Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebuh zat

yang berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembuatan larutan yaitu zat

terlarut dengan zat pelarut. Fase larut dapat berupa gas, cair dan atau padat,

tergantung pada sifat kedua komponen pembentukan larutan. Apabila fase

larutan dan fase zat-zat pembentuknya sama zat yang berbeda dalam jumlah

terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat

terlarut.

Larutan baku primer berfungsi untuk melakukan konsentrasi larutan

tertentu yaitu larutan atau pereaksi yang ketetapan atau kepastian

konsentrasinya sukar diperoleh melalui pembuatan secara langsung.

Disamping larutan primer dikenal juga larutan sekunder. Larutan ini

kebakuannya ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer.

Percobaan pembuatan dan pembakuan ini sangat berperan penting

dalam proses analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan

mereaksikan suatu zat yang dianalisa dengan larutan baku yang telah

diketahui konsentrasinya secara teliti. Reaksi antara zat yang dianalisis dan

larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.


Analisis secara volumetri dalam bidang farmasi, digunakan untuk

menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,

penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk

mengetahui titik akhir titrasi yang dilandasi dengan suatu perubahan waktu.

Begitu pula waktu yang digunakan seefisien mungkin.

B. Maksud dan tujuan percobaan

1. Maksud percobaan

a. Mengenal larutan-larutan baku

b. Membuat larutan baku dengan konsentrasi tertentu

2. Tujuan percobaan

a. Dapat membuat larutan baku dari bahan padat dengan konsentrasi

tertentu

b. Dapat membuat larutan baku dari bahan cair dengan konsentrasi

tertentu
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran

homogen antara dua atau lebih zat, berbeda jenis, ada dua kompenen utama

pembentuk larutan yaitu zat tertentu (solute) dan pelarut (solvent). Fase

larutan dapat berupa gas cair atau padat bergantung pada sifat kedua

komponen pembentuk larutan. Apabila fase larutan dan fase zat-zat

pembentuk sama zat yang berbeda dalam jumlah terbanyak umumnya

disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya

(mulyono, 2006).

Kelarutan merupakan banyaknya solut yang dapat dilarutkan pada

pelarut tertentu dengan kondisi tertentu. Senyawa yang terlarut disebut

dengan solut dan cairan yang melarutkan disebut dengan solvent yang

secara bersama-sama membentuk suatu larutan. Proses melarutkan disebut

juga sebagai solvasi atau hidrasi jika pelarut yang digunakan pelarut adalah

air (Satya, 2009).

Standarisasi perlu dilakukan untuk memperoleh larutan standar

sebelum melakukan analisis. Terdapat dua jenis larutan standar yang

didasarkan pada perbedaan konsentrasi larutan yang ingin dianalisa yaitu

larutan standar primer yang terjadi menjadi acuan dalam proses standarisasi;
kedua, larutan standar yang akan distandarisasi dan lebih lanjut akan

digunakan karena larutan standar sekunder biasanya bersifat tidak Stabil jika

disimpan dalam waktu yang lama, misalnya higroskopik sehingga

konsentrasinya tidak berubah (khopkar, 1990).

Indikator larutan digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi maka

indikator harus berubah titik cepat dan tepat pada titrasi menjadi ekuivalen

dengan titrat perubahan warna itu terjadi secara mendadak agar tidak ada

keragu-raguan tentang kapan harus dihentikan. Titrasi adalah titrasi basa

kuat dengan asam kuat dan titrasi lemah dengan asam kuat (ratna, 2008).

Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah

tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan cair tidak berpengaruh oleh

tekanan, sedangkan kelarutan gas-gas akan bertambah apabila diperbesar

(Anshary, 2002).

Ada dua komponen yang paling penting dalam suatu larutan yaitu

pelarut dan zat dilarutkan dalam pelarut tersebut. Apabila dua atau lebih

komponen, dicampurkan dalam larutan sama dalam hal itu baik dalam

alcohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut (kuryadi, 2010).

Konsentrasi larutan menyatakan banyak zat terlarut dalam suatu

larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali sedangkan pelarutnya sedikit maka

dapat dikatakan larutan itu encer atau konsentrasinya sangat rendah. Banyak

cara untuk memeriksa konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan


kualitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut. Dengan demikian, setiap system

konsentrasi harus menyatakan butir-butir berikut:

a. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut

b. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau kelarutan

c. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua

Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu:

a. Persen volume

Menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 L larutan. Misalnya:

alkohol 76% berarti dalam 100 mL larutan alcohol terdapat 76 mL alkohol

murni.

b. Persen massa

Menyatakan jumlah gram zat tertentu terlarut dalam 100 gram

larutan contohnya sirup merupakan larutan gula 80% artinya dalam

100 gram sirup terdapat 80 gram gula.

c. Molaritas

Menyatakan banyaknya mol zat terlarut per kg pelarut yang

terkandung dalam suatu larutan molaritas (M) tidak dihitung dari

konsentrasi molar (M) kecuali jika takaran (densiar) larutan itu diketahui.

d. Normalitas

Normalitas suatu larutan adalah jumlah yang ekivalen zat terlarut

yang terkandung dalam satu larutan.


e. Molalitas

Menyatakan jumlah zat terlarut setiap kg 1liter larutan.

f. Fraksi mol

Fraksi mol dalam suatu larutan didefenisikan sebagai banyaknya

mol (M) komponen itu dibagi dalam jumlah mol keseluruhan komponen

dalam larutan itu.

Kimia volumetri yaitu pembuatan larutan baku zat murni ditimbang

dengan teliti kemudian dilarutkan dalam labu ukur sampai volumetri tertentu

dengan tepat dimana normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-

larutan baku primer yaitu natrium oksalat, kalium bikarbonat, natrium

karbonat, kalium yodida. Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan

harus memenuhi syarat: (jeremi, 2001)

a. Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang

pasti

b. Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekivalen yang pasti

c. Zat yang mudah dikeringkan

d. Stabil, dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan kadar

larutan yang tidak diketahui.


Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis

volumetri adalah sebagai berikut: (Anwar, 2009)

a. Reaksi harus berlangsung cepat

b. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan

reaksi yang kualitatif/stokiometri

c. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen tercapai baik

secara kimia Maupin fisika

d. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau

fisika indikator potensiometrik dapat pula digunakan.


B. Uraian bahan

1. Aquadest (FI edisi III : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : air suling

RM/BM : H2O/ 18,02

Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau

tidak memiliki rasa

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai pelarut

2. Asam klorida (FI edisi III : 53)

Nama resmi : ACIDUM HIDROCHLORIDUM

Nama lain : asam klorida

RM/BM : HCL/ 36,46

Pemerian : cairan tidak berwarna, berasap, bau

meransang, jika diencerkan dengan 2 bagian air,

asap dan bau hilang

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : zat tambahan

3. Asam sulfat (FI edisi III : 58)

Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM

Nama lain : asam sulfat

RM / BM : H2SO4 / 98,07
Pemerian : cairan kental seperti minyak, korosif, tidak

berwarna, jika ditambah dalam air menimbulkan

panas.

Kelarutan :-

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai pereaksi

4. Natrium hidroksida (FI edisi III : 412)

Nama resmi : NATRII HIDROXYDUM

Nama lain :natrium hidroksida

RM/BM : NaOH/ 40,00

Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur atau

keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan

susunan hablur, putih, mudah meleleh basah,

sangat alkalis dan korosif, segera menyerap

karbon dioksida.

Kelarutan : sangat mudah larut air dan dalam etanol

95% P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : zat tambahan


5. Natrium karbonat (FI edisi III : 712)

Nama resmi : NATRII CARBONAS

Nama lain : natrium karbonat

Kelarutan : mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam

air mendidih

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai pereaksi

6. Natrium klorida (FI edisi III : 403)

Nama resmi : NATRII CHLORIDUM

Nama lain : Natrium klorida

RM / BM : NaCl / 58,44

Pemerian : Hablur heksahedral, tidak berwarna, atau serbuk

hablur putih, tidak berbau rasa asin.

Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air

mendidih dan dalam lebih kurang 10 dalam

gliserol, sukar larut dalam etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi

7. Natrium oksalat (FI edisi III : 714)

Nama resmi : NATRII OKSALAT

Nama lain : Natrium oksalat


RM : Na2C2O4

Pemerian : Serbuk hablur putih

Kelarutan : Larut dalam air

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi

8. Metil jingga (FI edisi )

Nama resmi : trepoplia / Heliatia

Nama lain : metil jingga

RM/BM : C14H14N3. NaO35 / 327,33

Pemerian : serbuk jingga kekuningan

Kelarutan : mudah larut dalam air panas, sukar larut dalam

air

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai indikator

9. Penolftalein (FI edisi III : 675)

Nama resmi : PHENOLFTALEIN

Nama lain : fenolftalein

RM/BM : C20H14O4/ 318,33

Pemerian : serbuk hablur putih, putih atau kuning

Kelarutan : larut dalam etanol, sukar larut dalam eter

Kegunaan : sebagai indikator

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik


10. Kalium permanganat (FI edisi III : 330)

Nama resmi : KALII PERMANGANAS

Nama lain : kalium permanganat

RM/BM : KMnO4

Pemerian : hablur mengkilap, ungu tua, hamper hitam

Kelarutan : larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air

mendidih

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai zat tambahan

11. Kalium biftalat (FI edisi III : 686)

Nama resmi : KALII HIDROGENFTALAT

Nama lain : Kalium biftalat

RM / BM : Co2H.C6H4.Co2K / 204,2

Pemerian : Serbuk hablur putih

Kelarutan : Larut perlahan-lahan dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai larutan baku primer

12. Kalium kromat (FI edisi III: 690)

Nama resmi : KALII KROMAT

Nama lain : Kalium kromat


RM / BM : K2Cro4 / 194,2

Pemerian : Massa hablur, berwarna kuning.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan jernih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

13. Perak nitrat (FI edisi III : 97)

Nama resmi : ARGENTI NITRAS

Nama lain : Perak nitrat

RM / BM : AgNO3 / 169,87

Pemerian : Serbuk hablur transparan atau serbuk hablur

berwarna putih, tidak berbau, menjadi gelap

terkena cahaya.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol

(95%) P

Penyimpanan : dalam wada tertutup baik

Kegunaan : sebagai pereaksi


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum percobaan ini adalah botol

semprot, buret, corong, gelas ukur erlenmeyer, labu ukur, pipet volume,

cawan porselin.

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum percobaan ini adalah

aquadest (H2O), asam klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), indikator

penolftalein, indikator jingga metil, natrium hidroksida (NaOH), natrium

karbonat (Na2CO3), natrium klorida (NaCl), natrium oksalat (Na2C2O4), kalium

biftalat, kalium kromat (K2CrO4), kalium permanganat (KMnO4), perak nitrat

(AgNO).

B. Cara kerja

1. Pembuatan dan pembakuan Asam klorida 0,1 N

a. Pembuatan

Larutan HCl dipipet sebanyak 0.85 mL lalu dimasukkan ke dalam

labu ukur yang berisi sedikit aquadest. Kemudian ditambahkan aquadest

sampai tanda batas ad 100 mL

b. Pembakuan

Natrium karbonat anhidrat ditimbang sebanyak 0,1 gram mL,

dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambakan air sebanyak


75 mL, lalu dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N dengan menggunakan

indikator jingga metil hingga merah hingga warna kuning berubah

menjadi merah.

2. Pembuatan dan pembakuan NaOH 0,1 N

a. Pembuatan

Natrium hidroksida ditimbang sebanyak 4,001 gram dimasukkan

kedalam labu ukur kemudian kemudian ditambahkan air bebas CO2

sampai tanda batas ad 100 mL

b. Pembakuan

Kalium biftalat ditimbang sebanyak 300 mg dimasukkan ke dalam

erlenmeyer dilarutkan ke dalam air bebas CO2 sebanyak 75 mL ditutup

erlenmeyer kemudian kocok hingga larut sempurna. Dititrasi dengan

larutan natrium hidroksida dengan indikator penolftalein hingga warna

berubah menjadi merah.

3. Pembuatan dan pembakuan KMnO4 0,1 N

a. Pembuatan

Kalium permanganat ditimbang sebanyak 3,161 gram

dimasukkan ke dalam labu ukur dilarutkan dengan air sampai tanda batas

kemudian dipanaskan larutan sampai mendidih lalu didinginkan pada

suhu kamar 15-30 menit, disaring larutan melalui corong kemudian

ditampung lapisan dalam botol yang telah dicuci dengan campuran asam

kromat dan telah dibilas. Disimpan dalam botol coklat.


b. Pembakuan

Natrium oksalat ditimbang sebanyak 100 mg, dimasukkan ke

dalam erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan air sebanyak 50 mL.

ditambahkan asam sulfat P sebanyak 7 mL, dipanaskan sekitar 70 0C.

dititrasi dengan KMnO4 0,1 N hingga warna ungu mantap selama 15

menit.

4. Pembuatan dan pembakuan AgNO3 0,1 N

a. Pembuatan

AgNO3 ditimbang sebanyak sebanyak 16,99 gram dimasukkan

ke dalam labu ukur kemudian ditambahkan air sampai tanda batas.

b. Pembakuan

NaCl ditimbang sebanyak 250 mg, dimasukkan ke dalam

erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan air sebanyak 50 mL.

ditambahkan indikator kalium kromat 1 mL lalu dititrasi dengan perak

nitrat 0,1 N hingga terbentuk warna coklat merah lemah.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

1. Asam klorida 0,1 N

Larutan Indikator Perubahan warna V. titrasi

HCL 0,1 N Metil jingga Kuning merah 21,5 mL

2. Natrium hidroksida 0,1 N

Larutan Indikator Perubahan warna V. titrasi

NaOH 0,1 N Fenolftalein Merah muda 21,5 mL

3. Kalium permanganat 0,1 N

Larutan Indikator Perubahan warna V. titrasi

KMnO4 0,1 N - Ungu 23,9 mL

4. Perak nitrat 0,1 N

Larutan Indikator Perubahan warna V. titrasi

AgNO3 0,1 N Kalium kromat Kuning coklat 50 mL


B. Pembahasan

Larutan baku merupakan larutan yang sudah diketahui

konsentrasinya secara teliti dan konsentrasinya dapat dinyatakan dalam

satuan N/M (anshary, 2002). Baku primer merupakan bahan yang memiliki

kemurnian tinggi yang digunakan untuk pembakuan larutan standar,

sedangkan baku sekunder yaitu bahan yang sebelumnya telah dilakukan

dengan baku primer karena sifatnya tidak stabil (anshary, 2002).

Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk membuat larutan baku

dengan konsentrasi tertentu.

Pada percobaan dan pembakuan asam klorida (HCl) dengan

konsentrasi 0,1 N yang dilakukan dengan Na2Co3, kemudian ditambahkan

indikator metil jingga sehingga terjadi perubahan warna dengan hasil titrasi

dari warna kuning menjadi merah. Fungsi penambahan indikator metil jingga

yaitu untuk menentukan titik akhir titrasi yang ditandai dengan adanya

perubahan warna larutan, sehingga dapat diketahui volume titrasinya.

Menurut (Answar, 2009) yang menyatakan bahwa perubahan warna kuning

tersebut terjadi pada volume titrasi 15,6 mL dan hasil konsentrasi yang

didapat 0,12 N. konsentrasi yang didapatkan pada percobaan ini tidak sesuai

dengan konsentrasi yang telah ditentukan pada percobaan ini. Hal ini

dikarenakan adanya kesalahan dalam pembuatan larutan pada prosedur

kerja untuk pembakuan larutan.


Pada pembuatan dan pembakuan larutan NaOH dengan konsentrasi

0,1 N yang dilakukan dengan sampel HSO3NH lalu ditambahkan indikator

fenolftalein sehingga terbentuk warna merah muda pada volume titrasi 21,5

mL.

Pada pembuatan dan pembakuan larutan KMnO4 dengan konsentrasi

0,1 N yang dilakukan dengan Na2C2O3 kemudian ditambahkan dengan

H2SO4 P sebanyak 7 mL dan dipanaskan pada suhu 70 0C selanjutnya

dititrasi langsung dalam keadaan panas. Perubahan warna yang terbentuk

yaitu ungu dengan volume titrasi 23,9 mL. dan konsentrasi yang didapat yaitu

N.

Pada pembuatan dan pembakuan larutan perak nitrat (AgNO 2)

dengan konsentrasi 0,1 N yang dilakukan dengan NaCl lalu ditambahkan

indikator kalium kromat sehingga menghasilkan warna kuning menjadi coklat

merah lemah pada volume titrasi mL. dan konsentrasi yang didapat yaitu N.

Adapun faktor kesalahan pada percobaan ini adalah kurangnya ketelitian

praktikan saat pembuatan larutan dan alat yang digunakan tidak bersih.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Pembuatan dan pembakuan HCl 0,1 N yaitu HCl sebanyak 0,83 mL

dicukupkan volumenya dengan aquadest ad 100 mL dibakukan dengan

penambahan Na2CO3 dan indikator metil jingga.

2. Pembuatan dan pembakuan NaOH 0,1 N yaitu dilarutkan dengan NaOH

sebanyak 4,001 gram ke dalam aquadest 1000 mL lalu dibakukan

dengan penambahan kalium biftalat dan indikator fenolftalein.

3. Pembuatan dan pembakuan KMnO4 0,1 N yaitu dilarutkan kalium

permanganat sebanyak 3,161 gram ke dalam air mendidih selama 15-20

menit lalu didinginkan. Dibakukan dengan penambahan natrium oksalat

dan asam sulfat.

4. Pembuatan dan pembakuan AgNO3 0,1 N yaitu perak nitrat sebanyak

16,99 gram dilarutkan dalam air hingga 1000 mL. dibakukan dengan

penambahan natrium klorida P dan indikator kalium kromat 5%.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar zino 2009 “Penuntun Praktikum Kimia Kejuruan Farmasi” Yamasi;


Makassar

Bonni korgadi 2010 “Kimia” Jakarta

Mulyono KAM 2006 “Pembuatan Reagen Kimia di Laboratorium” penerbit


bumi aksara; Jakarta

GG. jeremal L. 2001 “Kimia Dasar”

Klaryanti muningsih 2008 “Jurnal rekayasa proses Vol. 2 NO.2 Politeknik


LPP; Yogyakarta

Isfar Rianty 2002 “Kimia 1” Penerbit srikandi; Surakarta

Khopkar. S. M. 1990 “Konsep Dasar Kimia Analitik” US Press; Jakarta

Ratna rianty 2005 “Jurnal Rekayasa Proses Vol. 2 NO. 2 Politeknik LPP;
Yogyakarta

Raipsi Si. Petrucci 2001 “Kimia Dasar Jilid 2”

Seker satyajid dan Lutfun 2009 “Kimia untuk Mahasiswa Farmasi” Pustaka
pelajar; Yogyakarta.
Lampiran 1. Foto Hasil Pengamatan

1. Pembakuan KMnO4 0,1 N

2. Pembakuan HCl 0,1 N

3. Pembakuan NaOH 0,1 N


4. Pembakuan AgNo3 0,1 N
Lampiran 2. Perhitungan

1. HCl 0,1 N

a. Pembuatan

Diketahui: BS = 1,19 g/ml

BM = 36,5 g/ml

Konsentrasi = 37 %

Ditanyakan N1…?

10 .% . Bj
N1 = ×n
BM

10 . 37% . 1,19
= ×1
36,5

440,3
=
36,5

= 12,06 N

b. Pengenceran

Diketahui : N1 = 12,06 N V2 = 100 mL

N2 = 0,1 N

Ditanyakan : V1...?

N1 . V1 = N2 . V2

12,06 . V1 = 0,1 . 100


10
V1 = = 0,83 mL
12,06

c. Pembakuan

Diketahui : Na2CO3 100 mg → 0,1 g

BE = 53

Vt = 15,6 mL

Ditanyakan : normalitas…?

𝑔 𝑁𝑎2𝐶𝑂3
N=
BE .V

100 mg
=
53 .0,0156

100 mg
=
0,8268

= 0,121 N

2. NaOH 0,1 N

a. massa

Diketahui :N = 0,1 N

V = 250 mL → 0,25 l

BE = 40

Ditanyakan : g…?

g = N . v . BE

= (0,1 mo/l) (0,25 l) (40 gram/mol)

=1g
b. pembakuan

Ditanyakan: normalitas…?

g
N=
BE .V

1g
=
40 .0,25 𝑙

=0,1 g/mol

= 0,1 N

3. KMnO4 0,1 N

Diketahui: BE = 158 g/mol

Vt = 100 mL

N = 0,1 N

Ditanyakan: normalitas…?

Gram = N . V . BE

= 0,1 × 0,1 × 158 g/mol

= 1,58 gram

g
N=
V.BE

1,58 gram
=
0,1 ×158 g/mol
= 0,1 N

4. AgNO3 0,1 N

Diketahui: N = 0,1 N

V = 100 mL → 0,1 L

BE = 169,87 g/mol

Ditanyakan: normalitas…?

Gram = N × V × BE

= 0,1 × 0,1 × 169,87 g/mol

= 1,6987 gram

g
N=
BE .V

1,6987 gram
=
0,1 ×169,87 g/mol

= 0,1 N

Anda mungkin juga menyukai