PENDAHULUAN
A. Latar belakang
yang berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembuatan larutan yaitu zat
terlarut dengan zat pelarut. Fase larut dapat berupa gas, cair dan atau padat,
larutan dan fase zat-zat pembentuknya sama zat yang berbeda dalam jumlah
terlarut.
mereaksikan suatu zat yang dianalisa dengan larutan baku yang telah
diketahui konsentrasinya secara teliti. Reaksi antara zat yang dianalisis dan
menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,
mengetahui titik akhir titrasi yang dilandasi dengan suatu perubahan waktu.
1. Maksud percobaan
2. Tujuan percobaan
tertentu
tertentu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori umum
homogen antara dua atau lebih zat, berbeda jenis, ada dua kompenen utama
pembentuk larutan yaitu zat tertentu (solute) dan pelarut (solvent). Fase
larutan dapat berupa gas cair atau padat bergantung pada sifat kedua
(mulyono, 2006).
dengan solut dan cairan yang melarutkan disebut dengan solvent yang
juga sebagai solvasi atau hidrasi jika pelarut yang digunakan pelarut adalah
larutan standar primer yang terjadi menjadi acuan dalam proses standarisasi;
kedua, larutan standar yang akan distandarisasi dan lebih lanjut akan
digunakan karena larutan standar sekunder biasanya bersifat tidak Stabil jika
indikator harus berubah titik cepat dan tepat pada titrasi menjadi ekuivalen
dengan titrat perubahan warna itu terjadi secara mendadak agar tidak ada
kuat dengan asam kuat dan titrasi lemah dengan asam kuat (ratna, 2008).
tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan cair tidak berpengaruh oleh
(Anshary, 2002).
Ada dua komponen yang paling penting dalam suatu larutan yaitu
pelarut dan zat dilarutkan dalam pelarut tersebut. Apabila dua atau lebih
komponen, dicampurkan dalam larutan sama dalam hal itu baik dalam
alcohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut (kuryadi, 2010).
larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali sedangkan pelarutnya sedikit maka
dapat dikatakan larutan itu encer atau konsentrasinya sangat rendah. Banyak
a. Persen volume
murni.
b. Persen massa
c. Molaritas
konsentrasi molar (M) kecuali jika takaran (densiar) larutan itu diketahui.
d. Normalitas
f. Fraksi mol
mol (M) komponen itu dibagi dalam jumlah mol keseluruhan komponen
dengan teliti kemudian dilarutkan dalam labu ukur sampai volumetri tertentu
karbonat, kalium yodida. Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan
a. Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang
pasti
d. Stabil, dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan kadar
c. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen tercapai baik
d. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau
RM / BM : H2SO4 / 98,07
Pemerian : cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
panas.
Kelarutan :-
karbon dioksida.
95% P
air mendidih
RM / BM : NaCl / 58,44
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
air
RM/BM : KMnO4
mendidih
RM / BM : Co2H.C6H4.Co2K / 204,2
RM / BM : AgNO3 / 169,87
terkena cahaya.
(95%) P
METODOLOGI PERCOBAAN
semprot, buret, corong, gelas ukur erlenmeyer, labu ukur, pipet volume,
cawan porselin.
(AgNO).
B. Cara kerja
a. Pembuatan
b. Pembakuan
menjadi merah.
a. Pembuatan
b. Pembakuan
a. Pembuatan
dimasukkan ke dalam labu ukur dilarutkan dengan air sampai tanda batas
ditampung lapisan dalam botol yang telah dicuci dengan campuran asam
menit.
a. Pembuatan
b. Pembakuan
A. Hasil pengamatan
satuan N/M (anshary, 2002). Baku primer merupakan bahan yang memiliki
indikator metil jingga sehingga terjadi perubahan warna dengan hasil titrasi
dari warna kuning menjadi merah. Fungsi penambahan indikator metil jingga
yaitu untuk menentukan titik akhir titrasi yang ditandai dengan adanya
tersebut terjadi pada volume titrasi 15,6 mL dan hasil konsentrasi yang
didapat 0,12 N. konsentrasi yang didapatkan pada percobaan ini tidak sesuai
dengan konsentrasi yang telah ditentukan pada percobaan ini. Hal ini
fenolftalein sehingga terbentuk warna merah muda pada volume titrasi 21,5
mL.
yaitu ungu dengan volume titrasi 23,9 mL. dan konsentrasi yang didapat yaitu
N.
merah lemah pada volume titrasi mL. dan konsentrasi yang didapat yaitu N.
praktikan saat pembuatan larutan dan alat yang digunakan tidak bersih.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa:
16,99 gram dilarutkan dalam air hingga 1000 mL. dibakukan dengan
Ratna rianty 2005 “Jurnal Rekayasa Proses Vol. 2 NO. 2 Politeknik LPP;
Yogyakarta
Seker satyajid dan Lutfun 2009 “Kimia untuk Mahasiswa Farmasi” Pustaka
pelajar; Yogyakarta.
Lampiran 1. Foto Hasil Pengamatan
1. HCl 0,1 N
a. Pembuatan
BM = 36,5 g/ml
Konsentrasi = 37 %
Ditanyakan N1…?
10 .% . Bj
N1 = ×n
BM
10 . 37% . 1,19
= ×1
36,5
440,3
=
36,5
= 12,06 N
b. Pengenceran
N2 = 0,1 N
Ditanyakan : V1...?
N1 . V1 = N2 . V2
c. Pembakuan
BE = 53
Vt = 15,6 mL
Ditanyakan : normalitas…?
𝑔 𝑁𝑎2𝐶𝑂3
N=
BE .V
100 mg
=
53 .0,0156
100 mg
=
0,8268
= 0,121 N
2. NaOH 0,1 N
a. massa
Diketahui :N = 0,1 N
V = 250 mL → 0,25 l
BE = 40
Ditanyakan : g…?
g = N . v . BE
=1g
b. pembakuan
Ditanyakan: normalitas…?
g
N=
BE .V
1g
=
40 .0,25 𝑙
=0,1 g/mol
= 0,1 N
3. KMnO4 0,1 N
Vt = 100 mL
N = 0,1 N
Ditanyakan: normalitas…?
Gram = N . V . BE
= 1,58 gram
g
N=
V.BE
1,58 gram
=
0,1 ×158 g/mol
= 0,1 N
4. AgNO3 0,1 N
Diketahui: N = 0,1 N
V = 100 mL → 0,1 L
BE = 169,87 g/mol
Ditanyakan: normalitas…?
Gram = N × V × BE
= 1,6987 gram
g
N=
BE .V
1,6987 gram
=
0,1 ×169,87 g/mol
= 0,1 N