologi:
 Gambaran foto toraks menunjukkan
adanya efusi pleura
 USG abdomen dan pelvis
menunjukkan adanya massa pada
ovarium disertai ascites
 CT scan abdomen dan pelvis
 CT scan mengkonfirmasikan adanya
ascites dan ovarian, uterus, tuba
fallopi, atau broad ligament mass
 Tidak ditemukan adanya tanda-tanda

10
metastase jauh.

2. Tes lain:
 Tes papanicolau / pap smear test
normal. (1)

Tatalaksana

Perawatan Medis:

Perawatan pada pasien Meigs Sindrom


dimaksudkan untuk mengurangi gejala dari
ascites dan efusi pleura dengan cara
parasintesis dan torakosintesis.

Tindakan Bedah:

 Laparatomi eksplorasi dengan staging


operasi adalah pilihan utama.
 Pada wanita usia produktif dilakukan
salpingoophorektomi unilateral.
 Pada wanita post menopause dilakukan
salpingoopheroktomi bilateral dengan
histeroktomi total.
 Pada gadis prepubertas dilakukan
reseksi iris pada ovarium dan unilateral
salpingoopheroktomi.
 Dibutuhkan perawatan yang baik
setelah semua tindakan operasi
tersebut dan kekambuhan jarang
terjadi. (1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Sindrom Meigs merupakan gejala yang terdiri dari tumor ovarium benigna dengan ascites
dan efusi pleura yang menghilang setelah reaksi tumor. Tumor ovarium pada Sindrom Meigs

11
adalah jenis fibroma. Tumor ovarium pada meigs syndrome bisa berupa suatu fibroma, thecoma,
kistadenoma atau sel tumor granulose. 1,2,3

2.2. Etiologi
2.2.1. Etiologi dari cairan ascites
Patofisiologi ascites pada Meigs Sindrom masih merupakan spekulasi. Meigs menduga
bahwa iritasi dari peritoneum dari tumor ovarium yang keras dan solid menstimulasi produksi
cairan peritoneum. Samanth dan Black menemukan bahwa ascites hanya terdapat pada tumor
dengan diameter lebih dari 10 cm dengan komponen myxoid sampai struma. Mekanisme lain
yang diajukan adalah tekanan langsung pada aliran limfe atau vena, stimulasi hormonal, dan torsi
tumor. Terjadinya ascites dapat juga disebabklan oleh pelepasan mediator-mediator (seperti
activated complements histamine fibrin degradation products) dari tumor, menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler.1,2,3
2.2.2. Etiologi dari efusi pleura
Etiologi dari efusi pleura tidak jelas. Teori dari Efskind dan Terade dkk mengatakan
bahwa cairan ascites berpindah melalui transdiaphragmatic lympathic channels. Besarnya efusi
pleura sebanding dengan jumlahnya ascites. Cairan ascites dan efusi pleura pada Meigs Sindrom
dapat berupa transudat atau eksudat. Meigs melakukan elektroforesis pada beberapa kasus dan
menemukan bahwa pada dasarnya cairan pleura dan cairan ascites mempunyai sifat yang
sama.1,6,7

Rontgen thoraks menunjukkan efusi pleura sisi kiri.1

12
2.2.3. Fibroma Ovarium
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma tetapi tidak semua ganas meskipun
semuanya mempunyai potensi maligna. Potensi menjadi ganas sangat berbeda pada berbagai
jenis, umpamanya sangat rendah pada fibroma ovarium dan sangat tinggi pada teratoma
embrional yang padat. Frekwensi fibroma ovarium 5 % dari semua neoplasma ovarium dan
paling sering ditemukan pada penderita dalam masa menopause dan sesudahnya. Gambaran
klinik tumor dapat mencapai diameter 2-30 cm, dan beratnya dapat mencapai 20 kg dengan 90 %
unilateral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warna merah jambu keabu-abuan.1,2,8

2.3. Epidemiologi
Jumlah fibroma adalah 4% dari neoplasma ovarium. 10-15% dari semua fibroma
berhubungan dengan asites, sedangkan hanya 1% memiliki efusi pleura dan asites. 4 Tumor
memiliki potensi ganas sangat rendah. Tumor panggul lainnya seperti tumor Brenner dan tumor
granulosa sel dapat dikaitkan dengan ascites dan efusi pleura dan digambarkan sebagai sindrom
pseudo-meigs.4
Insiden tumor ovarium mulai meningkat pada dekade ketiga dan semakin meningkat ke
puncak pada dekade ketujuh. Meigs sindrom sering ditemukan pada anak perempuan prepubertal
dengan teratoma jinak dan cystadenomas.1
Di AS tumor ovarium banyak pada masyarakat sosio ekonomi rendah. Fibroma
ovarium didapatkan pada 2-5 % tumor ovarium dan Meigs Sindrom ditemukan jumlah 1 %.
Ascites ditemukan pada 10-15 % dan fibroma ovarium dan hidrotoraks pada 1 % pasien terutama
dengan lesi yang besar. 40 % dari kasus-kasus fibroma ovarium ditemukan ascites dan
hidrotoraks.5

2.4. Patofisiologi
Patofisiologi asites pada Sindrom Meigs masih merupakan spekulasi. Meigs menduga
bahwa iritasi permukaan peritonium oleh tumor ovarium yang keras dan solid dapat
menstimulasi produksi cairan peritoneum. Samanth dan Black menemukan bahwa asites hanya
terdapat pada tumor dengan diameter lebih dari 10 cm dengan komponen myxoid sampai struma
berhubungan dengan asites. Mekanisme lain yang ditunjukkan adalah tekanan langsung pada
aliran limfe atau vena, stimulasi hormonal, dan torsi tumor. Terjadinya ascites dapat juga
disebabklan oleh pelepasan mediator-mediator (seperti produk degradasi komplemen histamin
13
dan fibrin yang teraktivasi) dari tumor tersebut, yang menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler.
Cairan asites dan efusi pleura pada sindrom Meigs dapat berupa transudat atau eksudat.
Meigs melakukan elektroforesis pada beberapa kasus dan menemukan bahwa pada dasarnya
cairan pleura dan cairan ascites mempunyai sifat yang sama. Ukuran tumor, daripada tipe
histologis tertentu, dianggap menjadi faktor penting dalam pembentukan asites dan efusi pleura
yang menyertainya.
Ketika suatu massa pada ovarium berhubungan dengan sindrom Meigs dan peningkatan
kadar serum CA-125, dapat diduga adanya proses keganasan. Hasil negatif pada pemeriksaan
sitologi dari efusi asites, tidak adanya implantasi peritoneal, dan hasil histologi jinak akan dapat
membatasi prosedur bedah. Keputusan ini harus dibuat oleh seorang ahli bedah ginekologi yang
berpengalaman atau ahli onkologi ginekologi. 5,7
Terdapat laporan kasus sindrom pseudo-Meigs yang berhubungan dengan struma ovarii
ganas dan peningkatan kadar CA-125. Pilihan untuk tidak melakukan terapi tambahan layak
diterapkan setelah pelaksanaan operasi yang optimal dan diberikan prosedur staging yang
memadai untuk keadaan yang biasanya jinak secara klinis dan insiden metastasis pada ovarii
struma ganas yang masih rendah. Diperlukan konseling pasien secara hati-hati.5,7
Struma ovarii merupakan suatu penyebab yang jarang dari ascites, hidrotoraks,
peningkatan kadar CA-125, dan hipertiroidisme. Kondisi yang langka ini harus dipertimbangkan
sebagai diagnosis banding pada pasien yang mengalami asites dan efusi pleura tetapi dengan
hasil tes sitologi yang negatif. 5,7
Kombinasi dari ascites, efusi pleura, peningkatan kadar CA-125, dan tidak adanya tumor
pada pasien penderita lupus eritematosus sistemik adalah salah satu sindrom Tjalma atau karena
migrasi Filshie menjadi sindrom pseudo-Meigs.7

2.5. Gejala Klinik


Pasien dengan Meigs Sindrom mempunyai keluarga dengan riwayat kanker ovarium.
Keluhan utama tidak jelas dan terjadi sepanjang waktu, yaitu kelelahan, napas yang pendek,
peningkatan lingkar perut, penurunan berat badan, batuk yang tidak produktif, bengkak,
amenorea pada wanita premenopause, menstruasi yang tidak teratur.1,3

2.6. Pemeriksaan Fisik


Ditemukannya tanda positif seperti: 1
14
 Tanda vital:
Takipneu, takikardi
 Paru-paru:
Pada perkusi terdengar hampir hilang (tumpul), menurunnya taktil fremitus, penurunan
vocal resonance, penurunan bunyi pernapasan, menunjukkan dugaan efusi pleura.
Efusi pleura sebagian besar didapatkan pada paru kanan, tetapi dapat juga ditemukan
pada paru kiri.
 Abdomen:
Pada pemeriksaan didapatkan massa yang kecil ataupun besar pada pelvis, atau massa
tidak dapat dirasakan. Ditemukan ascites, dengan shifting dullness dan atau fluid thrill.
 Pelvis:
Ditemukan adanya massa (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, mobil atau
immobile)
2.7. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium: 1
 Anemia pada pasien dengan Meigs Sindrom merupakan anemia defisiensi besi.
Anemia dapat dikoreksi dengan transfusi darah emergensi selama pasien menjalani
operasi untuk Meigs Sindrom. Anemia post operasi dapat diatasi dengan suplemen
zat besi.
 Protrombin Time diperiksa sebelum operasi. Jika meningkat, menjadi tanda adanya
koagulopati.
 Tumor marker CA-125 dapat meningkat pada pasien Meigs Sindrom, tetapi derajat
peningkatannya tidak sebanding dengan keganasannya.
2. Radiologi 1
 Gambaran foto toraks menunjukkan adanya efusi pleura
 USG abdomen dan pelvis menunjukkan adanya massa pada ovarium disertai ascites
 CT scan abdomen dan pelvis :
- CT scan mengkonfirmasikan adanya ascites dan ovarian, uterus, tuba fallopi, atau
broad ligament mass
- Tidak ditemukan adanya tanda-tanda metastase jauh.
3. Tes lain (1)
Tes Papanicolau normal.

2.8. Penegakkan Diagnosis


2.8.1. Anamnesis
15
Pasien dengan Meigs Sindrom mempunyai keluarga dengan riwayat kanker
ovarium. Keluhan utama tidak jelas dan terjadi sepanjang waktu, yaitu kelelahan, napas
yang pendek, peningkatan lingkar perut, penurunan berat badan, batuk yang tidak
produktif, bengkak, amenorea pada wanita premenopause, menstruasi yang tidak teratur.
2.8.2. Pemeriksaan Fisik
Tanda positif seperti :
 Tanda vital : Takipneu, takikardi
 Paru-paru : Pada perkusi terdengar hampir hilang (tumpul), menurunnya taktil
fremitus, penurunan vocal resonance, penurunan bunyi pernapasan,menunjukkan
dugaan efusipleura. Efusi pleura sebagian besar didapatkanpada paru kanan, tetapi
dapat jugaditemukan pada paru kiri.
 Abdomen : Pada pemeriksaan didapatkan massa yang kecil ataupun besar pada
pelvis atau massa tidak dapat dirasakan. Ditemukan ascites, dengan shifting dullness
dan ataufluid thrill.
 Pelvis : Ditemukan adanya massa (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi
mobile atau immobile).
2.8.3. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran MRI Meigs Syndrome

16
2. Gambaran CT Scan Meigs Syndrome

3. Hitung Darah Lengkap


Pemeriksaan ini akan memberikan informasi tentang hemoglobin,
hematokrit, dan kadar trombosit. Jumlah hemoglobin yang rendah akan
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, termasuk jumlah retikulosit, kapasitas
iron-bindingtotal, kadar besi dan kadar feritin. Anemia pada pasien dengan
sindrom Meigs kemungkinan besar karena kekurangan zat besi.Anemia dapat
dikoreksi secara cepat dengan transfusi darah pada pasien yang menjalani
operasi untuk sindrom Meigs.Anemia dapat diobati dengan suplemen zat besi
pasca operasi.
4. Profil Metabolik Dasar
Dilakukan pemeriksaan kadar natrium, kalium, klorida, bikarbonat,
nitrogen urea darah, kreatinin, dan kadar glukosa. Pemeriksaan elektrolit ini
diperiksa sebelum pasien menjalani operasi.Jika perlu, dilakuakn koreksi
elektrolit.
5. Waktu protrombin
Waktu protrombin diperiksa sebelum operasi.Jika meningkat, adalah
merupakan penanda koagulopati. Peningkatan waktu protrombin dikoreksi
sebelum operasi, baik dengan pemberian vitamin K kepada pasien atau dengan
transfusi plasma beku segar.
6. Pemeriksaan Serum Antigen Kanker 125
Selain elektrolit serum dan hitung darah lengkap, penelitian yang
menarik adalah tes serum antigen kanker 125 (CA-125).Kadar serum penanda
tumor CA-125 dapat meningkat pada sindrom Meigs, tetapi tingkat elevasinya
tidak berkorelasi dengan keganasan. Bahkan, kadar CA-125 yang normal tidak
mengesampingkan kemungkinan adanya keganasan. Kadar CA-125 tidak
digunakan sebagai tes skrining.Kadar CA-125 tertinggi yang dilaporkan setelah
laparotomi adalah sebesar 1808 U/mL. Hal ini akan menjadi hasil positif palsu.
Sumber fisiologis dari CA-125 dari epitel selom janin dan turunannya,
termasuk berikut ini:
• Epitel Müllerian
• Pleura
• Perikardium
• Peritoneum
Kondisi patologis yang berhubungan dengan peningkatan kadar CA-125
meliputi:
• Penyakit radang panggul (PID)
• Kerusakan atau regenerasi peritoneum (misalnya, pembedahan perut)
• Keganasan ovarium
• Endometriosis
7. Pemeriksaan histologis
Tumor ovarium dibagi ke dalam subkelompok histologis berikut, dan
Meigs sindrom dapat diamati dengan salah satu tumor jinak.

18
 Coelomic epithelial tumors: Tumor ini, yang berasal dari epitel selom,
merupakan 80-85% dari semua tumor ovarium.

- Cystadenoma serosa dan Cystadenoma mucinous: 15-20% yang ganas.

- Endometrioid jenis dan jelas sel: 95-98% yang ganas.

- Tumor Brenner: 2% yang ganas.

 Germ cell tumors: Tumor ini berasal dari sel kuman dan merupakan 10-
15% dari semua tumor ovarium.Semua kecuali teratoma ganas matang dan
gonadoblastomas, yang selalu jinak.

- Mature teratoma

- Immature teratoma

- Dysgerminoma

- Gonadoblastoma

- Endodermal sinus

- Embryonal carcinoma

- Nongestational choriocarcinoma

 Gonadal-stromal cell tumors merupakan 3-5% dari semua tumor.

o Sel granulosa

o Fibroma: Kurang dari 5% yang ganas.

o Thecoma: Kurang dari 5% yang ganas.

o Sertoli-Leydig sel: Kurang dari 5% yang ganas.

o Lipid sel ketik: 30% adalah ganas.

o Gynandroblastoma: 100% yang ganas.

19
2.9. Penatalaksanaan
2.9.1. Perawatan Medis
Perawatan medis pada pasien dengan sindrom Meigs dimaksudkan untuk
menangani gejala asites dan efusi pleura dengan cara terapi parasentesis dan
thorakosentesis.1
2.9.2. Prosedur Bedah
Laparotomi eksplorasi dengan staging bedah adalah prosedur pilihan pada
penyakit ini. Lakukan bedah beku pada massa ovarium selama laparotomi eksplorasi.
Jika bedah beku konsisten dengan tumor jinak, tepat dilakukan pembedahan konservatif
(salpingo-ooforektomi atau ooforektomi). Temuan dari biopsi kelenjar getah bening dan
omentum serta pembilasan pelvis akan negatif untuk keganasan jika prosedur ini
dilakukan selama operasi. Namun pada sindroma Meigs ada beberapa hal yang
seharusnya diperhatikan sebagai berikut :
• Pada wanita usia reproduktif, dilakukan unilateral salpingo-ooforektomi.
• Pada wanita menopause, prosedur pilihannya adalah salpingo ooforektomi bilateral
dengan-histerektomi total dan unilateral atau kadang-kadang dilakukan salpingo-
ooforektomi bilateral.
• Pada perempuan prapubertas, prosedur pilihannya adalah reseksi ovarium dan salpingo-
ooforektomi unilateral.
• Tingkat kesembuhan setelah kedua jenis operasi adalah tinggi dan pasien jarang
mengalami kekambuhan.1

2.10. Prognosis
Meskipun sindrom Meigs tampak seperti keganasan,sebenarnya penyakit ini jinak
dan memiliki prognosis yang sangat baik jika dikelola dengan baik. Harapan hidup pasien
dengan sindrom Meigs setelah dilakukan operasi akan membaik.1

KESIMPULAN

Sindrom Meigs merupakan gejala dari tumor ovarium jinak dengan adanya ascites dan
efusi pleura yang akan sembuh setelah dilakukan reseksi tumor. Tumor ovarium yang terjadi

20
pada sindrom Meigs adalah jenis fibroma. Secara histologis, tumor jinak ovarium mungkin dapat
berupa sel tumor fibroma, thecoma, cystadenoma, atau granulosa.
Patofisiologi asites pada sindrom Meigs masih merupakan spekulasi. Diduga bahwa
iritasi permukaan peritonium oleh tumor ovarium yang keras dan solid dapat menstimulasi
produksi cairan peritoneum. Cairan asites dan efusi pleura pada sindrom Meigs dapat berupa
transudat atau eksudat.
Pasien dengan sindrom Meigs biasanya mempunyai riwayat keluarga penderita kanker
ovarium. Keluhan utama tidak terjalu jelas dan terjadi sepanjang waktu yaitu berupa kelelahan,
napas yang pendek, peningkatan lingkar perut, penurunan berat badan, batuk yang tidak
produktif, bengkak (edema), amenorea pada wanita premenopause, serta menstruasi yang tidak
teratur.
Perawatan medis pada pasien dengan sindrom Meigs dimaksudkan untuk menangani
gejala asites dan efusi pleura dengan cara terapi parasentesis dan thorakosentesis, selain itu juga
dapat dipertimbangkan sebuah laparotomomi.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG.
Williams Gynecology. In: Ovarian Germ Cell and Sex Cord–Stromal Tumors. United States:
The McGraw-Hill companies, Inc; 2008.p.371-376.

2. Abramov Y, Anteby SO, Fasouliotis SJ, et al; The role of inflammatory cytokines in Meigs'
syndrome.; Obstetric Gynecology; 2002 May;99(5 Pt 2):917-9. [abstract]

3. Meigs JV. Fibroma of the ovary with ascites and hydrothorax: Meigs syndrome. Am J Obstet
Gynecol; 1954;67:962–987.

4. Barakat RR, Markman M, Randal ME. Gynecologic Oncology. In: Ovarian Sex Cord-
Stromal Tumors. 5th ed. Lippincott Williams and Wilkins; 2009.p.270-279.

5. Rock JA, Jones II HW. Te Linde's Operative Gynecology. In: Ovarian Cancer: Etiology,
Screening, and Surgery. 10th ed. Lippincott Williams and Wilkins; 2008.p.495-502.

6. Wibisono MJ, Winariani, Hariadi S. Buku Ajar Penyakit Paru. In: Efusi Pleura. Surabaya:
Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR – RSUD Dr. Soetomo; 2010.p.111-122.

7. http://prezi.com/bntaspk4smr8/diagnosis-treatment-and-management-of-pleural-effusions/

8. Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima. 2009. Jakarta : Interna
Publishing

22

Anda mungkin juga menyukai