Anda di halaman 1dari 102

Vol. 20 2 No.

ISSN 1410-5071 Desember 2016

Edisi Khusus PGSD


Pengembangan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori
Papan Dakon Operasi Bilangan Bulat Untuk Siswa SD
Gregoriusari Ari Nugrahanta, Catur Rismiati, Andri Anugrahana, & Irine Kurniastuti

Nalisis Buku: Ragam Kegiatan Menanya di Buku Siswa


Kelas 1, 2, 4, dan 5 Kurikulum 2013
Kintan Limiansih

Analisis Soal Tes Hasil Belajar High Order Thinking Skills (H


Tes OTS
OTS))
(HOTS
Matematika Materi Pecahan u ntuk Kelas 5 Sekolah Dasar
untuk
Maria Agustina Amelia

Persepsi Mahasiswa terhadap Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan


dengan Pembelajaran Kontekstual-Reflektif Berbasis Pedagogi Ignasian
Paulus Wahana

Pengembangan Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan Menggunakan


Conservation
Model Conser vation Scout untuk Siswa Kelas III B SD N Jetis 1 YYogyak
ogyakarta
ogyakarta
Paulus Yuli Suseno, Eny Winarti, & Wahyu Wido Sari

Pengembangan T es Hasil Belajar Matematik


Tes Matematikaa Materi
an Masalah yyang
Menyelesaikan
Menyelesaik ang Berk aitan dengan W
Berkaitan aktu,
Waktu,
Jarak d an Kecepatan untuk Siswa Kelas V
dan
Puji Purnomo & Maria Sekar Palupi

Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP


PP))
(RPP
yang Mengintegrasikan Edubuntu
Theresia Yunia Setyawan

Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


pada Mata Pelajaran IPS SD
Adimassana & Rusmawan

Peningkatan Kompetensi Dasar Mahasiswa Calon Guru SD pada Mata Kuliah Pendidikan
Matematika dengan Model Pembelajaran Inovatif
Andri Anugrahana

Pengembangan Model Pembelajaran Geometri Berdasarkan


Teori Van Hiele p
Van ada Matakuliah Matematik
pada a 2 Mahasiswa PGSD USD
Matematika
Christiyanti Aprinastuti

Jurnal Penelitian Halaman Yogyakarta ISSN


Edisi Khusus Vol. 20 No. 2 Desember 2016 1410-5071
103-191
JURNAL PENELITIAN
EDISI KHUSUS PGSD
ISSN 1410-5071
Volume 20, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 103-191
Jurnal Penelitian yang memuat ringkasan laporan hasil penelitian ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sanata Dharma, dua kali setahun: Mei dan November.

D E WA N R E DA K S I

Pemimpin Redaksi
Dr. Anton Haryono, M.Hum.
Ketua LPPM Universitas Sanata Dharma

Sekretaris Redaksi
Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.
Kepala Pusat Penerbitan dan Bookshop Universitas Sanata Dharma

Tim Redaksi Nomor Ini:


Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.
Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M.Hum.,
Dra. Novita Dewi, M.S., M.A. (Hons.), Ph.D.

Administrasi & Sirkulasi: Administrasi Keuangan:


Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. Maria Imaculata Rini Hendriningsih, SE.
Gutomo Windu, S.Pd. Agnes Sri Puji Wahyuni, Bsc.
Caecilia Venbi Astuti, S.Si.

Administrasi Distribusi: Tata Letak


Veronika Margiyanti Thomas A. Hermawan Martanto, Amd.

Alamat Redaksi dan Administras Gedung LPPM Universitas Sanata Dharma, Mrican, Tromol Pos 29,
Yogyakarta 55002, Telepon: (0274) 513301, 515352, ext. 1527, Fax: (0274) 562383. Homepage: http://
www.usd.ac.id/lembaga/lppm/. E-mail: lemlit@usd.ac.id
Redaksi menerima naskah ringkasan laporan hasil penelitian baik yang berbahasa Indonesia maupun yang
berbahasa Inggris. Naskah harus ditulis sesuai dengan format di Jurnal Penelitian seperti tercantum pada
halaman belakang bagian “Ketentuan Penulisan Artikel Jurnal Penelitian” dan harus diterima oleh Redaksi
paling lambat dua bulan sebelum terbit.
JURNAL PENELITIAN
EDISI KHUSUS PGSD
ISSN 1410-5071
Volume 20, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 103-191

DAFTAR ISI

Daftar Isi iii


Kata Pengantar v
Pengembangan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori
Papan Dakon Operasi Bilangan Bulat Untuk Siswa SD 103 ~ 116
Gregoriusari Ari Nugrahanta, Catur Rismiati, Andri Anugrahana, & Irine Kurniastuti
Nalisis Buku: Ragam Kegiatan Menanya di Buku Siswa
Kelas 1, 2, 4, dan 5 Kurikulum 2013 117 ~ 122
Kintan Limiansih
Analisis Soal Tes Hasil Belajar High Order Thinking Skills (HOTS)
Matematika Materi Pecahan untuk Kelas 5 Sekolah Dasar 123 ~ 131
Maria Agustina Amelia
Persepsi Mahasiswa terhadap Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan
dengan Pembelajaran Kontekstual-Reflektif Berbasis Pedagogi Ignasian 132 ~ 143
Paulus Wahana
Pengembangan Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian
Lingkungan Menggunakan Model Conser vation Scout
untuk Siswa Kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta 144 ~ 150
Paulus Yuli Suseno, Eny Winarti, & Wahyu Wido Sari
Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi
Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Waktu,
Jarak dan Kecepatan untuk Siswa Kelas V 151 ~ 157
Puji Purnomo & Maria Sekar Palupi
Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang Mengintegrasikan Edubuntu 158 ~ 173
Theresia Yunia Setyawan
Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
pada Mata Pelajaran IPS SD 174 ~ 181
Adimassana & Rusmawan
Peningkatan Kompetensi Dasar Mahasiswa Calon Guru SD
pada Mata Kuliah Pendidikan Matematika dengan Model
Pembelajaran Inovatif 182 ~ 187
Andri Anugrahana

iii
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016

Pengembangan Model Pembelajaran Geometri Berdasarkan


Teori Van Hiele pada Matakuliah Matematika 2 Mahasiswa PGSD USD 182 ~ 190
Christiyanti Aprinastuti
Biografi Penulis 191-1
Indeks Penulis 191-2

iv
KATA PENGANTAR

Redaksi Jur nal LPP dengan bangga dalam K. 13. Hasil penelitian Limiansih ini menunjukkan
mempersembahkan Edisi Khusus Jurnal LPPM bahwa dalam buku siswa ternyata tidak ada tugas/
Volume 20 Nomor 2 yang memuat tulisan-tulisan para perintah/petunjuk yang mengarahkan siswa untuk
dosen PGSD Universitas Sanata Dharma. Ada dua mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab dengan
urgensi kami menerbitkan edisi khusus ini. Pertama, suatu penelitian yang dapat siswa lakukan, mengajukan
produksi ilmu pengetahuan melalui penelitian dan pertanyaan tentang kemungkinan yang terjadi pada
publikasi di USD beberapa waktu terakhir ini sangat suatu objek jika diberi perlakuan tertentu, serta
banyak. Jika karya-karya dari satu program studi, mendiskusikan dan memikirkan cara menjawab
misalnya Prodi PGSD, mendominasi terbitan Jurnal pertanyaan yang mereka ajukan. Saran akademis yang
LPPM, terasa kurang merata. Kedua, karya-karya diusulkan Limiansih adalah perlu langkah-langkah
penelitian dosen Prodi PGSD memiliki karakteristik tambahan yang dilakukan guru ketika akan menggunakan
khusus yang berkaitan dengan pembinaan anak-anak buku siswa Kurikulum 2013.
usia sekolah dasar. Adanya sebuah jurnal edisi khusus Maria Agustina Amelia mengemukakan hasil
yang memuat karya-karya khusus ini tentu akan kajiannya berjudul “Analisis Soal Tes Hasil Belajar High
disambut dan diapresiasi oleh stakeholders pendidikan Order Thinking Skills (Hots) Matematika Materi
guru sekolah dasar. Pecahan untuk Kelas 5 Sekolah Dasar.” Hasil uji
Jurnal ini memuat sepuluh artikel ilmiah ilmiah. reliabilitas soal diperoleh indeks reliabilitas dalam
Ar tikel berjudul “Pengembangan Alat Peraga kriteria “tinggi”. Butirsoal memiliki konsistensi yang
Matematika Berbasis Metode Montessori Papan tinggi dalam mengukur kemampuan peserta didik
Dakon Operasi Bilangan Bulat untuk Siswa SD” ditulis mengenai materi pecahan. Hasil uji daya pembeda pada
oleh sebuah tim peneliti yang terdiri dari Gregoriusari soal terdapat 3 soal yang perlu direvisi karena belum
Ari Nugrahanta, Catur Rismiati, Andri Anugrahana, dan dapat membedakan peserta didik berkemampuan
Irine Kurniastuti. Studi ini berangkat dari sebuah tinggi dengan peserta didik berkemampuan rendah.
keprihatinan yang sangat mendasar, yaitu bahwa 17 soal dapat diterima karena sudah dapat membedakan
kemampuan Matematika siswa Indonesia memerlukan peserta didik berkemampuan tinggi dengan peserta
perhatian yang lebih serius, karena kita menduduki didik berkemampuan rendah. Hasil uji analisis tingkat
peringkat 57 dari 65 negara. Hasil studi mereka kesukaran soal yaitu: 1 soal (5%) memiliki tingkat
menunjukkan bahwa prosedur pengembangan alat kesukaran kategori mudah, 15 soal (75%) memiliki
peragamatematika berbasis metode Montessori tingkat kesukaran kategori sedang dan 4 soal (20%)
untuksiswa Sekolah Dasar dilakukan dengan bertahap yang memiliki tingkat kesukaran kategori sukar. Hasil
dan berlapis-lapis. Prosedur pengembangan dibagi uji pengecoh pada soal secara keseluruhan ada 11
dalam tahap awal, tahap implementasi I, tahap pengecoh tidak berfungsi. Pengecoh disebut tidak
implementasi II, dan tahap akhir. Produk alat peraga berfungsi jika dipilih kurang dari 5% keseluruhan
Matematika berbasis metode Montessori efektif peserta tes. Pengecoh yang tidak berfungsi perlu
digunakan dalam pembelajaran pada siswa-siswa direvisi kembali. Hasil kajian ini tentu menjadi referensi
Sekolah Dasar yang dibuktikan dengan adanya yang penting bagi para guru dalam menyikapi soal-
perbedaan prestasi belajar siswa atas pengguanaan alat soal tes itu dengan kelebihan dan kekurangannya.
peraga Papan Dakon, tingkat kepuasan sisa dan guru Ar tikel berjudul “Persepsi Mahasiswa
yang berada pada level cukup puas dan persepsi guru terhadap Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan
dan siswa yang menunjukkan tendensi favorable atas dengan Pembelajaran Kontekstual-Reflektif Berbasis
alat peraga yang ada. Pedagogi Ignasian” yang ditulis oleh Paulus Wahana
Artikel yang ditulis Kintan Limiansih berjudul memperlihatkan tahap-tahap pemahaman dan
“Analisis Buku: Ragam Kegiatan Menanya di Buku apresiasi mahasiswa terhadap perkuliahan Filsafat
Siswa Kelas 1,2,4, dan 5 Kurikulum 2013” bertujuan Ilmu Pengetahuan. Studi ini memperlihatkan bahwa
mengetahui ragam kegiatan menanya di buku siswa pada awal kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan ternyata

v
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016

mahasiswa sebenarnya sudah tertarik mengikuti masalah, (2) pengumpulan data, (3) desainproduk, (4)
perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan, meskipun validasi desain, (5) revisi desain. Sebaiknya penelitian
belum mengetahui manfaat mata kuliah ini. Setelah dan pengembangan tes hasil belajar matematika
menjalaninya, mahasiswa umumnya beranggapan menurut teori Borg dan Gall dilanjutkan minimal
bahwa Kuliah Filsafat Ilmu menarik dan bermanfaat, hingga langkah ketujuh agar dapat diketahui kualitas
karenaternyata tidak terlalu sulit seperti diduga teshasil belajar yang disusun berkaitan dengan
sebelumnya. Pada akhirnya muncul persepsi positif validitas secara empiris, reliabilitas, daya beda, tingkat
mahasiswa, bahwa Perkuliahan Filsafat Ilmu kesukaran dan analisis pengecoh.
Pengetahuan ternyata dapat meningkatkan pemahaman Theresia Yunia Setyawan mengemukakan hasil
mahasiswa tentang materi pokok perkuliahan, yaitu kajiannya dalam artikel “Pengembangan Rencana
kegiatan berpikir, pengetahuan, maupun ilmu Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Yang Mengintegrasikan
pengetahuan. Edubuntu”. Edubuntu merupakan salah satu free/
Tim peneliti yang terdiri dari Paulus Yuli Suseno, opensource software (FOSS) yang paling banyak
Eny Winarti, dan Wahyu Wido Sari mengemukakan hasil digunakan dalam dunia pendidikan dewasa ini. Bagi
kajian mereka dalam artikel berjudul “Pengembangan Yunia Setyawan, penggunaan sistem operasi open
Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian source Edubuntu bisa menjadi salah satu alternatif
Lingkungan Menggunakan Model Conservation Scout untuk menjawab tantangan ini karena selain mudah
untuk Siswa Kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta”. digunakan, sistem operasi ini juga bebas biaya. Selain
Kajian tim ini menghasilkan kesimpulan sebagai itu, Edubuntu juga memiliki program-program yang
berikut. Proses pengembangan Materi Pendidikan lengkap yang bisa digunakan mulai dari tingkat
Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan untuk pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan tinggi.
Siswakelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta dilakukan Pesatnya kemajuan zaman dan cepatnya ar us
berdasarkan 2 langkah pengembangan materi globalisasi memang membutuhkan pengintegrasian
menur ut Tomlinson (Harsono, 2015) yaitu (1) teknologi dalam pembelajaran.
menganalisis kebutuhan siswa melalui kegiatan Ar tikel “Efektivitas Penerapan Model
observasi dan wawancara bersama siswa kelas III B, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata
guru, dankepala sekolah, serta (2) mendesain materi Pelajaran IPS SD” yang ditulis Adimassana dan
berdasarkan 10 prinsip pengembangan materi Rusmawan mengemukakan tiga kesimpulan sebagai
menurut Tomlinson (2005). Hasil validasi materi oleh berikut. 1) Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dua ahli dan dua orang guru kelas memperoleh I efektif ditinjau dari prestasi belajar IPS; (2) Model
skor rata-rata 3,54 sehingga materi dikategorikan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II efektif ditinjau
“sangat layak”, sedangkan berdasarkan hasil dari prestasi belajar IPS; dan (3) Model pembelajaran
validasidari 4 siswa kelas III B yang menjadi validator, kooperatif tipe jigsaw I lebih efektif dibandingkan tipe
dapat disimpulkan bahwa panduan eksperimen jigsaw II ditinjau dari prestasi belajar IPS. Berdasarkan
yang dikembangkan sudah memenuhi 10 prinsip temuan tersebut, kedua peneliti ini menyarankan agar
pengembangan materi menurut Tomlinson. paraguru IPS, kepala sekolah dan instansi yang terkait
Ar tikel “Pengembangan Tes Hasil Belajar diharapkan untuk menambah wawasan mengenai
Matematika Materi Menyelesaikan Masalah Yang penerapan model pembelajaran kooperatif di kelas
Berkaitan Dengan Waktu, Jarak dan Kecepatan untuk khususnya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Siswa Kelas V” yang ditulis oleh Puji Purnomo dan I dengan tipe jigsaw II melalui berbagai penataran,
Maria Sekar Palupi mengemukakan bahwa produk tes pelatihan dan sejenisnya.
hasil belajar matematika materi pengukuran yang Selanjutnya artikel yang ditulis oleh Andri
meliputi waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa Anugrahana berjudul “Peningkatan Kompetensi
kelas V sekolah dasar seharusnya dikembangkan Dasar Mahasiswa Calon Guru SD pada Mata Kuliah
berdasarkan prosedur penelitian dan pengembangan Pendidikan Matematika dengan Model Pembelajaran
Borg dan Gall. Terdapat 10 langkah dalam prosedur Inovatif” berangkat dari keprihatinan bahwa “matematika
penelitian dan pengembangan Borgdan Gall, namun masih dianggap sebagai matakuliah yang sulit” oleh
dalam penelitian dan pengembangan ini hanya beberapa mahasiswa. Anugrahana berkesimpulan
dilakukan hingga langkah ke 5 yaitu (1) potensidan bahwa jika kompetensi dasar yang dikembangkan

vi
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016

dalam mendidikan calon guru SD adalah kompeten 2 mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma.
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial Kelima langkah yang diajukannnya sebagai berikut. 1)
dan kompetensi kepribadian, maka mata kuliah Fase informasi, dosen memberikan informasi dengan
pendidikan matematika dapat membantu mahasiswa tanya jawab ringan; 2) Fase orientasi terarah, dosen
merncang pembelajaran matematika yang baik. dan mahasiswa melakukan eksplorasi topik materi; 3)
Akhirnya Christiyanti Aprinastuti menutup Fase uraian, mahasiswa membagikan pengalaman yang
rangkaian tulisan di jurnal ini dengan artikel berujudul sesuai dengan topi; 4) Fase orientasi bebas, dosen
“Pengembangan Model Pembelajaran Geometri membuat lembar tugas untuk mahasiswa; dan 5) Fase
Berdasarkan Teori Van Hiele pada Mata Kuliah integrasi, mahasiswa membuat kesimpulan dari
Matematika 2 Mahasiswa PGSD USD”. Tulisan yang informasi dan hasil diskusi dalam topik materi.
sekali lagi memfokuskan perhatiannya pada persoalan Demikian kesepuluh artikel ilmiah –tulisan para
matematika ini mencoba mengupas persoalan geometri dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang
yang merupakan kajian dalam Matematika yang disajikan dalam edisi khusus ini. Kami berharap para
berhubungan dengan logika keruangan seseorang. stakeholders di bidang pendidikan dasar dapat
Aprinastuti, setelah mengungkap pentingnya memperoleh manfaat yang besar dari hasil kajian para
persoalan geometri dalam memahami matematika pakar di bidang pendidikan sekolah dasar ini.
memberikan lima langkah pengembangan model
pembelajaran berdasarkan teori van Hiele untuk Selamat membaca!
pembelajaran geometri pada mata kuliah Matematika

vii
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA
BERBASIS METODE MONTESSORI PAPAN DAKON
OPERASI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA SD
Gregoriusari Ari Nugrahanta, Catur Rismiati,
Andri Anugrahana, dan Irine Kurniastuti
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022
Email: gregoriusari@gmail.com; ematuris@gmail.com;
andrianugrahana@gmail.com; irine.kurnia@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research was to develop and validate a learning media called “Papan Dakon”
for integer operations based on Montessori method for elementary school students especially for the
fourth graders. This research was conducted through a collaboration of four researches: research
and development (R&D), quasi-experiment, survey, and qualitative research. The subject of this
research was approximately 53 students and one teacher from two schools in Yogyakarta. The result
showed that 1) the process of developing learning media ran gradually, step 1 was to develop eight
learning media based on Montessori methods, and step 2 was to validate the media, and the last
step was revision of the product; 2) the learning media were effective. It showed from the improvement
of students’ learning achievement, the satisfaction level of the students and their teacher in “enough
satisfy” category, and the relatively positive perception of the users toward the learning meadia
“Papan Dakon”. Recomendattion for the future research included determining the exact number of
the students who would be involved in experiemntal study, providing sistematic and organized
schedule, considering the production capacity, and adding the number of schools in the try out
phase in order to increase the number of product users.
Keyword: learning media, Montessori, papan dakon, satisfaction, perception.

1. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa pendidikan Matematika di


Indonesia memerlukan perhatian yang serius.
Hasil dari PISA (Programme for International Salah satu cara untuk mengembangkan
Student Assessment) tahun 2009 menunjukkan bahwa keterampilan berpikir dalam pelajaran matematika
kemampuan Matematika siswa Indonesia menduduki di kelas adalah dengan menggunakan metode dari
peringkat 57 dari 65 negara dengan skor 371 Maria Montessori. Ia menyusun alat peraga untuk
(OECD, 2010). Skor matematika 371 ini masih jauh belajar siswa yang didesain secara sederhana,
dari skor siswa di Shanghai Cina (skor tertinggi) menarik, memungkinkan untuk diekplorasi,
yaitu 600 dan berada di bawah nilai rata-rata yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar
494. Sekitar 43,5% siswa Indonesia tidak mampu secara mandiri, dan memperbaiki kesalahan mereka
menyelesaikan soal PISA (the most basic PISA tasks). sendiri (Lillard, 1997: 11). Bagi Montessori alat
Sekitar 33,1% siswa bisa mengerjakan soal jika peraga yang dirancang bukan pertama-tama untuk
per tanyaan mer upakan soal kontekstual yang mengajar Matematika, tetapi untuk membantu siswa
diberikan secara eksplisit dan disertai dengan semua mengembangkan kemampuan matematis seperti
data yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal memahami perintah, ur utan, abstraksi, dan
tersebut. Hanya 0,1% siswa Indonesia mampu kemampuan mengkonstruksi konsep-konsep baru
mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut dari pengetahuan yang diperoleh (Lillard, 1997: 137).
keterampilan berpikir dan penalaran. Bahkan studi Hal ini sejalan dengan para teoris dalam
PISA 2012 (OECD, 2013) menunjukkan skor siswa pembelajaran konstruktivis, Dewey dan Piaget.
Indonesia menurun lagi yaitu berada di peringkat Dewey, Piaget, dan Montessori mempunyai pandangan
64 dari 65 negara yang diteliti. Hasil studi tersebut yang serupa dalam proses pengembangan pengetahuan

103
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

anak. Pembentukan pengetahuan menurut teori sebaya, pentingnya konteks dalam pembelajaran,
konstruktivistik memandang anak aktif menciptakan pentingnya gaya interaksi autoritatif dari orang
struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan dewasa, dan pentingnya keteraturan dan kerapian
lingkungan. Penekanan belajar siswa secara aktif dan lingkungan belajar.
mandiri inilah yang perlu dikembangkan (Ültanýr, Montessori menggunakan metode eksperimental
2012). Untuk itu dibutuhkan sebuah lingkungan yang dalam mengembangkan pembelajaran dan alat-alat
memfasilitasi kebutuhan anak dalam mengembangkan peraga yang digunakan secara intensif selama dua
proses kognisinya secara mandiri. tahun di Casa dei Bambini (Rumah Anak-anak) yang
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan didirikannya pada tahun 1907 di Roma. Alat peraga
sumbangan penelitian yang berguna untuk Montessori adalah material pembelajaran siswa yang
mengembangkan produk alat peraga dan melakukan dirancang secara menarik, bergradasi, memiliki
serangkaian uji coba untuk mengetahui efektivitasnya. kendali kesalahan, dan memungkinkan siswa untuk
Borg dan Gall (1983: 773) mencatat bahwa media belajar secara mandiri tanpa banyak intervensi dari
belajar di Amerika yang sudah diujicobakan terlebih guru (Lillard, 1997: 11).
dahulu di lapangan untuk mengetahui efektivitasnya Montessori mulai dengan membuat alat-alat
adalah kurang dari 1 persen. Bisa diduga bahwa sangat pembelajaran yang dibuat secara paralel dengan
sedikit media pembelajaran di Indonesia yang dibuat modifikasi bentuk dan warna yang berbeda-beda
dengan melalui serangkaian penelitian untuk uji coba untuk satu jenis alat. Jika anak-anak ternyata lebih
di lapangan untuk memastikan efektivitasnya. memilih untuk menggunakan suatu alat peraga,
Penelitian ini dibatasi pada pengembangan Montessori lalu menyingkirkan semua alat peraga
alat peraga Matematika SD berbasis metode paralel yang tidak dipilih anak-anak. Dengan itu
Montessori Papan Dakon untuk materi operasi Montessori mendapatkan alat peraga yang memang
bilangan bulat bagi siswa SD. Penelitian ini memiliki sesuai dengan kecenderungan alamiah anak sendiri.
tujuan utama untuk mengembangkan sebuah produk Dari situ Montessori menemukan benang merah
alat peraga dan menguji efektivitasnya. Oleh karena yang menjadi ciri-ciri alat peraga Montessori. Ciri-
itu, rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) ciri tersebut adalah sebagai berikut (Montessori,
Bagaimana mengembangkan alat peraga Matematika 2002: 170-176): (a) Menarik, alat peraga harus dibuat
berbasis metode Montessori Papan Dakon untuk menarik agar secara spontan anak-anak ingin
materi operasi bilangan bulat bagi siswa SD dengan menyentuh, meraba, memegang, merasakan, dan
prosedur dari Borg dan Gall (1983) yang telah menggunakannya untuk belajar. Tampilan fisik alat
dimodifikasi? (2) Bagaimana efektivitas produk alat peraga harus mengkombinasikan warna yang cerah
peraga Matematika berbasis metode Montessori dan lembut. (b) Bergradasi, alat peraga har us
Papan Dakon untuk materi operasi bilangan bulat memiliki gradasi rangsangan yang rasional terkait
bagi siswa SD? warna, bentuk, dan usia anak sehingga bukan hanya
alat peraga sebanyak mungkin melibatkan penggunaan
panca indera, tetapi juga alat peraga yang sama bisa
2. LANDASAN TEORI digunakan untuk berbagai usia perkembangan anak
dengan tingkat abstraksi pembentukan konsep-
Metode Montessori mer upakan metode konsep yang semakin kompleks. (c) Auto-correction,
pembelajaran yang dikembangkan oleh Maria alat peraga harus memiliki pengendali kesalahan
Montessori (1870-1952) dengan menggunakan pada alat peraga itu sendiri agar anak dapat mengetahui
konsep belajar sambil bermain untuk anak-anak sendiri apakah aktivitas yang dilakukannya itu benar
(Holt, 2008: xi). Lillard (2005) menyebutkan delapan atau salah tanpa perlu diberi tahu orang lain yang lebih
prinsip yang digunakan dalam metode Montessori, dewasa atau guru. (d) Auto-education, seluruh alat
yaitu pentingnya keleluasaan anak dalam beraktivitas, peraga harus diciptakan agar memungkinkan anak
kemerdekaan anak dalam memilih sendiri apa yang semakin mandiri dalam belajar dan mengembangkan
mau dipelajari, pentingnya minat, pentingnya diri dan meminimalisir campur tangan orang dewasa.
motivasi intrinsik dengan menghapus hadiah dan Dari keempat ciri alat peraga Montessori di atas,
hukuman, pentingnya kolaborasi dengan teman peneliti menambahkan satu ciri lagi yaitu

104
G. Ari Nugrahanta, C. Rismiati, A. Anugrahana, & I. Kurniastuti, Pengembangan Alat Peraga ....

kontekstual. Montessori mengembangkan sistem as well as the areas to be improved and enhance
pembelajarannya dengan alat-alat peraga yang students’ learning experience” (2010:5). Secara
diciptakan dengan material apa adanya di lingkungan khusus, Rowley (2003) mengidentifikasi empat
sekitar. alasan utama pentingnya feedback dari para siswa:
Penelitian ini mengukur tingkat kepuasan
guru dan siswa dalam menggunakan alat peraga “to provide auditable evidence that
Montessori Papan Dakon. Kepuasan atau satisfaction students have had the opportunity to
berasal dari Bahasa Latin, yaitu satis yang berarti make comments on their courses and
enough atau cukup, dan facere yang berarti to do atau that such information is used to bring
melakukan. Jadi, kepuasan ar tinya kemampuan about improvements, to encourage
suatu barang atau jasa untuk dapat memberikan students to reflect on their learning, to
sesuatu yang dicari oleh pengguna sampai pada allow institutions to benchmark and to
tingkat cukup. Kepuasan adalah tingkat perasaan provide indicators that will contribute to
seseorang setelah membandingkan antara yang the reputation of the university in the
diterima dan yang diharapkan (Umar, 1997: 65). Dari marketplace, and to provide students
hal ini terlihat bahwa yang penting adalah persepsi with an opportunity to express their level
dan bukan aktual. Jadi, bisa terjadi bahwa secara of satisfaction with their academic
aktual, produk mempunyai potensi untuk memenuhi experience” (2003: 143).
harapan pengguna, tetapi ternyata hasil dari persepsi
pengguna berbeda dengan yang diinginkan oleh Persepsi mer upakan hal penting dalam
produsen. pembentukan kepuasan. Oleh karena itu perlu juga
Subjektivitas atas kepuasan ini dapat diartikan menilik persepsi seseorang terhadap produk yang
bahwa kepuasan pengguna barang atau jasa bersifat dihasilkan. Persepsi adalah tanggapan (penerimaan)
dinamis dari waktu ke waktu dalam ar ti bahwa langsung dari sesuatu (KBBI, 2008). Kegiatan
harapan orang tidak selalu tetap sepanjang waktu. penafsiran atas suatu objek atau pengalaman yang
Oleh karena itu, mengetahui harapan pengguna akan sama dapat berbeda antara satu orang dan yang
suatu produk menjadi penting untuk diperhatikan. lainnya. Hal ini dapat terjadi akibat perbedaan
Kotler, dkk. (Tjiptono & Diana, 2003) mengidentifikasi pengetahuan (Suharnan, 2005), kebutuhan, dan
empat metode untuk mengukur kepuasan pengguna pengalaman masa lalu (Rakhmat, 2003). Selain itu
barang dan jasa yaitu: sistem keluhan dan saran, juga dipengaruhi oleh faktor dari diri individu antara
ghost shooping (mystery shooping), lost customer lain: perasaan, prasangka, keinginan atau harapan,
analysis, dan sur vei kepuasan pelanggan. Dalam perhatian (fokus), proses belajar, minat, dan motivasi
konteks penelitian untuk mengetahui tingkat (Thoha, 1996).
kepuasan atas media pembelajaran Matematika Dalam konteks penelitian ini, pembelajaran
berbasis Montessori ini, metode yang akan matematika dilakukan dengan menggunakan alat
digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan peraga Montessori yang relatif baru baik bagi siswa
pengguna adalah dengan survei kepuasan pengguna. maupun bagi gur u. Persepsi siswa dan gur u
Pemilihan metode ini didasarkan pada karakteristik terhadap media pembelajaran Montessori dapat
produk yang masih dalam tataran uji coba dan belum diperlihatkan dari respon siswa dan guru setelah
mer upakan produk komersial sehingga belum diimplementasikan pembelajaran dengan media
memungkinkan pelaksanaan ghost shoppers, lost Montessori dalam pelajaran matematika. Pemaknaan
customer analysis maupun sistem keluhan dan saran. yang dimunculkan dari siswa atau guru diungkap
Pengguna media, dalam hal ini guru dan siswa, dengan metode wawancara kemudian data yang
diminta untuk mengevaluasi setiap pernyataan didapatkan di-crosscheck dengan data observasi.
seputar persepsi dan harapan mereka atas media Penelitian tentang metode Montesori telah
yang mereka gunakan. Toth, Jonas, Berces dan dilakukan oleh Lillard dan Else-Quest (2006) yang
Bedzsula (2010) mengungkapkan bahwa “student membandingkan kemampuan akademis dan sosial
satisfaction surveys can be regarded as a more dari sekolah yang menggunakan metode Montessori
comprehensive tool to identify institutional strengths dan 27 sekolah negeri dan 12 swasta yang menerapkan

105
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

program-program khusus seper ti kurikulum yang dikembangkan oleh Borg dan Gall (1983: 775)
akselerasi, pendalaman bahasa, seni, dan penggunaan dan menyederhanakannya menjadi 8 langkah, yaitu
metode penemuan di lingkungan kaum pinggiran a) analisis kebutuhan dengan mengumpulkan
dan minoritas di Milwaukee, Wisconsin. Sampel informasi terkait literatur yang relevan, materi
adalah anak-anak usia 5 tahun dan usia 12 tahun dari pembelajaran, media pembelajaran, dan kesesuaian
kedua kelompok yang dibandingkan. Hasil penelitian dengan usia siswa; b) perencanaan dengan kegiatan
menunjukkan bahwa anak-anak sekolah Montessori meliputi per umusan kompetensi, sasaran,
mencapai skor yang jauh lebih tinggi dengan tingkat langkah-langkah kegiatan, dan simulasi kelayakan;
agresifitasnya yang jauh lebih rendah dibandingkan c) perancangan prototype produk yang meliputi
dengan kelompok non Montessori. Hasil penelitian perancangan media pembelajaran, album pembelajaran,
dari Rathunde (2003) menunjukkan bahwa anak- pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasinya; d) uji
anak di sekolah Montessori memiliki motivasi, coba terbatas yang meliputi validasi ahli pembelajaran
kualitas pengalaman, dan konteks sosial yang Matematika, ahli media pembelajaran, guru-guru di
jauh lebih baik dibandingkan sekolah dengan SD mitra, dan pengujian produk pada 4-6 siswa
metode biasa. Manner (2007) juga membandingkan lamban belajar di SD Kl yang diikuti dengan analisis
prestasi akademis dalam kemampuan membaca data yang diperoleh dari interview, observasi, dan
dan kemampuan matematika antara sekolah kuesioner yang dilakukan; e) revisi produk
Montessori dan sekolah biasa dengan menggunakan berdasarkan masukan yang diperoleh dari uji coba
instrumen tes Standford dalam periode tiga tahun. terbatas; f) uji coba produk dengan menggunakan
Penelitiannya menunjukkan bahwa pada tahun tiga jenis metode penelitian lain di SD Ke, yaitu
pertama anak-anak sekolah Montessori dan sekolah metode penelitian kuasi eksperimental dengan
biasa mencapai skor Standford yang sama. menggunakan 24 siswa sebagai kelompok eksperimen
Perbedaan yang signifikan mulai muncul di tahun dan 24 siswa sebagai kelompok kontrol untuk
kedua. Pada tahun ketiga sekolah Montessori mengetahui efektivitas produk, metode penelitian
memperlihatkan kemampuan yang sangat unggul kuantitatif sur vei untuk mengetahui tingkat
dibandingkan sekolah biasa. kepuasan satu orang guru dan 48 siswa terhadap
alat peraga dan metode penelitian kualitatif untuk
mengetahui persepsi satu guru dan 3 siswa, dan g)
3. METODOLOGI PENELITIAN revisi produk akhir berdasarkan masukan-masukan
yang diperoleh dari langkah ke-6; dan h) diseminasi
Jenis penelitian ini adalah penelitian hasil penelitian.
pengembangan (research and development). Teknik pengumpulan data yang digunakan
Penelitian pengembangan merupakan suatu proses dalam penelitian ini adalah kuesioner, tes dan
yang digunakan untuk mengembangkan dan triangulasi. Kuesioner digunakan untuk mengetahui
memvalidasi produk pendidikan (Borg & Gall, 1983: kualitas alat peraga menurut para ahli pada proses
772). Produk yang dikembangkan dalam penelitian validasi produk dan untuk mengetahui tingkat
ini adalah media pembelajaran matematika Papan kepuasan gur u dan siswa. Kuesioner disusun
Dakon untuk operasi bilangan bulat dan albumnya berdasarkan karakteristik-karakteristik media
untuk siswa-siswa SD kelas IV dengan menggunakan pembelajaran berbasis Montessori seperti yang telah
prinsip-prinsip pengembangan media pembelajaran disebutkan pada bagian terdahulu yaitu menarik,
berbasis metode Montessori. Penelitian ini bergradasi, auto correction, auto education dan
mengelaborasi empat jenis penelitian yaitu: penelitian kontekstual. Penelitian sur vei tingkat kepuasan
pengembangan untuk mengembangkan produk, menambahkan indikator life atau durability dan
penelitian kuasi eksperimental untuk mengetahui workmanship atau kualitas pengerjaan sebagai
pengaruh penggunaan produk, penelitian kuantitatif karakteristik dari produk baru secara umum. Tes
survei untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa dan dilakukan dalam bentuk pretest dan posttest pada
guru, dan penelitian kualitatif untuk mengetahui kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk
persepsi siswa dan guru terhadap produk. mengetahui pengaruh alat peraga terhadap prestasi
Langkah pengembangan produk yang digunakan belajar siswa. Triangulasi memadukan teknik
dalam penelitian ini mengadaptasi langkah-langkah observasi saat alat peraga digunakan oleh para siswa

106
G. Ari Nugrahanta, C. Rismiati, A. Anugrahana, & I. Kurniastuti, Pengembangan Alat Peraga ....

di kelas; wawancara terhadap siswa, dan guru; dan tidak penting dan sangat tidak puas (C), atau sangat
dokumentasi dengan menganalisis dokumen dari tidak penting dan sangat puas (D). Hasil dari
proses pembelajaran. pemetaan matrik ini adalah rekomendasi atas produk
Teknik analisis data yang digunakan dalam media pembelajaran yang dievaluasi.
penelitian ini disesuaikan dengan setiap tahapan
penelitian dan jenis data yang ada.

a. Kualitas produk alat peraga Matematika


Data kualitatif berupa saran saran dan kritik
dari para validator dihimpun untuk menilai produk.
Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif
melalui pengumpulan data kasar, pemberian skor,
dan konversi skor. Acuan konversi nilai skala lima
untuk menilai kualitas produk diadaptasi dari
Sukardjo (2008: 101) seperti tertera pada Tabel 1.

b. Uji pengaruh terhadap prestasi belajar Gambar 1. Matriks Analisis Importance Performance
Teknik analisis data untuk mengetahui
pengaruh penggunaan alat peraga yang dihasilkan
dengan statistik inferensial.

Tabel 1: Konversi Nilai Skala Lima

Kategori Interval skor Keterangan

Sangat Baik = rerata ideal = ½ (skor maksimal

Baik + skor minimal ideal)

Cukup SBi = simpangan baku ideal = 1/6 (skor

Kurang Baik maksimal ideal % skor minimal ideal)

Sangat Kurang Baik

c. Tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap d. Persepsi siswa dan guru terhadap alat peraga
alat peraga Teknik analisis data dilakukan melalui tiga
Teknik analisis data yang akan digunakan tahap, yaitu tahap pengodean, tahap analisis tematik,
dalam penelitian ini menggunakan framework dan tahap interpretasi (Poerwandari, 1998).
dari Douglas, Douglas dan Barnes (2006) yang
menggunakan Impor tance Per formance Analysis
(IPA) atau “quadrant analysis”. Analisis kuadran 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan teknik grafis yang digunakan untuk
menganalis hasil evaluasi tingkat kepentingan dan 4.1 Hasil Penelitian untuk Rumusan
tingkat kepuasan. Gambar 1 menunjukkan gambaran Masalah I
matrik dari kepuasan siswa atas karakteristik media Rumusan masalah I penelitian ini adalah
pembelajaran yang dievaluasi. Respon pengguna “Bagaimana prosedur pengembangan alat peraga
(siswa dan guru) bisa berada pada salah satu dari Matematika berbasis metode Montessori untuk
empat area, sangat penting dan sangat puas (B), siswa Sekolah Dasar?” Prosedur pengembangan
sangat penting dan sangat tidak puas (A), sangat yang digunakan dalam penelitian ini bisa dibagi

107
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

dalam 3 tahap, yaitu tahap awal, tahap implementasi, mencari solusi terhadap permasalahan pendidikan
dan tahap akhir. Tahap awal dimulai dengan identifikasi di Indonesia. Untuk membantu mencari solusi
permasalahan dan tujuan, identifikasi ruang lingkup terhadap problem pembelajaran di kelas, perlu
penelitian, dan merancang desain penelitian secara diketahui kekhasan usia anak SD. Jean Piaget
keselur uhan. Tahap implementasi terdiri dari (Hergenhahn, 2009) menyatakan bahwa anak usia
implementasi tahap I dan II. 7-12 tahun ada dalam tahap perkembangan operasional
Sebagaimana sudah disampaikan pada bagian konkret. Pada tahap ini anak mengembangkan
terdahulu, masalah yang teridentifikasi dalam kemampuan untuk mengonservasi, mengelompokkan,
pembelajaran matematika secara umum adalah mengur utkan, dan memproses konsep angka
rendahnya prestasi belajar siswa Indonesia terutama melalui kejadian konkret. Anak dapat
dibandingkan dengan negara-nagara lain. Terobosan memecahkan masalah yang agak kompleks asalkan
inovatif pembelajaran sangat diperlukan untuk masalah tersebut masih konkret bisa dioperasikan

Gambar 2. Tahapan Pengembangan Alat Peraga Papan Dakon Operasi Bilangan Bulat

108
G. Ari Nugrahanta, C. Rismiati, A. Anugrahana, & I. Kurniastuti, Pengembangan Alat Peraga ....

secara riil. Dari sini sangatlah penting menggunakan Tahap akhir merupakan analisis terhadap
aktivitas konkret dalam pembelajaran dan alat peraga setiap hasil penelitian bagian. Hasil analisis digunakan
memainkan peran sentral. Pemahaman ini menjadi untuk melakukan revisi terhadap produk yang
titik pijak bagi penelitian dengan tujuan untuk dihasilkan. Revisi produk dilakukan terhadap alat
mengembangkan alat peraga melalui serangkaian peraga, kartu-kartu latihan, dan album pembelajaran
langkah penelitian yang terarah dan terukur. untuk menghasilkan produk final yang sudah melalui
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan, serangkaian uji coba.
ruang lingkup penelitian diidentifikasikan pada
pengembangan alat peraga matematika berbasis 4.2 Hasil Penelitian untuk Rumusan
metode Montessori Papan Dakon untuk operasi Masalah II
bilangan bulat bagi siswa kelas IV SD. Bidang Rumusan masalah II penelitian ini adalah
matematika dipilih karena bidang ini yang biasanya “Bagaimana efektivitas produk alat peraga
cukup menjadi momok bukan hanya bagi siswa, Matematika berbasis metode Montessori untuk
tetapi juga guru dan orang tua. Sesudah menentukan siswa Sekolah Dasar?” Spesifikasi produk dari alat
ruang lingkup, peneliti merancang desain penelitian peraga dakon untuk operasi bilangan bulat ini
secara keseluruhan. Penelitian dilakukan oleh empat dikembangkan dari alat peraga Montessori “snake
dosen PGSD dengan melibatkan empat mahasiswa game” (Ratri, 2014).
penulis skripsi. Penelitian R&D untuk mengembangkan
produk alat peraga, penelitian kuasi-eksperimental
untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat peraga
terhadap prestasi belajar siswa, penelitian survei untuk
mengetahui kepuasan pengguna dan penelitian
kualitatif untuk mengungkap persepsi siswa dan guru.
Tahap kedua adalah tahap implementasi. Pada
implementasi tahap I digunakan metode penelitian
R&D untuk mengembangkan alat peraga matematika
berbasis metode Montessori. Langkah-langkah yang
digunakan mengadaptasi langkah-langkah dalam
penelitian pengembangan dari Borg dan Gall
Gambar 3. Alat Peraga Asli Montessori (Snake Game)
sebagaimana sudah dikemukakan dalam bab III.
Langkah-langkah tersebut dimodifikasi menjadi lima Permainan snake game digunakan untuk
langkah, yaitu 1) kajian standar kompetensi dan memahami operasi pengurangan dan penjumlahan
kompetensi dasar, 2) analisis kebutuhan, 3) produksi bilangan positif dan negatif. Dengan prinsip yang
alat peraga, 4) pembuatan instrumen penelitian, dan sama dengan permainan tersebut, dikembangkan
5) validasi alat peraga. Implementasi tahap I ini alat peraga dengan menggunakan alat dakon
menghasilkan prototype alat peraga. Gambar 2 sebagaimana sudah dikenal luas untuk permainan
menunjukkan alur penelitian. anak. Papan dakon terdiri dari 20 lubang yang terdiri
Implementasi tahap II dilakukan untuk dari 10 lubang bagian atas dan 10 lubang bagian
melakukan uji coba eksperimental dari prototype bawah. Masing-masing lubang berdiameter 5 cm.
yang dihasilkan dan untuk mengetahui kepuasan Seluruh papan terbuat dari kayu mindi dengan
siswa dan guru serta persepsi siswa dan guru atas panjang 60 cm, lebar 15 cm, dan tinggi 4 cm.
alat peraga yang dihasilkan. Alat peraga direplikasi Lubang-lubang dakon pada baris atas
agar bisa digunakan para siswa dalam satu kelas secara digunakan untuk menempatkan biji bilangan bulat
memadai. Hanya satu guru yang melaksanakan positif, sedangkan pada baris bawah untuk bilangan
pembelajaran baik di kelompok eksperimen dan bulat negatif. Papan ini dilengkapi dengan 100 biji
kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen bilangan bulat positif dengan warna merah dan 100
pembelajaran dilangsungkan dengan menggunakan biji bilangan bulat negatif dengan warna biru. Biji
alat peraga yang diteliti, sedangkan pada kelompok berbentuk setengah tabung berdiameter 1,5 cm
kontrol pembelajaran dilangsungkan dengan metode dengan tinggi 1 cm. Dalam operasi bilangan, jika
klasikal biasa. bagian atas dan bagian bawah terisi dengan biji,

109
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

keduanya akan diambil sebagai nilai nol (bulat). Hasil penelitian tentang tingkat kepuasan
Dengan demikian sisa biji bisa dihitung apakah siswa maupun gur u, masing-masing ada pada
positif atau negatif. Alat peraga papan bilangan bulat kategori cukup puas. Aspek alat peraga yang perlu
dilengkapi dengan album pembelajaran yang berisi dipertahankan prestasinya (Kuadran II) menurut
materi, manual penggunaan alat peraga, dan 46 kartu siswa adalah mudah digunakan, memudahkan
soal beser ta jawabannya berdasarkan indikator mengerjakan soal, bisa digunakan siswa kelas 1
pembelajaran. Alat peraga yang dikembangkan bisa sampai kelas 6, membantu memperbaiki kesalahan,
dilihat pada Gambar 4 berikut. menemukan kesalahan yang dibuat siswa, terbuat
Hasil dari penelitian kuasi-eksperimental pada dari bahan yang kuat, dapat dipakai berkali-kali, tetap
kelas IV di SD Ke menunjukkan bahwa penggunaan kuat walau jarang digunakan, dan dicat rapi. Hal

Gambar 4. Alat Peraga Papan Dakon yang Dikembangkan

papan dakon operasi bilangan bulat berpengaruh yang perlu diperbaiki (Kuadran I) adalah familiaritas
secara signifikan terhadap prestasi belajar matematika (pernah dilihat). Tabel 2 menunjukkan persebaran
siswa. Rata-rata skor post-test kelompok kontrol lebih pernyataan pada kuesioner siswa. Pernyataan yang
rendah (M = 30, SE = 0,45) dibandingkan dengan tidak konsisten adalah pernyataan yang berada di
skor post-test kelompok eksperimen (M = 31,5, SE = kuadran berbeda antara diagram kar tesius
0,45). Perbedaan ini signifikan t (34) = -2,218, p < per indikator dengan diagram kar tesius secara
0,05 dan memiliki effect size sedang yaitu r = 0,35 keseluruhan. Pernyataan yang tidak konsisten
(Ardeta, 2014). memiliki indikasi bahwa pernyataan tersebut perlu

Tabel 2: Persebaran Pernyataan Pada Kuesioner Siswa

Kuadran Konsistensi Tidak


Indikator Kata Kunci
I II III IV Konsisten
(I & N/A)
1. Membantu mengerjakan soal (II & I)
2. Digunakan tanpa bantuan
3. Mudah digunakan
4. Mudah mengerjakan soal

110
G. Ari Nugrahanta, C. Rismiati, A. Anugrahana, & I. Kurniastuti, Pengembangan Alat Peraga ....

Kuadran Konsistensi Tidak


Indikator Kata Kunci
I II III IV Konsisten
5. Mengerjakan soal tanpa bantuan
Menarik 6. Bentuk menarik (II & IV)
7. Warna menarik
8. Menarik daripada alat peraga lain (II & IV)
Bergradasi 9. Bisa digunakan siswa kelas 1 sampai kelas 6
10. Bermacam warna (IV & N/A)
11. Ukuran kecil kebesar
12. Permukaan halus ke kasar
13. Ukuran panjang ke pendek
Auto-correction 14. Menunjukkan kesalahan (III & II)
15. Memperbaiki kesalahan
16. Menemukan jawaban benar (III & II)
17. Menemukan kesalahan yang dibuat
Kontekstual 18. Terbuat dari bahan yang diketahui siswa
19. Terbuat dari bahan di lingkungan sekitar (IV & II)
20. Terbuat dari bahan yang sering dilihat (III & IV)
21. Pernah dilihat
22. Sesuai materi pelajaran
Life 23. Bahan yang kuat
24. Mudah dibawa
25. Dipakai berkali-kali
26. Kuat walau jarang digunakan
27. Tidak mudah rusak (III & N/A)
28. Mudah dibersihkan (I & II)
Workmanship 29. Mudah diperbaiki
30. Permukaan halus (II & III)
31. Dilem kuat
32. Dipaku kuat
33. Tidak melukai (II & IV)
34. Dicat rapi
Total 1 10 11 0 13

diperbaiki dan membutuhkan responden lebih kelas 1 - 6, memperbaiki kesalahan, bahan kuat,
banyak (Hastuti, 2014). pernah dilihat, tidak mudah rusak, dan mudah
Aspek yang perlu dipertahankan menurut diperbaiki. Hal yang perlu diperbaiki (Kuadran I)
guru ialah membantu siswa mengerjakan soal tanpa adalah ukuran proporsional dan permukaan halus
bantuan orang lain, memahami konsep matematika (Hastuti, 2014).

Tabel 3: Persebaran Pernyataan pada Kuesioner Guru

Indikator Kata Kunci Kuadran Konsisten Tidak


I II III IV Konsisten
Auto Education 1. Mudah mengerti matematika IV-N/A
2. Membantu mengerjakan soal IV-N/A
3. Digunakan tanpa bantuan III-N/A
4. Mudah digunakan I – II
5. Mudah mengerjakan soal IV – N/A

111
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

Indikator Kata Kunci Kuadran Konsisten Tidak


I II III IV Konsisten
6. Mengerjakan soal tanpa bantuan
Menarik 7. Bentuk menarik IV – N/A
8. Warna menarik IV – N/A
9. Ukuran proporsional
10. Menarik daripada alat peraga lain III – N/A
Bergradasi 11. Memahami konsep matematika kelas 1- 6
12. Bermacam warna II – N/A
13. Ukuran kecil ke besar
14. Permukaan halus ke kasar
15. Ukuran panjang ke pendek
AutoCorrection 16. Menunjukkan kesalahan II – N/A
17. Memperbaiki kesalaham
18. Menemukan jawaban benar I – N/A
19. Menemukan kesalahan yang dibuat
20. Kunci jawaban III – IV
Kontekstual 21. Terbuat dari bahan yang diketahui III – N/A
22. Terbuat dari bahan di lingkungan sekitar III – N/A
23. Bahan yang sering dilihat III – N/A
24. Pernah dilihat
25. Sesuai materi pelajaran IV – N/A
Life 26. Bahan yang kuat
27. Mudah dibawa III – N/A
28. Digunakan berulang kali IV – N/A
29. Kuat walau jarang digunakan III – N/A
30. Tidak mudah rusak
31. Mudah dibersihkan
Workman ship 32. Mudah diperbaiki
33. Permukaan halus
34. Dilem kuat
35. Dipaku kuat III – N/A
36. Tidak melukai IV – N/A
37. Dicat rapi IV – N/A
Total 2 7 4 2

Hasil penelitian tentang persepsi guru dan Dalam pemikiran mereka, alat peraga dibuat dengan
siswa dari Sari (2014) yaitu berkitan dengan (1) menggunakan bahan seadanya yang dapat dan mudah
Pandangan subjek mengenai penggunaan alat peraga ditemukan tanpa perlu pertimbangan. (2) Pengalaman
dalam pembelajaran. Subjek, baik guru maupun subjek setelah menggunakan alat peraga Montessori.
siswa tidak terlalu familiar dengan penggunaan alat Baik siswa maupun guru mengungkapkan bahwa
peraga, mereka jarang menggunakan alat peraga. mereka senang menggunakan alat peraga berbasis
Selama ini pembuatan alat peraga masih jarang metode Montessori dan ingin mengulangi
dilakukan, jika dilakukan pun sebatas menggunakan menggunakan alat peraga tersebut di kemudian hari.
alat-alat atau bahan yang tersedia di lingkungan Pertama kali melihat alatnya, siswa langsung tertarik
sekolah. Selain itu, para guru tidak menerapkan dan ingin menggunakan alat tersebut. Siswa merasa
prinsip tertentu dalam mengembangkan alat peraga. tertarik karena menganggap bahwa alat peraga

112
G. Ari Nugrahanta, C. Rismiati, A. Anugrahana, & I. Kurniastuti, Pengembangan Alat Peraga ....

semacam dakon tersebut juga dapat digunakan untuk penghitungan operasi bilangan bulat. Menurut
untuk alat mainan. Dalam prosesnya, siswa tidak guru, alat peraga yang dimodifikasi dari alat permainan
merasa sedang mengerjakan soal matematika akan dakon ini memberi pengaruh kepada para siswa
tetapi sedang bermain. Proses yang menarik terjadi untuk menggunakan alat tersebut sebagai mainan
selama proses siswa menggunakan alat peraga ini. sehingga siswa kurang serius. Namun demikian, sisi
Masing-masing siswa antusias untuk mengerjakan baiknya adalah siswa dapat menggunakan alat
soal dengan alat peraga, mereka ingin mencoba tersebut tanpa merasa sedang belajar suatu konsep
mengerjakan soal dengan alat tersebut dan kemudian matematika yang sulit, karena dilakukan dengan
mencocokkan sendiri jawabannya dari kartu jawaban. perasaan senang seperti ketika bermain. (4) Beberapa
Dalam proses ini nampak terjadi proses belajar masukan untuk pengembangan alat. Alat peraga
secara mandiri karena alat peraga sudah dilengkapi semestinya mudah untuk dipindahkan oleh anak-
dengan kartu soal dan kartu jawaban. Prinsip auto- anak ketika ingin menggunakan alat peraga tersebut.
education dan auto-correction muncul dalam Alat peraga dakon yang dikembangkan ini dirasakan
proses ini. Dengan konsep alat seperti ini, menurut terlalu berat untuk dipindahkan oleh kanak-anak.
pengakuan guru, alat ini dengan sendirinya dapat Oleh karena itu, saran bagi pengembangan
membantu dalam mengajarkan konsep matematika selanjutnya ialah menggunakan bahan yang relatif
pada siswa. Selanjutnya, guru mengapresiasi ide lebih ringan.
pembuatan alat peraga dakon ini karena alat peraga
ini dapat digunakan untuk mengajarkan beberapa 4.3 Spesifikasi produk final
kompetensi dasar dari kelas 1-4. Hal ini menunjukkan Untuk produk final, modifikasi alat peraga
satu ciri dari alat peraga Montessori yang dapat dilakukan relatif terbatas. Selur uh kayu
digunakan pada kelas multilevel. Pengalaman yang menggunakan bukan kayu mindi, tetapi kayu pinus
dialami oleh guru memberikan pemahaman yang dengan alasan sama seperti sebelumnya. Tinggi
lebih baik terhadap pandangannya mengenai papan dakon dibuat lebih rendah untuk mengurangi
pembuatan alat peraga. Dengan melihat dan berat papan. Biji setengah tabung dibuat dengan
merasakan keuntungan menggunakan alat peraga diameter lebih lebar dan dengan ketinggian 2 mm
Montessori dengan berbagai karakteristiknya, guru yang dibuat dengan bahan MDF.

Gambar 5. Spesifikasi Produk Final dan Album Alat Peraga Papan Dakon Operasi Bilangan Bulat

menjadi menger ti mengenai konsep-konsep 4.4 Pembahasan


yang perlu digunakan jika akan membuat alat Penelitian ini mer upakan penelitian
peraga. (3) Kendala yang dihadapi. Alat peraga yang pengembangan (research and development) yang
dikembangkan dalam penelitian ialah papan dakon diadaptasi dari model Borg dan Gall (1983). Jika

113
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

ditelusur satu per satu dari masing-masing langkah, alat yang dikembangkannya kemudian melakukan
langkah yang diambil dalam penelitian ini sudah obser vasi objektif pada situasi langsung dan
mengacu pada langkah ideal yang semestinya kemudian memperbaiki alat yang dikembangkan
dilakukan dalam suatu penelitian pengembangan sesuai dengan respons siswa (Montessori, 2002).
menurut Borg dan Gall (1983). Analisis kebutuhan Hasil observasi dan wawancara dalam uji coba alat
lengkap, ujicoba, analisis, dan revisi produk sudah peraga ini memberi masukan yang sangat berarti
dilakukan. Hanya saja sebagai keterbatasan dari dalam pengembangan alat peraga.
penelitian ini ialah persoalan subjek dan tempat Keefektifan alat peraga Matematika berbasis
ujicoba. Semestinya uji coba yang dilakukan dalam metode Montessori ini dapat ditunjukkan melalui
penelitian pengembangan ini dilakukan pada 10 penelitian survei kepuasaan dan penelitian kualitatif
hingga 30 sekolah akan tetapi dalam penelitian ini yang dilakukan. Para subjek yang menjadi partisipan
hanya dilakukan pada satu sekolah untuk masing- dalam penelitian ini sangat terbantu dengan karakteristik
masing alat peraga yang dihasilkan. Namun yang dimiliki oleh alat peraga montessori. Semua
demikian dari sisi subjek sudah mencukupi yaitu ciri khas alat Montessori yang menarik, bergradasi,
lebih dari 40 subjek sebagai jumlah minimal yang memiliki pengendali kesalahan, dan memungkinkan
disarankan. Sebagai penguatan dari subjek yang siswa belajar secara mandiri (Lillard, 1997) muncul
terbatas ini, evaluasi dilakukan dengan menggunakan dalam alat peraga yang dikembangkan. Pelajaran
obser vasi, wawancara, dan kuesioner laporan diri Matematika yang diajarkan menjadi terasa lebih
dari masing-masing subjek penelitian. Hasil dari mudah karena alat peraga ini membantu siswa
evaluasi sudah cukup memadai sebagai masukan memahami konsep melalui alat konkret yang
untuk melakukan revisi produk. Langkah selanjutnya mempunyai pengendali kesalahan. Siswa mendapatkan
yang semestinya perlu dilakukan ialah menguji kesempatan untuk bereksplorasi secara mandiri dan
kembali produk tersebut setelah direvisi jika ada menemukan ‘aha!’ atau ‘insight’ dengan cara
dana dan waktu yang memadai. Secara keseluruhan berekplorasi dengan alat peraga tersebut.
penelitian pengembangan ini sudah mengikuti asas- Secara teoretis temuan ini masih sejalan
asas penelitian yang semestinya. dengan pendapat Jean Piaget (Hergenhahn, 2009)
Keberadaan alat peraga yang digunakan yang menyebutkan bahwa anak usia 7-12 tahun ada
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam tahapan perkembangan operasional konkret.
khususnya dalam pelajaran Matematika. Hasil ini Dalam rentang usia ini anak akan mengalami
sesuai dengan apa yang diprediksikan sebelumnya kesulitan untuk mengembangkan kemampuan
jika mer ujuk pada berbagai review mengenai berpikir abstrak jika tanpa melakukan sesuatu yang
keefektifan dari alat peraga Montessori. Bahkan, konkret terlebih dahulu. Untuk memahami konsep-
dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lillard konsep terkait relasi angka-angka dalam matematika
dan Else-Quest (2006) menunjukkan keefektifan dibutuhkan kemampuan abstraksi yang tidak mudah.
penggunaan alat peraga Montessori yang ditunjukkan Pendekatan yang hanya sekedar dilakukan untuk
dengan penguasaan konsep Matematika yang lebih mentrasfer pengetahuan dari gur u ke murid
tinggi pada siswa di sekolah Montessori dibanding terutama dengan metode ceramah tentu sangat
dengan siswa negeri yang memiliki siswa cerdas dan berlawanan dengan proses perkembangan yang
berbakat dengan berbagai program unggulan. terjadi dalam rentang usia anak SD. Seluruh proses
Masukan kedua yang dapat digunakan untuk pembelajaran semestinya dilakukan dengan
pengembangan dari produk alat peraga ini ialah memberi kesempatan seluas-luasnya pada para siswa
masukan yang berkaitan dengan produk alat peraga. untuk melakukan aktivitas konkret, lalu pelan-pelan
Dalam penelitian survei kepuasaan, nampak satu per menuju ke yang abstrak.
satu bagian karakteristik dari alat peraga yang Secara lebih umum temuan-temuan dalam
diterima baik dan masih perlu perbaikan. Dalam penelitian ini menegaskan perlunya media pembelajaran
penelitian kualitatif pun muncul banyak sekali yang dapat melibatkan siswa dalam aktivitas konkret.
masukan. Maria Montessori sendiri sebagai founder Sejalan dengan Dewey yang mengatakan bahwa
dari pendekatan Montessori ini melakukan hal yang sekolah semestinya dilengkapi dengan berbagai
mirip yang dilakukan peneliti. Montessori mencobakan kemungkinan yang bisa melibatkan siswa dalam

114
G. Ari Nugrahanta, C. Rismiati, A. Anugrahana, & I. Kurniastuti, Pengembangan Alat Peraga ....

aktivitas-aktivitas konkret (Dewey, 1944). Sekolah berlapis-lapis. Prosedur pengembangan dibagi dalam
perlu dilengkapi dengan areal kebun agar para tahap awal, tahap implementasi I, tahap implementasi
siswa bisa melakukan berbagai aktivitas pertanian II, dan tahap akhir. Produk alat peraga Matematika
atau perkebunan. Tujuan utamanya bukan untuk berbasis metode Montessori efektif digunakan dalam
mempersiapkan para siswa agar menjadi petani atau pembelajaran pada siswa-siswa Sekolah Dasar yang
pekerja kebun. Semua aktivitas tersebut menjadi dibuktikan dengan adanya perbedaan prestasi belajar
wahana untuk mengembangkan berbagai kemampuan siswa atas pengguanaan alat peraga Papan Dakon,
berpikir abstrak. Dalam temuannya Chang (2014) tingkat kepuasan sisa dan guru yang berada pada
mengungkapkan bahwa upaya yang dilakukan oleh level cukup puas dan persepsi guru dan siswa yang
pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitas menunjukkan tendensi favorable atas alat peraga
pendidikan dengan beaya yang sangat besar dengan yang ada.
berbagai kebijakan yang menyangkut sertifikasi Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal
gur u ternyata belum menunjukkan hasil yang jumlah replikasi alat, waktu transisi antara selesainya
menggembirakan. Temuan dalam penelitian ini yang alat peraga yang dihasilkan dalam penelitian R&D
menggarisbawahi pentingnya aktivitas pembelajaran awal dengan implementasi eksperimentalnya yang
yang konkret dengan menggunakan alat peraga atau begitu pendek, terbatasnya lembaga mitra yang
media pembelajaran secara lebih umum kiranya bisa dapat mereplikasi alat peraga dalam waktu singkat
semakin menegaskan arah yang perlu ditempuh dalam dan dalam jumlah yang banyak, terbatasnya sekolah
peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian ini tempat uji coba, terbatasnya responden guru dalam
hanyalah awal dari perjalanan yang masih panjang. penelitian sur vei. Rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya adalah perlunya kepastian jumlah siswa
dalam kelas-kelas yang akan digunakan untuk uji
5. PENUTUP eksperimental alat peraga yang digunakan, penjadwalan
yang sistematis dan terorganisisr, kapasitas produksi
Prosedur pengembangan alat peraga alat peraga, memperbanyak jumlah sekolah untuk uji
matematika berbasis metode Montessori untuk coba sehingga bisa memperbanyak subjek pemakai.
siswa Sekolah Dasar dilakukan dengan bertahap dan

DAFTAR PUSTAKA Hastuti, K. S. 2014. Tingkat Kepuasan Siswa dan


Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga
Ardeta, Y. T. E. 2014. Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Berbasis Metode Montessori
Siswa atas Penggunaan Alat Peraga (Untuk Penjumlahan dan Pengurangan
Matematika Berbasis Metode Montessori Pecahan pada Kelas IV SD Karitas) (Skripsi
(Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas t i d a k D i p u b l i k a s i k a n ) . Yo g y a k a r t a :
Sanata Dharma, Yogyakar ta. Universitas Sanata Dharma.
Borg, W. R. & Gall, M. D. 1983. Educational Hergenhahn, B. R. & Olson, M. H. 2009. Theories
Research, an Introduction, Four th Edition. of Learning (Edisi Ketujuh). Jakarta: Kencana.
New York: Longman. Holt, H. 2008. The Absorbent Mind, Pikiran yang
Chang, M. C. dkk. 2014. Teacher Reform in Indonesia: Mudah Menyerap. Yogyakar ta: Pustaka
The Role of Politics and Evidence in Policy Pelajar.
Making. Washington, D.C.: The World Bank. Lillard, P. P. 1997. Montessori in the classroom. New
Dewey, J. 1944. Democracy and Education: An York: Schocken Books.
Introduction to the Philosophy of Education. Lillard, P. P. 2005. Montessori: The Science Behind
New York: The Free Press. the Genius. Oxford: Oxford University Press.
Douglas, J. D., A & Barnes, B. 2006. Measuring Lillard, A. & Else-Quest, N. 2006. Evaluating
Student Satisfaction at a UK University. Montessori education. Science, AAAS
Quality Assurance in Education 14 (3): Journal. Education Forum, 313, 1893-1894.
251-267.

115
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

Diakses dari www.sciencemag.org/cgi/ untuk Operasi Bilangan Bulat di SDK Klepu


content/full/313/5795/1893/DC1. Yogyakarta (Skripsi tidak dipublikasikan).
Manner, J. C. 2007. Montessori vs. Traditional Yogyakar ta: Universitas Sanata Dharma.
Education in the Public Sector: Seeking Rowley, J. (2003). Designing Student Feedback
Appropriate Comparisons of Academic Questionnaires. Quality Assurance in
Achievement. Forum on Public Policy: A Education, 11(3): 142-149.
Journal of the Oxford Round Table. Gale Sari, P. R. 2014. Persepsi Guru dan Siswa terhadap
Education, Religion and Humanities Lite Alat Peraga Bilangan Bulat Berbasis
Package.Diakses dari http://go. galegroup. Metode Montessori (Skripsi tidak
com/ps/i.do?id=GALE%7CA191817971 Dipublikasikan). Yogyakar ta: Universitas
&v=2.1&u=k pt05011&it=r&p=GPS&sw=w Sanata Dharma.
Montessori, M. 2002. The Montessori method. New Suhar nan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya:
York: Dover Publications. Srikandi.
OECD 2010, PISA 2009 Results: Executive Sukar djo. 2008. Kumpulan Materi Evaluasi
Summar y. Pembelajaran. Prodi Teknologi Pembelajaran,
OECD 2013, PISA 2012 Results: What Students Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Know and Can Do – Student Per formance Thoha, M. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep dasar
in Mathematics, Reading and Science dan aplikasinya. Jakar ta: Raja Grafindo
(Volume I), PISA, OECD Publishing. Persada.
http://dx.doi.org/10.1787/9789264201118-en Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia
Poer wandari, K. 1998. Pendekatan Kualitatif untuk (KBBI). Jakarta: Pusat Bahasa– Departemen
Penelitian Perilaku Manusia. Jakar ta: Pendidikan Nasional.
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Tjiptono, A., & Diana, A. 2003. Total quality
dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). manajemen. Edisi revisi. Yogyakarta: Andy.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Toth, Z. E., Jonas, T., Berces, R., & Bedzsula, B.
Programme for International Student Assessment. 2010. Course Evaluation by Impor tance-
What students know and can do: Student Per for mance Analysis and Improving
Performance in Reading, Mathematics and Actions at the Budapest University of
Science (2009). Diakses dari h t t p : / / Te c h n o l o g y a n d E c o n o m i c s . P a p e r
www.oecd.org/pisa/46643496.pdf presented developed in the framework of
Rakhmat, J, 2003. Psikologi komunikasi. Bandung: the project “Talent care and cultivation in
RemajaRosdakar ya. the scientific workshops of BME” project.
Rathunde, K. 2003. A comparison of Montessori This project is suppor ted by the grant
and T raditional Middle Schools: TÁMOP - 4.2.2.B-10/1—2010-0009
Motivation, Quality of Experience, and Ültanir, E. 2012. An epistemological glance at the
Social Context. T h e N A M T A J o u r n a l constr uctivist approach: Constr uctivist
28.3:15-20. Diakses dari http://www. learning in Dewey, Piaget, and Montessori.
montessori-namta.org/PDF/ International Journal of Instruction, 5 (2),
rathundecompar.pdf 195-212.
Ratri, A. R. 2014. Pengembangan Alat Peraga Umar, H. 1997. Study kelayakan bisnis. Edisi ketiga.
Matematika Berbasis Metode Montessori Jakar ta: Gramedia Pustaka Utama.

116
ANALISIS BUKU:
RAGAM KEGIATAN MENANYA DI BUKU SISWA
KELAS 1,2,4, DAN 5 KURIKULUM 2013
Kintan Limiansih
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022
Email: kintan@usd.ac.id

ABSTRACT

This research aimed to understand the variety of questioning activity in student books. This research
was descriptive. The objects analyzed were the elementary students’ books grade 1, 2, 4, and 5. The
analysis was done by matching the questioning activity in student books with the indicator of
questioning activity. From the analysis, it was found in the student books that there have been any
instruction or task for the students to make a question. The dominant instruction found in the book
was to make a question based on the pictures and texts provided, while the task questioning based
on the observed real object/phenomenon was only in 5th grade book. In the student book, there was
no task/command/instruction that leads the students to make a scientific question, to ask about the
possibility that make happen if an object was given particular treatment, or to discuss and think
about how to answer the question they asked. Therefore, additional steps were needed by teacher
when they using the 2013 curriculum student book.
Keywords : questioning, student book, science.

1. PENDAHULUAN yang telah dimiliki adalah dengan mengajukan


pertanyaan (Harlen dan Qualter, 2004).
Kurikulum 2013 yang sedang dikembangkan Pertanyaan merupakan suatu bekal utama
di Indonesia saat ini menekankan pada dimensi untuk kegiatan penyelidikan (Harlen dan Qualter,
pedagogik moderen dalam pembelajaran, yaitu 2004).Pertanyaan menjadi dasar dan arahan kegiatan
menggunakan pendekatan saintifik (Kemendikbud, penyelidikan selanjutnya, yaitu pengumpulan
2013, Abidin, 2014; Hosnan, 2014; Mulyasa, 2013). informasi, asosiasi, hingga mengomunikasikan.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik di Kurikulum Proses pengumpulan informasi bertujuan untuk
2013 memiliki komponen utama yaitu mengamati, menjawab pertanyaan. Kegiatan mengomunikasikan
menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, pun juga dalam rangka menyampaikan hasil jawaban
menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. atas pertanyaan. Maka dari itu kegiatan menanya
Kegiatan menanya merupakan lanjutan dari merupakan kegiatan mendasar dan sebagai bekal
kegiatan mengamati yang telah dilakukan pada awal proses saintifik.
pembelajaran dengan pendekatan saintifik.Kegiatan Pembelajaran IPA yang produktif merupakan
mengamati yang telah dilakukan bertujuan untuk pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu yang diwujudkan membuat pertanyaan dan menjawabnya. Pertanyaan
dengan membuat per tanyaan.Melalui kegiatan ini akan menghubungkan siswa dengan lingkungan
mengamati, seseorang memperoleh informasi- serta antara pertanyaan dan jawaban (Harlen dan
informasi tentang suatu hal. Ketika menemukan Qualter, 2004). Sehingga yang dimaksud kegiatan
kesenjanganantara informasi atau fenomena yang menanya adalah siswa aktif bertanya, bukan guru atau
diamati dengan apa yang telah diketahui, maka hal pihal lain yang memberikan pertanyaan pada siswa.
ini akan mengganggu pikiran orang tersebut. Salah Pembelajaran IPA yang produktif sejalan
satu wujud respon atas kesenjangan antara fakta dengan hakekat sains sebagai proses, yaitu
(yang diperoleh selama pengamatan) dan pengetahuan penemuan kebenaran dengan metode ilmiah (Kruse,

117
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 117-122

2008). Para ilmuan menggunakan metode ilmiah dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran
dalam proses menemukan dan mengembangkan yang berbasis pada proses ilmiah yang dalam
ilmu. Pembelajaran IPA diarahkan untuk inquiry dan pelaksanaannya siswa melaksanakan serangkaian
berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk kegiatan-kegiatan ilmiah untuk menemukan kebenaran
memperoleh pengalaman dan pemahaman yang atau pengatahuan baru. Karakteristik pembelajaran
lebih mendalam tentang alam sekitar.Dengan adanya dengan pendekatan saintifik adalah sistematis
pendekatan saintifik di Kurikulum 2013 yang sedang artinya, pembelajaran dilakukan atas tahapan belajar
berkembang di Indonesia saat ini maka pembelajaran yang runtut dan tahapan belajar ini berfungsi sebagai
yang ada mendukung pelaksanaan pembelajaran IPA panduan pelaksanaan pembelajaran (Abidin, 2014).
yang berkualitas. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik di
Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Kurikulum 2013 memiliki komponen utama kegiatan
saintifik, pemerintah menyediakan buku guru dan yang sama dengan komponen kegiatan pembelajaran
buku siswa sebagai panduan pembelajaran.Buku berbasis penelitian ilmiah menurut Harlen dan
siswa dijadikan sebagai acuan utama pembelajaran Qualter (2004). Dalam Permendikbud No. 103 tahun
dengan pendekatan saintifik, termasuk pelaksanaan 2014 dijelaskan bahwa pendekatan saintifik terdiri
kegiatan menanya (Limiansih, 2015). Karena sebagai atas lima pengalaman belajar yaitu mengamati,
pedoman pembelajaran, harapannya, buku siswa menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
mampu memfasilitasi tahapan proses saintifik menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
termasuk pada kegiatan menanya. Penelitian Langkah kedua dalam pembelajaran saintifik
terdahulu tentang analisis kegiatan saintifik di buku adalah menanya (Nasution, 2013). Kegiatan observasi
khususnya keberadaan kegiatan menanya, diperoleh yang dilakukan siswa di awal diharapkan dapat
informasi bahwa pada buku siswa kelas IV telah mengarahkan siswa untuk menanya.Observation
terdapat kegiatan menanya serta langkah-langkah leads to a question that needs to be answered to satisfy
pembelajaran dengan pendekatan saintifik lainnya human curiosity about the observation, such as why
meliputi mengamati, mencoba, mengasosiasi, hingga or how this event happened or what it is like
mengomunikasikan (Limiansih, 2016).Data-data (McLelland, 2006). Salah satu wujud respon atas
yang ada terbatas pada kuantitas tahapan pendekatan kesenjangan antara fakta (yang diperoleh selama
saintifik sehingga diperlukan tinjauan secara lebih pengamatan) dan pengetahuan yang telah dimiliki
mendalam tentang kualitas pengembangan ketrampilan adalah dengan mengajukan pertanyaan (Harlen dan
menanya yang ada di buku siswa. Qualter, 2004).
Berdasarkan pentingnya ketrampilan menanya, Pembelajaran yang produktif adalah
besarnya peran buku sebagai panduan pembelajaran, pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk
ser ta keterbatasan penelitian tentang kualitas membuat pertanyaan dan menjawabnya. Pertanyaan
pengembangan ketrampilan menanya di buku, maka ini akan menghubungkan siswa dengan lingkungan
dilakukan analisis buku kelas 1, 2, 4, dan 5 untuk serta antara pertanyaan dan jawaban (Harlen dan
meninjau kualitas kegiatan menanya di buku siswa Qualter, 2004). Untuk mengembangkan pertanyaan,
khusus untuk bidang IPA. Melalui kegiatan analisis obser vasi yang dilakukan perlu melibatkan
yang ada diharapkan dapat diketahui kualitas pengukuran secara kuantitatif sehingga siswa dapat
kegiatan menanya di buku siswa sehingga dapat mendeskripsikan fenomena atau peristiwa dengan
dilakukan perbaikan-perbaikan agar terwujud proses baik (McLelland, 2006).McLelland juga menjelaskan
pembelajaran yang optimal. bahwa pertanyaan yang dibuat oleh siswa diarahkan
pada pertanyaan yang memerlukan jawaban dan
dapat dibuat hipotesis sebagai jawaban sementara
2. LANDASAN TEORI atas pertanyaan itu.
Pertanyaan yang diajukan siswa bertujuan
Pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk memenuhi rasa ingin tahu dan memperjelas
dalam Kurikulum 2013 yaitu pendekatan ilmiah/ hal-hal yang kurang dipahami serta mencari informasi
saintifik atau scientific approach. Pembelajaran baru yang terkait dengan struktur pengetahuannya.

118
Kintan Limiansih, Analisis Buku: Ragam Kegiatan Menanya di Buku Siswa ....

Bahkan menurut Widodo (2006), salah satu tujuan kelas 3 dan 6 tahun 2014 belum diterbitkan. Analisis
siswa mengajukan pertanyaan yaitu untuk sekedar dilakukan pada seluruh tema, khusus pada kegiatan
mendapatkan perhatian.Mengajukan per tanyaan di bidang IPA.
dalam suatu domain pengetahuan atau dalam Instrumen dalam penelitian ini adalah rubrik
kaitanya dengan topik tertentu merupakan strategi analisis buku siswa yang mengacu pada indikator
kognitif yang berguna memfasilitasi pembelajaran. keterampilan menanya, dalam bidang sains yang
Pertanyaan memberikan pandangan tentang diadaptasi dari indikator ketrampilan ber tanya
bagaimana siswa secara selektif dapat mengetahui menurut Harlen dan Qualter (2004). Buku teks yang
kebutuhan belajarnya dengan cara mengidentifikasi dipergunakan dalam Kurikulum 2013 bersifat
informasi yang relevan dan tidak relevan dan tematik terpadu, sehingga mata pelajaran tidak
memantau pemahamannya sendiri. Mengacu pada tergambarkan secara terpisah. Penentuan halaman
pemahaman tersebut, pertanyaan berperan untuk yang memuat materi bidang IPA dilakukan dengan
meningkatkan proses metakognitif siswa. meninjau halaman-halaman di buku yang memuat
Harlen dan Qualter (2004) menyatakan materi sesuai Kompetensi Dasar IPA kelas 4 dan 5
beberapa indikator pengembangan ketrampilan serta Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia untuk
menanya siswa SD antara lain: buku kelas 1 dan 2. Halaman-halaman buku yang
1) Siswa mengajukan berbagai pertanyaan berisi muatan IPA dikumpulkan untuk kemudian
2) Siswa berpartisipasi aktif dalam mendiskusikan dilakukan tindakan selanjutnya. Peneliti membaca
cara memperoleh jawaban pertanyaan setiap halaman yang berkaitan dengan IPA dan
Ada berbagai jenis pertanyaan yang mungkin mencocokannya dengan indikator ketrampilan
dibuat oleh seseorang. Harlen dan Qualter (2004) menanya. Selanjutnya, peneliti membuat deskripsi
menggolongkan pertanyaan yang mungkin muncul singkat tugas/perintah/petunjuk/pertanyaan yang ada
dari siswa SD dalam 5 jenis per tanyaan, yaitu di buku. Kemudian data berupa deskripsi dijumlahkan
pertanyaan komentar, faktual, kompleks, dan investigatif. secara kuantitatif dan dijabarkan secara kualitatif.
Per tanyaan investigatif ditindaklanjuti dengan
mendiskusikan cara untuk menemukan jawabannya.
Dalam proses menanya, gur u berperan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
membantu siswa untuk memikirkan pertanyaan
eksplorasi dan investigatif yang mudah (Harlen dan Berdasarkan hasil analisis buku siswa kelas
Qualter, 2004). Hal penting yang perlu diperhatikan 1, 2, 4 dan 5, telah diperoleh informasi tentang
guru adalah ketahannya mengendalikan diri untuk kemunculan indikator menanya di buku siswa.
menjawab per tanyaan siswa karena meskipun Indikator-indikator menanya yang muncul di buku
pertanyaan tersebut mudah bagi guru, tapi belum secara keseluruhan (seluruh kelas), jika dinyatakan
tentu pertanyaan itu mudah bagi siswa. Jadi penting dalam grafik adalah seperti grafik di Gambar 1 di
bagi siswa untuk mendapatkan jawaban atas bawah ini.
pertanyaannya dengan usaha mereka.

3. METODOLOGI

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.


Buku yang dianalisis adalah buku siswa Kurikulum
2013 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia. Buku siswa
Kurikulum 2013 tahun terbit 2014, untuk kelas 1 dan
4 adalah buku edisi revisi 2014, sedangkan untuk
kelas 2 dan 5 belum edisi direvisi. Analisis dilakukan Gambar 1. Jumlah Kemunculan Indikator-indikator
pada buku kelas 1, 2, 4, dan 5 karena buku untuk Menanya yang Muncul di Seluruh Buku Siswa

119
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 117-122

Keterangan: tidak dapat menggunakan indera secara maksimal


KODE Indikator kegiatan menanya (diadaptasi dari dalam proses pengamatan ini.Akibatnya persepsi
indikator ketrampilan menanya menurut Harlen pengamat terhadap objek/fenomena menjadi
dan Qualter, 2004) terbatas dan berpotensi tidak akurat.Maka kegiatan
membuat pertanyaan berdasarkan gambar beresiko
A Terdapat petunjuk yang memberikan kesempatan
memunculkan pertanyaan yang sempit, terbatas
bagi siswa untuk membuat pertanyaan dengan
pada kualitas gambar, bukan pada kualitas
berbagai kata tanya (apa, mengapa, bagaimana,
pengamatan siswa terhadap objek/fenomena.
kapan, di mana) secara tertulis ataupun lisan
Begitu pula dengan pertanyaan yang dibuat
berdasarkan objek/fenomena yang diamati
berdasarkan bacaan. Membaca bacaan bukanlah
B Terdapat instruksi bagi siswa untuk mengajukan
suatu proses mengamati. Melalui kegiatan membaca,
pertanyaan yang dapat dijawab dengan suatu
siswa tidak mengakses objek/fenomen secara bebas
penelitian yang dapat siswa lakukan
dengan inderanya.Sehingga persepsi siswa tentang
C Terdapat instruksi bagi siswa untuk mengajukan
objek/bacaan adalah berdasarkan olah pikiran
pertanyaan tentang kemungkinan yang terjadi
mereka, bukan hasil berdasarkan penginderaan.
pada suatu objek jika diberi perlakuan tertentu
Kegiatan membuat per tanyaan yang dibuat
D Terdapat instruksi bagi siswa untuk mendiskusikan
berdasarkan bacaan ini beresiko pada sempitnya
dan memikirkan cara menjawab pertanyaan yang
lingkup pertanyaan siswa.Bacaan ditulis oleh seorang
mereka ajukan
penulis yang memiliki sudut pandang tertentu.Sudut
pandang penulis ini dapat mempengaruhi sudut
Dari grafik di gambar 1, tampak bahwa secara pandang pertanyaan siswa.Hal ini tidak memfasilitasi
keseluruhan indikator yang muncul di buku siswa siswa untuk bebas menanyakan segala hal yang ingin
SD adalah indikator dengan kode A. Artinya, di buku mereka ketahui (Harlen dan Qualter, 2004).
siswa SD secara keseluruhan, terdapat petunjuk Selain itu, pertanyaan yang dibuat berdasarkan
yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk pengamatan gambar atau bacaan akan membatasi
membuat pertanyaan dengan berbagai kata tanya interaksi siswa dengan lingkungan. Pertanyaan menjadi
(apa, mengapa, bagaimana, kapan, di mana) secara tidak berfungsi untuk menghubungkan anak/siswa
tertulis ataupun lisan berdasarkan objek/fenomena dengan lingkungan, seperti yang dinyatakan Harlen
yang diamati. dan Qualter (2004) bahwa per tanyaan dapat
Jika ditinjau secara kuantitatif, indikator hanya menghubungkan anak dengan alam.
muncul 2 kali di buku siswa. Dengan kata lain maka Indikator dengan kode B, C, D tidak muncul
di buku siswa SD hanya terdapat 2 perintah/tugas di buku siswa SD. Artinya, tidak ada tugas/perintah/
bagi siswa untuk membuat per tanyaan dengan petunjuk di buku siswa SD yang mengarahkan siswa
berbagai kata tanya (apa, mengapa, bagaimana, untuk mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab
kapan, di mana) secara ter tulis ataupun lisan dengan suatu penelitian yang dapat siswa lakukan,
berdasarkan objek/fenomena yang diamati. mengajukan pertanyaan tentang kemungkinan yang
Perintah/tugas tersebut terdapat di buku kelas 5. terjadi pada suatu objek jika diberi perlakuan
Di buku siswa kelas 1, 2, 4 tidak terdapat petunjuk tertentu, serta mendiskusikan dan memikirkan cara
bagi siswa untuk membuat per tanyaan dengan menjawab pertanyaan yang mereka ajukan.
berbagai kata tanya tentang objek/fenomena asli Di buku siswa baik kelas 1, 2, 4, maupun 5
yang diamati. Namun tugas/petunjuk/perintah yang tidak berisi tugas/petunjuk/perintah bagi siswa
ada didominasi pada perintah/tugas untuk siswa untuk membuat pertanyaan tentang kemungkinan
membuat pertanyaan gambar dan bacaan. yang terjadi pada suatu objek jika diberi perlakuan
Pengamatan terhadap gambar bukanlah tertentu. Harlen dan Qualter (2004) menyatakan
kegiatan pengamatan yang tepat. Gambar merupakan bahwa dalam kegiatan menanya, siswa SD perlu
sumber data pendukung yang dapat digunakan membuat pertanyaan prediktif atau per tanyaan
untuk menambah informasi.Kegiatan pengamatan tentang kemungkinan yang terjadi pada suatu objek
yang dilakukan pada gambar bersifat terbatas. Siswa j i k a diperlakukan ter tentu. McLelland (2006)

120
Kintan Limiansih, Analisis Buku: Ragam Kegiatan Menanya di Buku Siswa ....

menambahkan bahwa pertanyaan saintifik adalah yang har us dijawabnya adalah per tanyaan
pertanyaan yang dapat dijawab dan mengarahkan investigatif. Petunjuk-petunjuk kegiatan yang ada di
pada pembuatan hipotesis tentang suatu masalah. buku ini hanya mampu mewadahi faktual.
Namun di buku siswa, tidak ada petunjuk untuk Selain tindak lanjut berupa mendiskusikan
siswa melakukan kegiatan ini. jawaban atas pertanyaan, di buku siswa ada petunjuk
Di buku siswa juga tidak terdapat petunjuk/ yang menyarankan siswa untuk menyimpan terlebih
tugas untuk membuat per tanyaan yang dapat dahulu pertanyaan yang belum dapat dijawab hingga
dijawab dengan suatu penelitian yang dapat siswa akhir pembelajaran.Hal ini menunjukkan bahwa ada
lakukan.Namun di buku terdapat petunjuk/tugas kemungkinan siswa tidak mendapatkan jawaban atas
membuat pertanyaan yang dapat dijawab dengan pertanyaan tersebut hingga akhir pembelajaran. Jika
suatu penelitian prosedurnya telah tersedia di buku. tidak ada tindak lanjut atau kegiatan tindaklanjut
Selain itu, di buku siswa baik kelas 1, 2, 4, untuk menjawab pertanyaan yang dilakukan tidak
maupun 5 tidak berisi tugas/petunjuk/perintah bagi sesuai dengan pertanyaan, maka pertanyaan yang
siswa untuk mendiskusikan dan memikirkan cara dibuat siswa akan menjadi tidak berguna. Siswa tidak
menjawab pertanyaan yang telah dibuat. Tindak memperoleh pengetahuan baru yang tepat sebagai
lanjut yang dapat dilakukan siswa setelah membuat pemenuhan rasa ingin tahu yang dimilikinya.
per tanyaan adalah memikirkan cara menjawab
pertanyaan tersebut (Harlen dan Qualter, 2004).
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berdiskusi 5. PENUTUP
bersama teman atau guru. Bahan yang dipikirkan
pada tahapan ini adalah cara menjawab pertanyaan, Berdasarkan analisis buku yang dilakukan,
bukan jawaban atas pertanyaan yang ada. peneliti memperoleh informasi umum tentang
Pertanyaan yang mungkin dibuat siswa dapat kemunculan kegiatan menanya, antara lain:
beragam, dapat berupa pertanyaan faktual maupun a. Buku siswa telah memuat tugas/petunjuk/
pertanyaan investigatif (Harlen dan Qualter, 2004). kegiatan bagi siswa untuk membuat pertanyaan
Pertanyaan faktual dapat ditindaklanjuti dengan cara tentang objek/fenomena yang diamati.
mencari referensi yang sesuai, sedangkan pada Kegiatan menanya yang dominan di buku
pertanyaan investigatif perlu dipikirkan kegiatan adalah membuat pertanyaan berdasarkan
atau penelitian untuk menjawab pertanyaan tersebut gambar dan bacaan, bukan objek asli.
(Harlen dan Qualter, 2004). Namun petunjuk/tugas b. Peneliti tidak menemukan tugas/perintah/
di buku siswa mengarahkan untuk siswa melakukan petunjuk yang mengarahkan siswa untuk
diskusi guna menjawab pertanyaan, bukan memikirkan mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab
cara tindaklanjut yang tepat sesuai dengan jenis dengan suatu penelitian yang dapat siswa
pertanyaan yang dibuat lakukan, mengajukan per tanyaan tentang
Pertanyaan beragam yang dibuat perlu tindak kemungkinan yang terjadi pada suatu objek
lanjut yang beragam pula. Melalui kegiatan jika diberi perlakuan tertentu, mendiskusikan
mendisksusikan jawaban atas per tanyaan akan dan memikirkan cara menjawab pertanyaan
sulit untuk menjawab per tanyaan yang bersifat yang mereka ajukan.
investigatif. Pertanyaan investigatif perlu ditindaklanjuti c. Tindak lanjut dominan terhadap pertanyaan
dengan suatu investigasi, bukan sekedar diskusi. yang telah dibuat oleh siswa adalah diskusi
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa pertanyaan kelompok menjawab per tanyaan yang
investigatif memerlukan tidak lanjut per upa ada. Bahkan ada per tanyaan yang tidak
perencanaan penelitian atau investigasi guna ditindaklanjuti.
menjawab per tanyaan tersebut. Perencanaan Maka dari itu perlu dilakukan langkah-
penelitian ini dijelaskan langsung pada bagian ke-3 langkah tambahan oleh guru ketika menggunakan
yaitu “mencoba”. Sehingga dengan petunjuk tindak buku siswa ini. Misalnya mengajak anak mendiskusikan
lanjut yang ada di buku siswa mungkin akan tindak lanjut atas pertanyaan yang telah dibuat.
mengalami hambatan menjawab saat pertanyaan

121
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 117-122

DAFTAR PUSTAKA Limiansih, K. 2016. “Analisis buku: Kesesuaian


Kegiatan di Buku Siswa Kelas IV dan V
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Kurikulum 2013 dalam Mendukung
dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Pembelajaran IPA dengan Pendekatan
Refika Aditama. Saintifik”. Prosiding Seminar Nasional
Harlen, W. dan Qualter, A. 2004. The Teaching of Inovasi Pendidikan. Kebumen: PGSD UNS.
S c i e n c e i n P r i m a r y S c h o o l s (Four th McLelland, C.V. 2006. Nature of Science and the
Edition). London: David Fulton Publisher. Scientific Method. GSA Distinguished
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Ear th Science Educator in Residence.
dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci Sukses [Online]. Tersedia di http://www.geosociety.
Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: org/educate/NatureScience.pdf. [12 Januari
Ghalia Indonesia. 2015].
Kemendikbud. 2013. Konsep Pendekatan Scientific Mulyasa, H.E. 2013. Pengembangan Implementasi
(Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja
Kurikulum 2013 Jenjang SD/SMP/SMA). Rosdakar ya.
Jakar ta: Kemendikbud. Nasution, K. 2013. Aplikasi Model Pembelajaran
Kruse, J. 2008. “Integrating the Nature of Science dalam Perspektif Pendekatan Saintifik.
Throughout the Entire School Year”. [ O n l i n e ] . Te r s e d i a d i h t t p : / / s u m u t .
Iowa Science Journal vol. 35 (2) Spring kemenag. go.id/ [2 Januari 2015].
2008 p: 15-20. Widodo, A. (2006). Profil Pertanyaan Guru dan
Limiansih, K. 2015. “Analisis Kesesuaian Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Sains. [Online].
Di Buku Siswa SD Kurikulum 2013 dalam Tersedia: http://file.upi.edu/direktori/
Mendukung Pembelajaran IPA dengan FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/
Pendekatan Saintifik-Tesis Bandung: UPI 19670527192031-ARI_WIDODO/
(tidak diterbitkan). 2006Profil_pertanyaan_guru_
dan_siswa_dalam_pelajaran_ sains.pdf. [12
Agustus 2014].

122
ANALISIS SOAL TES HASIL BELAJAR
HIGH ORDER THINKING SKILLS (HOTS)
MATEMATIKA MATERI PECAHAN
UNTUK KELAS 5 SEKOLAH DASAR
Maria Agustina Amelia
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022
Email: amelia0284@gmail.com

ABSTRACT

This study conducted to analyze the quality of teacher’s made mathematics achievement test. Research
conducted using survey research methods and implemented at five elementary schools located in
Bandung on 357 learners. The instrument used is a mathematics achievement test, subject of learning
fraction. The test is multiple choice with 4 option. Based on the results the quality of theacher’s
made test are:: 1) 100% item test are valid (20 items), (2) The realibility of the test is high, (3) 3
items must be revised because it do not have good discriminations index, 17 items have good
discrimination index, (4) 1item (5%) categorized as easy, 15 items (75%) categorized as moderate,
and 4 items (20%) categorized as difficult, (5) There 11 options that have to revised.
Keywords : test quality, fractions, reliability, discriminations indexs, item difficulty.

1. PENDAHULUAN dilakukannya pengukuran tersebut. (2) Reliabilitas.


Masidjo (1995: 208) memaparkan bahwa reliabilitas
Kemampuan peserta didik dapat diketahui adalah taraf kemampuan tes dalam menunjukkan
dari hasil pengujian. Pengujian dilakukan menggunakan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan
alat ukur/instrumen berupa tes maupun non-tes. dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. (3) Daya
Alat ukur yang baik akan menghasilkan data yang Pembeda. Masidjo (1995: 196) menyatakan bahwa
baik. Guru dapat mengetahui kemampuan siswa daya pembeda adalah taraf jumlah jawaban benar
dengan tepat jika alat ukur yang digunakan siswa yang tergolong kelompok (pandai = upper
merupakan alat ukur yang baik. Arikunto (2008: 57) group) berbeda dari siswa yang tergolong kelompok
menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik bawah (kurang pandai = lower group) untuk suatu
apabila memenuhi lima persyaratan, yaitu: validitas, item. (4) Tingkat kesukaran. Sulistyorini (2009: 176)
reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis. menjelaskan bahwa tingkat kesulitan merupakan
Berdasar pendapat Arikunto di atas, kriteria minimal kemampuan siswa untuk menjawab soal dengan
suatu alat ukur yang baik adalah alat ukur tersebut kriteria soal mudah, sedang, dan sukar. Widoyoko
harus valid dan reliabel. Selain valid dan reliabel, (2014: 165) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran
tes dikatakan baik jika daya pembeda, tingkat yang baik pada suatu tes adalah 25% mudah, 50%
kesulitan dan analisis pengecoh (soal pilihan ganda) sedang, dan 25% sukar. (5) Analisis Pengecoh.
juga baik. Purwanto (2009: 75) memaparkan bahwa pengecoh
Kualitas tes hasil belajar yang baik: (1) (distractor) adalah pilihan yang bukan merupakan
Validitas. Azwar (2009: 5) memaparkan bahwa kunci jawaban.Arikunto (2012: 234) memaparkan
validitas berasal dari kata validity yang mempunyai bahwa pengecoh dapat ber fungsi dengan baik
arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu bagi peserta tes yang kurang memahami materi.
tes atau instr umen pengukur dapat dikatakan Alat ukur dalam pembelajaan dapat dilakukan
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut dengan menggunakan instrumen tes maupun non-
menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud tes. Dalam ranah kognitif, dalam mengukur

123
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 123-131

kemampuan peserta didik digunakan instrumen tes. 2.2 Populasi Penelitian


Mardapi (2008: 67) mengemukakan bahwa tes adalah Populasi penelitian adalah seluruh siswa
beberapa pertanyaan yang membutuhkan jawaban Sekolah Dasar Negeri yang bersekolah di 575
atau beberapa pernyataan yang membutuhkan Sekolah Dasar dikota Bandung.
tanggapan untuk mengukur tingkat kemampuan
suatu individu yang diberikan tes tersebut melalui 2.3 Sampel
jawaban terhadap beberapa per tanyaan atau Sampel dipilih dari siswa kelas IV yang
tanggapan dari beberapa pernyataan. Widoyoko bersekolah di 575 Sekolah Dasar Negeri di kota
(2016: 57) mengemukakan bahwa bentuk tes Bandung.
dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes
subjektif. Tes objektif dalam hal ini memiliki 2.4 Teknik Sampling
pengertian yaitu bentuk tes yang pemeriksaan atau Pengambilan sampel menggunakan teknik
penskoran jawaban/respon peserta tes sepenuhnya random sampling. Menur ut Taniredja dan
dapat dilakukan secara objektif oleh korektor. Mustafidah (2012: 35) “Teknik random sampling
Karena sifatnya yang objektif ini maka tidak perlu disebut juga acak, serampangan, tidak pandang
harus dilakukan oleh manusia. Pekerjaan tersebut bulu/tidak pilih kasih, objektif, sehingga seluruh
dapat dilakukan oleh mesin, misalnya mesin scanner. elemen populasi mempunyai kesempatan untuk jadi
Dengan demikian skor hasil tes dapat dilakukan sampel penelitian”. Jadi teknik randomsampling
secara objektif. dilakukan agar semua populasi subjek memiliki
Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi
oleh gur u adalah kemampuan menyusun soal sampelsubjek. Alasan dipilih teknik pengambilan
sebagai instrumen tes peserta didik dengan baik sampel randomsampling karena pada tingkat sekolah
dan analisis hasil tes tersebut. Namun dari hasil dasar, penerimaan peserta didik tidak didasarkan
wawancara yang dilakukan peneliti pada beberapa pada nilai tertentu.
guru didapat fakta bahwa masih ada guru yang
melakukan konstruksi tes tanpa memperhatikan 2.5 Teknik Pengumpulan Data
validitas, reliabilitas dan karakteristik butir soal. Pengumpulan data mengenai kemampuan
Menurut Mardapi (2008: 71) Tes bentuk pilihan berpikir kritis materi pecahan pada siswa kelas IV
ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh menggunakan tes pilihan ganda dengan 4 pilihan
dengan memilih alternatif jawaban yang telah jawab.
disediakan. Dalam tes pilihan ganda ini, bentuk tes
terdiri atas: pernyataan (pokok soal), alternatif jawaban 2.6 Instrumen Penelitian
yang mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
Bentuk tes pilihan ganda ini banyak digunakan dalam 20 soal tes pilihan ganda mengenai materi pecahan.
ujian tengah semester, unian akhir semester, ujian Materi pecahan pada tes hasil belajar terdiri dari
sekolah maupun ujian Nasional. Tes yang dikonstruksi beberapa indikator yaitu: 2.6.1. Mengenal ar ti
tanpa memperhatikan kualitasnya dimungkinkan pecahan sebagai perbandingan sebagian dengan
tidak dapat mengungkapkan kemampuan peserta keseluruhan, 2.6.2. Memahami berbagai bentuk
didik dengan tepat. Tujuan penelitian ini adalah pecahan, 2.6.3. Operasi penjumlahan dan pengurangan,
menganalisis kualitas tes hasil belajar matematika 2.6.4. Menjumlah dan mengurangkan berbagai
buatan guru mengenai materi pecahan untuk siswa bentuk pecahan, 2.6.5. Pemecahan masalah sehari-
kelas 5 SD? hari yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan
pecahan, 2.6.6. operasi perkalian dan pembagian.

2. METODE PENELITIAN 2.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah
2.1 Variabel Penelitian analisis data secara deskriptif. Data tes hasil belajar
Variabel dalam penelitian ini adalah soal akan diuji kualitasnya menggunakan software TAP
matematika pada materi pecahan yang diujikan pada (Test Analysis Program) versi 14.7.4. Software TAP
siswa SD kelas IV

124
Maria Agustina Amelia, Analisis Soal Tes Hasil Belajar High Order Thinking Stills (HOTS) ....

ini dapat diunduh secara cuma-cuma dan memiliki q = proporsi siswa yang menjawab salah
hak cipta atas nama Gordon P. Brooks. Software TAP (q = 1 - p)
dipilih untuk analisis soal tes karena penggunaanya
relatif mudah, dan dlam satu kali input data dapat Hasil analisis validitas pada penelitian ini
diperoleh hasil mengenai analisis validitas, dapat dilihat melalui hasil point biserial pada TAP.
reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan Hasil point biser dibandingkan dengan rtabel dengan
pengecoh. taraf signifikan 5%. (Sugiyono, 2010: 258). Jika point
biser lebih besar dari rtabel maka butir soal tersebutvalid.
2.7.1 Analisis Validitas Besar rtabel untuk jumlah siswa sebanyak 357 siswa
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut yaitu » 0,1048. Jika point biserial lebih besar dari
benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk 0,1048 maka butir soal valid.
diukur. Pengertian validitas ini dapat dilihat dari dua
segi, yaitu (1) bila dalam penyususunan suatu tes, 2.7.2 Analisis Reliabilitas
penyusun berusaha memilih soal-soal yang secara Reliabilitas adalah salah satu hal yang penting
logis diperkirakan mengukur apa yang mau diukur dalam menganalisis setiap bulir. Reliabilitas setiap
baik menurut pertimbangan sendiri maupun setelah bulir suatu model tes adalah derajat tingkat
ber tukar pikiran dengan orang-orang lain atua kemantapan dan keterandalan tes itu secara
bahkan ahli-ahli di bidang pengetahuan yang keseluruhan. Tes yang reliabel selalu memberikan
bersangkutan, (2) bila suatu tes dipergunakan, maka hasil yang sama bila dicobakan kepada kelompok
validitasnya bisa diukur dengan memperbandingkan yang sama dalam waktu yang berbeda. (Kartawidjaja,
hasil-hasil pengukurannya dengan hasil pengukuran- 1987: 125). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
pengukuan lainnya. (Joni, 1984: 35). Teknik yang metode belah dua atau split-half method. Pembelahan
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi dilakukan dengan cara membagi dua sama
biserial. Korelasi biserial digunakan untuk menghitung banyakbutir soal berdasar nomor soal genap dan
validitas setiap item. (Arikunto, 1986: 70). Rumus ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap.
mencari korelasi biserial adalah sebagai berikut: Hasil reliabilitas yang dihitung menggunakan TAP

Tabel 1: Kriteria Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi


0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negatif – 0,20 Sangat Rendah

Rumus 1: Rumus korelasi biserial kemudian dianalisis menggunakan tabel kriteria


reliabilitas menurut Masidjo (1995: 209).

2.7.3 Analisis Daya Pembeda


Keterangan: Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu
rpbi = koefisien korelasi biserial butir soal dapat membedakan antara siswa yang
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa
betul bagi item yang dicari validitasnya. yang belum menguasai materi yang diujikan.
Mt = rerata skor total (Kusaeri dan Suprananto, 2012: 175). Daya pembeda
St = standar deviasi dari skor total dalam suatu tes bertujuan untuk membedakan siswa
p = proporsi siswa yang menjawab benar yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indeks
banyaknya siswa yang menjawab benar
(p= -------------------------------------------------------------------) daya pembeda menurut Kusaeri dan Suprananto
jumlah seluruh siswa
(2012: 176) dengan perhitungan sebagai berikut:

125
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 123-131

Rumus 2: Indeks daya pembeda Rumus 3: Indeks tingkat kesukaran

Keterangan: Keterangan:
D = indeks daya pembeda soal (Indeks P = indeks kesukaran
Diskriminasi) B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas dengan betul
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
bawah
N = jumlah peserta tes Indeks kesukaran menurut Arikunto (2012:
225) dapat dilihat pada Tabel 3. Distribusi tingkat
Kriteria daya pembeda atau indeks diskriminatif kesukaran, digunakan pendapat Widoyoko (2014:
menurut Cracker & Algina (dalam Kusaeri dan 165) yaitu: 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar
Surapranata, 2012: 177) yang digunakan untuk
menganalisis daya pembeda dalam penelitian ini 2.7.5 Analisis Pengecoh
adalah sebagai berikut: Pengecoh (distractor) yang juga dikenal
dengan istilah penyesat atau penggoda adalah pilihan

Tabel 2: Kriteria Daya Pembeda

No Range Daya Pembeda Kategori Keputusan


1. 0,40-1,00 Sangat memuaskan Diterima
2. 0,30-0,39 Memuaskan Diterima
3. 0,20-0,29 Tidak memuaskan Ditolak/direvisi
4. 0,00-0,19 Sangat tidak memuaskan Direvisi total

2.7.4 Analisis Tingkat Kesukaran jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu Pengecoh diadakan untuk menyesatkan siswa agar
mudah atau tidak terlalu sukar. Besarnya indeks tidak memilih kunci jawaban. Pengecoh dikatakan
kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks berfungsi efektif apabila paling tidak ada siswayang
kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. terkecoh memilih. Pengecoh yang berdasarkan hasil
Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan uji coba tidak efektif direkomendasikan untuk
bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 diganti dengan pengecoh yang lebih menarik.
menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. (Purwanto, 2009: 108). Menurut Sudijono (2011:
(Arikunto, 2012: 223)

Tabel 3: Indeks Kesukaran

No Indeks kesukaran Kategori


1. 0,00-0,30 Sukar
2. 0,31-0,70 Sedang
3. 0,71-1,00 Mudah

Didalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini 411) pengecoh dinyatakan telah dapat menjalankan
diberi simbol P, dengan singkatan dari kata fungsinya dengan baik apabila distraktor/pengecoh
“proporsi”. Dengan demikian maka soal dengan P = tersebut sekurang-kurangnya sudah dipilih oleh 5%
0,70 lebih mudah jika dibandingkan dengan P = 0,20. dari seluruh peser ta tes. Arikunto (2012: 234)
Sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar daripada mengatakan bahwa suatu distraktor dapat dikatakan
soal P= 0,80. berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5%
peserta tes.

126
Maria Agustina Amelia, Analisis Soal Tes Hasil Belajar High Order Thinking Stills (HOTS) ....

3. PEMBAHASAN . Maka butir soal dikatakan sudah


mengukur kemampuan peser ta didik mengenai
Berdasar hasil tes matematika materi pecahan materi pecahan dengan tepat.
yang telah diberikan pada peserta didik tersebut,
diperoleh hasil analisis mengenai kualitas tes yaitu: 3.2 Analisis Reliabilitas
Analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat Hasil uji analisis reliabilitas soal tipe A
kesulitan, dan pengecoh. menggunakan TAP (Test Analysis Program) dapat
dilihat dari Split-Half (odd/even) reliability yaitu
3.1 Analisis Validitas 0,711. Hasil uji reliabilitas pada soal menurut
Analisis validitas dengan menggunakan TAP Masidjo (1995: 209) tergolong dalam kriteria
(Test Analysis Program) digunakan untuk mengetahui “tinggi”. Jadi butir soal memiliki konsistensi yang
soal valid atau tidak validnya suatu butir soal. Hasil tinggi dalam mengukur kemampuan peserta didik
analisis dapat dilihat dengan menggunakan TAP mengenai materi pecahan.
(Test Analysis Program) pada bagian point biserial.
Point biserial dibandingkan dengan r tabel dengan 3.3 Analisis Daya Pembeda
taraf signifikasi 5%. Koefisien validitas pada rtabel Daya pembeda atau Indeks Diskriminasi (ID)
berdasarkan taraf signifikansi 5% untuk 357 siswa soal menurut Cracker & Algina dalam Kusaeri dan
yaitu . Jika hasil point biserial lebih besar dari Surapranata (2012: 177) dapat diterima jika daya
0,1048 maka soal tersebut dinyatakan valid. Hasil pembeda 0,30-1,00, ditolak/direvisi jika daya
analisis validitas soal dapat dilihat pada Tabel 4. pembeda 0,20-0,29 dan daya pembeda ditolak jika
Tabel 4. Hasil Analisis Validitas

No Item Poin Biserial r tabel keterangan


Item 01 0.20 0,1048 Valid
Item 02 0,32 0,1048 Valid
Item 03 0,38 0,1048 Valid
Item 04 0,57 0,1048 Valid
Item 05 0,48 0,1048 Valid
Item 06 0,56 0,1048 Valid
Item 07 0,56 0,1048 Valid
Item 08 0,31 0,1048 Valid
Item 09 0,50 0,1048 Valid
Item 10 0,46 0,1048 Valid
Item 11 0,59 0,1048 Valid
Item 12 0,25 0,1048 Valid
Item 13 0,57 0,1048 Valid
Item 14 0,70 0,1048 Valid
Item 15 0,57 0,1048 Valid
Item 16 0,56 0,1048 Valid
Item 17 0,65 0,1048 Valid
Item 18 0,49 0,1048 Valid
Item 19 0,57 0,1048 Valid
Item 20 0,32 0,1048 Valid

Berdasar Tabel 4, dapat dilihat bahwa seluruh 0,00-0,19. Hasil analisis daya pembeda dapat dilihat
butir soal dinyatakan valid karena koefisien point pada Tabel 5.
biserial yang diperoleh lebih besar dari t tabel

127
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 123-131

Tabel 5: Hasil Analisis Daya Pembeda

No Item Dicrimination Index kriteria


Item 01 0.20 ditolak/direvisi
Item 02 0,32 diterima
Item 03 0,44 diterima
Item 04 0,68 diterima
Item 05 0,50 diterima
Item 06 0,70 diterima
Item 07 0,69 diterima
Item 08 0,24 ditolak/direvisi
Item 09 0,52 diterima
Item 10 0,52 diterima
Item 11 0,72 diterima
Item 12 0,28 ditolak/direvisi
Item 13 0,72 diterima
Item 14 0,86 diterima
Item 15 0,71 diterima
Item 16 0,63 diterima
Item 17 0,76 diterima
Item 18 0,50 diterima
Item 19 0,66 diterima
Item 20 0,36 diterima

Berdasar tabel 5 diperoleh hasil, dari 20 butir 3.4 Analisis Tingkat Kesukaran
soal tes, terdapat 3 soal yang perlu direvisi yaitu butir Menurut Arikunto (2012: 225), secara umum
soal nomor 1, 8, dan 12 dan 17 soal dapat diterima. tingkat kesukaran diklasifikasikan kedalam 3
Soal-soal yang perlu direvisi disebabkan karena kategori yaitu sukar, sedang, dan mudah. Kategori
memiliki indeks daya pembeda yang belum baik sukar berada pada rentang nilai 0,00-0,30, kategori
sehingga belum dapat membedakan peserta didik sedang berada pada rentang nilai 0,32-0,75 dan
dengan kemampuan tinggi dengan peserta didik kategori mudah berada pada rentang 0,71-1,00.
dengan kemampuan rendah. Soal-soal yang sudah Distribusi tingkat kesukaran, dari 20 yang digunakan
dapat diterima memiliki indeks daya pembeda yang adalah: 25% mudah (5 soal), 50% sedang (10 soal),
baik sehingga sudah dapat membedakan peserta dan 25% sukar (5 soal). Hasil analisis tingkat
didik dengan kemampuan tinggi dengan peserta kesukaran dapat dilihat pada Tabel 6.
didik dengan kemampuan rendah

Tabel 6: Analisis Tingkat Kesukaran

No Item Item Difficulty kriteria


Item 01 0.77 sedang
Item 02 0,81 mudah
Item 03 0,73 sedang
Item 04 0,60 sedang
Item 05 0,27 sukar
Item 06 0,53 sedang
Item 07 0,59 sedang
Item 08 0,18 sukar
Item 09 0,31 sukar
Item 10 0,66 sedang

128
Maria Agustina Amelia, Analisis Soal Tes Hasil Belajar High Order Thinking Stills (HOTS) ....

Tabel 6: Lanjutan

No Item Item Difficulty kriteria


Item 11 0,51 sedang
Item 12 0,20 sukar
Item 13 0,54 sedang
Item 14 0,59 sedang
Item 15 0,47 sedang
Item 16 0,59 sedang
Item 17 0,35 sedang
Item 18 0,40 sedang
Item 19 0,46 sedang
Item 20 0,50 sedang

Berdasar tabel 6. Didapatkan hasil 1 soal (5%) jawaban yang digunakan agar peserta tes dapat
memiliki tingkat kesukaran kategori mudah, 15 soal tertarik dengan pengecoh jawaban tersebut. Semakin
(75%) memiliki tingkat kesukaran kategori sedang banyak peserta tes yang memilih pengecoh, maka
dan 4 soal (20%) yang memiliki tingkat kesukaran pengecoh tersebut sudah menjalankan fungsinya.
kategori sukar. Dapat dilihat bahwa distribusi soal Sebaliknya apabila pengecoh yang dipasang
belum memenuhi kriteria sebagai soal yang baik. tidak ada yang memilih maka pengecoh tersebut
Untuk mendapatkan distribusi soal yang baik, maka tidak berfungsi Arikunto (2012: 234) memaparkan
soal-soal dalam kategori mudah perlu ditambahkan sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan
4 soal, dalam kategori sedang perlu dikurangi 5 soal, baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 % (0,05)
dan dalam kategori sukar perlu ditambah 1 soal. peserta tes. Hasil analisis pengecoh dapat dilihat
pada Tabel 7.
3.5 Analisis Pengecoh Berdasar Tabel 7, dapat dilihat bahwa secara
Sudijono (2011: 410) mengatakan bahwa keselur uhan ada 11 pengecoh tidak berfungsi.
pengecoh adalah alternatif yang bukan merupakan Pengecoh disebut tidak berfungsi jika dipilih kurang

Tabel 7: Hasil Analisis Pengecoh

No Item Pilihan Jawaban Keterangan


A B C D
Item 01 0.157 0.020 Kunci Jawab 0.056 Pengecoh B tidak berfungsi
Item 02 0,31 0,067 0,053 Kunci Jawab -
Item 03 0,160 Kunci Jawab 0,031 0,028 Pengecoh C dan D tidak
berfungsi
Item 04 0,020 Kunci Jawab 0,048 0,294 Pengecoh A dan C tidak
berfungsi
Item 05 0,042 Kunci Jawab 0,415 0,204 Pengecoh A tidak berfungsi
Item 06 0,034 0,134 0,165 Kunci Jawab Pengecoh A tidak berfungsi
Item 07 0,174 Kunci Jawab 0,059 0,078 -
Item 08 0,244 0,084 0,370 Kunci Jawab -
Item 09 0,098 Kunci Jawab 0,275 0,160 -
Item 10 0,081 0,034 Kunci Jawab 0,067 Pengecoh B tidak berfungsi
Item 11 0,286 0,034 Kunci Jawab 0,087 Pengecoh B tidak berfungsi
Item 12 Kunci Jawab 0,303 0,076 0,126 -
Item 13 0,232 0,042 Kunci Jawab 0,067 -
Item 14 0,174 0,064 Kunci Jawab 0,034 Pengecoh D tidak berfungsi
Item 15 0,059 0,199 Kunci Jawab 0,070 -

129
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 123-131

Tabel 7: Hasil Analisis Pengecoh

No Item Pilihan Jawaban Keterangan


A B C D
Item 16 0,081 Kunci Jawab 0,067 0,090 -
Item 17 0,221 0,087 0,106 Kunci Jawab -
Item 18 Kunci Jawab 0,076 0,143 0,106 -
Item 19 0,118 0,151 Kunci Jawab 0,028 Pengecoh D tidak berfungsi
Item 20 Kunci Jawab 0,185 0,076 0,056 -

dari 5% keseluruhan peserta tes. Pengecoh yang peserta didik berkemampuan tinggi dengan
tidak berfungsi perlu direvisi kembali. peserta didik berkemampuan rendah.
4) Hasil uji analisis tingkat kesukaran soal yaitu:
1 soal (5%) memiliki tingkat kesukaran
4. PENUTUP kategori mudah, 15 soal (75%) memiliki
tingkat kesukaran kategori sedang dan 4 soal
4.1 Kesimpulan (20%) yang memiliki tingkat kesukaran
Kualitas produk tes hasil belajar matematika kategori sukar.
materi pecahan dengan indikator-indikator yaitu: 5) Hasil uji pengecoh pada soal secara keseluruhan
2.6.1. Mengenal arti pecahan sebagai perbandingan ada 11 pengecoh tidak berfungsi. Pengecoh
sebagian dengan keseluruhan, 2.6.2. Memahami disebut tidak berfungsi jika dipilih kurang dari
berbagai bentuk pecahan, 2.6.3. Operasi penjumlahan 5% keseluruhan peserta tes. Pengecoh yang
dan pengurangan, 2.6.4. Menjumlah dan mengurangkan tidak berfungsi perlu direvisi kembali.
berbagai bentuk pecahan, 2.6.5. Pemecahan masalah
sehari-hari yang melibatkan penjumlahan dan 4.2 Saran
pengurangan pecahan, 2.6.6. operasi perkalian dan Saran untuk peneliti selanjutnya yang akan
pembagian dapat disimpulkan sebagai berikut: mengembangkan produk tes hasil belajar
1) Hasil analisis validitas soal dengan taraf matematika adalah sebagai berikut: Sebaiknya soal
signifikan 5% untuk siswa berjumlah 357 yang akan diberikan untuk mengukur kemampuan
diperoleh 20 soal (100%) valid. peserta didik perlu diuji kualitasnya terlebih dahulu.
2) Hasil uji reliabilitas soal diperoleh indeks Dengan melakukan analisis butir soal, guru dapat
reliabilitas dalam kriteria “tinggi”. Jadi butir mengetahui kualitas soal yang dibuat. Soal yang
soal memiliki konsistensi yang tinggi dalam berkualitas baik akan dapat mengukur kemampuan
mengukur kemampuan peser ta didik peserta didik secara tepat. Namun jika kualitas butir
mengenai materi pecahan. soal belum baik, dimungkinkan kemampuan peserta
3) Hasil uji daya pembeda pada soal terdapat didik tidak diukur secara tepat dan soal tersebut
terdapat 3 soal yang perlu direvisi karena perlu diperbaiki. Untuk menganalis soal, dapat
belum dapat membedakan peser ta didik digunakan software untuk memudahkan kerja guru,
berkemampuan tinggi dengan peserta didik saat ini sudah banyak software yang dapat digunakan
berkemampuan rendah. 17 soal dapat untuk melakukan analisis butir soal yang mudah
diterimakarena sudah dapat membedakan digunakan dan dapat diperoleh secara Cuma-Cuma.

DAFTAR PUSTAKA Kartawidjaja, Eddy Soewardi. 1987. Pengukuran


Dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung: C.V.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Sinar Baru.
Pendidikan. Jakar ta: Bumi Aksara. Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan
Balitbang. 2007. Panduan Penulisan Soal Pilihan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakar ta:
Ganda. Depdiknas: Pusat Penilaian Mitra Cendikia Press.
Pendidikan.

130
Maria Agustina Amelia, Analisis Soal Tes Hasil Belajar High Order Thinking Stills (HOTS) ....

Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Penelitian Pasca Sarjana Undiksha Vol. 3
Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakar ta: Tahun 2013.
Kanisius. S u l i s t y o r i n i . 2 0 0 9 . E v a l u a s i P e n d i d i k a n.
Pur wanto. 2009. E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r . Yogyakar ta: Teras.
Yogyakar ta: Pustaka Pelajar. Widoyoko, S.E. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran
Putri, Ida Ayu Putu Giri, dkk. 2013. Pengembangan di Sekolah. Yogyakar ta: Pustaka Pelajar.
Tes Matematika Berbasis SK/KD dengan Widoyoko, Eko Putro. 2015. Teknik Penyusunan
Teknik Concurent pada Siswa Kelas VI di Instrumen Penelitian. Yogyakar ta: Pustaka
SD Negeri Se-Kecamatan Gianyar. Jurnal Pelajar

131
PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PERKULIAHAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL-REFLEKTIF
BERBASIS PEDAGOGI IGNASIAN
Paulus Wahana
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022
Email: paulus_wahana@yahoo.com

ABSTRACT

This research intended to gain a description of students’ perception on Philosophy of Science lecture
used reflective contextual teaching and learning model based on Ignatian Pedagogy. This research
emerged, by reason of the existence of general perception that Philosophy of Science lecture is not
interesting, has no use, its contents are only will confuse and also burden to the students. The data
gained from students’ perception of Guidance and Counseling Study Program that follow the
Philosophy of Science lecture. To compare the students’ perception between before and after the
lecture conducted, the students are given the questionnaire by similar items in these two opportunities.
In addition of closed answer, there are given also opened answer, to give further explanation on the
selected answer on closed answer. Based on collected data, in fact Philosophy of Science lecture
used reflective contextual teaching and learning model based on Ignatian Pedagogy, gradually gives
appeal to the students as the lecture participants, gradually increase the students’ awareness on the
function of lecture, and gradually increase the students’ comprehension on the core material of the
lecture, relating to the reasoning activities, knowledge and scientific knowledge.
Keywords: contextual-reflective teaching and learning model, Ignatian Pedagogy, perception,
knowledge, scientific knowledge.

1. PENDAHULUAN yang jelas, menyeluruh dan mendalam tentang ilmu


pengetahuan; diharapkan memahami alasan atau
1.1 Latar Belakang Kegiatan dasar pertimbangan orang mengusahakan ilmu
Matakuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan pengetahuan, memahami obyek serta apa yang
merupakan salah satu matakuliah yang termasuk dilakukan dalam mengusahakan ilmu pengetahuan,
dalam kelompok Matakuliah Pengembangan memahami arah tujuan orang mengusahakan
Kepribadian (MPK). Meskipun sebenarnya setiap kegiatan ilmu pengetahuan, memahami cara-cara
matakuliah diharapkan dapat membantu perkembangan ser ta langkah-langkah menyelenggarakan ilmu
kepribadian mahasiswa, namun Matakuliah Filsafat pengetahuan, dan akhirnya diharapkan memahami
Ilmu Pengetahuan (yang termasuk dalam kelompok manfaat dari kegiatan ilmu pengetahuan yang
Matakuliah Pengembangan Kepribadian) diharap dilakukannya.
dapat sungguh membentuk kepribadian mahasiswa Universitas Sanata Dharma, sebagai lembaga
dalam memberikan dasar dan arah bagi perkembangan pendidikan tinggi yesuit, diharapkan memiliki
salah satu aspek yang sangat penting dalam keunikan, yaitu memiliki nilai-nilai dan tujuan
kehidupan mahasiswa, yaitu akal budinya. pendidikan yang bersumber dan diwariskan dari
Mahasiswa sebagai warga masyarakat ilmiah kharisma spiritualitas St. Ignasius Loyola, yang
yang dalam tugas dan kegiatan pokoknya sehari-hari diwujudkan melalui sebuah paradigma pendidikan,
adalah bergelut dan bergulat dengan ilmu yang disebut Pedagogi Ignasian. Tujuan utama
pengetahuan diharapkan dapat memahami dan pendidikan yesuit bukanlah sekedar pengumpulan
mengusahakan ilmu pengetahuan dengan sebaik- segudang pengetahuan atau persiapan untuk
baiknya. Mereka diharapkan memiliki gambaran melaksanakan sebuah profesi, melainkan lebih dari

132
Paulus Wahana, Persepsi Mahasiswa terhadap Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan ....

itu, yaitu mengembangkan pribadi manusia Sementara itu sebagaimana matakuliah yang
seutuhnya yang akan menjadi “manusia untuk orang lain, Matakuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan sering
lain”, sesuai dengan semangat dan teladan Yesus dianggap hanya akan menambah beban bagi
Kristus. (P3MP, 2007: hal. 3). Sasaran pendidikan mahasiswa saja. Bahkan ada sebagian civitas
yesuit adalah membantu ke arah perkembangan academica secara apriori (tanpa dasar pengalaman)
sepenuh-penuhnya semua bakat anugerah Allah menganggap matakuliah tersebut mer upakan
setiap pribadi anggota komunitas manusia. matakuliah yang tidak mudah difahami dan hanya
Dan salah satu aspek penting yang perlu akan membuat pusing mahasiswa saja, serta tidak
dikembangkan adalah aspek intelektualitas atau ada relevansinya dan manfaatnya bagi pengembangan
rasionalitas manusia. Pembentukan intelektualitas profesi mahasiswa. Namun apabila hal ini terjadi,
mahasiswa meliputi semakin ber tambahnya sungguh disayangkan. Sebab mahasiswa, yang telah
kemampuan untuk berpikir secara refleksif, logis, mengurbankan biaya, waktu, dan tenaga untuk
dan kritis. (Provinsi Indonesia Serikat Yesus, 1987: menempuh matakuliah ini, ternyata hanya akan
hal.11), bukan sekedar menumpuk dan membebani sekedar mempeproleh informasi-informasi yang
pikiran dengan segala macam informasi yang ada. dirasa tidak jelas, yang memusingkan, dan bahkan
Maka dalam rangka mengembangkan kemampuan bahan tersebut hanya akan menjadi beban yang tidak
berpipikir mahasiswa, kiranya sudah selayaknya ada manfaatnya.
mahasiswa memperoleh Matakuliah Filsafat Ilmu Agar Matakuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan,
Pengetahuan. Dengan Matakuliah Filsafat Ilmu yang merupakan salah satu matakuliah dari kelompok
Pengetahuan, diharapkan mahasiswa menyadari Matakuliah Pengembangan Kepribadian, sungguh
betapa pentingnya kegiatan berpikir, memahami dapat mengembangkan kepribadian mahasiswa,
penyebab/pemicu terjadinya kegiatan berpikir, memberikan dasar dan arah bagi kegiatan berpikir
memahami obyek dari kegiiatan berpikir, memahami ilmiah mahasiswa, serta memberikan daya tarik dan
arah dan tujuan kegiatan berpikir, memahami cara- menyenangkan untuk dipelajari, maka perlu
cara serta langkah-langkah kegiatan berpikir yang diusahakan model pembelajaran yang dapat
baik untuk sampai tercapainya tujuan serta manfaat mendukung ter wujudnya tujuan tersebut. Model
kegiatan berpikir yang sesungguhnya dan sebaiknya. pembelajaran yang akan saya gunakan dalam
Sehingga kegiatan berpikir sungguh dapat diusahakan kegiatan perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan ini
secara optimal dalam kehidupan mahasiswa dalam adalah model pembelajaran kontekstual-refleksif
rangka untuk mengembangkan dirinya, memberikan yang berbasis Pedagogi Ignasian.
pelayanan dan pengabdian pada sesama, dan demi Dengan model ini diharap mahasiswa tidak
kemuliaan dan keluhuran Allah yang Maha Kuasa, hanya sekedar menunggu informasi-informasi
Maha Bijaksana, dan Maha Kasih. sebagai materi yang diberikan oleh dosen, dan
Dalam konteks Indonesia, pendidikan selanjutnya hanya sekedar menjadi beban dan
diselenggarakan dalam rangka mewujudkan tujuan memusingkan mahasiswa, namun diharapkan
nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan mahasiswa aktif memikirkan hal yang dibahasnya,
bangsa. Dan pengembangan ilmu pengetahuan dan berusaha untuk menemukan sendiri lingkup materi
teknologi menjadi bagian integral pembangunan yang dibahasnya, merasakan dan menemukan nilai-
nasional dan ekonomi nasional yang pada gilirannya nilai, persoalan atau permasalahan yang terkandung
akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara di dalamnya, dan selanjutnya berusaha memperoleh
berkelanjutan. Dengan demikian penyelenggaraan penjelasannya serta cara-cara untuk memecahkannya,
pendidikan serta pengembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat mengembangkan atau meningkatkan
dan teknologi tidak hanya sekedar berhenti kemampuan berpikir mahasiswa, memberikan
mengumpulkan ilmu pengetahuan sebagai informasi pencerahan bagi mahasiswa dalam mengusahakan
semata, tetapi diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan. Lebih lanjut diharapkan dapat
kecerdasan bangsa dalam rangka menghadapi dan bermanfaat bagi mahasiswa dalam rangka menghadapi
mengatasi berbagai persoalan atau permasalahan berbagai persoalan atau permasalahan yang dihadapinya
kehidupan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan untuk diatasinya, dalam rangka melakukan pelayanan
kehidupan bangsa. dan pengabdian terhadap sesama.

133
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 132-143

1.2 Rumusan Masalah kegiatan ilmiah yang dilakukannya, memahami


Berdasar latar belakang masalah yang prosedur dan cara-cara serta langkah-langkah yang
dipaparkan di atas, kiranya dapat dirumuskan tepat untuk sampai pada tujuan yang diharapkan.
beberapa masalah yang perlu diteliti: Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak
a) Apakah model pembelajaran kontekstual- memberikan setumpuk materi tentang ilmu pengetahuan
refleksif yang berbasis Pedagogi Ignasian untuk dicatat dan dihafalkan oleh mahasiswa,
yang dicobakan ini dapat meningkatkan daya melainkan mengajak dan membimbing mahasiswa
tarik mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan untuk mempersoalkan serta merefleksikan kegiatan
Filsafat Ilmu Pengetahuan? ilmiah (termasuk kuliah) yang mereka lakukan.
b) Apakah model pembelajaran kontekstual- Materi perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan
refleksif yang berbasis Pedagogi Ignasian (sebagai content) sebenarnya sudah tersedia dan
yang dicobakan ini dapat meningkatkan bahkan sudah dilaksanakan dalam kehidupan
kesadaran mahasiswa akan makna atau manfaat mahasiswa, sehingga dosen tinggal melatih dan
perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan bagi meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk
dirinya? mengkritisi kegiatan yang dilakukannya tersebut.
c) Apakah model pembelajaran kontekstual-
refleksif yang berbasis Pedagogi Ignasian 2.2 Pedagogi Ignasian
yang dicobakan ini dapat meningkatkan Pedagogi Ignasian berawal dari pengalaman
pemahaman mahasiswa akan materi pokok pribadi pendiri Serikat Yesus, yaitu Santo Ignasius
dalam perkuliahan ini, terkait dengan kegiatan dari Loyola, baik dalam membimbing teman-
berpikir, pengetahuan, maupun terkait dengan temannya melakukan Latihan Rohani maupun dalam
ilmu pengetahuan. menempuh studi magister di Universitas Paris.
Pengalaman pribadi tersebut terungkapkan dalam
buku tulisannya yang berjudul Latihan Rohani.
2. LANDASAN TEORI (P3MP, 2007, hal. 3).
Pedagogi Ignasian ini memuat nilai-nilai dan
2.1 Filsafat Ilmu Pengetahuan tujuan pendidikan yang khas, yang menjadi sumber
Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat serta ciri khas bagi pendidikan yesuit. Tujuan utama
khusus yang membahas berbagai macam hal yang pendidikan yesuit bukanlah sekedar pengumpulan
terkait dengan ilmu pengetahuan. Sebagai filsafat, segudang pengetahuan atau persiapan untuk
Filsafat Ilmu Pengetahuan membahas ilmu melaksanakan profesi, melainkan lebih dari itu, yaitu
pengetahuan sebagai obyeknya secara rasional untuk mengembangkan pribadi manusia seutuhnya
(kritis, logis, dan sistematis), menyeluruh dan yang akan menjadi ‘manusia bersama orang lain dan
mendasar. Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha manusia untuk orang lain’.
memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan Salah satu ciri khas pendidikan yesuit adalah
secara benar, jelas, lengkap, serta mendalam untuk berorientasi pada nilai. Pendidikan khas yesuit yang
mendapatkan kerangka pokok serta unsur-unsur berorientasi pada nilai inilah yang menyebabkan
hakiki yang kiranya menjadi ciri khas dari ilmu implementasinya tidak mudah. Tujuan dan nilai-nilai
pengetahuan yang sebenarnya. pendidikan ini menuntut proses pembelajaran dalam
Filsafat Ilmu Pengetahuan mengajak manusia kerangka moral dan intelektual, proses yang bergulat
atau mahasiswa pada khususnya untuk merefleksikan dengan isu-isu penting, dan nilai-nilai kehidupan
kegiatan ilmu pengetahuan yang dilakukannya. yang kompleks. Dan proses ini menuntut para
Dengan Filsafat Ilmu Pengetahuan diharapkan pengajar memiliki kemampuan dan kemauan untuk
mahasiswa menyadari dan memahami kegiatan ilmu memandu pencarian ketiga unsur tersebut.
pengetahuan yang dilakukannya; mahasiswa
menyadari bidang ilmu yang ditekuninya, menyadari 2.3 Kontekstual-refleksif
arah-tujuan kegiatan ilmu pengetahuan yang Kontekstual-refleksif mer upakan metode
dilakukannya. Sehingga diharapkan mahasiswa tidak pokok atau inti model pembelajaran yang digunakan
tersesat dalam melakukan kegiatan ilmu pengetahuan, dalam perkuliahan ini, sebagai model pembelajaran
melainkan mahasiswa memahami arah-tujuan yang berbasis pada Pedagogi Ignasian. Secara

134
Paulus Wahana, Persepsi Mahasiswa terhadap Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan ....

lengkap dan garis besar, langkah-langkah perkuliahan dalam mengikuti perkuliahan, meningkatkan
tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut: pertama, kesadaran mahasiswa akan makna atau manfaat
setiap pokok bahasan atau materi pembelajaran/ perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan bagi mahasiswa,
perkuliahan selalu disuguhkan/disajikan secara serta meningkatkan pemahaman mahasiswa akan
kontekstual, artinya materi tersebut perlu dilihat materi pokok perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan.
dalam hubungannya dengan hal-hal lainnya yang Penelitian ini dapat dimasukan dalam jenis penelitian
relevan, dan terutama dalam kaitannya dengan eksperimental tindakan. Setelah menemukan
kehidupan mahasiswa. Dengan melihat dalam masalahnya/persoalannya, yaitu harapan untuk
konteksnya tersebut, diharap mahasiswa mampu meningkatkan daya tarik mahasiswa, meningkatkan
mengalami baik langsung atau tidak langsung kesadaran mahasiswa akan makna serta manfaat
tentang materi perkuliahan tersebut, misalnya secara perkuliahan, ser ta meningkatkan pemahaman
inderawi (melihat, mendengar, membau), secara mahasiswa akan materi pokok perkuliahan Filsafat
emotif, secara afektif, secara konatif, atau paling Ilmu Pengetahuan, peneliti membuat rencana untuk
tidak secara kognitif, sehingga bahan pembicaraan mencoba menerapkan suatu model perkuliahan
tersebut bukan suatu yang terlalu asing bagi (kontekstual-refleksif yang berbasis Pedagogi
mahasiswa, sedemikian r upa tidak memiliki Ignasian) dalam matakuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan
gambaran sedikit pun tentang bahan tersebut. demi terwujudnya harapan tersebut. Setelah rencana
Berdasar pengalaman tersebut, selanjutnya tesebut dijalankan, berulah diselidiki, dievaluasi
mahasiswa merefleksikannya, yaitu merenungkan, apakah tindakan yang telah direncanakan tersebut
merasakan, memikirkan, menggambarkan kembali memberikan hasil sesuai dengan harapan, dengan
bahan pembicaraan tersebut (dalam kaitannya melakukan perbandingan antara keadaan mahasiswa
dengan yang lain maupun dengan dirinya), untuk pada awal perkuliahan dengan keadaannya setelah
dapat memahaminya, untuk dapat menemukan mahasiswa hampir menyelesaikan perkuliahan.
makna atau arti serta nilai-nilai yang terkandung di Sehingga penelitian ini juga dapat disebut penelitian
dalamnya. Dan selanjutnya berdasarkan pemahaman deskriptik-komparatif.
ser ta nilai yang diperolehnya, diharapkan dapat
menumbuhkan motivasi dan mendorong mahasiswa 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
untuk bertindak (aksi), demi terwujudnya nilai-nilai Penelitian ini dilakukan di Program Studi
yang ditemukan dan dipilihnya. Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dan dari tindakan tersebut diharapkan Dharma Yogyakarta. Diselenggarakan pada perkuliahan
mahasiswa dapat memperoleh dan merasakan Semester Gasal, Tahun Akademik 2007/2008, yang
hasilnya. Untuk itu perlu adanya pemikiran lebih berlangsung pada bulan Agustus sampai dengan
lanjut terhadap tindakan serta hasil yang dirasakannya, Desember 2007,
dalam rangka untuk memperoleh feedback, yaitu
melihat adanya kelebihan dan peluang, melihat 3.3 Subyek dan Obyek Penelitian
kelemahan dan hambatan dari usaha yang Dalam penelitian ini yang menjadi subyek
dilakukannya (evaluasi), serta dapat menemukan penelitian adalah dosen kelompok Matakuliah
ser ta memanfaatkan lebih lanjut hasil yang Pengembangan Kepribadian yang mengampu
diperolehnya sebagai dasar atau modal (yang perlu matakuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan. Sedang obyek
dilihat dalam konteksnya) bagi pengalaman lebih penelitian adalah kemampuan berpikir ilmiah
lanjut untuk membahas pokok bahasan atau bahan mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling,
perkuliahan berikutnya. yang mengikuti Matakuliah Filsafat Ilmu
Pengetahuan, Semester Gasal, Tahun Akademik
2007/2008. Jumlah mahasiswa yang terlibat dalam
3. METODOLOGI PENELITIAN penelitian ini sebanyak 46 orang.

3.1 Jenis Penelitian 3.4 Prosedur Penelitian


Penelitian ini didasarkan pada tindakan yang Prosedur penelitian ini berlangsung sebagai
dirancang untuk diuji-cobakan dalam rangka mengatasi berikut: pertama, merencanakan kegiatan perkuliahan
masalah, yaitu meningkatkan daya tarik mahasiswa dengan menggunakan model perkuliahan kontekstual-

135
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 132-143

refleksif yang berbasis Pedagogi Ignasian ser ta pada pengisian kuesioner dengan segala keterangannya
instr umen-instr umen penelitian yang akan yang telah dijawab dan diisi mahasiswa untuk
digunakannya; kedua, pembagian dan pengisian mengetahui tanggapan mahasiswa tentang matakuliah
kuesioner oleh mahasiswa tentang persepsi Filsafat Ilmu Pengetahuan pada awal semester, dan
mahasiswa, yang meliputi minat dan ketertarikan dibandingkan dengan tanggapan mahasiswa setelah
mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan Filsafat mahasiswa mengikuti perkuliahan hingga perkuliahan
Ilmu Pengetahuan, alasan ser ta manfaat yang dalam semester tersebut hampir berakhir.
dirasakan mahasiswa, dan tentang pemahaman
mahasiswa mengenai berpikir ilmiah pada awal
kuliah; ketiga, melakukan kegiatan perkuliahan 4. TEMUAN PENELITIAN
Filsafat Ilmu Pengetahuan sesuai rencana; dan DAN PEMBAHASAN
keempat, pengisian kuesioner oleh mahasiswa
tentang peningkatan persepsi mahasiswa yang Selain tentang identitas responden, angket
meliputi minat dan keter tarikan mahasiswa, mengajukan 9 pokok per tanyaan yang terkait
peningkatan alasan serta manfaat yang dirasakan dengan penelitian. Berhubung pertanyaan terakhir
mahasiswa, dan tentang pemahaman mahasiswa tentang “mengetahui bidang ilmu yang ditekuninya”
mengenai berpikir ilmiah pada setelah perkuliahan banyak yang salah pemahaman, yaitu dikira
sudah berlangsung dan hampir sampai akhir semester. menanyakan matakuliah FIP yang sedang diambilnya,
sementara yang tertulis dan yang dimaksud adalah
3.5 Instrumen Penelitian bidang ilmu yang sesuai dengan program studi yang
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ditekuninya, maka pertanyaan terakhir tidak dianalisa,
ini berupa kuesioner self-assesment, yang mengandung dan dengan demikian pokok pertanyaan/persoalan
pilihan tertutup dan isian keterangan terbuka, yang yang dianalisa tinggal tersisa 8 biji.
diisi mahasiswa pada awal semester. Sedangkan Sedangkan mahasiswa yang mengikuti kuliah
kuesioner self-assesment berikutnya tentang FIP pada kelas ini sebenarnya berjumlah 48 orang,
peningkatan kemampuan berpikir ilmiah, yang juga sementara yang mengisi angket sebelum pekuliahan
berisi pilihan tertutup, dan isian keterangan yang maupun angket setelah perkuliahan hanya 42, maka
terbuka, diisi pada hampir akhir semester. responden yang dapat peneliti olah hanya sebanyak
42 orang. Dari pengolahan angket tersebut, secara
3.6 Analisa Data keseluruhan dapat diperoleh data sebagaimana
Analisa data menggunakan analisis deskriptif- tersedia pada Table 1.
komparatif, dan persentase. Analisis data didasarkan

Tabel 1: Keadaan Sebelum Perkuliahan dan Setelah Perkuliahan

Sebelum Perkuliahan Setelah Perkuliahan


No. Pertanyaan
a b c d x y
1. Tertarik/berminat mengikuti Kuliah FIP 0 8 29 5 42 0
0% 19% 69% 12% 100% 0%
2. Manfaat/kegunaan FIP bagi mahasiswa 0 4 34 4 42 0
0% 9,5% 81% 9,5% 100% 0%
3. Memahami alasan memperoleh kuliah FIP 29 13 0 0 42 0
69% 31% 0% 0% 100% 0%
4. Mengetahui gambaran perkuliahan FIP 34 6 2 0 42 0
81% 14% 5% 0% 100% 0%
5. Memahami gambaran kegiatan berpikir 12 23 7 0 42 0
28% 55% 17% 0% 100% 0%
6. Mengetahui hubungan kegiatan berpikir 13 28 1 0 42 0
dengan pengetahuan 31% 67% 2% 0% 100% 0%

136
Paulus Wahana, Persepsi Mahasiswa terhadap Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan ....

Tabel 1: Lanjutan

Sebelum Perkuliahan Setelah Perkuliahan


No. Pertanyaan
a b c d x y
7. Mengetahui perbedaan antara pengetahuan 21 18 3 0 39 3
dan ilmu peng. 50% 43% 7% 0% 93% 7%
8. Mengetahui gambaran menyeluruh ttg ilmu 34 8 0 0 39 3
peng. 81% 19% 0% 0% 93% 7%

Keterangan: sisi saja melainkan dari berbagai sisi, memberikan


a. Tidak setuju…………….. banyak bekal pada mahasiswa untuk memperoleh
b. Sedikit/kurang setuju ……… pengetahuan secara luas, mendalam dan dapat
c. Setuju ……………… diper tanggungjawabkan, mengajak mahasiswa
d. Sangat setuju …………………. berpikir lebih kritis, realistis dan mendalam tentang
x. ya (setuju) berbagai hal, mendukung mengikuti matakuliah-
y. tidak (tidak setuju) matakuiah lainnya dan mendorong untuk memahaminya
lebih jelas untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
4.1 Tertarik/berminat Mengikuti
Kuliah FIP 4.2 Manfaat FIP bagi Mahasiswa
Dari table di atas nampak bahwa sebelum Berdasar table di atas, pada awal kuliah
mengikuti kuliah, mahasiswa yang sangat tertarik/ mahasiswa yang menjawab bahwa FIP sangat
berminat mengikuti kuliah FIP ada 5 (12%), yang bermanfaat bagi mahasiswa ada 4 (9,5%), yang
tertarik/berminat 29 (69%), dan yang hanya sedikit menjawab bermanfaat ada 34 (81%), sedang yang
atau kurang tertarik/berminat ada 8 (19%). Dengan menjawab hanya sedikit atau kurang bermanfaat ada
demikian mahasiswa yang sudah tertarik/berminat 4 (9,5%). Dengan demikian yang menjawab bermanfaat
dan bahkan sangat ter tarik/berminat mengikuti bahkan sangat bermanfaat ada 38 (90,5%), sebagian
kuliah FIP pada awalnya sudah ada 34 (81%). Sebagian besar mahasiswa menjawab bermanfaat bagi
besar mahasiswa sebenar nya sudah ter tarik/ mereka. Berhubung mereka baru akan mengikuti
berminat mengikut kuliah FIP. Sayang untuk pokok kuliah FIP, tentu saja penjelasannya tidak langsung
soal ini tidak dimintai penjelasan/alasan berkenaan terkait dengan pemahaman mereka terkait isi
dengan ketertarikan mereka pada awal perkuliahan. perkuliahan FIP. Penjelasan mereka cenderung
Namun setelah mereka menjalani perkuliahan didasarkan pada kepercayaan mereka secara umum
FIP ini, ternyata seluruh mahasiswa 42 (100%) bahwa apa yang diberikan dalam perkuliahan tentu
menjawab lebih ter tarik/berminat mengikuti bermanfaat, bukan atas dasar pemahaman yang
kuliah FIP. Adapun penjelasan tentang semakin mungkin pernah mereka peroleh. Misalnya penjelasan
ketertarikan/keberminatan mereka mengikut kuliah mereka dapat dilihat dalam berbagai contoh berikut:
FIP antara lain adalah sebagai berikut: terkait dengan semua yang dipelajari pasti ada manfaatnya,
metode perkuliahan, dosen dalam memberikan materi menambah wawasan mahasiswa, mahasiswa lebih
kuliah enak dan mudah diterima, tidak sesulit seperti mengetahui dan mengerti, mahasiswa memperoleh
dibayangkan sebelumnya; terkait dengan materinya, gambaran yang jelas, memenuhi jumlah SKS yang
tidak membahas teori-teori dari berbagai filsuf, harus ditempuh, pengetahuan yang diberikan pada
melainkan mengajak mahasiswa untuk mencari dan setiap kuliah pasti bermanfaat.
menemukan secara langsung ilmu pengetahuan Sedangkan terkait dengan pertanyaan yang
sebagai obyeknya dan membehasnya secara diberikan/diisi setelah mereka mengikuti kuliah,
rasional, menyeluruh dan mendasar; berkenaan terkait dengan meningkatkan mahasiswa merasakan
dengan manfaat, mahasiswa merasakan bahwa manfaat dari FIP ini, kiranya dapat dilihat pada
kuliah FIP membantu mahasiswa untuk berpikir, jawaban mereka. Seluruh mahasiswa, 42 (100%),
mengembangkan pola pikir dalam memandang dan memilih bahwa perkuliahan FIP dapat meningkatkan
menyikapi suatu hal, tidak hanya melihat dari satu pemahaman mahasiswa, bahwa FIP bermanfaat bagi

137
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 132-143

mereka. Dan hal tersebut dapat dilihat pada bahwa dalam bertindak diperlukan pemikiran dan
penjelasan mereka. Pemahaman manfaat tidak hanya perencanaan yang matang agar tujuan yang
sekedar didasarkan pada kepercayaan bahwa setiap diinginkan tercapai; memberikan motivasi pada
hal yang diberikan dalam kuliah mesti bermanfaat, mahasiswa agar berpikir untuk dapat menemukan
tetapi lebih didasarkan pada pemahaman mereka pemecahan atas permasalahan yang dihadapinya.
tentang Filsafat Ilmu Pengetahuan, setelah mereka
memang telah menerima secara nyata dalam 4.3 Memahami Alasan Memperoleh
perkuliahan. Kuliah FIP
Setelah mengikuti perkuliahan FIP, mahasiswa Berkenaan dengan alasan mengapa mahasiswa
tidak hanya menjawab bahwa FIP itu bermanfaat memperoleh matakuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan,
berdasarkan kepercayaan bahwa setiap matakuliah ternyata berdasarkan table di atas, pada awal
yang diberikan sebagaimana lain-lainnya pada perkuliahan terdapat 13 (31%) mahasiswa kurang
umumnya mesti baik, melainkan lebih berdasarkan tahu atau sedikit tahu, dan 29 (69%) tidak tahu.
pengalaman yang diterima dan dirasakan sendiri Ter nyata selur uh mahasiswa (100%) kurang
bahwa perkuliahan FIP yang diikuti tersebut mengetahui atau bahkan tidak mengetahui tentang
memang bermanfaat, dengan penjelasan-penjelasan alasan mereka memperoleh kuliah Filsafat Ilmu
sebagai berikut: terkait dengan kegiatan berpikir, FIP Pengetahuan. Dan ketidak tahuan mereka dapat
memberi motivasi mahasiswa agar berpikir untuk dilihat dalam bagian yang dapat mereka isi dengan
dapat menemukan pemecahan atas permasalahan- penjelasan: selain ada 5 mahasiswa yang tidak
permasalahan yang dihadapinya; mendorong mengisi, banyak yang menyatakan tidak tahu dengan
mahasiswa untuk berpikir rasional, radikal, berbagai penjelasan, misalnya bahwa mahasiswa
komprehensif, dan progresif; membentuk pola pikir masih bingung, heran, masih asing, belum pernah
mahasiswa lebih mendalam, kompleks, kritis, logis, mempelajari, tidak ada penjelasan sebelumnya;
dan sistematis. Terkait dengan ilmu pengetahuan, namun ada pula yang memberikan alasan yang
FIP membantu mahasiswa untuk menemukan tujuan umum, misalnya: agar memperoleh nilai, agar
ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya, mempunyai pengetahuan tentang FIP, dan agar
memberikan pemahaman tentang ilmu pengetahuan memperoleh manfaat dari matakuliah FIP tersebut.
lebih baik (jelas, lengkap, mendalam, dan benar), Namun setelah mahasiswa mengikuti kuliah
memberikan pemahaman tentang ilmu pengetahuan FIP, setelah mengalami serta menerima isi perkuliahan
dari berbagai segi, sehingga memberikan pencerahan FIP, mereka semuanya, 42 (100%), menyatakan lebih
dan kejelasan, mahasiswa memperoleh pemahaman memahami alasan mengapa mereka memperoleh
tentang ilmu pengetahuan secara lengkap dan serta mengikuti kuliah FIP. Adapun alasan mereka
mendalam, menemukan ciri-ciri hakiki tentang ilmu memperoleh serta mengikuti kuliah FIP dapat dilihat
pengetahuan, unsure-unsurnya, dan tujuannya. dalam penjelasan mereka, kurang lebih sebagai
Terkait dengan perkuliahan di Prodinya, FIP berikut: terkait dengan ilmu pengetahuan sebagai
membantu mahasiswa untuk merefleksikan dan obyeknya, agar mahasiswa (sebagai warga masyarakat
memahami orientasi serta tujuan perkuliahan yang ilmiah) memahami ilmu pengetahuan dengan baik,
biasa diikutinya, menyadarkan mahasiswa bahwa serta dapat melaksanakan dengan baik pula, mahasiswa
mengikuti kuliah itu merupakan suatu kebutuhan memperoleh pencerahan dan memiliki pengetahuan
demi perkembangan selanjutnya; mahasiswa yang luas, mendalam, dari berbagai sudut pandang
menemukan kejelasan, keutuhan, dan kebenaran tentang ilmu pengetahuan, mahasiswa memahami
pemahaman tentang ilmu pengetahuan, dengan ilmu pengetahuan dengan baik, sehingga mengerti
segala unsur-unsurnya serta tujuannya. Dan terkait tujuan yang hendak dicapai dalam mempelajari ilmu
dengan kehidupan, FIP membantu mahasiswa untuk pengatahuan; terkait dengan perkuliahan yang
merefleksikan serta menerapkan ilmu pengetahuan menjadi tugas pokoknya, agar mahasiswa tidak
yang diterimanya dalam kehidupan sehari-hari; hanya sekedar melakukan r utinitas kegiatan
mahasiswa mendapatkan pencerahan dan dapat perkuliahan yang dirasa tidak memiliki makna,
mengubah kebiaaan lama yang salah menjadi namun mahasiswa diharap mampu merefleksikan
kebiasaan yang benar; mahasiswa mengetahui orientasi perkuliahan secara jelas, ser ta dapat

138
Paulus Wahana, Persepsi Mahasiswa terhadap Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan ....

menerapkan dalam kehidupan mereka secara nyata, adalah secara filosofis, membahas secara rasional
agar mahasiswa lebih bertanggungjawab lagi dalam (kritis, logis, sistematis), obyektif, menyeluruh,
mengikuti kuliah, serius dalam memahami ilmu mendalam, dengan tujuan yang diharapkan memahami
pengetahuan yang digelutinya, sehingga ilmu ilmu pengetahuan secara lengkap dengan aspek-
pengetahuan tersebut kelak dapat digunakan dalam aspeknya (sebagai proses, prosedur, dan sebagai
kehidupan mereka. produk), jelas dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, dan dapat memotivasi mahasiswa
4.4 Mengetahui Gambaran melakukan kegiatan ilmiah dengan baik.
Perkuliahan FIP
Berdasar table di atas, terdapat 34 (81%) 4.5 Mengetahui Kegiatan Berpikir
mahasiswa yang tidak memahami gambaran tentang Berdasar table di atas, pada awal perkuliahan
perkuliahan FIP, dan yang menyatakan sedikit atau FIP terdapat 23 (55%) mahasiswa yang sedikit/
kurang mengetahui tentang gambaran perkuliahan kurang mengetahui tentang kegiatan berpikir, dan
FIP ada 6 (14%). Sehingga mahasiswa yang menyatakan terdapat 12 (28%) tidak mengetahui tentang kegiatan
sedikit atau kurang mengetahui hingga tidak berpikir. Terdapat 35 (83%) mahasiswa sedikit atau
mengetahui gambaran perkuliahan FIP berjumlah 40 kurang mengetahui hingga tidak mengetahui
(95%). Sedang yang menjawab mengetahui ada 2 (5%), tentang kegiatan berpikir. Dan hanya 7 (17%)
dan yang sangat mengetahui tidak ada. Meskipun mahasiswa mengetahui tentang kegiatan berpikir.
baru akan memulai kuliah, namun sudah ada yang Hal ini tentu saja mengejutkan: meskipun mahasiswa
menjawab mengetahui serta sedikit mengetahui sudah biasa melakukan kegiatan berpikir, namun
gambaran tentang perkuliahan FIP; dan memang mereka tenyata tidak memiliki pemahaman yang
sebagian besar tidak memberikan penjelasan (24 jelas tentang kegiatan berpikir. Sembilan orang
orang tidak tahu karena belum mengikuti perkuliahan tidak memberikan keterangan, sedang tiga orang
FIP, dan 7 orang tidak mengisi penjelasan). menyatakan tidak menger ti. Adapun kualitas
Meskipun ada beberapa yang menjawab pemahaman mereka tentang kegiatan berpikir pada
sedikit mengetahui atau bahkan ada yang menjawab awal perkuliahan dapat dilihat dalam penjelasan dari
mengetahui, namun ternyata gambaran mereka mahasiswa yang menjawab mengetahui, sebagai
tentang perkuliahan FIP tidak benar, tidak sesuai berikut: berkenaan dengan tujuan, kegiatan berpikir
dengan apa yang akan senyatanya dikuliahkan. Hal bertujuan untuk memahami diri dan lingkungannya,
tersebut dapat kita lihat dalam beberapa contoh memperoleh pengetahuan baru, mencari yang baik,
sebagai berikut: mereka memiliki gambaran tentang mengungkapkan pendapat tentang sesuatu hal
perkuliahan FIP sebagai yang mempelajari seputar yang ada dalam pikiran, dapat menjalankan yang
ilmu kependidikan, mempelajari tentang manusia dipikirkannya, membantu perkembangan hiidup.
dengan alam semesta, mempelajari untuk menjadi Terkait dengan cara berpikir yang baik adalah
manusia yang berguna, mempelajari cara ahli filsafat berpikir positif dan optimis.
berpikir untuk menunjang ilmu yang dipelajari Namun setelah mengikuti perkuliahan FIP,
mahasiswa, mempelajari sejarah awal munculnya seluruh mahasiswa 42 (100%) memilih jawaban
ilmu pengetahuan, dan mempelajari ilmu-ilmu yang bahwa mereka lebih memahami tentang kegiatan
pasti sulit. berpikir. Peningkatan pemahaman tentang kegiatan
Mengikuti kuliah FIP memang dapat berpikir tersebut dapat dilihat dalam penjelasan
meningkatkan pengetahuan mereka tentang berikkut. Meskipun setiap penjelasan belum
gambaran perkuliahan FIP. Dan setelah mengikuti lengkap, karena memang merupakan penjelasan
perkuliahan FIP, ternyata seluruh mahasiswa, 42 singkat, namun masing-masing penjelasan cukup
(100%), memilih jawaban lebih dapat mengetahui memiliki kebenaran jawaban. Dan bila disintesekan
gambaran perkuliahan FIP. Adapun peningkatan antara jawaban yang satu dengan yang lain, kita
pengetahuan mereka dapat dilihat dalam penjelasan, dapat menemukan penjelasan yang lengkap tentang
yang kurang lebih sebagai berikut: berkenaan kegiatan berpikir: terkait penyebab, kegiatan berpikir
dengan obyek yang dibahas, FIP membahas ilmu dipicu oleh adanya persoalan, pertanyaan, adanya
pengetahuan; sedangkan cara yang digunakan rasa penasaran untuk ingin tahu, adanya keraguan,

139
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 132-143

ser ta adanya permasalahan yang dihadapinya. dasar dari pengetahuan, untuk memperoleh
Terhadap persoalan dan pertanyaan tersebut orang pengetahuan yang jelas dan benar orang harus
terpicu untuk berpikir dengan tujuan memperoleh berpikir secara kritis, logis, dan sistematis. Bila
penjelasan/keterangan untuk menemukan jawaban jawaban-jawaban tersebut di atas disintesekan, maka
yang jelas, yang benar. Sedangkan terkait dengan akan diperoleh keterangan/penjelasan yang lengkap
masalah yang dihadapinya, orang terpicu untuk tentang hubungan antara kegiatan berpikir dengan
berpikir dengan tujuan memperoleh kejelasan pengetahuan. Dengan berpikir orang dapat memperoleh
konteks masalahnya, dan akhirnya menemukan pengetahuan, sehingga untuk memperoleh
solusinya/pemecahannya. Dan untuk sampai pengetahuan yang jelas dan benar, orang perlu
memperoleh penjelasan/keterangan/pencerahan, berpikir dengan sungguh-sungguh, yaitu berpikir
serta akhirnya menemukan jawaban yang sebenarnya, kritis, logis, dan sistematis, dan terkait dengan yang
ser ta menghasilkan pemecahan, orang har us dipikirkan perlu dipikirkaan secara obyektif,
mengusahakan cara pemikiran yang sungguh- menyeluruh, dan mendalam.
sungguh, yaitu berpikir yang rasional (kritis, logis,
sistematis), obyektif, menyeluruh dan mendalam. 4.7 Mengetahui Perbedaan
Antara Pengetahuan
4.6 Mengetahui Hubungan Kegiatan dan Ilmu Pengetahuan
Berpikir dengan Pengetahuan Berdasar table di atas, sebelum perkuliahan
Berdasar table di atas, pada awal perkuliahan FIP dimulai, mahasiswa yang memberikan pilihan
FIP, terdapat 13 (31%) mahasiswa yang tidak sedikit/kurang mengetahui tentang perbedaan
mengetahui hubungan kegiatan berpikir dan pengetahuan dan ilmu pengetahuan ada 18 (43%),
pengetahuan, dan terdapat 28 (67%) mahasiswa yang dan yang memilih tidak mengetahui ada 21 (50%).
sedikit/kurang mengetahui tentang hubungan Dengan demikian mahasiswa yang memilih sedikit/
kegiatan berpikir dengan pengetahuan. Dengan kurang mengetahui hingga tidak mengetahui tentang
demikian terdapat 41 (98%) mahasiswa yang sedikit/ perbedaan pengethuan dengan ilmu pengetahuan
kurang memahami hingga tidak memahami tentang ada 39 (93%). Sedangkan yang memilih jawaban
hubungan antara kegiatan berpikir dengan pengetahuan. mengetahui perbedaan antara pengetahuan dan ilmu
Sedang yang memilih mengetahui ada 1 (2%). Yang pengetahuan hanya ada 3 (7%). Di samping banyak
tidak memberikan penjelasan ada 5 orang, sedang mahasiswa yang tidak mengisi penjelasannya (8
yang memberikan jawaban belum memahami ada 2 orang) dan menyatakan tidak tahu (7 orang), namun
orang. Adapun kualitas penjelasan tentang pengetahuan kualitas pengetahuan mereka tentang perbedaan
mereka tentang hubungan antara kegiatan berpikir antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan dapat kita
dengan pengetahuan dapat dilihat dilihat sebagai lihat kurang lebih sebagai berikut: terkait dengan
berikut: berpikir diperoleh dari dalam individu wujudnya, pengetahuan adalah hasil dari ilmu
sedang pengetahuan dari luar individu, pengetahuan pengetahuan, sedangkan ilmu pengetahuan
berhubungan dengan kegiatan berpikir, pengetahuan merupakan teori dan kumpulan kerangka pikir;
menjadi bahan untuk berpikir, berpikir dan pengetahuan pengetahuan adalah apa yang telah kita ketahui,
sama-sama diperoleh dari pengalaman, dengan telah kita pahami, sedangkan ilmu pengetahuan
berpikir orang dapat menimbang-nimbang mana menyangkut hal-hal yang perlu kita ketahui dan kita
yang baik dan benar tentang pengetahuan. gali, serta berupa teori-teori. Terkait dengan cara
Setelah mengikuti perkuliahan FIP, ternyata atau sumber nya, pengetahuan diperoleh dari
seluruh mahasiswa 42 (100%) memilih jawaban informasi dan pengalaman, sedangkan ilmu
lebih dapat mengetahui hubungan antara kegiatan pengetahuan dari belajar; pengetahuan diperoleh
berpikir dengan pengetahuan. Adapun peningkatan dari berbagai informasi, sedangkan ilmu pengetahuan
pengetahuan tentang hubungan kegiatan berpikir dari pengalaman; pengetahuan dari berbagai
dengan pengetahuan, dapat dilihat dalam penjelasan kegiatan, sedangkan ilmu pengetahuan dari kegiatan
mahasiswa, yang kurang lebih sebagai berikut: belajar saja; pengetahuan mencakup banyak hal
kegiatan berpikir manjadi sarana memperoleh dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan ilmu
pengetahuan yang jelas, kegiatan berpikir menjadi pengetahuan diperoleh dalam pengajaran formal;

140
Paulus Wahana, Persepsi Mahasiswa terhadap Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan ....

pengetahuan berdasar dari sumber yang sudah ada, tentang gambaran menyeluruh ilmu pengetahuan
sedangkan ilmu pengetahuan berasal dari sumber- ada 8 orang (19%), sedangkan yang memberikan
sumber lain; pengetahuan bisa didapatkan dimana jawaban tidak mengetahui gambaran menyeluruh
saja, sedangkan ilmu pengetahuan didapatkan dalam ilmu pengetahuan ada 34 (81%). Dengan demikian
lingkup pendidikan. mahasiswa yang memilih jawaban sedikit/kurang
Setelah perkuliahan FIP berlangsung, ternyata mengetahui dan memilih jawaban tidak mengetahui
hampir semua mahasiswa, 39 (93%) menjawab bahwa ada 42 orang (100%). Dengan demikian tidak ada
mereka lebih dapat mengetahui perbedaan antara responden yang memberikan jawaban mengetahui
pengetahuan dan ilmu pengetahuan, dan hanya 3 tentang gambaran menyelur uh tentang ilmu
(7%) menyatakan tidak. Ada pun peningkatan pengetahuan. Meskipun banyak yang tidak
pengetahuan mereka dapat dilihat dalam penjelasan memberikan penjelasan (22 mahasiswa) dan ada 8
mereka, yang kurang lebih sebagai berikut: terkait mahasiswa menyatakan belum memiliki gambaran
dengan lingkup atau cakupannya, ilmu pengetahuan menyelur uh tentang ilmu pengetahuan, karena
merupakan salah satu jenis pengetahuan, sehingga belum mempelajarinya, namun kita dapat memperoleh
untuk mengetahui ilmu pengetahuan kita perlu sedikit gambaran pemahaman mereka, dengan
memahami pengetahuan terlebih dahulu; pengetahuan melihat beberapa penjelasan mereka yang kurang
cakupannya lebih luas, sedangkan pengetahuan lebih lebih sebagai berikut: terkait dengan gambaran
sempit. Terkait dengan kualitasnya, pengetahuan umum, ilmu pengetahuan mer upakan sebuah
hasilnya belum tentu benar, sedangkan ilmu kerangka berpikir yang sistematis, mer upakan
pengetahuan hasilnya dapat diandalkan kebenarannya, rangkuman semua ilmu; tentang obyek yang
hasilnya pasti dan dapat dipertanggungjawabkan; dipelajari, ilmu pengetahuan mempelajari hubungan
pengetahuan begitu mudah diperoleh, namun hasil manusia dengan alam semesta, segala hal ikhwal
tidak selalu memuaskan, sedangkan ilmu pengetahuan pengetahuan manusia, tentang alur berpikir yang
menghasilkan kebenaran pengetahuan yang lebih logis dan sistematis; sedangkan terkait dengan
dapat dipercaya, lebih dapat diandalkan, karena manfaatnya, ilmu pengetahuan membantu kita
telah diusahakan lebih serius; ilmu pengetahuan mempelajari pengetahuan, memberi manfaat dalam
merupakan kegiatan akal-budi yang menghasilkan kehidupan sehari-hari. Nampak bahwa gambaran
pengetahuan yang lebih jelas, sedangkan pengetahuan masih terlalu umum, belum menunjukkan kekhasan
hanya sekedar tahu, tetapi kurang jelas. Dan dari ilmu pengetahuan tersebut.
berkenaan dengan cara, pengetahuan diperoleh Setelah menjalani perkuliahan FIP, sebagian
secara langsung dari apa yang kita alami, sedangkan besar mahasiswa, 39 orang (93%), merasa dibantu
ilmu pengetahuan har us dipelajari dan diteliti mengetahui gambaran menyeluruh tentang ilmu
berdasar proses ter tentu; ilmu pengetahuan pengetahuan, dan masih ada 3 (7%) belum dapat
diusahakan lebih teratur (ilmiah), sedangkan mengetahui gambaran menyeluruh ilmu pengetahuan.
pengetahuan itu kacau, campur aduk, dan lebih Adapun kualitas pengetahuan mereka, dapat kita
untuk kepentingan hidup praktis sehari-hari; lihat dari penjelasan mereka, yang kurang lebih
pengetahuan adalah kegiatan mengetahui, sedangkan sebagai berikut: berkenaan dengan obyek yang
ilu pengetahuan merupakan salah satu pengetahuan, dipelajari, ilmu pengetahuan mempelajari seluruh
yang diusahakan secara sungguh-sungguh; pengetahuan kenyataan, segala yang ada, segala bidang serta
tanpa dipelajari sungguh-sungguh kita sudah tahu, aspek kehidupan, dan seluruh alam semesta dengan
karena dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, segala isinya serta aktivitasnya sejauh dapat diindera
sedangkan ilu pengetahuan harus dipelajari dengan secara langsung maupun tidak langsung; terkait
menggunakan metode ilmiah. dengan aspek pendekatan, ilmu pengetahuan dapat
dilihat dari 3 aspek pendekatan, yaitu sebagai proses,
4.8 Mengetahui Gambaran Menyeluruh prosedur, dan sebagai produk; terkait dengan cara,
Ilmu Pengetahuan ilmu pengetahuan merupakan kegiatan berpikir yang
Dari table di atas, sebelum mahasiswa diusahakan secara ilmiah, yaitu diusahakan secara
mengikuti kegiatan perkuliahan FIP, mahasiswa yang rasional, kritis, logis, sistematis, dan metodis;
memberikan jawaban sedikit/kurang mengetahui berkenaan dengan tujuan, menguak tabir dan

141
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 132-143

rahasia alam semesta untuk memperoleh kejelasan/ sebelumnya, enak dan gampang terima, selain
pencerahan dan kebenaran; sedangkan terkait memberikan pencerahan atau penjelasan
dengan manfaat, membantu kita dalam menjawab tentang kegiatan berpikir secara umum
dan memecahkan segala persoalan serta permasalahan maupun kegiatan berpikir dalam ilmu
yang kita hadapi. Bila penjelasan-penjelasan tersebut pengetahuan.
disintesekan atau digabungkan satu sama lain, d) Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan yang
kiranya akan saling melengkapi serta menghasilkan telah diikuti mahasiswa ter nyata dapat
gambaran secara menyelur uh tentang ilmu meningkatkan pemahaman mahasiswa
pengetahuan sebagai berikut: ilmu pengetahuan tentang materi pokok perkuliahan, yaitu
merupakan kegiatan berpikir manusia (yang dapat kegiatan berpikir, pengetahuan, maupun ilmu
dipahami sebagai proses, prosedur, dan produk) pengetahuan.
yang berusaha menguak rahasia alam semesta e) Model pembelajaran kontekstual-refleksif
dengan segala isinya serta aktivitasnya sejauh dapat yang berbasis Pedagogi Ignasian nampaknya
diindera secara langsung atau tidak langsung, cocok untuk dipakai dalam penyelenggaraan
dengan meneropong dari berbagai sudut penglihatan, perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan,
ser ta melakukan kajian lebih mendalam, yang karena mahasiswa tidak hanya sekedar diberi
diusahakan secara obyektif, kritis, logis, sistematis, informasi atau penjelasan tentang ilmu
dan metodis, dalam rangka untuk memperoleh pengetahuan, namun mahasiswa dituntun
penjelasan/pencerahan/keterangan, sehingga dapat untuk melakukan kegiatan berpikir, baik
membantu kita dalam menjawab serta memecahkan berpikir secara umum terkait dengan kehidupan
berbagai macam persoalan serta masalah yang kita sehari-hari, maupun berpikir ilmiah terkait
hadapi. dengan ilmu pengetahuan, dan mencoba
untuk merefleksikan cara-cara serta langkah-
langkah yang telah dilakukan dan kemudian
7. SIMPULAN DAN SARAN dibahas.

7.1 Simpulan 7.2 Saran


Berdasar data dari kuesioner yang telah diisi Berdasarkan simpulan di atas, kiranya dapat
mahasiswa dapat diperoleh beberapa kesimpulan diberikan beberapa saran sebagai berikut:
sebagai berikut:: a) Berhubung kegiatan berpikir pada umumnya
a) Pada awal kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan maupun kegiatan berpikir ilmiah, merupakan
ter nyata mahasiswa sebenar nya sudah hal yang sangat penting dalam kegiatan
tertarik mengikuti perkuliahan Filsafat Ilmu akademis, dan bila di Prodi tidak ada matakuliah
Pengetahuan, serta mengharap ada manfaatnya, yang mampu menuntun mahasiswa untuk
meskipun lebih didasari oleh kepercayaan melakukan kegiatan berpikir pada umumnya
akan manfaat dari setiap matakuliah yang maupun berpikir ilmiah dengan baik,
disediakan oleh Universitas, bukan atas dasar alangkah baiknya mahasiswa memperoleh
kekhasan manfaat dari matakuliah FIP. matakuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan.
b) Meskipun sudah biasa menjalani, yaitu b) Filsafat Ilmu Pengetahuan sebenar nya
menjalani kegiatan ilmiah melalui perkuliahan, merupakan matakuliah yang menarik serta
namun ternyata pada awal kuliah mahasiswa dirasa bermanfaat bagi mahasiswa, bila
belum memahami sedemikian jelas tentang menggunakan model pembelajaran yang
kegiatan berpikir, tentang pengetahuan, ilmu sesuai. Agar perkuliahan Filsafat Ilmu
pengetahuan secara umum, maupun secara Pengetahuan tidak dirasa dan dianggap hanya
khusus yang dipelajarinya dalam program sekedar membebani dan menghambat kuliah
studi mereka. mahasiswa, sebaiknya perkuliahan Filsafat
c) Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan yang Ilmu Pengetahuan perlu direncanakan dan
telah diikuti mahasiswa ternyata dirasakan diselenggarakan dengan sungguh-sungguh,
sebagai yang menarik dan bermanfaat, karena dengan model pembelajaran yang sesuai.
ternyata tidak terlalu sulit seper ti dikira

142
Paulus Wahana, Persepsi Mahasiswa terhadap Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan ....

DAFTAR PUSTAKA Pusat Pengembangan dan Penjaminan Mutu


Pembelajaran (P3MP). 2007. Hibah
Brian P.Hall. 1973. Value Clarification as Learning Kompetisi Model Pembelajaran Berbasis
Process. New York: Paulist Press. Pedagogi Ignasian (Pedoman). Yogyakarta:
Depar temen Pendidikan Nasional Direktorat Universitas Sanata Dharma.
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Siberman, Melvin L. 2001. Active Learning: 1001
Direktorat Pendidikan Lanjutan Per tama. Strategi Pembelajaran Aktif (Penerjemah
2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Sarjuli dkk.). Yogyakarta: Yappendis.
Teaching and Learning). The Liang Gie. 1997. Pengantar Filsafat Ilmu.
Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Yogyakar ta: Liber ty.
Learning. Thousand Oaks, Califor nia: Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM.
Cor win Press, Inc. 2003. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liber ty.
Jujun S. Suriasumantri. 1985. Filsafat Ilmu. Jakarta: Wahana, Paulus. 2007. Filsafat Ilmu Pengetahuan
Sinar Harapan. (Bahan-bahan Kuliah), Yogyakar ta.
Provinsi Indonesia Serikat Yesus. 1987. Ciri-ciri
Khas Pendidikan pada Lembaga Pendidikan
Yesuit. Yogyakarta: Kanisius.

143
PENGEMBANGAN MATERI PENDIDIKAN KESADARAN
DAN KEPEDULIAN LINGKUNGAN
MENGGUNAKAN MODEL CONSERVATION SCOUT
UNTUK SISWA KELAS III B SD N JETIS 1 YOGYAKARTA
Paulus Yuli Suseno, Eny Winarti, dan Wahyu Wido Sari
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022
Email: paulusyulisuseno@gmail.com

ABSTRACT

This research was motivated by observation results of Grade III B Students attitudes and behaviors
towards the environment, during the researcher implementing activities of PPL in SD N Jetis 1
Yogyakarta. Interviews were also held to analyze student’s need, the results of interviewing the 5
students, the teacher, and the headmaster indicated that there was a need of experiment materials.
This research aimed to develop a material in the form of Educational Materials of Awareness and
Care about The Environment, a merger of lesson plan day one and day two, Experiment Materials,
and Experiment Guideliness written by the researcher et al. The materials aimed to provide
environmental education for Grade III Students. Hopefully, they are getting aware and care about
the environment. Research methodology used was Research and Development (R&D), by implementing
2 steps of materials development according to Tomlinson (Harsono, 2015). The materials had been
evaluated by Natural Science Expert, Linguist, and Teacher of Grade III before being implemented.
The evaluation results obtained an average score 3.54, so that the materials included in the category
of “very proper” to be implemented further. The Experiment Guideliness were also evaluated by 4
students of Grade III B through interviews, they felt happy because they could read and doing the
steps of the acivities in the guidelines.
Keywords : materials development, educational of awareness and care about the environment,
Conservation Scout Model.

1. PENDAHULUAN metode diskusi kelompok. Siswa antusias ketika


diminta untuk melakukan kegiatan yang berhubungan
Pengalaman mengobservasi pembelajaran di dengan tumbuhan. Mereka pernah diminta untuk
kelas III B hari Selasa 26 Juli 2016, memotivasi menanam biji kacang hijau dalam sebuah wadah
peneliti untuk melakukan observasi lanjutan hingga kecil pada saat pembelajaran IPA. Dari hari ke hari,
peneliti menyelesaikan kegiatan PPL di SD N Jetis siswa mulai terlihat tidak menyirami kembali
1 Yogyakar ta. Sekolah beralamatkan di Jalan tanaman kacang hijau yang sudah tumbuh tersebut.
Pasiraman No. 02, Cokrokusuman, Cokrodiningratan, Pengalaman lain yang menjadi bahan kajian
Jetis, Yogyakarta, tepat berada di sebelah selatan observasi adalah saat siswa kelas III B mengikuti
perempatan Jalan A.M Sangaji Yogyakarta. Mata kegiatan “SEMUTLIS” hari Jumat tanggal 7 Oktober
kuliah wajib Mahasiswa PGSD Universitas Sanata 2016 dengan cara memunguti sampah dengan
Dharma Semester 7 yakni Program Pengalaman panduan dari Bapak K selaku Guru kelas VI. Siswa
Lapangan, berlangsung dari tanggal 18 Juli 2016 bersemangat mencari sampah sebanyak-banyaknya
hingga 22 Oktober 2016. dikarenakan instruksi dari Bapak K. Perilaku baik
Berdasarkan wawancara dengan Guru kelas siswa kelas III B terhadap lingkungan sekolah
III B tanggal 12 Agustus 2016, disimpulkan bahwa setelah kegiatan “SEMUTLIS” selesai, tidak terlihat
kemampuan siswa untuk memahami informasi yang kembali oleh mata dan perasaan peneliti hingga
bersifat konkret seperti materi IPA dan IPS cukup kegiatan PPL selesai dilaksanakan. Berdasarkan
tinggi. Motivasi belajar mereka juga tinggi ketika observasi dan wawancara, peneliti menilai bahwa
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan siswa kelas III B kurang memiliki kesadaran dan

144
P. Yuli Suseno, Eny Winarti, & Wahyu Wido Sari, Pengembangan Materi Pendidikan Kesadaran dan ....

kepedulian lingkungan khususnya terhadap sampah Keprihatinan terhadap cara berpikir dan
dan tumbuhan. perilaku siswa kelas III B terhadap lingkungan,
Sebagian besar siswa kelas III B tumbuh dan mendorong peneliti untuk berusaha mengembangkan
besar di daerah sekitar Jetis. Lingkungan Jetis pola pikir siswa melalui pendidikan lingkungan.
sendiri menurut Nila Ardhanie selaku Direktur Beberapa ahli pendidikan, Davis (1998: 148), Stapp
Amrta Institue for Water Literacy, masuk dalam lima (1997: 34), NEEAC (dalam Thomson dan Hoffman,
kecamatan paling potensial mengalami krisis air 2002: 6) memaparkan bahwa pendidikan lingkungan
(Lathiva, dalam Harian bernas.com, 2016). Eko mer upakan sebuah proses untuk membentuk
Teguh Paripurno selaku Peneliti Penanggulangan kesadaran, pemahaman, sikap, dan kebiasaan
Bencana UPN Yogyakar ta menyatakan bahwa manusia agar lebih ber tanggungjawab terhadap
permukaan air di Kota Yogyakarta terus menurun lingkungan. Pendidikan lingkungan menjadi sarana
sebanyak 15-50 cm sejak tahun 2006 akibat penyampaian pengetahuan lingkungan serta untuk
maraknya pembangunan hotel dan berkurangnya mengupayakan peningkatan kesadaran dan kepedulian
lahan hijau (Mawa dalam tir to.id, 2016). Paus manusia terhadap kondisi lingkungan (Hamzah,
Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’ (2015: 22) 2013: 35-36). Neolaka (2008) menjelaskan kesadaran
menyampaikan pandangannya bahwa keberadaan air lingkungan sebagai keadaan tergugahnya jiwa
minum segar merupakan topik yang paling penting. sehingga mendorong seseorang mampu untuk
Air sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan menentukan mana yang baik dan yang buruk bagi
untuk mendukung ekosistem di darat dan perairan. lingkungan. Nar wanti (dalam dalam Handayani,
Bencana banjir di sekitar Sungai Winongo dan 2013: 25) menjelaskan kepedulian lingkungan
Bedog Kabupaten Bantul bulan Maret 2016, serta sebagai tindakan dengan tujuan untuk mengembangkan
banjir di daerah sekitar MM UGM, Jalan Solo, Jalan upaya-upaya untuk mencegah ker usakan pada
Kaliurang, dan Jalan Godean, terjadi dikarenakan lingkungan.
banyaknya sampah yang menumpuk dan akhirnya Data-data yang didapatkan dari kegiatan
menyumbat saluran air. Sampah yang menyumbat observasi dan wawancara menjadi acuan bagi peneliti
saluran air tersebut diyakini adalah sampah rumah untuk melakukan penelitian dan pengembangan
tangga yang dibuang sembarangan oleh manusia (Research and Development). Metode yang dapat
(Apriyadi dalam Tribun Jogja, 2016). Sampah yang digunakan adalah dengan menyediakan suatu
dibuang oleh manusia ke sungai juga membuat layanan pembelajaran yang dapat mengarahkan dan
sungai menjadi kotor dan keruh. Berita terjadinya menguatkan terwujudnya tindakan yang bertanggung
bencana banjir tersebut menjadi perhatian lain bagi jawab terhadap lingkungan pada diri siswa (Hungerford
peneliti, sebab daerah Jetis menjadi salah satu dan Volk dalam Hamzah, 2013: 36, Clayton dan
daerah yang dilewati Sungai Code. Myers, 2014: 360). Prosedur dan prinsip pengembangan
Kegiatan wawancara bersama guru kelas III materi menurut Tomlinson (dalam Harsono, 2015)
B yang kedua dilakukan pada hari Rabu, 23 akan digunakan untuk menyusun sebuah materi
November 2016. Guru menceritakan pengalamannya pembelajaran dikarenakan fokus pada pengembangan
ketika mengajarkan materi yang bersifat praktik isi materi. Pengembangan materi menurut Tomlinson
ternyata dapat membuat siswa bersemangat dan dimaksudkan untuk mengembangkan bahan-bahan
senang. Kegiatan pratikum diyakini oleh guru dapat apapun yang dapat digunakan untuk membantu
mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran (Tomlinson, 2005).
Pada hari yang sama, peneliti melakukan wawancara Penelitian ini berusaha untuk mengembangkan
kepada lima Siswa kelas III B SD N Jetis 1 sebuah materi pembelajaran dengan judul “Materi
Yogyakarta yang dipilih sendiri oleh guru kelas. Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan”.
Kelima siswa yang diwawancarai menyatakan bahwa Materi tersebut ditawarkan kepada guru dan seluruh
mereka membutuhkan panduan pratikum. Kegiatan Siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta. Peneliti
wawancara yang dilakukan bersama dengan Kepala melandaskan diri pada pandangan beberapa tokoh
SD N Jetis 1 Yogyakar ta pada hari Kamis, 01 ternama yakni (1) pandangan Maria Montesori,
Desember 2016 pukul 08.00 WIB juga menunjukkan bahwa melalui permainan anak-anak dapat
hal yang sama. mengaktualisasikan dirinya (Montesori, 2002), (2)

145
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 144-150

Jean Piaget (dalam Crain, 2007: 167-224) bahwa untuk membantu pelaksanaan pembelajaran seperti
kemampuan berpikir anak usia 7-11 tahun dapat buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, video,
berkembang dengan baik jika dihadirkan aktivitas handout, dan dari internet.
konkret, dan (3) Lev Semionovich Vygotsky (dalam Penelitian ini mengembangkan materi berupa
Slavin, 2011: 59) bahwa seorang anak bisa berkembang “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian
menjadi lebih baik berkat kehadiran orang lain Lingkungan menggunakan Model Conservation
di sekitarnya atau justru menjadi scaf folder bagi Scout” untuk memberikan pendidikan lingkungan
orang lain. kepada Siswa kelas III B SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta.
Model Conservation Scout (CS) yang merupakan Pelaksanaan pengembangan materi disesuaikan
salah satu model pembelajaran inovatif untuk dengan dua langkah pengembangan dari lima langkah
memberikan pendidikan konser vasi sederhana pengembangan materi menurut Tomlinson. Kelima
kepada anak dengan menyenangkan (Suseno, 2016: langkah pengembangan materi menurut Tomlinson
4) digunakan oleh peneliti. Metode eksperimen (dalam Harsono, 2015), yaitu: (1) Analisis kebutuhan
sederhana, teknik peer tutoring dan kampanye siswa, (2) Desain, (3) Implementasi, (4) Evaluasi,
digunakan dalam penyusunan materi. Materi dan (5) Revisi. Penelitian ini menggunakan dua
Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan langkah pengembangan yakni analisis kebutuhan
merupakan penggabungan Rencana Pelaksanaan siswa dan desain.
Pembelajaran Hari 1 (RPP H1), Silabus H1, dan Instrumen dan materi yang sudah disusun
Materi Eksperimen “Penyebab Banjir” karya Adelia sebaiknya dilakukan evaluasi materi oleh ahli,
Surya Putri serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran validasi dalam penelitian ini termasuk dalam bagian
Hari 2 (RPP H2), Silabus H2, dan Materi Eksperimen evaluasi materi. Penyusunan materi yang dikembangkan
“Fungsi Akar” karya Paulus Yuli Suseno. Implementasi oleh peneliti juga didasarkan pada 10 prinsip
materi dilakukan secara terintegrasi dalam pengembangan materi menurut Tomlinson (2005).
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Kesepuluh prinsip yang dikemukakan oleh Tomlinson
materi “Ker usakan Alam dan Cara Menjaga antara lain (1) memiliki pengaruh bagi pembelajar,
Kelestarian Alam dan Perilaku Manusia Yang Peduli (2) membuat pembelajar merasa nyaman dan bahagia,
Lingkungan”. Penyusunan materi ini didasarkan (3) mengembangkan kepercayaan diri, (4) relevan
pada latar belakang, tujuan, serta harapan yang sama untuk pembelajar, (5) membuat pembelajar tertarik,
yakni memberikan pendidikan lingkungan kepada (6) memberikan penjelasan, (7) memperhatikan
anak-anak Kelas III SD N Jetis 1 agar lebih sadar gaya belajar siswa, (8) memperhatikan sikap afektif
dan peduli terhadap lingkungan. yang berbeda, (9) memberdayakan kemampuan
intelektual, emosional, dan menstimulasi otak kanan
dan otak kiri, dan (10) terwujudnya feedback.
2. METODE Peneliti berusaha melandaskan diri pada
etika-etika atau kaidah-kaidah pokok dalam proses
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian, oleh karena itu peneliti menggunakan
penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan prinsip pelaksanaan penelitian sesuai dengan yang
atau Research and Development (R&D). Terdapat diharapkan Institutional Review Board (IRB). Nama
beberapa macam desain metode penelitian dan dari masing-masing partisipan yang terlibat dalam
pengembangan dari beberapa ahli seperti Borg & penelitian ini akan disamaran demi mengantisipasi
Gall (1983) dan Dick & Carey (2003). Penelitipun resiko yang akan diterima atas keterlibatannya
memutuskan untuk menggunakan desain menurut dalam penelitian ini. Bahasa penelitian yang
Tomlinson dikarenakan fokus pada pengembangan digunakan diusahakan untuk tidak mengarah kepada
materi. Tomlinson mer upakan salah satu ahli ras, etnis, atau pun jenis kelamin.
terkemuka di dunia pada pengembangan materi Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri
untuk pembelajaran bahasa (Aneheim University, Jetis 1 Yogyakar ta yang beralamatkan di Jalan
2016). Tomlinson (2005) menyampaikan bahwa Pasiraman No.02, Dusun Cokrokusuman, Kelurahan
pengembangan materi adalah pengembangan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Provinsi Daerah
terhadap bahan-bahan apapun yang dapat digunakan Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan

146
P. Yuli Suseno, Eny Winarti, & Wahyu Wido Sari, Pengembangan Materi Pendidikan Kesadaran dan ....

selama 5 bulan dimulai pada bulan Juli 2016 sampai digunakan berdasarkan hasil validasi dari dua ahli,
dengan bulan Desember 2016. Lokasi sekolah tepat akan tetapi tetap perlu diperbaiki sesuai saran dari
berada di sebelah selatan perempatan Jalan A.M validator.
Sangaji Yogyakarta, dekat dengan Sungai Code yang
berjarak kurang lebih sekitar 500 meter dari sekolah. 2.3 Teknik Analisis Data
Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa kelas III B Data yang digunakan dalam penelitian ini
SD N Jetis 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 berupa data kualitatif yang diperoleh dari hasil
yang berjumlah 24 siswa dengan jumlah siswa laki- obser vasi, wawancara, dan saran ahli serta data
laki sebanyak 10 dan siswa perempuan sebanyak 14. kuantitatif yang diperoleh dari hasil validasi
instrumen wawancara. Data kualitatif di dapat dari
2.1 Teknik Pengumpulan Data hasil kegiatan observasi pembelajaran di kelas. Hasil
Teknik pengumpulan data yang digunakan dari kegiatan wawancara yang dilakukan bersama
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dengan kepala sekolah, guru, ser ta siswa juga
kuesioner, dan dokumentasi. Penelitian ini dijadikan sebagai data kualitatif untuk dianalsis.
menggunakan teknik obser vasi non-pastisipan. Hasil validasi dari ahli IPA dan bahasa yang berupa
Peneliti melakukan observasi di kelas III B SD N kritik, komentar, dan saran juga digunakan untuk
Jetis 1 Yogyakarta pada saat pembelajaran yang memperbaiki kualitas materi dengan harapan
berkaitan dengan lingkungan seperti IPS atau pun semakin layak untuk digunakan. Data kuantitatif
IPA sedang berlangsung. Obser vasi dilakukan pada penelitian ini berupa skor penilaian dari hasil
selama peneliti melaksanakan kegiatan PPL selama validasi materi oleh ahli IPA, ahli bahasa, dan guru.
4 bulan. Teknik wawancara yang digunakan peneliti Data yang diperoleh dianalisis menggunakan kriteria
adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara penilaian menurut Sukardjo (2006). Skala yang
ditujukan kepada narasumber yaitu siswa kelas III digunakan peneliti memiliki 4 pilihan. Skor rata-rata
B, Gur u kelas III B, dan Kepala SD N Jetis 1 yang didapatkan kemudian ditentukan kategorinya
Yogyakarta. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian dengan kriteria yaitu “sangat layak” jika X (skor rata-
ini adalah kuesioner tertutup. Lembar kuesioner rata) > 3,4, “layak” jika 2,8 < X < 3,4, “cukup” jika
diberikan kepada ahli IPA dan ahli bahasa serta 2,2 < X < 2,8, dan “kurang layak” jika 1,6 < X < 2,2.
Guru kelas III A dan III B sebagai instrumen untuk
memvalidasi materi. Pengambilan data melalui
dokumentasi selama kegiatan berlangsung, digunakan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai data empiris untuk memperkuat hasil
penelitian dan diharapkan dapat membuat deskripsi Materi yang dikembangkan oleh peneliti
tentang hasil penelitian menjadi lebih konkret. berjudul “Materi Pendidikan Kesadaran dan
Kepedulian Lingkungan”. Proses pengembangan
2.2 Instrumen Penelitian materi pada penelitian ini menggunakan dua langkah
Instrumen yang digunakan dalam penelitian pengembangan materi menurut Tomlinson, kedua
ini adalah wawancara dan kuesioner. Daftar pertanyaan langkah tersebut antara lain sebagai berikut:
wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan
Siswa dan Guru kelas III B serta kepala sekolah SD 3.1 Analisis Kebutuhan
N Jetis 1 Yogyakarta terhadap materi eksperimen. Hasil observasi dan wawancara baik terhadap
Kuesioner digunakan untuk mengetahui kualitas siswa, guru, dan kepala sekolah, menjadi dasar bagi
instrumen, perangkat pembelajaran, dan materi peneliti untuk menarik kesimpulan bahwa Sekolah,
eksperimen. Instr umen wawancara yang sudah Guru, dan Siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta
disusun kemudian dilakukan validasi terlebih dahulu membutuhkan materi dan panduan eksperimen.
kepada ahli sebelum digunakan. Pembelajaran IPA yang berlangsung masih sebatas
Keempat instrumen wawancara yang sudah pada konsep ilmu lingkungan, siswa belum diajak
divalidasi oleh ahli IPA mendapat skor rata-rata 36,8 untuk memahami pentingnya lingkungan ser ta
dan mendapat skor rata-rata 36,25 dari ahli bahasa. bagaimana hubungan manusia dengan keberagaman
Keseluruhan instrumen dinyatakan sudah layak lingkungan alami dan buatan. Peneliti meyakini

147
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 144-150

bahwa siswa belum mencapai pada tahap sadar dan Garis-garis besar pembelajaran yang sudah
peduli sepenuhnya, berdasar pada hasil kajian dan dikoreksi oleh dosen pembimbing kemudian
refleksi antara teori kesadaran Bloom dan pengalaman dikembangkan menjadi RPP yang sesuai dengan
peneliti selama melaksanakan kegiatan PPL. Kurikulum KTSP 2006. RPP disusun dengan
Materi dan panduan yang diharapkan oleh menggunakan Pendekatan Paradigma Pedagogi
sekolah, guru, dan siswa kelas III B antara lain Reflektif (PPR), Model Conservation Scout, Metode
sesuai dengan kurikulum, SK dan KD, berisikan tanya jawab, diskusi, demonstrasi, dan eksperimen
langkah-langkah kegiatan yang jelas beserta gambar- sederhana, serta Teknik kampanye dan peer tutoring.
gambarnya, bentuk hurufnya dapat dibaca dengan Peneliti kemudian mengembangkan sebuah Materi
mudah, berbentuk kotak atau persegi panjang, tidak Eksperimen berjudul “Fungsi Akar” sebagai
membahayakan, tidak terlalu mahal ketika dibuat terlaksananya Model CS. Panduan Eksperimen
kembali, berwarna-warni, dan bermanfaat atau berguna “Fungsi Akar” untuk siswa juga dikembangkan untuk
bagi pembaca khususnya dapat membimbing anak mewujudkan Pendidikan Emansipatoris.
agar peduli terhadap lingkungan. Bahan ajar tersebut dikembangkan menjadi
sebuah buku pegangan guru dengan judul “Materi
3.2 Desain Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan”.
Sepuluh (10) prinsip pengembangan materi Sharing yang dilakukan peneliti bersama rekan
menurut Tomlinson (2005) yang diyakini relevan yakni Adelia Sur ya Putri sebelum melakukan
dengan penelitian ini, digunakan oleh peneliti. validasi materi, mendorong peneliti dan rekan untuk
Peneliti memilih mata pelajaran IPA sebagai sarana menyatukan karya menjadi satu. Bentuk akhir dari
untuk memberikan pendidikan lingkungan kepada desain materi yang dikembangkan menjadi dua buah
siswa kelas III B. Materi pembelajaran pada RPP dan Silabus serta Materi Eksperimen “Fungsi
“Bab XIII. Cara Manusia Dalam Memelihara dan Akar” dan “Penyebab Banjir”. RPP H 1 dan H2
Melestarikan Alam” digunakan sebagai dasar menggunakan aspek memahami dan menganalisis
penyusunan isi materi. Langkah selanjutnya adalah untuk ranah pengetahuan, aspek merespon dan
menyusun garis-garis besar pembelajaran berdasarkan bertanggungjawab dalam RPP H 2 sedangkan aspek
panduan lembar students’ need analysis pemberian menghargai dalam RPP H 1 untuk ranah sikap,
dosen pembimbing. Poin-poin utama dalam aspek respon terpimpin dalam RPP H 1 dan H2,
panduanpun sebelumnya dikembangkan menjadi aspek persepsi, dan aspek adopsi dalam RPP H 2
Silabus pembelajaran. untuk ranah perilaku menurut Bloom (Notoatmodjo
dalam Jamanti, 2014).

Gambar 1. Isi Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan

148
P. Yuli Suseno, Eny Winarti, & Wahyu Wido Sari, Pengembangan Materi Pendidikan Kesadaran dan ....

Komponen terakhir dari materi adalah bahwa panduan eksperimen yang dikembangkan
penutup yang berisikan biografi peneliti dan rekan. sudah memenuhi 10 prinsip pengembangan materi
Biografi yang dijelaskan oleh peneliti antara lain menurut Tomlinson.
nama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan ditempuh,
kegiatan yang pernah diikuti, dan foto.
Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian 4. KESIMPULAN
Lingkungan yang mer upakan satu kesatuan
kemudian dipisah menjadi dua bagian. Bagian Proses pengembangan Materi Pendidikan
per tama yakni RPP H1 dan RPP H2, divalidasi Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan untuk Siswa
dengan menggunakan instrumen validasi perangkat kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakar ta dilakukan
pembelajaran. Bagian kedua yakni Materi Eksperimen berdasarkan 2 langkah pengembangan materi menurut
“Penyebab Banjir dan “Fungsi Akar”, divalidasi Tomlinson (Harsono, 2015) yaitu (1) menganalisis
dengan menggunakan instrumen validasi kualitas kebutuhan siswa melalui kegiatan obser vasi dan
materi eksperimen. Data yang didapatkan dari hasil wawancara bersama siswa kelas III B, guru, dan
validasi materi oleh dua ahli dan dua orang guru kepala sekolah, ser ta (2) mendesain materi
kelas memperoleh skor rata-rata 3,54. Kualitas berdasarkan 10 prinsip pengembangan materi
materi yang dikembangkan peneliti berdasarkan menurut Tomlinson (2005). Hasil validasi materi
hasil validasi dapat dikategorikan “sangat layak”. oleh dua ahli dan dua orang guru kelas memperoleh
Panduan eksperimen untuk siswa menjadi skor rata-rata 3,54 sehingga materi dikategorikan
materi terakhir yang dikembangkan oleh peneliti. “sangat layak”, sedangkan berdasarkan hasil validasi
Kelima Siswa yang berinisial Rz, Ts, De, Jn, dan Di dari 4 siswa kelas III B yang menjadi validator, dapat
dipilih oleh peneliti menjadi validator. Wawancara disimpulkan bahwa panduan eksperimen yang
validasi materi eksperimen dilaksanakan pada hari dikembangkan sudah memenuhi 10 prinsip
Selasa, 29 November 2016. Hasil validasi dari 4 siswa pengembangan materi menurut Tomlinson.
kelas III B yang menjadi validator, dapat disimpulkan

DAFTAR REFERENSI Handayani, A. 2013. Peningkatan Sikap Peduli


Lingkungan Melalui Implementasi Pendekatan
Aneheim University. 2016. Brian Tomlinson, Ph.D., STM dalam Pembelajaran IPA Kelas IV di
(Online), (www.anaheim.edu). Diakses 1 SD N Keputran “A”. (Online), (http://
September 2016. eprints.uny.ac.id.). Diakses 7 Mei 2016.
Apriyadi, A. 2016. 1500 Meter Kubik Sampah Harsono, Y.M. 2015. Developing Learning Materials
Sumbat Pintu Air di Bantul, (Online), for Specific Purposes, (Online), (http://
(www.jogja.tribunnews.com). Diakses 3 Juli journal.teflin.org). Diakses 18 Juli 2016.
2016. Jamanti, R. 2014. Pengaruh Berita Banjir di Koran
Clayton, S. dan Gene Myers. 2014. Psikologi KALTIM terhadap Kesadaran Lingkungan
konservasi. Yogyakar ta: Pustaka Pelajar. Masyarakat Kelurahan Temindung Permai
Crain, W. 2007. Teori Perkembangan, Konsep dan Samarinda. E-Journal Ilmu Komunikasi, 2
Aplikasi. Yogyakar ta: Pustaka Pelajar. (1), 17-33. (Online), (http://ejournal.ilkom.
Davis, J. 1998. Young Children, Environmental fisip-unmul.ac.id). Diakses 7 Mei 2016.
Education and the Future. (Online), (http:/ Kr esna, M. 2016. R i s i k o d a n N a s i b B u r u k
/eprints.qut.edu.au/1309/1/davis.pdf), P e m b a n g u n a n H o t e l d i Yo g y a k a r t a .
diakses 18 Juli 2016. (Online), (www.tir to.id). 3 Juli 2016.
Hamzah, S. 2013. P e n d i d i k a n L i n g k u n g a n : Lathiva dan Thia Destiani. 2016. Jogja Darurat Air
Sekelumit Wawasan Pengantar. Bandung: Jadi Film Gambarkan Kekeringan 5
Refika Aditama. Kecamatan di Kota Yogyakar ta. (Online),
(www.buton.harianbernas.com). Diakses 20
September 2016.

149
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 144-150

Montessori, M. 2002. The Montessori Method. New Suseno, P.Y. 2016. Pendidikan Kesadaran dan
York: Dover Publications. Kepedulian Lingkungan pada Anak Melalui
Neolaka, A. 2008. Kesadaran Lingkungan. Jakar ta: Model Conservation Scout. Yogyakar ta:
Rineka Cipta. Symposium on Biology Education,
Paus Fransiskus. 2015. Ensiklik Laudato Si’, Program Studi Pendidikan Biologi,
tentang Perawatan Rumah Kita Bersama. Universitas Ahmad Dahlan.
Penerjemah: Martin Harun. Jakarta: Obor. Thomson, G. dan Jenn Hoffman. 2002. Measuring
Slavin, R.E. 2011. Psikologi Pendidikan: Teori dan the Success Environmental Education
Praktik. Jakar ta: Indeks. Programs. (Online), (http://www.peecworks.
Stapp, W.B. 1997. The Concept of Environmental org/peec/peec_inst/I01795F64.0/ee-
Education. (Online), (www.tandfonline.com). success.pdf). Diakses 18 Juli 2016.
Diakses 18 Juli 2016. Tomlinson. 2005. Materials Development in
Sukar djo. 2006. K u m p u l a n m a t e r i e v a l u a s i Language Teaching. United Kingdom:
pembelajaran. Prodi Teknologi Pembelajaran: Cambridge University Press.
PPs UNY.

150
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI MENYELESAIKAN MASALAH
YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU, JARAK
DAN KECEPATAN UNTUK SISWA KELAS V
Puji Purnomo dan Maria Sekar Palupi
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022
Email: purnomousd@yahoo.com

ABSTRACT

A good quality test is reserved that tested the validity, reliability, discrimination index, item difficultl,
and option analysis. This study departs from the existence of the potential and the problems of
teachers in need of sample test result good quality math learning because teachers trouble and did
not have enough time to make the test results of the study are of good quality. Based on the potential
and the problems, researchers encouraged to undertake research and development of test results of
learning math. The purpose of this research and development is to (1) develop the test results of the
study are of good quality and (2) describe the quality of the test results of the learning of
mathematics.The type of research used in this research is the research and development (R&D).
Product research and development procedures tests results of learning math is based on the
modification of the model of the Borg and Gall. There are a 10-step procedure research and
development advanced by the Borg and Gall. Research and development are only done up to step 5.
Keywords : test development, expert judgement, valid, mathematics, content validity.

1. PENDAHULUAN 97) ada sembilan langkah yang perlu ditempuh


dalam mengembangkan tes hasil belajar. Kesembilan
Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 langkah tersebut adalah: (1) menyusun spesifikasi
adalah usaha sadar dan terencana untuk tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah soal tes, (4)
mewujudkan suasana belajar dan proses melakukan ujicoba tes, (5) menganalisis butir soal
pembelajaran agar peser ta didik secara aktif tes, (6) memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8)
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki melaksanakan tes, dan (9) menafsirkan hasil tes.
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, Sistem penilaian yang baik akan memberikan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, ser ta gambaran yang tepat mengenai kemampuan peserta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, didik. Selanjutnya hal tersebut dapat mendorong
bangsa dan negara. Pendidikan merupakan salah pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang
satu faktor utama pembangunan dan kualitas sumber baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar
daya manusia, sehingga kualitas sumber daya yang lebih baik. Saat ini masih banyak guru yang
manusia tergantung dari kualitas pendidikan. Maju tidak memperhatikan kualitas soal tes hasil belajar
mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan sehingga kurang bisa mengukur kemampuan siswa
oleh maju mundurnya pendidikan. Menurut Suparno dengan tepat. Hasil wawancara dengan guru kelas
(2004: 125) Pendidikan di Indonesia masih V di SD N Sarikar ya, menunjukkan bahwa guru
terbelakang dan apabila pendidikan di Indonesia terkadang tidak menyusun tes sendiri karena
ingin maju, sekolah membutuhkan gur u yang kesulitan dalam menyusun tes, tidak mempunyai
profesional, berkualitas dan penuh dedikasi, baik cukup waktu, dan guru terbiasa mengambil tes dari
dalam penguasaan materi, cara menyampaikan berbagai sumber. Dalam penyusunan soal, guru
materi, cara membuat soal dan cara menjalin relasi menggunakan soal-soal dengan level kognitif Bloom
antara guru dan siswa. Menurut Mardapi (2008: 88- mengingat, memahami, dan mengaplikasikan.Guru

151
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 151-157

juga mengatakan jika membutuhkan contoh soal 2. METODE PENELITIAN


yang disusun dengan baik, berdasar langkah-langkah
kontruksi tes yang benar. Berdasarkan kebutuhan Jenis penelitian yang digunakan dalam
dari gur u mengenai contoh soal yang dibuat penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian
menggunakan langkah-langkah yang baik dan dan pengembangan atau Research & Development
menggunakan level taksonomi Bloom maka peneliti (R&D). Langkah-langkah penelitian dan Pengembangan
terdorong untuk melakukan pengembangan tes dilakukan berdasar langkah-langkah penelitian Borg
hasil belajar dengan melakukan penelitian dan dan Gall. Borg dan Gall (dalam Sugiyono 2012: 298)
pengembangan (Research and Development). Tes menyatakan ada 10 langkah pengembangan yaitu
hasil belajar yang dikembangkan oleh peneliti (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data,
menggunakan dimensi kognitif dari Taksonomi (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain,
Bloom yaitu mengingat, memahami, menerapkan, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba
menganalisis, menilai/mengevaluasi dan mencipta. produk, (9) revisi produk, dan (10) pembuatan
Soal-soal tersebut juga dikembangkan menggunakan produksi masal.

Gambar 1. Langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg dan Gall

langkah-langkah konstruksi soal yang bail. Materi 2.1 Teknik Pengumpulan Data
yang dikembangkan pada tes hasil belajar yaitu Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
materi pengukuran yang terdiri dari waktu, jarak, yaitu melalui wawancara dan kuesioner.
dan kecepatan.
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian 2.1.1 Wawancara
ini adalah: bagaimana mengembangkan tes hasil Sudijono (2011: 82) menjelaskan bahwa
belajar matematika dengan langkah-langkah yang wawancara merupakan teknik pengumpulan data
baik sehingga dapat digunakan untuk mengukur yang digunakan untuk menghimpun bahan-bahan
kemampuan peserta didik pada kompetensi dasar keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan
2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka,
waktu, jarak, dan kecepatan untuk kelas V sekolah dan memiliki tujuan tertentu. Wawancara dalam
dasar? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk penelitian ini digunakan untuk mengetahui analisis
memaparkan langkah-langkah pengembangan tes kebutuhan tes hasil belajar. Peneliti melakukan
hasil belajar matematika dengan langkah-langkah wawancara kepada guru kelas V SDN Sarikar ya.
yang baik sehingga dapat digunakan untuk mengukur Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
kemampuan peserta didik pada kompetensi dasar yaitu wawancara secara terstruktur menggunakan
2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pedoman wawancara dan panduan pertanyaan yang
waktu, jarak, dan kecepatan untuk kelas V sekolah dasar diajukan kepada narasumber.

152
Puji Purnomo & Maria Sekar Palupi, Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi ....

2.1.2 Kuesioner kelas V SD. Kuesioner tersebut berisi 16 butir


Angket atau kuesioner merupakan metode pernyataan dengan rentang skor 1-4. Validasi kuesioner
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara juga dilakukan terhadap kesesuaian setiap butir soal
memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan yang akan diujicobakan dengan indikator. Rentang
tertulis kepada responden untuk diberikan respon skor yang digunakan oleh peneliti berdasarkan skala
sesuai dengan permintaan pengguna. (Widoyoko, Likert. Penggunaan skala Likert dalam penelitian ini
2016: 33). Kuesioner dalam penelitian ini digunakan menggunakan model empat pilihan (skala empat).
untuk mengetahui kelayakan produk tes hasil belajar Skala disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan
matematika yang terdiri dari 16 butir pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan tingkatan.
kesesuaian butir soal dengan indikator. Kuesioner (Widoyoko, 2016: 104). Hasil validasi ahli dan guru
diberikan kepada satu ahli matematika yaitu dosen kemudian dianalisis dan dikategorikan ke dalam
matematika PGSD USD dan tiga guru kelas V SD Tabel 1 menurut skala likert (Widoyoko, 2015: 69).

Tabel 1 Kategori Skor Kuesioner

Interval Tingkat Pencapaian Kategori


3,25 < M < 4,00 Sangat Baik
2,50 < M < 3,25 Baik
1,75 < M < 2,50 Kurang Baik
0,00 < M < 1,75 Tidak Baik

yaitu guru SDN Perumnas Condongcatur, guru SDN Keterangan:


Sarikar ya dan guru SDN Karangasem. M = rerata skor pada aspek yang dinilai.
Peneliti memodifikasi langkah-langkah
2.2 Teknik Analisis Data penelitian dan pengembangan menurut Borg dan
Teknik analisis data yang digunakan dalam Gall (dalam Sugiyono, 2012: 298-311) untuk membuat
penelitian ini yaitu analisis data kualitatif dan pengembangan tes hasil belajar matematika
kuantitatif. kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk
2.2.1 Analisis Data Kualitatif siswa kelas V. Langkah-langkah tersebut dimodifikasi
2.2.1.1 Hasil Wawancara hingga pada langkah kelima. Menurut Sukmadinata
Wawancara dilakukan kepada guru kelas V (2009: 182-189) langkah-langkah penelitian dan
SDN Sarikarya untuk analisis kebutuhan. Analisis pengembangan dapat dimodifikasi dan disederhanakan
kebutuhan dilakukan untuk mengetahui permasalahan tanpa mengurangi esensinya. Kelima tahap yang
yang dihadapi guru dalam pembuatan tes hasil dilakukan peneliti adalah:
belajar. (1) potensi dan masalah Penelitian dapat
berangkat dari adanya potensi dan masalah.
2.2.1.2 Saran Validasi Produk Peneliti mencari masalah dengan melakukan
Saran dari validasi yang terdiri dari satu ahli analisis kebutuhan melalui wawancara dengan
matematika dan tiga guru kelas V SD yaitu SDN guru kelas V SDN Sarikarya yang bernama
Perumnas Condongcatur, SDN Sarikarya, dan SDN Pak Daru pada tanggal 19 Juli 2016. Wawancara
Karangasem akan digunakan peneliti untuk dilakukan untuk mengetahui bagaimana guru
memperbaiki produk tes hasil belajar matematika menyusun tes hasil belajar dan kebutuhan
agar layak untuk diujicobakan. guru terkait contoh tes hasil belajar yang
berkualitas baik yang sudah teruji validitas,
2.2.2 Analisis Data Kuantitatif reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran,
2.2.2.1 Kuesioner dan pengecoh. Masalah yang ditemukan
Kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti dalam penelitian ini guru kesulitan dalam
divalidasi oleh satu ahli matematika dan tiga guru membuat tes hasil belajar yang berkualitas

153
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 151-157

baik. Potensi dalam penelitian ini yaitu dan kecepatan. Setelah memilih Kompetensi
membuat tes hasil belajar matematika yang Dasar (KD) peneliti merumuskan indikator
berkualitas baik sehingga dapat menjadi berdasarkan taraf kognitif taksonomi bloom.
contoh bagi guru dan menjadi kumpulan soal Indikator yang dibuat peneliti sebanyak 14
untuk tes hasil belajar siswa. indikator. Setelah menyusun indikator, peneliti
(2) pengumpulan data Peneliti melakukan merumuskan soal sebanyak 60 butir soal. Soal
pengumpulan data dengan wawancara, kuesioner dibagi menjadi dua tipe yaitu soal tipe A dan
dan tes. Wawancara dilaksanakan pada soal tipe B. Masing-masing tipe soal terdiri
tanggal 19 Juli 2016, dengan mewawancarai dari 30 butir soal pilihan ganda.
guru kelas V SDN Sarikar ya. Wawancara (4) validasi desain Validasi desain yang digunakan
menggunakan pedoman wawancara. Dari dalam penelitian ini adalah validasi ahli (expert
hasil wawancara dapat diketahui bahwa guru judgment). Validasi bertujuan untuk menilai
membutuhkan contoh tes hasil belajar dan mengetahui kelayakan produk tes hasil
matematika. Lembar kuesioner digunakan belajar matematika sebelum diujicobakan.
untuk menilai kelayakan produk tes hasil Validasi ahli dilakukan oleh ahli matematika
belajar matematika. yaitu dosen matematika PGSD Universitas Sanata
(3) desain produk Peneliti mendesain produk tes Dharma dan tiga orang guru kelas V SD.
hasil belajar matematika dengan menentukan (5) revisi desain Revisi desain dilakukan setelah
kelas. Peneliti membuat tabel spesifikasi divalidasi oleh validator yaitu ahli matematika
produk dengan menentukan Standar Kompetensi dan tiga orang guru kelas V SD. Melalui
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Standar validasi peneliti mengetahui saran perbaikan
Kompetensi yang dipilih yaitu 2. Menggunakan untuk memperbaiki produk tes hasil belajar
pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan matematika sebelum diujicobakan.
dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar
(KD) yang dipilih yaitu 2.5 Menyelesaikan Langkah-langkah prosedur pengembangan
masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, akan ditunjukkan dalam bagan Gambar 2.

Gambar 2. Bagan Pengembangan yang Dilakukan Peneliti

154
Puji Purnomo & Maria Sekar Palupi, Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi ....

3. PEMBAHASAN sumber. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu


Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan mempelajari dahulu standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator. Setelah itu membuat kisi-kisi
3.1 Potensi dan Masalah dan membuat soal sesuai dengan kisi-kisi, (5) Bentuk
Penelitian pengembangan yang dilakukan tes yang dibuat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
berangkat berdasarkan adanya potensi dan masalah. pembuatan soal. Misalnya jika untuk mengetahui
Potensi yang dimiliki adalah guru sebagai pendidik kemampuan anak maka guru akan membuat soal
diharapkan memiliki kompetensi pedagogi. Kompetensi dalam bentuk pilihan ganda. Jika ingin melihat
pedagogi tersebut tidak hanya bagaimana guru pemahaman siswa maka guru akan membuat soal
mengelola pembelajaran namun juga bagaimana guru dalam bentuk uraian, (6) Tes yang dibuat sudah
mampu membuat instrumen evaluasi yang dapat berdasarkan taraf kognitif taksonomi Bloom, namun
mengukur dengan tepat kemampuan peserta didik. hanya sampai tahap ketiga yaitu mengingat,
Pembuatan instrumen tersebut tentu saja berdasar memahami, dan mengaplikasikan.
langkah-langkah pembuatan tes yang baik dan dapat
mengukur ranah kognitif secara menyeluruh. Namun, 3.3 Desain Produk
masih terdapat masalah berkaitan dengan pembuatan Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian
instrumen evaluasi tersebut, hingga saat ini masih ada ini berupa tes hasil belajar yang disusun berdasar
guru yang tidak membuat instrumen evaluasi sendiri langkah-langkah penyusunan tes yang baik. Desain
sehingga tidak mengetahui dengan pasti bagaimana produk yang disusun dalam penelitian ini mengadaptasi
kualitas soal yang digunakan untuk evaluasi. langkah penyusunan tes menurut Mardapi (2008: 88-
97) yaitu:
3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data awal dalam penelitian ini 3.3.1 Menyusun Spesifikasi Tes
menggunakan wawancara sebagai analisis kebutuhan Menyusun spesifikasi tes mencakup kegiatan:
guru. Peneliti mewawancarai guru kelas V SDN (1) menentukan tujuan tes. Tujuan tes yang penulis
Sarikarya pada tanggal 19 Juli 2016. Pertanyaan yang susun dapat digunakan sebagai tes formatif, maupun
diajukan kepada guru meliputi: (1) Apakah guru sumatif bergantung pada kebutuhan guru, (2) menyusun
mengetahui fungsi diadakan evaluasi pembelajaran, kisi-kisi tes. Peneliti membuat tabel spesifikasi produk
(2) Berapa kali evaluasi pembelajaran dilakukan, dengan menentukan Standar Kompetensi (SK) dan
(3) Langkah-langkah penyusunan tes yang ideal, Kompetensi Dasar (KD). Standar Kompetensi yang
(4) Bagaimana langkah penyusunan tes yang telah dipilih yaitu 2. Menggunakan pengukuran waktu,
dilakukan selama ini, (5) Bentuk tes yang dibuat, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan
(6) Apakah tes yang disusun, terutama berkaitan masalah. Kompetensi Dasar (KD) yang dipilih yaitu
dengan ranah kognitif disusun berdasar taksonomi 2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
Bloom, jika sudah sampai level mana. dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk kelas 5
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, SD. Setelah menentukan SK dan KD, peneliti
didapatkan data: (1) Guru mengetahui fungi dari membuat indikator sesuai dengan ranah kognitif
evaluasi pembelajaran yaitu sebagai alat ukur hasil taksonomi bloom yang telah direvisi, mulai dari
belajar siswa, (2) Gur u melakukan evaluasi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
pembelajaran kira-kira 5-6 kali dalam 1 semester baik mengevaluasi, hingga mencipta., (3) Memilih bentuk
secara formatif maupun sumatif. Secara formatif tes. Peneliti menentukan jenis tes yang akan menjadi
ketika ulangan harian, tengah semester dan produk yaitu tes pilihan ganda. Peneliti memilih tes
semester. Secara sumatif ketika ulangan kenaikan pilihan ganda karena jenis tes ini banyak digunakan
kelas. Evaluasi pembelajaran ulangan harian di sekolah baik sebagai tes tengah semester, tes
diadakan setiap selesai 1 atau 2 kompetensi dasar, akhir Semester, ujian sekolah, maupun ujian
(3) Langkah-langkah membuat soal seharusnya nasional. Bentuk tes pilihan ganda ini juga memiliki
memperhatikan standar komptensi, kompetensi keuntungan salah satunya soal-soal pilihan ganda
dasar dan kisi-kisi. Sesudah itu lalu membuat soal dapat mencakup materi yang luas (Widoyoko, 2016:
dan soal diuji validitas dan reliabilitas, (4) Langkah 74-77), (4) menentukan panjang tes. Peneliti juga
soal terkadang hanya mengambil soal dari berbagai menentukan jumlah butir soal yang dibuat. Jumlah

155
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 151-157

butir soal yang dibuat yaitu 60 butir soal berdasarkan dilakukan oleh ahli matematika dan 3 guru kelas V
kurva normal dengan menentukan tingkat kesukaran SD. Peneliti memperbaiki beberapa saran yang
soal sebesar 25% mudah, 50% sedang dan 25% sukar. diberikan oleh ahli dan ketiga guru kelas V SD.
Peneliti memperbaiki satuan jarak pada soal agar
3.4 Validasi Desain wajar dan memperbaiki soal analisis. Peneliti
Validasi desain dilakukan dengan menggunakan memperbaiki rumusan pokok soal agar tidak terlalu
validasi isi (content validity). Validasi isi dilakukan panjang dan memperbaiki penggunaan tanda baca
untuk melihat dan menilai materi dengan soal melalui untuk kalimat perintah. Revisi desain bertujuan
expert judgement untuk menilai dan mengetahui untuk memperbaiki produk tes hasil belajar
kelayakan produk sebelum diujicobakan. Produk matematika.
yang telah dibuat divalidasi oleh satu ahli
matematika dan tiga guru kelas V SD yaitu guru
kelas V SDN Sarikarya, guru kelas V SDN Perumnas 4. KESIMPULAN DAN SARAN
dan guru kelas V SDN Karangasem. Hasil validasi
ahli dan guru kemudian dikategorikan berdasarkan Kesimpulan berdasarkan hasil analisis data
skala Likert (dalam Widoyoko, 2015: 69). dan pembahasan pada bab IV adalah sebagai

Tabel 2: Kategori Skor Kuesioner

Interval Tingkat Pencapaian Kategori


3,25 < M < 4,00 Sangat Baik
2,50 < M < 3,25 Baik
1,75 < M < 2,50 Kurang Baik
0,00 < M < 1,75 Tidak Baik

Keterangan: berikut:Produk tes hasil belajar matematika materi


M= rerata skor pada aspek yang dinilai. pengukuran yang meliputi waktu, jarak, dan
Berdasar hasil validasi ahli matematika kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar
diperoleh skor 3,75 termasuk ke dalam kategori dikembangkan berdasarkan prosedur penelitian dan
sangat baik, hasil validasi dari guru kelas V SDN pengembangan Borg dan Gall. Terdapat 10 langkah
Sarikarya diperoleh skor 3,87 termasuk kedalam dalam prosedur penelitian dan pengembangan Borg
kategori sangat baik, hasil validasi guru kelas V SDN dan Gall, namun dalam penelitian dan pengembangan
Perumnas diperoleh skor 3,06 termasuk kategori baik, ini hanya dilakukan hingga langkah ke 5 yaitu (1) potensi
dan validasi guru kelas V SDN Karangasem diperoleh dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain
skor 3,93 termasuk ke dalam kategori sangat baik. Dari produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain.
ke empat validator diperoleh skor rata-rata 3,65 dan Maka saran yang dapat peneliti berikan
termasuk kedalam kategori sangat baik. berkaitan dengan pengembangan tes hasil belajar

Tabel 3: Rerata Hasil Penilaian Validator Ahli

No. Validasi Hasil Rata-rata


Skor Kategori
1. Validasi ahli matematika 3,75 Sangat Baik
2. Validasi guru kelas V SDN Sarikarya 3,87 Sangat Baik 3,65
3. Validasi guru kelas V SDN Perumnas 3,06 Baik Sangat Baik
4. Validasi guru kelas V SDN Karangasem 3,93 Sangat Baik

3.5 Revisi Desain matematika adalah: Sebaiknya penelitian dan


Revisi desain dilakukan setelah peneliti pengembangan tes hasil belajar matematika menurut
menerima saran dari hasil validasi yang telah teori Borg dan Gall dilanjutkan minimal hingga

156
Puji Purnomo & Maria Sekar Palupi, Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi ....

langkah ketujuhagar dapat diketahui kualitas tes secara empiris, reliabilitas, daya beda, tingkat
hasil belajar yang disusun berkaitan dengan validitas kesukaran dan analisis pengecoh.

DAFTAR PUSTAKA Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode


P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n. Bandung: PT
Anderson & Karthwol. 2010. Kerangkan Landasan Remaja Rosdyakar ya.
untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Supar no, Paul. 2004. Gur u Demokratis di Era
A s e s m e n R e v i s i Te k s o n o m i B l o o m . Reformasi. Jakar ta: Grasindo.
Yogyakar ta: Pustaka Pelajar. Suprananto & Kusaeri. 2012. Pengukuran dan
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Penilaian Pendidikan. Yogyakar ta: Graha
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ilmu.
Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Undang-undang Dasar Republik Indonesia Nomor
Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakar ta: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Kanisius. Nasional bab II pasal 3.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Widoyoko, Eko Putro. 2015. Teknik Penyusunan
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Instrumen Penelitian. Yogyakar ta: Pustaka
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pelajar.
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan W idoyoko, Eko Putr o. 2016. Teknik Teknik
R&D. Bandung: Alfabeta. P e n y u s u n a n I n s t r u m e n P e n e l i t i a n.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Yogyakar ta: Pustaka Pelajar
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

157
PENGEMBANGAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
YANG MENGINTEGRASIKAN EDUBUNTU
Theresia Yunia Setyawan
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022
Email: theresiayunia@usd.ac.id

ABSTRACT

Along with the vast advance of technology as well as the development in the field of education itself,
integrating technology into learning becomes something unavoidable. Apart from being user-friendly
and flexible, the technology integrated into learning should be accessible and giving learning
opportunities for anyone wishing to learn. The use of open source opens the gates for the integration
of technology which is user-friendly, flexible, accessible to anyone, and most of all, free of charge.
Edubuntu as one of the free/open source software (FOSS) designed especially for classroom teaching
and learning is expected to be able to help teachers, especially those teaching at the elementary
levels, in integrating technology into their classrooms easily. As Edubuntu is still viewed as a relatively
new program in Indonesia, this research is aimed at describing the steps of integrating the open
source into the processes of classroom learning and teaching as well as at designing a sample
lesson plan that can later serve as a model for elementary school teachers in designing a lesson
plan integrating Edubuntu on their own.
Keywords : Edubuntu, lesson plan, primary school.

1. PENDAHULUAN tahan terhadap serangan spyware, virus, malware,


dsb. yang bertebaran di dunia maya.
Disadari maupun tidak, semakin cepat dan Bagi para pelaku dalam dunia pendidikan,
pesatnya perkembangan teknologi berdampak pula khususnya dunia pendidikan dasar, FOSS dipandang
pada semakin cepat dan pesatnya kemajuan dalam mampu menawarkan keunggulan-keunggulan yang
dunia pendidikan. Kemajuan dalam bidang teknologi akan membantu perkembangan diri dan peningkatan
telah mampu memberikan kemudahan akses dan keterampilan siswa, baik secara kognitif, afektif,
menyediakan kesempatan belajar bagi semua orang maupun psikomotorik. Sejalan dengan pemikiran
tanpa batasan ruang maupun waktu. Salah satu tersebut, Pfaf fman (2008) menyatakan bahwa
kemajuan yang signifikan dalam bidang pendidikan memperkenalkan, mengajarkan cara menggunakan
adalah diintegrasikannya penggunaan free/open program-program open source dan memberikan
source software (FOSS) dalam kegiatan belajar kesempatan pada siswa untuk sedini dan sesering
mengajar sehari-hari di sekolah dan kelas-kelas di mungkin mengakses, bekerja dan menyelesaikan
dalamnya (Johnston, Begg, & Tanner, 2013; Shaame, tugas-tugas dengan menggunakan program-program
2014). Karena sifatnya yang merupakan open source, tersebut akan memberikan pilihan yang lebih luas
program-program semacam ini bisa digunakan oleh kepada mereka dalam memilih dan menggunakan
siapapun tanpa harus mengeluarkan biaya lisensi program-program komputer yang ada. Pfaffman
apapun. Program-program tersebutjuga relatif cepat menambahkan, program-program semacam ini juga
karena membutuhkan memori yang lebih sedikit akan mendorong siswa untuk tetap menggunakan
daripada program-program sejenis yang dibuat oleh keterampilan yang telah mereka peroleh di sekolah
perusahaan-perusahaan komersial seperti Microsoft tanpa harus dihadapkan pada pilihan antara membeli
atau Apple. Selain itu, program-program yang atau membajak program-program komputer tertentu.
bersifat open source juga relatif lebih stabil karena Bagi guru, Pfaffman meyakini penggunaan program-

158
Theresia Yunia Setyawan, Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....

program open source akan mampu membantu didesain untuk menunjang pembelajaran di sekolah
mereka untuk membuat keputusan-keputusan dan terdiri dari perangkat lunak tambahan seperti
yang lebih baik mengenai pengintegrasian teknologi GCompris yang terdiri dari 100 aktivitas pembelajaran
demi terlaksananya kegiatan pembelajaran yang seper ti matematika, membaca, komputer, sains,
lebih efektif. geografi, maupun subyek-subyek pembelajaran yang
Edubuntu merupakan salah satu FOSS yang lain (Orlof f, 2009:14). Perangkat lain yang bisa
paling banyak digunakan dalam dunia pendidikan ditemukan dalam Edubuntuadalah paket KDE
dewasa ini (Mor & Winters, 2008; Shaame, 2014). Edutainment yang mirip dengan GCompris, dan
Sebagai varian dari Ubuntu yang dikhususkan untuk kalender SchoolTool yang memungkinkan guru,
menunjang proses pembelajaran, Edubuntu memiliki siswa maupun orang tua untuk saling terhubung dan
beragam aplikasi pendidikan yang bisa digunakan berbagi informasi yang berkaitan dengan jadwal atau
mulai dari tingkat pendidikan paling dasar (pendidikan agenda sekolah.
anak usia dini/prasekolah) sampai dengan pendidikan Seperti yang telah disinggung sebelumnya,
tinggi. Keberagaman aplikasi pendidikan yang manfaat pertama yang didapatkan dari pengintegrasian
disediakan diharapkan akan mampu mengembangkan Edubuntu di lingkungan pendidikan adalah penggunaan
keterampilan siswa dalam memecahkan masalah perangkat lunak yang legal baik di sekolah maupun
sejak dini karena memberikan kesempatan kepada di rumah. Hal ini sangat dimungkinkan karena
siswa untuk menjalankan sistem operasi alternatif Edubuntudapat digunakan secara internasional di
selain Windows dan Macintosh sejak mereka mulai seluruh penjuru dunia (Zymaris&Patten, 2008).
diperkenalkan pada perangkat komputer (Lewis, Selain itu, perangkat lunak seperti yang bersifat open
2007). source seper ti Edubuntu dapat dijalankan pada
Di lain pihak, Edubuntu juga mampu memberikan komputer-komputer lama yang spesifikasinya sudah
kesempatan pada para guru dengan keterampilan tidak memungkinkan bagi program-program
komputer terbatas untuk mengintegrasikan berbayar seperti Windows atau Macintosh.
teknologi dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari Bagi para pelaku dunia pendidikan, khususnya
di kelas dengan mudah. Meskipun demikian, guru dan siswa sendiri, penggunaan Edubuntu juga
tidaklah dapat dipungkiri bahwa salah satu kendala memberikan dampak yang positif. Para guru dengan
terbesar dalam pengimplementasian penggunaan kemampuan komputer yang terbatas akan dapat
open source dalam dunia pendidikan adalah kurang dengan mudah mengintegrasikan penggunaan
dikenalnya perangkat lunak semacam ini oleh Edubuntu dalam kegiatan belajar dan mengajar di
para pelaku dunia pendidikan, khususnya di kelas dalam waktu yang relatif singkat. Tambahan
Indonesia. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan lain, seperti yang dipaparkan oleh Hylén (2006),
langkah-langkah pengintegrasian Edubuntu dalam educational open source seperti Edubuntu menawarkan
pembelajaran di kelas dan mengembangkan satu akses ke sumber-sumber belajar maupun materi
contoh rencana perencanaan pembelajaran (RPP) yang lebih fleksibel karena banyaknya aplikasi yang
yang mengintegrasikan aplikasi-aplikasi Edubuntu ditawarkan oleh open source tersebut.
yang bisa digunakan sebagai penunjang pembelajaran. Bagi siswa, khususnya mereka yang masih
Lebih jauh diharapkan agar para guru, khususnya, berada di tingkat pendidikan dasar, Edubuntu
para guru sekolah dasar, dapat memperoleh insight menumbuhkan ketertarikan tersendiri melalui tema-
dalam pengintegrasian penggunaan open source, temanya yang kid-friendly (Gambar 1). Selain itu,
dalam hal ini Edubuntu, dalam kegiatan belajar Edubuntu juga mudah untuk digunakan di rumah
mengajar di kelas sedini mungkin. dan mudah untuk dikelola bahkan untuk anak-anak
sekalipun karena dikemas dalam bentuk live CD
1.1 Pengintegrasian Edubuntu yang bisa langsung digunakan pada sistem operasi
dalam Pendidikan apapun tanpa perlu diunduh dan diinstal. Lebih dari
Edubuntu merupakan subproyek ketiga dari itu, Edubuntu akan memberikan kesempatan pada
Ubuntu yang dirilis pertama kali pada tanggal 13 para siswa yang masih duduk di tingkat sekolah
Oktober 2005 sebagai tambahan dari Ubuntu versi dasar untuk belajar secara lebih menyenangkan
5.10. Versi Edubuntu yang terbaru adalah versi 14.04 karena proses belajar dikemas dalam bentuk
yang dirilis pada tanggal 17 April 2014. Edubuntu permainan (learning disguised as fun). Melalui

159
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 158-173

permainan-permainan tersebut, mereka dapat belajar lingkungan pendidikan, hampir semua aplikasi yang
keterampilan membaca, mengeja, dan menalar ada dalam Edubuntu, baik yang berupa aksesoris,
(Hoover, 2008) dan mengeksplorasi kemungkinan- games, grafis, internet, maupun aplikasi-aplikasi
kemungkinan yang ditawarkan oleh teknologi masa pendidikan itu sendiri, bisa dimanfaatkan mulai dari
kini serta merasakan sensasi kecanggihan teknologi tingkat pendidikan dini (prasekolah) sampai
di ujung jari-jari mereka. pendidikan tinggi. Berikut adalah beberapa aplikasi
Edubuntu yang sesuai bagi siswa-siswa di tingkat
1.2 Aplikasi-aplikasi Edubuntu untuk pendidikan dasar, baik siswa prasekolah (1-5
Pendidikan Tingkat Dasar tahun), kelas bawah (6-8 tahun) maupun kelas atas
Sebagai variasi dari program Linux Ubuntu (9-11 tahun).
yang didesain secara khusus untuk digunakan dalam

Gambar 1. Salah Satu Contoh Tema Edubuntu bagi Anak-anak

Tabel 1: Aplikasi-aplikasi dalam Edubuntu

Kategori Aplikasi Detail SubyekPembelajaran Level


Aksesoris Kalkulator Penyelesaian hitungan aritmatika, Belajar mengetik angka; Matematika Semua level
saintifik, atau keuangan
Gedit Text Editor Mengedit teks Bahasa; Seni; Pengenalan keyboard Semua level
Pendidikan Blinken Simon Says – mengulang pola Warna; Keterampilan menggunakan Semua level
mouse (mengklik)
Kanagram Acak kata Kosa kata Bahasa Inggris; Mengeja Kelas atas
(spelling)
KBruch Berlatih dengan pecahan Matematika; Pecahan Kelas atas
KHangMan Hangman – menebak kata dengan Kosa kata Bahasa Inggris; Kelas atas
melengkapi huruf Mengeja (spelling)
Kig Geometri interaktif Matematika; Geometri Kelas atas
KTouch Bantuan mengetik huruf Pengenalan keyboard komputer Semua level
KWordQuiz Kartu flash kosa kata dan Program Kosa kata Bahasa Inggris; Semua level
Pembuat Kuis Bahasa asing; Latihan soal
Marble Atlas – globe virtual Geografi Semua level

160
Theresia Yunia Setyawan, Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....

Tabel 1: Lanjutan

Kategori Aplikasi Detail SubyekPembelajaran Level


Parley Latihan kosa kata Kosa kata Bahasa Inggris; Semua level
Bahasa asing; Latihan soal
TuxMath Matematika – Penjumlahan, Bilangan matematika Semua level
pengurangan, perkalian, pembagian,
bilangan positif/negatif
TuxPaint Berlatih menggambar Seni; Warna; Keterampilan Semua level
menggunakan mouse (mengklik)
VYM – View YourMind Peta pikiran/ide Bahasa dan sastra (keterampilan Kelas atas
menulis)
Permainan AisleRiot Solitaire Permainan kartu – menyusun kartu dari Keterampilan menggunakan mouse Kelas atas
yang bernilai terbesar ke terkecil dan (mengklik, klik dua kali, klik dan drag)
dengan urutan warna yang bergantian
(merah-hitam) maupun warna yang sama
dalam satu susunan kartu
Educational SuiteGcompris Permainan edukatif Pengenalan keyboard; Pengenalan Semua level
mouse; Warna; Suara; Memori;
Matematika; Keterampilan membaca;
Permainan strategi
Mahjongg Memasangkan tile – mengkliksebuah tile Keterampilan menggunakan mouse Semua level
dan memasangkannya dengan tile yang (mengklik); Memasangkan pola;
sama untuk menghilangkan tile-tile Memori
tersebut
Mines Menghilangkan ranjau tersembunyi Logika Kelas atas
dari area permainan
Potato Guy Mendadani Potato Guy Keterampilan menggunakan mouse Semua level
(mengklik); Kosa kata Bahasa Inggris
Quadrapassel Permainan tetrisa: Spasial Semua level
a. Menata balok-balok yang jatuh
b. Menggunakan tombol-tobol anak
panah pada keyboard
Sudoku Puzzle angka – mengisi setiap baris, Angka; Logika Semua level
kolom, dan segi empat dengan angka 1
sampai 9 tanpa boleh menggunakan
angka yang sama dua kali
Grafis KolourPaint Program untuk menggambar Seni; Warna; Bentuk-bentuk bangun Kelas bawah;
datar Kelas atas
OpenOffice.org Drawing Membuat dan mengedit gambar, Seni; Warna; Bentuk-bentuk bangun Semua level
diagram alur, dan logo datar
Office Dictionary Mencari definisi dan ejaan kata di kamus Penelitian; Referensi Semua level
online (dengan koneksi Internet)
OpenOffice.org Membuat dan mengedit slide Grafis presentasi Kelas atas
Presentation presentation dan halaman web
OpenOffice.org Menyelesaikan soal hitungan, Spreadsheets Kelas atas
Spreadsheet menganalisis informasi, mengelola daftar,
dan membuat diagram pada lembar kerja
spreadsheets

161
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 158-173

Tabel 1: Lanjutan

Kategori Aplikasi Detail SubyekPembelajaran Level


OpenOffice.org Membuat dan mengedit teks dan Permrosesan dokumen Kelas bawah;
Word Processor gambar dalam surat, laporan, dokumen, Kelas atas
dan halaman web
Sains Kstars Planetarium virtual Sains; Astronomi Kelas atas
Internet Firefox Penjelajah web Penelitian Semua level
Sumber: people.edubuntu.com/~lyz/ghana/Edubuntu%20Lesson%20Plans.pdf

Dari tabel di atas dapat diasumsikan bahwa kelas. Dengan semakin meningkatnya kemampuan
hampir segala jenis kegiatan pembelajaran yang para guru dalam mengintegrasikan aplikasi-aplikasi
biasa dilaksanakan di tingkat pendidikan dasar dapat Edubuntu, para guru diharapkan untuk tidak hanya
difasilitasi oleh Edubuntu. Hal terpenting yang harus mampu memberikan pengalaman belajar yang lebih
dilakukan oleh para guru adalah memilah dan memilih menarik dan bermakna bagi siswa namun juga dapat
aplikasi-aplikasi apa saja yang kiranya sesuai dengan meningkatkan pemahaman mereka mengenai tiga
usia maupun kemampuan anak didik mereka, baik domain penting dalam pendidikan (domain
kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. teknologi, pedagogi, dan konten) yang memiliki
Pemilihan dan pengintegrasian aplikasi yang sesuai keterkaitan yang sangat erat sehingga mampu
dengan materi pembelajaran dan juga kemampuan mengajarkan konten dengan metode dan teknologi
siswa diharapkan akan mampu meningkatkan yang sesuai (Schmidt et al., 2009; Baran, Chuang,
efektivitas proses belajar mengajar yang terjadi, dan & Thompson, 2011).
pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa lewat pengalaman-pengalaman
belajar yang lebih bermakna. 2. METODE PENELITIAN
Meskipun demikian, kurang dikenalnya
Edubuntu di lingkungan pendidikan menjadi Penelitian ini merupakan pendahuluan dari
salah satu kesulitan bagi para guru yang ingin penelitian pengembangan yang sedianya akan
mengintegrasikan Edubuntu dalam kegiatan dilaksanakan dalam tiga tahap. Tiga tahap tersebut
belajar mengajar. Memaparkan langkah-langkah adalah (a) tahap evaluasi diri yang terdiri dari dua
pengintegrasian aplikasi-aplikasi Edubuntu yang proses, yaitu proses analisis dan proses desain, (b)
sesuai, mulai dari memilih sampai dengan tahap pendesainan prototipe yang terdiri dari proses
menuangkannya ke dalam rencana pelaksanaan uji ahli (expert review), uji coba individu (one-to-one),
pembelajaran (RPP) diharapkan akan mampu uji coba kelompok kecil (small group), dan (c) tahap
memberikan gambaran pada para guru di tingkat uji lapangan yang mer upakan tahap terakhir
pendidikan dasar untuk memulai langkah awal (Tessmer, 1993). Ketiga tahap tersebut dapat
mereka dalam mengintegrasikan teknologi di dalam digambarkan dalam bagan (Gambar 2).

Gambar 2. Bagan Langkah-langkah Penelitian Pengembangan (Tessmer, 2013)

162
Theresia Yunia Setyawan, Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....

Proses analisis kebutuhan dilakukan dengan mampu meningkatkan kompetensi penguasaaan


mengumpulkan data awal yang berasal dari tiga teknologinya dalam pembelajaran, khususnya
puluh orang guru dari tiga sekolah dasar yang teknologi tidak berbayar yang dikhususkan bagi
berbeda mengenai penggunaan teknologi, khususnya pendidikan seperti Edubuntu.
yang bersifat open source dalam pembelajaran. Data
tersebut akan dikumpulkan dengan menggunakan
kuisioner yang diadaptasi dari kuisioner milik 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Schmidt, Baran, Thompson, Mishra, Koehler, dan
Shin (2009). Sejatinya, instrumen ini merupakan Data yang diperoleh melalui kuisioner analisis
instrumen evaluasi diri guru mengenai pengintegrasian kebutuhan menunjukkan bahwa responden guru
teknologi dalam pembelajaran. Untuk kepentingan tidak memiliki kesulitan akses terhadap TIK dan
penelitian ini, beberapa butir pernyataan maupun Internet yang ditunjukkan dengan tingginya nilai
per tanyaan telah dimodifikasi maupun tidak persentase yang diperoleh yang termasuk dalam
dipergunakan karena dianggap tidak relevan dengan kategori sangat tinggi (85,83%). Hal ini dimungkinkan
konteks penelitian ini. Skala penilaian juga telah karena sekolah-sekolah tempat para responden
dimodifikasi dari skala 5 (sangat tidak setuju, tidak berasal merupakan sekolah yang tergolong baik dan
setuju, ragu-ragu, setuju, dan sangat setuju) menjadi terletak di daerah perkotaan sehingga tidak memiliki
penilaian skala 4 menggunakan angka untuk kesulitan yang berhubungan dengan akses TIK
memudahkan perhitungan.Data yang terkumpul maupun internet. Reponden guru juga memiliki
melalui kuisioner ini akan digunakan sebagai titik minat, sikap, dan kepercayaan diri yang baik dalam
tolak perancangan rencana pelaksanaan pembelajaran penggunaan TIK dalam pembelajaran. Hal ini
(RPP) yang mengintegrasikan penggunaan Edubuntu. ditunjukkan dengan nilai persentase bagian minat
Data yang diperoleh melalui kuisioner berupa dan sikap terhadap penggunaan TIK serta kepercayaan
skor untuk masing-masing butir pertanyaan atau diri dalam menggunakan TIK sebesar masing-masing
pertanyaan. Langkah analisa data yang pertama 78% dan 60% yang termasuk dalam kategori baik.
adalah dengan menjumlahkan skor per nomor dari Sementara itu, nilai persentase yang diperoleh
masing-masing responden. Skor-skor yang ada pada pada bagian pengetahuan pedagogis, pengetahuan
bagian yang sama (yaitu bagian A, B, C, D, E, F, G, konten pedagogis, pengetahuan konten teknologi,
H, I, dan J) kemudian dijumlahkan dan dicari nilai pengetahuan pedagogis dan teknologi, ser ta
rata-ratanya sehingga diperoleh satu nilai skor untuk pengetahuan teknologi, pedagogis, dan konten,
masing-masing bagian dalam kuisioner. Nilai skor masing-masing adalah sebesar 58,48%, 57,78%,
ini kemudian dikonversi ke dalam bentuk presentase 55,56%, 49,87%, dan 51,11%. Nilai-nilai ini menunjukkan
dengan cara membagi skor tersebut dengan nilai bahwa pengetahuan guru yang meliputi (1) berbagai
maksimal untuk masing-masing bagian dalam kuisioner. macam pendekatan, metode, strategi, maupun teknik
Dengan mengadaptasi penilaian acuan patokan pembelajaran termasuk bagaimana menyusun
(PAP), skor presentase yang diperoleh dikategorikan rencana pembelajaran dan melakukan penilaian,
menjadi lima bagian, yaitu sangat baik jika bernilai (2) bagaimana memilih pendekatan, metode,
sama dengan 80% atau lebih, baik jika bernilai antara strategi, maupun teknik yang tepat untuk
60% - 79%, cukup jika bernilai antara 40% - 59%, mengajarkan suatu materi tertentu, (3) teknologi apa
rendah jika bernilai antara 20% - 39%, dan sangat saja yang bisa digunakan dalam pembelajaran untuk
rendah jika bernilai kurang atau sama dengan 19%. membantu proses belajar siswa, (4) bagaimana
Komponen-komponen teknologi yang mengintegrasikan teknologi-teknologi yang ada ke
dicantumkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam pembelajaran, dan (5) bagaimana suatu materi
(RPP) yang mengintegrasikan Edubuntu yang sehar usnya disampaikan dengan menggunakan
dikembangkan pada penelitian ini dipilih berdasarkan metode maupun teknologi yang sesuai, termasuk
hasil kuisioner yang telah diolah datanya dengan dalam kategori cukup atau sedang.
menggunakan langkah-langkah tersebut di atas. Hal Yang perlu mendapatkan perhatian adalah
ini dimaksudkan agar, selain mampu mengintegrasikan penguasaan aplikasi/perangkat lunak maupun
aplikasi-aplikasi berbasis Edubuntu, gur u juga kompetensi teknologi yang dimiliki oleh guru yang

163
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 158-173

termasuk dalam kategori rendah. Hal ini ditunjukkan pengeloaan kelas secara online dalam kegiatan
dengan nilai konversi yang hanya mencapi 38,37% belajar mengajarnya.
untuk penguasaan aplikasi/perangkat lunak dan Dengan memper timbangkan tingkat
38,70% untuk kompetensi teknologi yang dimiliki perkembangan kemampuan kognitif siswa serta
oleh guru. Jumlah nilai untuk setiap item menunjukkan hasil kuisioner analisa kebutuhan tersebut, akan
rendahnya kemampuan guru dalam penggunaan didesain rencana pelaksanaan pembelajaran untuk
multimedia, pembuatan peta konsep digital, pembelajaran di kelas atas, yaitu kelas V sekolah
pembuatan video pendukung pembelajaran, dan dasar sebagai contoh. Kelas V menjadi pilihan
pengelolaan kelas secara online. karena pada tingkat ini, siswa dianggap sudah
Dengan mengacu pada hasil kuisioner memiliki kemampuan kognitif, psikomotorik,
tersebut di atas, maka pengembangan rencana maupun afektif yang memadai untuk terlibat dalam
pembelajaran berbasis Edubuntu akan berfokus pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi di
untuk membantu guru dalam mengintegrasikan dalamnya. Dengan bertitik tolak pada Kurikulum
penggunaan multimedia, pembuatan peta konsep 2013 dan pendekatan saintifik yang menjadi ciri
digital dan video pendukung pembelajaran dalam khasnya, alah satu contoh rencana pelaksanaan
pembelajaran. Rencana pembelajaran yang disusun pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi
juga akan membantu gur u untuk melakukan berbasis Edubuntu untuk siswa kelas V sekolah
dasar dapat dipaparkan sebagai berikut.

Tabel 2: Sampel Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang Mengintegrasikan Edubuntu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/Semester : V/2
Tema/Subtema : Lingkungan Sahabat Kita/Pelestarian Lingkungan
Pembelajaran Ke : 5
Alokasi Waktu : 6 x 35 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agaima yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru dan tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannnya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
. 1. Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar Indikator
3.1 Menggali informasi dari teks laporan tentang Menemukan informasi dari teks
makanan dan rantai makanan, kesehatan laporan tentang makanan dan rantai makanan,
manusia, keseimbangan ekosistem, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem,
serta alam dan pengaruh kegiatan manusia serta alam dan pengaruh kegiatan manusia.
dengan bantuan guru dan teman dalam
bahasa Indonesia lisan dan tulis, serta
dengan memilih dan memilah kosakata
baku.

164
Theresia Yunia Setyawan, Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....

Tabel 2: Lanjutan

Kompetensi Dasar Indikator


4.1 Mengamati, mengolah dan menyajikan Mengolah informasi dari teks laporan tentang
teks laporan tentang makanan dan rantai makanan dan rantai makanan, kesehatan
makanan, kesehatan manusia, manusia, keseimbangan ekosistem,
keseimbangan ekosistem, serta alam serta alam dan pengaruh kegiatan manusia
dan pengaruh kegiatan manusia secara dalam bentuk peta pikiran (mind map)
mandiri dalam bahasa Indonesia lisan secara mandiri.
dan tulis dengan memilih dan memilah
kosakata baku.
2. IPA
Kompetensi Dasar Indikator
3.4 Mengidentifikasi perubahan yang terjadi Mengidentifikasi dampak kegiatan manusia
di alam, hubungannya dengan penggunaan terhadap perubahan alam.
sumber daya alam, dan pengaruh kegiatan
manusia terhadap keseimbangan lingkungan.
4.7 Menyajikan laporan tentang permasalahan Membuat laporan usaha pelestarian lingkungan
akibat terganggunya keseimbangan alam dalam bentuk video sederhana.
akibat ulah manusia, serta memprediksi apa
yang akan terjadi jika permasalahan tersebut
tidak diatasi.
3. SBdP
Kompetensi Dasar Indikator
3.4 Memahami prosedur dan langkah kerja Mengikuti prosedur dan langkah kerja
dalam berkarya kreatif berdasarkan ciri dalam berkarya kreatif membuat benda
khas daerah. kerajinan.
4.14 Membuat karya kerajinan dari bahan bekas. Menunjukkan keterampilan membuat benda
pakai dari barang bekas dengan alat dan
teknik sederhana.
4. PJOK
Kompetensi Dasar Indikator
3.11 Memahami bahaya merokok terhadap Mengidentifikasi zat-zat
kesehatan tubuh. berbahaya dalam rokok dan dan akibatnya
bagi kesehatan tubuh.
4.11 Menceritakan bahaya merokok terhadap Menjelaskan penyakit-penyakit yang
kesehatan tubuh. diakibatkan oleh kebiasaan merokok
secara lisan.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menemukan informasi dari teks laporan tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan
manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia melaui diskusi dengan guru
dan teman.
2. Siswa dapat mengolah informasi dari teks laporan tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia,
keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bentuk peta pikiran
(mind map).
3. Siswa dapat mengidentifikasi dampak kegiatan manusia terhadap perubahan alam dengan berdiskusi dengan
guru dan teman.

165
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 158-173

Tabel 2: Lanjutan
4. Siswa dapat membuat laporan usaha pelestarian lingkungan dalam bentuk video sederhana secara
berkelompok.
5. Setelah mengamati contoh yang diberikan oleh guru, siswa dapat mengikuti prosedur dan langkah kerja dalam
berkarya kreatif membuat benda kerajinan.
6. Setelah mengamati contoh yang diberikan oleh guru, siswa dapat menunjukkan keterampilan membuat benda
pakai dari barang bekas dengan alat dan teknik sederhana.
7. Setelah berdiskusi dengan orangtuanya, siswa dapat mengidentifikasi zat-zat berbahaya dalam rokok dan dan
akibatnya bagi kesehatan tubuh.
8. Setelah berdiskusi dengan orangtuanya, siswa dapat menjelaskan penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh
kebiasaan merokok secara lisan.
D. Materi Pembelajaran
1. Usaha pelestarian lingkungan
2. Pemanfaatan barang bekas
3. Dampak merokok bagi kesehatan
E. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
1. Pendekatan: Saintifik
2. Metode: Diskusi, demonstrasi, unjuk kerja kelompok
F. Media, Alat dan Sumber Belajar
1. Media : Gambar-gambar tentang kegiatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)
2. Alat/Bahan: Program View Your Mind (VYM) dan Open Shot Video Editor
3. Sumber belajar :
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Lingkungan Sahabat Kita (Tema 9): Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013 untuk Siswa SD/MI Kelas V. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Lingkungan Sahabat Kita (Tema 9): Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013 untuk Guru SD/MI Kelas V. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Kegiatan 1. Siswa memulai pelajaran dengan berdoa bersama-sama 10 menit
Pendahuluan dengan guru
2. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal
yang menarik di lingkungan sekitar sekolah maupun rumah siswa.
3. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai rencana
kegiatan mereka sepanjang hari itu.
Kegiatan Inti 1. Siswa membaca teks “Mendaur Ulang Sampah” dalam hati 185 menit
dan mencatat hal-hal penting yang mereka temukan dalam
teks tersebut (mengamati).
2. Siswa mendiskusikan hal-hal yang mereka temukan dengan
teman dan guru.
3. Siswa diperkenalkan pada konsep reduce, reuse dan recycle
(3R) dan diminta menemukan informasi lebih lanjut mengenai
penerapan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari
melalui studi pustaka di perpustakaan, atau pencarian informasi
melalui Internet (menanya, mengumpulkan informasi).
4. Siswa merangkum informasi yang telah diperoleh dan, setelah
memperhatikan penjelasan dari guru, menyajikan informasi
yang telah diperolehnya dalam bentuk peta pikiran
(mengasosiasi, mencoba).

166
Theresia Yunia Setyawan, Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....

Tabel 2: Lanjutan

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu


5. Siswa mendesain dan mempresentasikan mind map yang
dibuatnya dengan menggunakan program View Your Mind
(mengkomunikasikan) sementara guru dan teman memberi
masukan dan tanggapan.
6. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari
4 – 5 orang dan diminta berdiskusi untuk menentukan kegiatan
3R seperti apa yang ingin mereka lakukan dalam kelompok.
7. Siswa menncari dan mengumpulkan informasi mengenai
kegiatan 3R yang akan mereka lakukan melalui studi pustaka
atau penjelajahan Internet (menanya, mengumpulkan informasi)
8. Siswa melaksanakan dan mendokumentasikan pelaksanaan
kegiatan 3R sederhana mereka dalam bentuk foto-foto kegiatan
(mencoba).
9. Siswa membuat laporan tertulis singkat mengenai pelaksanaan
kegiatan 3R mereka dan mempresentasikan pelaksanaan
kegiatan tersebut dalam bentuk video sederhana (mengasosiasi,
mengkomunikasikan) sementara guru dan siswa lain memberikan
tanggapan dan masukan.
(Catatan: video dibuat dengan menggabungkan foto-foto yang
ada menjadi bentuk movie slide dengan menggunakan program
Open Shot Video Editor).
10. Siswa diminta mengunggah video hasil karya mereka ke portal
video Youtube dengan akun milik sekolah atau guru.
Kegiatan 1. Siswa menyimpulkan kegiatan belajar hari ini dengan 15 menit
Penutup bimbingan guru.
2. Siswa menuliskan hal-hal apa saja yang berkesan dari
pembelajaran mereka hari ini.
3. Siswa diminta menyelesaikan tugas tentang bahaya merokok
bagi kesehatan bersama orang tua mereka masing-masing
di rumah.
H. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik penilaian
a. Observasi
b. Unjuk kerja
2. Instrumen penilaian
a. Rubrik penilaian sikap
Aspek 3 (Baik) 2 (Cukup) 1 (Perlu Bimbingan)
Kemandirian Mampu bekerja dan Mampu bekerja dan Tidak mampu bekerja
melaksanakan tugas tanpa melaksanakan tugas, namun maupun melaksanakan tugas
bantuan guru atau teman. sesekali harus dibantu oleh ika tanpa bantuan guru atau
guru atau teman. teman.
Kerja sama Mampu bekerja sama Mampu bekerjasama dalam Tidak mampu bekerjasama
dengan baik dalam pengerjaan tugas kelompok dalam pengerjaan tugas
pengerjaan tugas kelompok. namun sesekali masih harus kelompok meskipun sudah
diingatkan oleh guru. terus-menerus diingatkan
oleh guru.

167
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 158-173

Tabel 2: Lanjutan

Aspek 3 (Baik) 2 (Cukup) 1 (Perlu Bimbingan)


Kepedulian Menunjukkan sikap peduli Menunjukkan sikap peduli Tidak menunjukkan sikap
pada kebersihan lingkungan pada kebersihan lingkungan peduli pada kebersihan
sekolah tanpa harus sekolah jika diingatkan ingkungan sekolah tanpa
diingatkan oleh guru. oleh guru. lmeskipun sudah diingatkan
oleh guru.
Kecermatan Cermat dalam mengerjakan Cermat dalam mengerjakan Tidak cermat dalam
tugas meskipun tanpa tugas jika diminta mengerjakan tugas meskipun
diminta oleh guru. oleh guru. sudah diminta oleh guru.

b. Rubrik penilaian peta pikiran (mind map)


Aspek 4 (Baik Sekali) 3 (Baik) 2 (Cukup) 1 (Perlu Bimbingan)
Isi Mind map lengkap, Mind map lengkap, Mind map lengkap, Mind map lengkap,
informatif dan informatif dan informatif dan informatif namun
memudahkan memudahkan memudahkan hanya memudahkan
pemahaman pemahaman pemahaman sebagian pemahaman beberapa
keseluruhan materi. keseluruhan materi. besar materi. bagian materi.
Gambar dan
keterangan yang ada
memberi-kan informasi
tambahan yang
berguna.
Penggunaan Menggunakan bahasa Menggunakan bahasa Menggunakan bahasa Menggunakan bahasa
bahasa Indonesia yang baik Indonesia yang baik Indonesia yang baik Indonesia yang baik
dan benar serta efektif dan benar dalam dan benar dalam dan benar hanya
dalam keseluruhan keseluruhan penulisan penulisan sebagian dalam penulisan
penulisan kalimat kalimat dalam besar kalimat dalam beberapa kalimat
dalam mind map. mind map. mind map. dalam mind map.
Desain Keseluruhan mind map Sebagian Hanya beberapa Sebagian besar bagian
sangat menarik, jelas besar bagian mind bagian mind map mind map tidak
dan benar. map menarik, jelas yang menarik, jelas menarik, tidak jelas
dan benar. dan benar. dan ada kesalahan di
sana sini.
c. Rubrik penilaian laporan tertulis
Aspek 4 (Baik Sekali) 3 (Baik) 2 (Cukup) 1 (Perlu Bimbingan)
Isi Keseluruhan laporan Keseluruhan laporan Sebagian besar Hanya sebagian kecil
dibuat dengan baik, dibuat dengan baik, laporan dibuat dengan laporan yang dibuat
lengkap, menarik dan lengkap, dan dapat baik, dan dapat dengan baik, lengkap,
dapat memberikan memberikan informasi memberikan informasi dan dapat memberikan
informasi singkat yang singkat yang berguna singkat yang berguna informasi singkat yang
berguna bagi bagi pembaca bagi pembaca. berguna bagi
pembaca. walaupun disajikan pembaca.
dengan kurang menarik.

168
Theresia Yunia Setyawan, Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....

Tabel 2: Lanjutan

Aspek 4 (Baik Sekali) 3 (Baik) 2 (Cukup) 1 (Perlu Bimbingan)


Penggunaan Menggunakan bahasa Menggunakan bahasa Menggunakan bahasa Menggunakan bahasa
bahasa Indonesia yang baik, Indonesia yang baik, Indonesia yang baik, Indonesia yang baik,
benar, efisien dan benar, dan menarik benar, efisien dalam benar, efisien hanya
menarik dalam dalam keseluruhan sebagian besar dalam sebagian kecil
keseluruhan penulisan penulisan kalimat penulisan kalimat. penulisan kalimat.
kalimat. meskipun ada
beberapa kalimat yang
tidak efisien.
Penulisan Keseluruhan hasil Sebagian besar Hanya beberapa Sebagian besar
laporan sistematis dan hasil laporan sistematis bagian hasil laporan bagian hasil laporan
benar. dan benar. yang sistematis tidak sistematis,
dan benar. dan masih banyak
kesalahan di sana sini.

d. Rubrik penilaian proyek video


Aspek 3 (Baik) 2 (Cukup) 1 (Perlu Bimbingan)
Kreativitas Menunjukkan orisinalitas Menunjukkan kreativitas yang Tidak menunjukkan
dankreativitas yang tinggi baik dalam pembuatan video orisinalitas dan kreativitas
dalam pembuatan video. namun masih ada bagian yang dalam pembuatan
tidak orisinal. video.
Isi Keseluruhan bagian video Sebagian besar video Sebagian besar video tidak
dibuat dengan menarik dan dibuat dengan menarik dan menarik dan tidak
dapat memberikan informasi dapat memberikan informasi memberikan informasi yang
yang berguna bagi penonton. yang berguna bagi penonton. berguna bagi penonton.
Penggunaan Penggunaan teknologi Penggunaan teknologi cukup Tidak menunjukkan
teknologi yang baik yang baik meskipun kualitas video penggunaan teknologi
menghasilkan video yang yang dihasilkan masih bisa yang baik, sehingga kualitas
berkualitas baik pula. diperbaiki lagi. video yang dihasilkan tidak
terlalu baik pula.

Dalam penyusunan rencana pelaksanaan disampaikan ataupun berbagai macam metode,


pembelajaran di atas, diasumsikan bahwa guru telah teknik pembelajaran maupun teknik penilaian saja.
melakukan persiapan khusus sebelum memulai Guru juga tidak hanya dituntut untuk sekedar “melek
pelaksanaan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi”, tapi lebih dari itu, guru juga harus memiliki
penggunaan teknologi di dalamnya. Kesiapan pemahaman serta kemampuan untuk memilih dan
perangkat teknologi maupun kesiapan guru dalam memilah teknologi yang sesuai dengan konten maupun
memfasilitasi pembelajaran yang berbasis teknologi metode pembelajaran yang akan dilaksanakannya di
merupakan dua hal yang harus terpenuhi demi dalam kelas (Mishra & Koehler, 2006).
terlaksananya pembelajaran yang efektif dan Dari contoh rencana pembelajaran di atas,
bermakna. dapat dikatakan bahwa suatu pembelajaran yang
Agar mampu merencanakan sekaligus mengintegrasikan teknologi menuntut guru untuk
melaksanakan pembelajaran yang mengintegrasikan tidak hanya menguasai area konten, pedagogis,
penggunaan teknologi, seorang guru tidak hanya maupun teknologi saja. Lebih dari itu, guru juga
dituntut untuk menguasai konten yang ingin harus memiliki pemahaman yang baik dalam area

169
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 158-173

konten pedagogis, konten teknologi, pedagogis menjadikan suatu tugas sebagai tugas mandiri atau
teknologi, dan di atas semuanya itu, pemahaman tugas kelompok. Dengan membagi siswa dalam
yang baik dalam gabungan tiga area tersebut – kelompok, siswa-siswa yang memiliki kemampuan
teknologi, pedagogis, konten. Schmidt, dkk. (2009) heterogen dapat saling berinteraksi dan belajar satu
dan Baran, Chuang, dan Thompson (2011) menyebut sama lain. Alhasil, siswa akan memiliki pengalaman
pemahaman ini dengan istilah TPACK (tecnological belajar yang lebih bermakna dan pengerjaan tugas
pedagogical content knowledge). pun dapat menjadi lebih efisien dan memakan waktu
Contoh rencana pembelajaran tersebut yang tidak terlalu lama (Setyawan, 2014).
menunjukkan bahwa konten utama yang ingin Penggunaan View Your Mind (VYM) dan
disampaikan oleh guru kepada siswa adalah mengenai Open Shot Video Editor menunjukkan diterapkannya
usaha pelestarian lingkungan dan bagaimana pengetahuan konten teknologi oleh guru. Kedua
pemanfaatan barang bekas bisa menjadi salah satu program berbasis Edubuntu ini dipilih selain karena
alternatif dari upaya untuk melestarikan lingkungan. merupakan open source juga karena mudah digunakan.
Pengetahuan pedagogis gur u tampak dalam Baik guru maupun siswa tidak perlu memiliki
upayanya untuk membuat siswa bekerja secara keahlian dalam bidang komputer secara khusus
mandiri maupun membagi siswa dalam kelompok- untuk dapat menjalankan kedua program tersebut.
kelompok yang nantinya akan mengerjakan sebuah Tampilan antarmuka kedua program tersebut dapat
proyek video. Keterampilan penggunaan teknologi dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
guru tampak dalam upayanya mengintegrasikan Kemampuan gur u untuk menentukan
penggunaan perangkat lunak yang berbasis Edubuntu, program mana yang sebaiknya digunakan secara
dalam hal ini program pembuat peta pikiran (View individu dan program mana yang sebaiknya
Your Mind) dan Open Shot Video Editor, dalam digunakan secara berkelompok oleh siswa
proses pembelajaran. Hal ini juga tampak dalam menunjukkan bahwa guru telah memiliki dan
usaha guru untuk memperkenalkan situs penyedia mampu menerapkan pengetahuan pedagogis
video online seperti Youtube kepada para siswanya. teknologinya. Dengan menggunakan contoh rencana
Gur u menerapkan pengetahuan konten pembelajaran di atas, guru memutuskan untuk
pedagogisnya ketika ia mengambil keputusan untuk menugaskan siswa untuk menggunakan View Your

Gambar 3. Tampilan Antarmuka program View Your Mind (http://www.insilmaril.de/vym/index.png)

170
Theresia Yunia Setyawan, Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....

Gambar 4. Tampilan Antarmuka Open Shot Video Editor (http://www.netupd8.com/w8img/35d6feg.jpg)

Mind secara pribadi dengan asumsi bahwa siswa Aspek-aspek ini adalah aspek kognitif yang berupa
memiliki cara yang berbeda dalam berkreasi dan konten pembelajaran yang disampaikan, aspek
mendesain peta pikiran (mind map) mereka masing- psikomotorik yang berupa keterampilan pemanfaatan
masing. Sejalan dengan hal tersebut, keputusan guru teknologi oleh siswa, dan aspek afektif yang dapat
untuk menugaskan siswa untuk secara berkelompok diobser vasi melalui interaksi antar siswa melalui
menggunakan program Open Shot Video Editor strategi pembelajaran yang diterapkan. Oleh Mishra
didasarkan pada asumsi bahwa siswa perlu saling dan Koehler (2006), pengetahuan yang dimiliki guru
berinteraksi dan bersinergi dengan siswa lain dalam untuk menerapkan kemampuan-kemampuan ini
kelompoknya. Penggunaan program ini akan dalam pembelajaran didefinisikan sebagai pengetahuan
memungkinkan siswa untuk berbagi peran (misalnya, konten, pedagogis, dan teknologi (TPACK).
presenter, pengambil gambar, pengedit gambar,
editor, dsb.) dalam pengerjaan proyek tugas mereka
sehingga, secara langsung maupun tidak langsung, 4. PENUTUP
siswa dapat belajar dan saling melengkapi pemahaman
mereka masing-masing dalam proses pengerjaan Dengan semakin berkembang pesatnya
proyek tersebut. kemajuan zaman dan cepatnya arus globalisasi,
Secara keseluruhan, guru dituntut untuk pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran
mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai menjadi suatu hal yang tidak bisa dihindari lagi.
dengan konten pembelajaran yang akan disampaikan, Sekolah, bahkan di tingkat dasar, harus mempersiapkan
mampu memilih teknologi yang sesuai dengan dan membekali siswanya dengan kemampuan-
konten maupun strategi yang yang telah dipilih, dan kemampuan yang diperlukan untuk terus bertahan
juga mampu untuk melakukan penilaian pembelajaran di abad 21. Meskipun demikian, proses pengintegrasian
yang meliputi keseluruhan aspek pembelajaran. teknologi dalam pembelajaran di kelas bukanlah

171
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 158-173

merupakan proses yang sederhana. Teknologi yang keterampilan yang memadai. Perlunya pendampingan
dipilih tidak hanya harus mudah digunakan namun dan pelatihan pengintegrasian teknologi untuk
juga murah. Penggunaan sistem operasi open source gur u menjadi hal yang sangat mendesak untuk
Edubuntu bisa menjadi salah satu alternatif untuk dilakukan demi terlaksananya pembelajaran yang
menjawab tantangan ini karena selain mudah mengintegrasikan yang efektif. Selain itu, perlu juga
digunakan, sistem operasi ini juga bebas biaya. diperhatikan kesiapan perangkat lunak yang akan
Selain itu, Edubuntu juga memiliki program-program digunakan dan, yang terutama, kesiapan siswa untuk
yang lengkap yang bisa digunakan mulai dari tingkat terlibat dalam pembelajaran yang mengintegrasikan
pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan tinggi. teknologi. Guru harus selalu memegang teguh
Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri bahwa, prinsip bahwa teknologi merupakan sarana bukan
pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran tujuan pembelajaran.
menuntut guru untuk memiliki pengetahuan dan

DAFTAR PUSTAKA Journal of Education and Development using


Information and Communication Technology
_____. ____. Edubuntu Lesson Plan. Diunduh dari (IJEDICT),9(2), 64-84.
http://www. people.edubuntu.com/~lyz/ Lewis, S. 2007. The Benefits of Edubuntu. Diunduh
ghana/Edubuntu%20Lesson%20Plans.pdf dari https://slewis7796.files.wordpress.com/
pada 6 Mei 2015. 2007/07/the-benefits-of-edubuntu.doc. pada
Baran, E., Chuang, H., & Thompson, A. 2011. 17 Mei 2015.
“TPACK: An Emerging Research and Mishra, P., & Koehler, M. J. 2006. “Technological
Development Tool for Teacher Educators”. Pedagogical Content Knowledge: A
The Turkish Online Journal of Educational Framework for Teacher Knowledge”.
Technology, 10(4). Teachers College Record, 108(6), 1017-1054.
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2013). Mor, Y. & Winters, N. 2008. “Participator y Design
Pamduan Teknis Penyusunan Rencana in Open Education: a Workshop Model for
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di Developing a Pattern Language”. Journal
Sekolah Dasar. Jakar ta: Kementerian of Interactive Media in Education (JIME).
Pendidikan dan Kebudayaan. Diunduh dari http://jime.open.ac.uk/
Hoover, L. 2008. What Edubuntu can Teach Your 2008/13 pada 6 Mei 2015.
Kids. Diunduh dari http://www.linuxtoday. Orloff, J. 2009. How to do Everything: Ubuntu®.
com/infrastructure/2008042800826RVDB New York: McGraw Hill.
pada 25 Mei 2015. Pfaf fman, P. 2008. “It’s T ime for an Open
Hylén, J. 200). Open Educational Resources: Transforming High School Classrooms
Opportunities and Challenges. Diunduh dari with Free/Open Source Software: Source
www.oecd.org/edu/ceri pada 6 Mei 2015. Software Revolution”. The High School
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014a. Journal, 91(3), 25-31.
Lingkungan Sahabat Kita (Tema 9): Buku Schmidt, D. A., Baran, E., Thompson, A. D.,
Tematik Terpadu Kurikulum 2013 untuk Mishra, P., Koehler, M. J., & Shin, T. S.
Siswa SD/MI kelas V. Jakarta: Kementerian 2009. “Technological Pedagogical Content
Pendidikan dan Kebudayaan. Knowledge (TPACK): The Development
_____. 2014b. Lingkungan Sahabat Kita (Tema 9): and Validation of an Assessment Instrument
Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 for Preservice Teachers”. Journal of Research
untuk Gur u SD/MI kelas V. Jakar ta: on Technology in Education, 42(2), 123-149.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Setyawan, T. Y. 2014. “Designing TPACK Lesson
Johnston, K., Begg, S., & Tanner, M. 2013. Plan for Primar y English Classrooms”.
Exploring the Factors Influencing the Jurnal Kependidikan WIDYA DHARMA,
Adoption of Open Source Software in 26(2), 224-245.
Wester n Cape schools. Inter national

172
Theresia Yunia Setyawan, Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....

Shaame, A. A. 2014. “The Adoption of Free and Zymaris, C. & Patten, B. 2008. Free Software
Open Source Software in Teaching and for Schools v8.12: A Catalogue of Open
Learning: Case Study Zanzibar Education Source Computer Programs for Teaching
Institutions”. Inter national Jour nal of and learning. Diunduh dari http://
Managerial Studies and Research (IJMSR), creativecommons.org/licenses/by-sa/2.5/
2(5), 53-59. au/ pada 6 Mei 2015
Tessmer, M. 1998. Planning and Conducting
Formative Evaluations: Improving the
Quality of Education and Training. London:
Kogan Page.

173
EFEKTIVITAS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS SD
Adimassana dan Rusmawan
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022
Email: adimas@usd.ac.id

ABSTRACT

This study aims to determine the effectiveness of the implementation of cooperative learning model
jigsaw I and II to improve students’ achievement in social studies at primary school. This research
used quasi-experimental method. The populations were all fourth grade students from nine primary
school in Yogyakarta. The data were collected through observation, documentation, and testing. The
data were analized using t-test. The results showed that (1) jigsaw I cooperative learning model was
effective in terms of learning achievement IPS; (2) jigsaw II of cooperative learning model effective
in terms of learning achievement in social studies; and (3) the jigsaw 1 was more efective then the
second in terms of learning achievement in social studies.
Keywords : model jigsaw cooperative learning, academic achievement IPS, efectivity.

1. PENDAHULUAN Secara umum penerapan model pembelajaran


kooperatif tipe jigsaw menurut banyak peneliti dapat
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (I) meningkatkan minat belajar siswa (Mattingly and
per tama kali dikembangkan oleh Aronson dkk Van Sickle, 1991; Ghaith and Abd El-Malak, 2004;
(1978). Kemudian Slavin (1990) mengembangkan Utami, 2009; Susanto, 2009; Setyawati, 2010; Zuhri,
tipe jigsaw II sebagai koreksi atas model 2011). Hal ini dimungkinkan karena di dalam diri
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I yang setiap anggota kelompok dapat tumbuh keingintahuan
dikembangkan oleh Aronson dkk tersebut. Pada yang tinggi tentang materi/persoalan yang sedang
tahap selanjutnya Slavin (1990) mengembangkan dipelajari. Keingintahuan ini menumbuhkan minat
tipe jigsaw III dalam konteks kelas bilingual. dan gairah untuk secara aktif mencari informasi
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang benar dan lengkap melalui kerja kelompok
yang secara umum diakui para guru adalah bahwa yang seminat. Oleh sebab itu, penerapan model
proses pembelajaran dilakukan secara terstruktur pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga dipercaya
dan prosedural, sedemikian sehingga setiap anggota dapat lebih meningkatkan prestasi belajar siswa.
kelompok ditantang dan dirangsang untuk secara Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
aktif merespon persoalan yang harus mereka kuasai I telah lama dikenal dan diterapkan dalam
dan selesaikan. Prosedur pada model pembelajaran pembelajaran oleh para guru SD. Banyak penelitian
kooperatif tipe jigsaw I mengandung kelemahan telah membuktikan bahwa penerapan model
cenderung membuat setiap anggota kelompok hanya pembelajaran ini berhasil meningkatkan prestasi
ter fokus pada satu persoalan yang menjadi belajar siswa. Namun ada satu kelemahan model
tanggungjawabnya, karena tidak ada prosedur yang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I ini yang
menantang setiap anggota untuk menguasai seluruh membuat peningkatan tersebut tidak maksimal,
persoalan. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu bahwa tiap siswa (anggota kelompok) hanya
II yang dikembangkan oleh Slavin (dalam Sugiyanto, terfokus pada pertanyaan/persoalan yang menjadi
2009:45) menyajikan tantangan penguasaan materi/ tanggungjawabnya, tidak ada perhatian dan penguasaan
persoalan keseluruhan tersebut pada awal dan akhir terhadap selur uh per tanyaan/persoalan yang
proses kerja kelompok. menjadi tanggungjawab kelompok. Tiap siswa secara

174
Adimassana & Rusmawan, Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ....

psikologis cenderung hanya terfokus pada satu sebagai suatu usaha eksploratif untuk menguasai
bidang keahlian saja. materi secara mendalam sebelum dibawa ke dalam
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II kelompok asal.
memberikan peluang dan motivasi kepada setiap Prestasi belajar adalah “hasil belajar”
anggota kelompok untuk memiliki perhatian dan sebagaimana dikemukakan oleh Winkel (1996:162),
penguasaan terhadap semua persoalan yang menjadi yaitu “hasil belajar yang berhasil dicapai seseorang
tanggungjawab kelompoknya. Peluang tersebut dalam proses belajar”. Dengan demikian prestasi
secara nyata diberikan melalui langkah-langkah belajar merupakan hasil dari proses belajar yang
tipe jigsaw II yang diawali dan diakhiri dengan dilakukan oleh seseorang terhadap suatu bidang
pembahasan seluruh persoalan oleh semua anggota kajian. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor,
kelompok, sehingga semua anggota memiliki yang salah satunya adalah model pembelajaran
perhatian pada selur uh tugas yang menjadi yang digunakan oleh guru. Penelitian payung ini
tanggungjawab kelompok. dimasudkan untuk membandingkan sejauh mana
Penelitian ini dilakukan secara khusus pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
mata pelajaran IPS karena mata pelajaran ini sangat I dan II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
membutuhkan kerjasama dalam kelompok mengingat Masalah yang akan dijawab dalam penelitian payung
cakupan materinya amat luas. Mata pelajaran ini ini dapat dirumuskan: (1) bagaimana keefektifan
tergolong mata pelajaran yang kurang menarik minat model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I ditinjau
para siswa karena memuat materi yang amat dari prestasi belajar IPS siswa SD? (2) bagaimana
kompleks dan luas. Dalam KTSP (2006) IPS keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe
mencakup materi tentang: (1) manusia, tempat dan Jigsaw II ditinjau dari prestasi belajar IPS siswa SD?
lingkungan (antropologi, geografi dan sosiologi), (2) Dan (3) manakah yang lebih efektif diantara model
waktu keberlanjutan dan perubahan (sejarah), (3) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I dan tipe Jigsaw
sistem sosial dan budaya (antropologi kebudayaan), II ditinjau dari prestasi belajar IPS siswa SD?
dan (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
(ekonomi) yang pembelajarannya untuk SD (1) keefektifan penerapan model pembelajaran
dilaksanakan secara terpadu. Guru SD ditantang kooperatif tipe Jigsaw I ditinjau dari prestasi belajar
untuk dapat mengembangkan proses pembelajaran IPS siswa SD; (2) keefektifan penerapan model
yang dapat menumbuhkan minat belajar siswa, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ditinjau dari
dengan menerapkan model-model pembelajaran prestasi belajar IPS siswa SD; dan (3) perbedaan
yang inovatif, yang salah satunya adalah model keefektif antara penerapan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. kooperatif tipe Jigsaw I dan tipe Jigsaw II ditinjau
Penyampaian materi yang dilakukan dengan dari prestasi belajar IPS siswa SD.
metode ceramah jelas akan membuat siswa bosan
dan kurang tertantang untuk aktif terlibat dalam
mengkonstruksi dan memahami konsep-konsep 2. METODE PENELITIAN
yang dipelajari. Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dipercaya dapat merangsang Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-
dan menantang siswa untuk terlibat secara aktif eksperimental untuk membuktikan dan sekaligus
dalam proses pembelajaran. Sebagai dampaknya membandingkan tingkat keefektifan model
diharapkan prestasi belajar mereka dapat mengalami pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I dan II dalam
peningkatan secara optimal. Penerapan model meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar. Desain penelitian
pelajaran IPS dapat dilakukan dengan membahas yang dipakai dalam penelitian ini adalah Non-
sejumlah persoalan yang terkait dengan materi IPS equivalent comparison-group design. Rancangan
melalui kerja kelompok di kelas. Berdasarkan tulisan desain Non-equivalent comparison-group design
Slavin (2005:237) prosedur yang khas pada model disajikan dalam diagram berikut ini (Johnson &
pembelajaran tipe jigsaw adalah adanya pembahasan Christensen, 2008: 331):
tiap-tiap nomor persoalan di dalam kelompok ahli

175
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 174-181

Kelompok Pertama X1
O1 O2

Kelompok Kedua X2
O3 O4

Gambar 1. Desain Penelitian Nonequivalent Comparison-group Design

Keterangan: diukur. Untuk memperoleh bukti validitas instrumen


O1 : Pretest dapat ditempuh suatu proses validasi untuk validitas
O2 : Posttest isi dan validitas konstruk instrumen. Reliabilitas
X1 : Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw 1 menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen
X2 : Model pembelajaran kooperatif Jigsaw 2 dapat mengukur sesuatu yang diukur secara
konsisten dari waktu ke waktu. Dengan kata lain,
Populasi dalam penelitian payung ini adalah ukuran yang ditampilkan dalam koefesien reliabilitas
seluruh siswa kelas IV dan V SD di D.I.Yogyakarta. merupakan ukuran yang menyatakan keabsahan
Sedangkan sampel penelitiannya adalah 10 kelas atau kekonsistenan suatu instrumen. Sehingga,
siswa (kelas IV dan V) di 5 SD di D.I.Yogyakarta. reliabilitas tes berhubungan dengan kepercayaan
Sampel ditentukan secara purporsive sampling. dan keajegan hasil tes. Untuk menentukan indeks
Penelitian dilaksanakan dalam waktu 10,5 bulan, dari reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbach.
1 Oktober 2013 s/d 15 Agustus 2014. Deskripsi data dilakukan melalui analisis
Variabel bebas mer upakan variabel yang deskriptif. Data yang dideskripsikan merupakan data
memberikan pengaruh atau sering disebut variabel yang diperoleh dari pengukuran pada variabel-
perlakuan, sedangkan variabel terikat adalah variabel variabel penelitian (variabel terikat) yaitu prestasi
yang diukur sebagai akibat dari variabel yang belajar IPS. Data yang telah diperoleh dihitung nilai
memberikan pengaruh. variabel bebas penelitian ini rata-ratanya kemudian diinterpretasi ke dalam
adalah model pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kriteria-kriteria yang telah ditetapkan persentasenya.
sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi Data tentang prestasi belajar IPS diperoleh melalui
belajar IPS. pengukuran dengan instrumen tes objektif. Skor
Data dalam penelitian ini diperoleh secara yang diperoleh selanjutnya dikonversi sehingga
langsung oleh peneliti dengan memberikan perlakuan menjadi nilai dengan rentang antara 0 sampai
kepada kedua kelompok eksperimen. Teknik dengan 100. Skor tersebut kemudian digolongkan
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dalam kriteria berdasarkan kriteria ketuntasan
dengan teknik tes. Instrumen yang akan digunakan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah untuk
dalam penelitian ini adalah instrumen tes berupa mata pelajaran IPS yaitu 65. Nilai KKM ini
pretest untuk mengetahui rata-rata nilai awal dan digunakan untuk memilah dan menentukan
akhir. Instrumen tes dalam penelitian ini terdiri atas persentase banyak siswa yang mencapai dan tidak
soal tes awal (pre-test) dan tes akhir (posttest) mencapai kriteria ketuntasan tersebut.
berbentuk objektif masing-masing terdiri dari 25
item soal. Instrumen tes awal (pretest) ini digunakan
untuk mengukur kemampuan awal prestasi belajar 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
IPS sebelum treatment, sedangkan tes akhir (posttest)
diberikan untuk mengukur prestasi belajar IPS 3.1 Hasil Penelitian
setelah treatment. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelas IV
Validitas instrumen merupakan ketepatan SD Kanius Sorowajan, SD Negeri Tegalrejo II
mengukur apa yang seharusnya diukur melalaui Yogyakarta, SD Karitas Nandan, dan SD Kebon
item-item pada instrumen. Sebuah tes dikatakan Dalem Lor. Dalam penelitian ini, data dibedakan
valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak menjadi dua, yaitu data sebelum treatment dan

176
Adimassana & Rusmawan, Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ....

setelah treatment. Data sebelum treatment memuat Kategori hasil pretest dan postest prestasi
data pretest prestasi belajar IPS, sedangkan data belajar IPS pada kelompok eksperimen I dan
setelah treatment memuat data posttest prestasi kelompok eksperimen II disajikan pada Tabel 2.
belajar IPS. Data pretest dan posttest pada kelompok Berdasarkan kriteria ketuntasan hasil belajar,
eksperimen I dengan model pembelajaran jigsaw I rata-rata hasil belajar pada kelompok pembelajaran
sedangkan kelompok eksperimen II dengan model kooperatif tipe jigsaw I dan kelompok pembelajaran
pembelajaran jigsaw II. koopertif tipe jigsaw II sudah memenuhi standar
Secara ringkas, hasil pretest dan posttest ketuntasan minimal yaitu 65 atau nilai > 64,99.
prestasi belajar IPS pada kelompok eksperimen I dan Persentase ketuntasan kelompok jigsaw I dapat
kelompok eksperimen II disajikan pada Tabel 1. dilihat pada Tabel 3.

Tabel 1: Rangkuman Deskripsi Data Prestasi Belajar IPS

Model Pembelajaran Jigsaw 1 Model Pembelajaran Jigsaw 2


Deskripsi (n=139) (n=140)
Pretest Posttest Pretest Posttest
Total 6.674 10.859 6.565 11.160
Rata-rata 48,01 78,12 46,89 79,71
Standar deviasi 16,08 10,05 13,91 9,20
Varians 258,55 100.91 193.55 84,64
Nilai maksimum ideal 80 100 80 100
Nilai minimum ideal 12 50 16 50

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif Berdasarkan perbandingan nilai tes pada
seper ti yang ditunjukkan tabel 1, hasil pretest Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
tertinggi yang dicapai siswa adalah 80 dan terendah hasil belajar IPS pada kelas pembelajaran kooperatif
12. Rata-rata pretest pada kelas dengan menerapkan tipe jigsaw I yaitu dengan peningkatan 84,2%.
model jigsaw I (kelompok eksperimen I) dan kelas Berdasarkan hasil posttest, masih terdapat 11 siswa
dengan menerapkan model jigsaw II (kelompok (7,9%) yang belum memenuhi standar ketuntasan
eksperimen II) berturut-turut adalah 48,01 dan minimal.
46,89. Hasil posttest tertinggi yang dicapai siswa Berdasarkan perbandingan nilai tes pada
adalah 100 dan terendah 80, sedangkan rata-rata Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
posttest kelompok jigsaw I dan kelompok jigsaw II hasil belajar IPS pada kelas pembelajaran kooperatif
masing-masing 78,12 dan 79,21. tipe jigsaw II yaitu dengan peningkatan 84,2%.

Tabel 2: Banyak Siswa Per Kategori pada Tes Prestasi belajar IPS

Jigsaw 1 Jigsaw 2
Skor Kategori Pretest Posttest Pretest Posttest

n % n % n % n %
80 < skor < 100 Sangat Baik 0 0 51 36,4 0 0 56 40,0
65 < skor < 79,99 Baik 9 6,4 77 55,0 9 6,4 73 52,1
55 < skor < 64,99 Cukup 42 30,0 11 7,9 35 25,0 11 7,9
40 < skor < 54,99 Kurang 43 30,7 0 0 50 35,7 0 0
0 < skor < 39,99 Sangat kurang 45 32,1 0 0 46 32,9 0 0
Total 139 100 139 100 140 100 140 100

177
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 174-181

Tabel 3: Perbandingan Pretest dan Posttest Prestasi Belajar IPS


pada Kelompok Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I

No. Pretest Posttest Peningkatan (%)


1. 9 siswa (6,4%) memperoleh 128 (92,1%) siswa
nilai > 64,99 memperoleh nilai > 64,99
84,2%
2. 130 siswa (93,6%) memperoleh 11 siswa (7,9%) memperoleh
Perolehan nilai < 64,99 nilai < 64,99

Berdasarkan hasil posttest, masih terdapat 11 siswa 65% siswa mendapatkan nilai melebihi KKM tanpa
(7,9%) yang belum memenuhi standar ketuntasan harus remidi. Hal lain yang juga menjadi pertimbangan
minimal. adalah apabila sebelum pembelajaran hasil pretest
menunjukkan ketuntasan klasikal lebih dari 65%,
3.2 Pembahasan maka topik tersebut tidak perlu diajarkan lagi.
Kualitas dan keberhasilan pembelajaran Hasil pretest untuk kedua kelompok eksperimen
sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan ternyata menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal

Tabel 4: Perbandingan Pretest dan Posttest Prestasi Belajar IPS


pada Kelompok Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

No. Pretest Posttest Peningkatan (%)


1. 9 siswa (6,5%) memperoleh 129 (92,1%) siswa
nilai > 64,99 memperoleh nilai > 64,99
84,2%
2. 131 siswa (93,5%) memperoleh 11 siswa (7,9%) memperoleh
Perolehan nilai < 64,99 nilai < 64,99

guru dalam memilih dan menggunakan model masih sangat rendah. Oleh karena itu perlu
pembelajaran. Namun permasalahannya, suatu diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan
model pembelajaran yang ada tidak menjamin menerapkan pendekatan pembelajaran tertentu
keberhasilan dan efektif untuk diterapkan. Oleh yakni penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
karena itu perlu dilakukan uji coba berupa eksperimen. jigsaw I dan model pembelajaran kooperatif tipe
Penelitian ini menerapkan model pembelajaran jigsaw II. Setelah dilakukan pembelajaran, dari hasil
kooperatif tipe jigsaw I dan jigsaw II pada materi analisis deskriptif terhadap skor posttest diperoleh
IPS siswa kelas IV dan V SD. Tujuan utama dari hasil untuk kelompok eksperimen pertama yaitu
penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menentukan kelas yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe
perbedaan keefektifan model pembelajaran jigsaw I mencapai kentutasan di atas KKM sebesar
kooperatif tipe jigsaw I dan jigsaw II ditinjau dari 92,1%. Sementara kelompok eksperimen kedua
prestasi belajar IPS. Berikut ini akan disampaikan (jigsaw II), juga mencapai ketuntasan belajar klasikal
pembahasan dari masalah yang telah diselidiki. di atas KKM, yaitu 92,1. Dilihat dari ketercapaian
Baik pada kelas yang menggunakan model KKM, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I maupun kelas jigsaw I dan jigsaw II keduanya efektif. Akan tetapi
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif jika dibandingkan, antara model pembelajaran
tipe jigsaw II terjadi peningkatan prestasi belajar kooperatif tipe jigsaw I dan tipe jigsaw II, dapat
IPS. Untuk mengetahui tingkat keefektifan dari disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I dan tipe jigsaw I justru lebih efektif dibandingkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II peneliti model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II.
mengacu pada KKM. KKM untuk materi IPS adalah Mengapa hal itu bisa terjadi, padahal berdasarkan
65. Pembelajaran dikatakan efektif apabila ketuntasan kajian pustaka dikatakan bahwa model pembelajaran
klasikal melebihi 65%, dengan kata lain lebih dari kooperatif tipe jigsaw II dirancang lebih baik dari

178
Adimassana & Rusmawan, Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ....

tipe jigsaw I? Ada tiga hal yang barangkali dapat secara lebih luas; (2) materi dan instrumen pada
menjelaskan pertanyaan di atas: (1) Tampaknya penelitian ini terbatas pada materi perjuangan bangsa
“penjelasan klasikal awal tentang seluruh persoalan/ sehingga memungkinkan generalisasi yang terbatas.
materi yang harus diselesaikan oleh siswa” tidak
terlalu berpengaruh terhadap penguasaan siswa atas
keselur uhan materi yang pada akhirnya harus 4. PENUTUP
mereka kuasai setelah terjadi interaksi dalam diskusi
kelompok ahli dan kelompok asal pada sesi akhir. 4.1 Kesimpulan
Proses yang paling berpengar uh terhadap Dari hasil penelitian dengan menerapkan
penguasaan siswa atas materi yang mereka pelajari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I dan
adalah diskusi dalam kelompok ahli dan dalam jigsaw II pada siswa SD dapat disimpulkan sebagai
kelompok asal sesi akhir yang pada model berikut: (1) Model pembelajaran kooperatif tipe
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I maupun tipe jigsaw I efektif ditinjau dari prestasi belajar IPS; (2)
jigsaw II sama-sama merupakan bagian yang utama; Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II efektif
(2) Hal yang barangkali juga berpengaruh terhadap ditinjau dari prestasi belajar IPS; dan (3) Model
lebih efektifnya model pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I lebih efektif
jigsaw I dibanding tipe jigsaw II adalah pengemasan/ dibandingkan tipe jigsaw II ditinjau dari prestasi
perancangan materi pelajaran dan penggunaan belajar IPS.
media pembelajaran oleh guru pada kelompok jigsaw
I dan jigsaw II memiliki dampak yang berbeda 4.2 Saran
terhadap tingkat minat siswa dalam mempelajari Berdasarkan simpulan dan dengan
materi IPS yang saat itu menjadi bahan pelajaran, memperhatikan implikasi dari penelitian, saran yang
yang dalam penelitian ini tidak diteliti. 3) Tidak dapat disampaikan adalah sebagai berikut: (1) Para
adanya tahapan penjelasan klasikal awal tentang guru IPS, kepala sekolah dan instansi yang terkait
seluruh materi pada model pembelajaran kooperatif diharapkan untuk menambah wawasan mengenai
tipe jigsaw I justru memberikan alokasi waktu yang penerapan model pembelajaran kooperatif di kelas
lebih banyak untuk diskusi dalam kelompok ahli dan khususnya model pembelajaran kooperatif tipe
dalam kelompok asal sesi akhir, sehingga penguasaan jigsaw I dengan tipe jigsaw II melalui berbagai
materi siswa justru bisa lebih optimal. penataran, pelatihan dan sejenisnya. Dengan
Penelitian ini mempunyai keterbatasan- demikian para guru memiliki pengalaman sehingga
keterbatasan, sehingga diharapkan akan membuka dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif
kesempatan bagi peneliti lainnya untuk melakukan tipe jigsaw I dan tipe jigsaw II di kelas dalam rangka
penelitian sejenis yang akan berguna bagi perluasan meningkatkan prestasi belajar IPS; (2) disarankan
wawasan keilmuan. Keterbatasan-keterbatasan kepada para guru SD, apabila ingin meningkatkan
tersebut di antaranya sebagai berikut: (1) sampel prestasi belajar IPS secara lebih optimal hendaknya
penelitian diambil secara purporsive, sehingga menggunakan model pembelajaran kooperatif
kesimpulan yang diambil tidak dapat digeneralisasikan tipe jigsaw I.

DAFTAR PUSTAKA Armawan. 2014. Perbedaan Prestasi Belajar IPS


Atas Penerapan Model Pembelajaran
Ambar wati. 2012. Peningkatan Minat dan Prestasi Kooperatif Tipe Jigsaw 2 Pada Siswa Kelas
Belajar PKn Menggunakan Pembelajaran V S e m e s t e r 2 ( S k r i p s i ), Yo g y a k a r t a :
Kooperatif Tipe Jigsaw II Materi Sistem Universitas Sanata Dharma.
Pemerintahan Pada Siswa Kelas IV SD Aronson et.al. 1978. The Jigsaw Classroom, Beverly
K a n i s i u s To t o g a n S e m e s t e r 2 Ta h u n Hills, CA: Sage.
Pelajaran 2011/2012 (skripsi). Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.

179
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 174-181

Asih, Novia Catur Wiji. 2014. Perbedaan Prestasi II (skripsi). Yogyakarta: Universitas Sanata
Belajar IPS Atas Penerapan Model Dharma.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1 Pada Sharan, Shlomo. 1999. Handbook of Cooperative
Siswa Kelas V Semester 2 (Skripsi), Learning (terjemahan dari Handbook of
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Cooperative Learning methods, Westpor t:
Depdiknas. 2007. Bahan Sosialisasi KTSP, Jakarta: Connection London). Yogyakarta: Familia.
Depdiknas. Slavin, R.E. 1990. Cooperative Learning: Theory,
Inggriani, Christina. 2014. Perbedaan Prestasi Research, and Practice, Englewood: Clif fs,
Belajar IPS Atas Penerapan Model NJ: Prentice-Hall.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1 Pada Sodhiq, Dwi Fibrian Fajar. 2010. Peningkatan
Siswa Kelas IV Semester 2 (Skripsi), Prestasi Belajar Menggunakan Model
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Cooperative Learning tipe Jigsaw II dalam
Killen, Roy. 2009. Ef fective Taching Strategies (5 Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas IV SD
ed.): Lessons from research and practice, Tidar 7 Magelang Tahun Pelajaran 2009/
South Melbour ne: Cengage Lear ning 2010 (skripsi). Yogyakar ta: Universitas
Australia. Sanata Dharma.
Mahandani, Rosalia Pratiwi. 2014. Perbedaan Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori
Prestasi Belajar IPS Atas Penerapan Model dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2 Pada Pelajar.
Siswa Kelas V Semester 2 (Skripsi), Susanto, Yohanes Haris. 2010. Peningkatan Prestasi
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Belajar Menggunakan Model Cooperative
Nastiti. 2012. Peningkatan Minat dan Prestasi Learning tipe Jigsaw I dalam Mata
Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Pelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius
Kooperatif Tipe Jigsaw II Materi Koperasi Gowongan Tahun Pelajaran 2009/2010
Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius (skripsi). Yogyakarta: Universitas Sanata
Wirobrajan Semester 2 Tahun Pelajaran Dharma.
2 0 1 1 / 2 0 1 2 ( s k r i p s i ) . Yo g y a k a r t a : Susanto, Wayan. 2009. Peningkatan Prestasi
Universitas Sanata Dharma. Belajar Dalam Mata pelajaran IPS
Prasetyanto, Carolus Boromeus Fajar Tri. 2014, Menggunakan Model Pembelajaran
Perbedaan Prestasi Belajar IPS Atas Kooperatif Tipe Jigsaw II pada Siswa Kelas
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif V SD Pangudi Luhur Yogyakar ta Tahun
Tipe Jigsaw 2 Pada Siswa Kelas V Semester 2 0 0 9 / 2 0 1 0 ( s k r i p s i ) . Yo g y a k a r t a :
2 (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Sanata Universitas Sanata Dharma.
Dharma. Wahyuningsih, Ursula Wahyu Dwi. 2014. Perbedaan
PUSKUR. 2007. Bahan Sosialisasi KTSP. Jakar ta: Prestasi Belajar IPS Atas Penerapan Model
Depdiknas. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1 Pada
Raharjo, Novean. 2014. Perbedaan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Semester 2 (Skripsi).
IPS Atas Penerapan Model Pembelajaran Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Kooperatif Tipe Jigsaw 2 Pada Siswa Kelas Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif
IV Semester 2 (Skripsi). Yogyakar ta: Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual
Universitas Sanata Dharma. Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Sari, Ardina Yullyanta. 2014. Perbedaan Prestasi Widyasari, Septi. 2014. Perbedaan Prestasi Belajar
Belajar IPS Atas Penerapan Model IPS Atas Penerapan Model Pembelajaran
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1 Pada Kooperatif Tipe Jigsaw 1 Pada Siswa Kelas
Siswa Kelas V Semester 2 (Skripsi). IV Semester 2 (Skripsi). Yogyakar ta:
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Universitas Sanata Dharma.
Setyawati, Kristina Dewi. 2010. Peningkatan Utami, Cicilia Yuli. 2009. Peningkatan Keaktifan
Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV Dengan Siswa Kelas IV A Dalam Pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Kooperatif Tipe Jigsaw (I) di SD Negeri

180
Adimassana & Rusmawan, Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ....

R i n g i n a n o m 2 K e c a m a t a n Te m p u r a n Siswa Kelas IV Semester 2 (Skripsi).


Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran Yogyakar ta: Universitas Sanata Dharma.
2009/2010 (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran
Sanata Dharma. Aktif. Yogyakar ta: Pustaka Insan Madani.
Yunita, Irine Ika Kusuma. 2014. Perbedaan Prestasi Zuhri, M. Hadi. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe
Belajar IPS Atas Penerapan Model Jigsaw II, Motivasi Berprestasi, dan Hasil
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2 Pada Belajar Geografi Siswa SMA

181
PENINGKATAN KOMPETENSI DASAR
MAHASISWA CALON GURU SD
PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN MATEMATIKA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
Andri Anugrahana
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022
Email: andrianugrahana@gmail.com

ABSTRACT

Students’preception of math was poor. Based on interviewed, they thought math was difficult. To
improve their motivation and competence of math, the researcher used inovative method to teach
math such as realistic mathematic education (RME), van Hiele, jigsaw, and problem solving. This
action research aim to improve four teacher training competence (pedagogy, profesional, personaity
and social). The result showed there was an improvement of four competence after the treatment.
Keywords : competence, pedagogy, profesional, personaity and social.

1. PENDAHULUAN bidang pendidikan. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang


Nomor 14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa: Guru
Pendidikan adalah salah satu cara untuk adalah pendidik profesional dengan tugas utama
menghasilkan manusia yang berprestasi, bermartabat, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
mempunyai kedudukan yang tinggi dalam tatanan melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
kehidupan manusia dan menempatkan manusia pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
sebagai makhluk yang bernurani. Dengan sumber formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
daya manusia yang tinggi, manusia dapat mengubah Ayat di atas menjelaskan bahwa guru merupakan
kehidupannyamenjadi lebih baik dan meningkatkan jabatan profesional. Oleh karena itu, menurut Uno,
taraf kesejahteraan manusia itu sendiri. Pengaruh (2009: 18) guru dituntut memiliki sejumlah kompetensi
pendidikan dapat dilihat dan dirasakan dalam agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Oleh
berbagai bidang seperti ekonomi, sosial, budaya, karena itu PGSD Sanata Dharma menyiapkan calon-
dan teknologi. Pendidikan sebagai sarana dalam calon guru yang memiliki sejumlah kompetensi
pembentukan model manusia memberikan kontribusi dasar yang dimiliki oleh guru. Kompetensi dasar yang
yang sangat besar dalam kemajuan suatu bangsa dan dimiliki oleh guru adalah kompetensi pedagogik,
sebagai sarana membangun bangsa. Hasil pendidikan kompetensi, kompetemsi kepribadian, kompetensi
menjadikan manusia yang cerdas, bernurani dan sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi
ber taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa akan dasar ini harus dimiliki oleh guru dalam mendidik
memberikan nuansa kehidupan yang aman, tentram peserta didik. Dalam menyiapkan calon guru yang
dan sejahtera. Tanpa adanya pendidikan yang baik, memiliki kompetensi dasar, dengan mengintegrasikan
bangsa Indonesia akan mengalami kesulitan dalam kompetensi dasar pada mata kuliah pendidikan
mencapai masa depan yang aman, tentram, sejahtera, matematika. Maka mahasiswa perlu dibekali model-
dan pemenuhan sumber daya manusia yang model pembelajaran yang akan menambah wawasan
profesional. mahasiswa sebelum menjadi guru SD.
Upaya meningkatkan sumber daya manusia Masalah utama dalam pendidikan Matematika
diperlukan pembenahan dalam berbagai bidang adalah “matematika masih diagap sebagai mata
salah satunya adalah bidang pendidikan. Guru kuliah yang sulit di beberapa mahasiswa”. Menurut
adalah salah satu sumber daya manusia yang hasil wawancara pada beberapa mahasiswa sebelum
diharapkan dapat melakukan pembaharuan di perkulian pendidikan matematika.

182
Andri Anugrahana, Peningkatan Kompetensi Dasar Mahasiswa Calon Guru SD pada ....

“Matematika adalah mata pelajaran empat kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogik,
yang sulit maka sulit juga untuk kami kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
mengajar matematika” (Komunikasi kompetensi profesional (Ghufron, 2008).
pribadi, Juli 2017) Kompetensi kepribadian ditunjukkan dengan
ciri-ciri kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,
“ Banyak hitungannya bu jadi ya masih afif dan ber wibawa, serta menjadi teladan bagi
sulit bu..”(Komunikasi pribadi, Juli peserta didik. Dan sub kompetensi; (a) menampilkan
2017) diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan ber wibawa, (b) pribadi berakhlak mulia
“Kami sebagai calon guru kalau bisa dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
diberikan contoh-contoh kongkrit dalam mengevaluasi kinerja sendiri secara profesional, dan
menerapkan model- model pembelajaran (d) mengembangkan profesionalisme secara
“ (Komunikasi pribadi, Juli 2017). berkelanjutan.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
Peneliti juga menanyakan materi yang mengelola pembelajaran, yang meliputi pemahaman
dianggap sulit bagi mahasiswa terkait dengan terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran matematika. pembelajaran dan pengembangan peser ta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
“Kesulitannya hampir semuanya bu, yang dimiliki. Dan sub kompetensi berikutnya
kadang bingung mau gimana jelasinnya. adalah; (a) karakteristik peserta didik, (b) latar
Mau pakai alat apa supaya anak paham.” belakang keluarga dan masyarakat, gaya belajar,
(Komunikasi pribadi, Juli 2017) (d) pengembangan potensi peser ta didik,
(e) penguasaan teori dan praktik pengembangan
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui potensi peserta didik, (f) dan cara-cara melaksanakan
sejauh mana tanggapan mahasiswa terhadap mata evaluasi pembelajaran.
kuliah pendidikan matematika dan harapan terhadap Kompetensi Profesional berupa kemampuan
mata kuliah pendidikan matematika. Dan hasil dari untuk menguasai materi pembelajaran secara
wawancara ini menjadi dasar dalam membekali luas dan mendalam yang memungkinkan untuk
model-model pembelajaran inovatif sebagai calon membimbing peser ta didik memenuhi standar
guru SD. Bahwa mahasiswa membutuhkan bekal kompetensi lulusan yang ditetapkan. Dan sub
yang cukup untuk menjadi guru. Salah satu cara kompetensi yang kedua; (a) menguasai substansi
untuk meningkatkan keberhasilan adalah mengubah bidang studi dan metodologi keilmuan, (b) menguasai
persepsi mahasiswa bahwa matematika bukan mata struktur dan materi kurikulum bidang studi yang
pelajaran yang sulit bahwa matematika sebagai diajarkan, menguasai dan memanfaatkan teknologi
sekumpulan konsep menjadi matematika sebagai informasi dalam pembelajaran, (d) mengorganisasi
kegiatan murid untuk memecahkan masalah-masalah materi kurikulum bidang studi yang diajarkan, dan
dari dunia kehidupan atau alam pikiran murid- (e) meningkatkan kualitas pembelajaran melalui
murid sendiri (Suryanto, 2010: 6). Untuk mengubah penelitian tindakan kelas.
presepsi mahasiswa dapat dilakukan dengan Kompetensi sosial merupakan kemampuan
membuat matematika menjadi menyenangkan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif
dengan menggunakan model-model pembelajaran dan efisien dengan peserta didik, sesama pendidik,
yang inovatif. tenaga kependidikan, orang tua/wali, dan warga
masyarakat sekitar. Selanjutnya untuk sub kompetensi
yang kedua; (a) berkomunikasi dan berinteraksi
2. TINJAUAN PUSTAKA secara efektif dan efisien ser ta empati dengan
peser ta secara efektif dan efisien ser ta empati
2.1 Kompetensi Guru SD dengan peser ta didik, sesama pendidik, tenaga
Kompetensi guru tersebut diatur dalam dalam kependidikan, orang tua dan masyarakat sekitar,
UU Nomor 14 Tahun 2005, Bab IV Pasal 10 seorang (b) berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan,
guru dikatakan kompeten apabila ia telah menguasai baik di sekolah maupun di masyarakat, berkontribusi

183
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 182-187

terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, Suatu pola ur utan (sintaks) dari suatu model
regional, nasional, dan global, dan (d) memanfaatkan pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan
teknologi infor masi dan komunikasi untuk alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh
berkomunikasi dan mengembangkan diri. serangkaian kegiatan pembelajaran. Suatu sintaks
pembelajaran menunjukkan dengan jelas kegiatan-
2.2 Hakikat Pendidikan Matematika kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru dan
Pendidikan matematika adalah belajar teori siswa, urutan kegiatan-kegioatan tersebut, dan tugas-
dan praktik dari metode-metode yang ada dalam tugas khusus yang perlu dilakukan oleh siswa.
matematika, yaitu metode pemecahan masalah, Sintaks dari berbagai macam model pembelajaran
metode demonstrasi, metode diskusi, hingga mempunyai komponen yang sama. Misalnya, semua
pendidikan matematika realistik. Souviney (1994: 34) pembelajaran diawali dengan menarik perhatian
menyatakan bahwa definisi umum konsep matematika siswa dan memotivasi siswa terlibat dalam proses
adalah pola pokok yang berhubungan dengan pembelajaran. Setiap model pembelajaran selalu
himpunan dari objek atau tindakan pada yang lain. mempunyai perbedaan dan tahapan masing-masing.
Konsep matematika yang diajarkan pada jenjang Di samping ada persamaannya, setiap model
sekolah merupakan bagian dari matematika sekolah. pembelajaran antara sintaks yang satu dengan
Matematika di sekolah diajarkan oleh guru, jadi guru sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan.
matematika harus mampu membuat perangkat yang Perbedaan-perbedaan inilah ter utama yang
memudahkan siswa untuk belajar teori dan praktik berlangsung di antara pembukaan dan penutupan
matematika. pembelajaran, yang harus dipahami oleh para guru
Objek pelajaran matematika ada empat yaitu agar supaya model-model pembelajaran dapat
fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Matematika dilakukan dengan berhasil.
merupakan studi tentang struktur-struktur, klasifikasi
tentang str uktur-str uktur, memisah-misahkan
hubungan-hubungan diantara str uktur-stuktur. 3. METODE PENELITIAN
Konsep matematika dapat dipahami dengan benar
jika disajikan melalui bentuk konkrit/representasi Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh
fisik Gunawan (2004: 72). mahasiswa yang terlibat dalam mata kuliah pendidikan
matematika yang terdiri dari 50 mahasiswa. Data
2.3 Model-Model Pembelajaran penelitian ini adalah tanggapa mahasiswa terhadap
Model pembelajaran mempunyai empat ciri penerapan model pembelajaran matematika di kelas.
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau Data juga berupa hasil test dari setiap materi yang
prosedur ter tentu. Keempat ciri (Santoso, 2011) disampaikan.
tersebut ialah (1) rasional teoritik yang logis yang Data primer yang digunakan adalah kuisioner
disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, yang dibagikan diawal dan diakhir perkuliahan.
(2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana Sedangkan data sekunder adalah hasil sumulasi dan
siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan refleksi. Instrumen yang digunakan untuk menggali
dicapai), (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, simulasi
agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan mengajar dan hasil refleksi mengajar.
berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan
agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Kedua, 3.1 Kuesioner
model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara
yang penting, apakah yang dibicarakan adalah pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti
tentang mengajar di kelas, atau praktek mengawasi tidak langsung bertanya jawab dengan reponden).
siswa. Model pembelajaran diklasifikasikan Instrumen atau alat pengumpulan datanya datanya
berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaksnya juga disebut angket, berisi sejumlah pertanyaan atau
(pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya. pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh
Penggunaan model pembelajaran tertentu responden (Sukmadinata, 2008: 219). Lembar
memungkinkan guru dapat mencapai pembelajaran kuesioner yang digunakan berisi per tanyaan-
tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain. pertanyaan untuk mengali sejuh mana pemahaman

184
Andri Anugrahana, Peningkatan Kompetensi Dasar Mahasiswa Calon Guru SD pada ....

mahasiswa tentang model-model pembelajaran kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi


dalam matematika. Pertanyaan awal dirumuskan profesional.
sebagai berikut.
1) Apakah kalian tahu apa itu model pembelajaran? 4.1 Kompetensi Pedagogik
Jika iya, sejauh mana pemahaman anda
tentang model-model pembelajaran? Pada mata kuliah pendidikan matematika,
2) Apakah anda tahu model-model pembelajaran peningkatan kemampuan pedagogik nampak dalam
yang digunakan dalam mengajarkan matematika kemampuan mengelola pembelajaran. Masing-
di SD? Sebutkan! masing mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk
3) Tentukan sebuah konsep matematika yang praktek mengajar dan mengelola pembelajaran di
diangap mudah dan uraikan langkah-langkah kelas. Sebelum melakukan pembelajaran mahasiswa
pembelajaran dengan menggunakan model menentukan topik yang akan digunakan unuk
yang anda ketahui! mengajar. Pemilihan topik berdasaran undian. Dosen
4) Bagaimana perasaanmu setelah menggunakan sudah menyiapkan topik-topik yang dapat digunakan
model-model pembelajaran yang pernah dalam simulasi.
diperoleh di sekolah? Berikut adalah aspek-aspek yang diamati
Kuesioner akhir juga diberikan dalam 5 selama mahasiswa praktek mengelola pembelajaran.
per tanyaan. Per tanyaan yang diberikan untuk 1) Keterampilan membuka pelajaran meliputi
mengali sejauh mana pemahaman mahasiswa apresiasi di awal dan kreatifitas dalam membuka
terhadap contoh-contoh model yang sudah diberikan pelajaran.
dan sudah dipraktekkan. 2) Keterampilan memfasilitasi pembelajaran
1) Apa yang kamu ketahui tentang model-model adalah ketrampilan dalam menciptakan
pembelajaran matematika di SD? jelaskan! pembelajaran yang menarik dengan melihat
2) Bagaimana perasaan anda saat melakukan dari keteribatan siswa di dalam kelas dan
model-model pembelajaran matematika di interaksi siswa di dalam kelas.
kelas? 3) Keterampilan menutup pelajaran adalah
3) Apa kendala dan kesulitan yang anda temukan ketrampilan yang dilakukan mahasiswa dalam
saat menerapkan model-model pembelajaran? menutup pelajaran dengan membuat kesimpulan,
4) Apa yang anda dapatkan setelah melakukan refleksi maupun tindak lanjut
model-model pembelajaran dalam mengajar 4) Penguasaan materi (Individu) adalah selama
matematika di kelas dalam perkembangan simulasi mahasiswa tidak melihat buku.
pribadi anda sebagai calon guru? 5) Perfomance Guru adalah kepercayaan diri
Selanjutnya, bentuk refleksi mahasiswa setelah guru dan penampilan guru saat mengajar
mengikuti perkuliahan pendidikan matematika Mahasiswa diharuskan menggunakan model-
sebagai berikut. model pembelajaran dalam mengajar dan memgikuti
1) Apa harapan anda sebagai mahasiswa calon model-model pembelajaran yang sudah dikonsultasikan
guru SD? ke dosen.
2) Tuliskan niat dan hal-hal baru yang akan anda
kembangkan sebagai guru! 4.2 Kompetensi profesional
Data yang diperoleh akan dianalisis secara Kompetensi profesional berupa kemampuan
deskriptif dengan menganalisis fakta yang ditemukan menguasai materi secara luas. Pada awal perkulihan
selama pelaksanaan pembelajaran. mahasiswa dibekali dengan konsep-konsep dasar
matematika yaitu konsep bilangan, geometri, dan
pengukuran. Dalam penyampaian konsep dosen
4. HASIL DAN PEMBAHASAN juga sebagai model dalam pembelajaran. Dosen
menggunakan model-model pmbelajaran matematika
Dari hasil kuesioner, simulasi mengajar dan ketika mendampingi mahasiswa dalam memahami
refleksi mengajar, maka hasil penelitian ini konsep-konsep dasar matematika. Beberapa model
dikelompokan menjadi 4 bagian yaitu peningkatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
kompetensi pedagogik, kompetensikompetensi matematika adalah: PMRI (pendidikan Matematika

185
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 182-187

Realistik Indonesia), Kontekstual, Van Hiele, problem Mahasiswa mendapatkan banyak manfaat
solving. Dengan menggunakan model-model selama mengikuti perkuliahan pendididkan
pembelajaran saat mengisi perkuliahan, dosen juga matematika.
sekaligus sebagai model bagi mahasiswa.
Untuk konsep bilangan, dosen menggunakan
pendekatan PMRI yang memuat 5 karakteristik dari 4. KOMPETENSI KEPRIBADIAN
PMRI. Kegiatan pembelajaran mengikuti karakteristik
dari PMRI yaitu (1) penggunaan konteks, (2) penggunaan Kemampuan yang dikembangkan adalah
model, (3) konstruksi siswa (4) interaktivitas, dan menjadi pribadi yang mantap dan memantapkan diri
(5) keterkaitan. Sedangkan konsep geometri sebagai calon guru SD. Pada mata kuliah pendidikan
menggunakan model prmbelajaran Van Hiele dengan matematika kemampuan kepribadian dikembangkan
menggikuti lima fase (langkah) pembelajaran, yaitu: dengan merefleksikan setiap kegiatan salah satunya
(1) informasi (information), (2) orientasi langsung adalah setelah melakukan simulasi.
(directed orientation), (3) penjelasan (ecplication),
(4) orientasi bebas (free orientation), dan (5) integrasi “Setelah mengajar saya menjadi paham
(intregation). Konsep pengukuran diberikan dengan bahwa sebagai guru kita harus
menggunakan model kooperatif jigsaw dengan menggunakan media dalam mengajar
mengikuti langkah dari jigsaw yaitu melakukan khususnya matematika. Karena anak SD
mambaca untuk menggali informasi, diskusi masih membutuhkan benda konkret.”
kelompok ahli, laporan kelompok, kuis, dan juga
penghargaan. Selain itu juga dengan model problem Dari hasil matakuliah pendidikan matematika
solving dimana mahasiswa diberikan permasalahan- ini, muncul harapan dan niat yang akan dilakukan
permasalahan yang ditemukan di sekitar siswa. apabila di kemudian hari menjadi guru.

4.3 Kompetensi Sosial “Saya seneng dan ingin jadi guru yang
Kompetensi yang dikembangkan dalam bagus dan kreatif dalam merencanakan
perkuliahan pendidikan matematika adalah hanya dan memilih media.”
kemampuan komunikasi antara mahasiswa dengan
mahasiswa lain dalam peer teaching maupun saat “Harapan dan niat saya ingin menjadi
berdiskusi dengan mahasiswa lain. Selain itu guru yang baik dengan bekal yang sudah
mahasiswa juga akan saling memebrikan masukan saya dapatkan terus maju dan mau
setelah melakukan simulasi. menjadi guru yang lebih bagus.”
Mahasiswa dan dosen memberikan masukan
dan tangapan terhadap simulasi yang dilakukan oleh
mahasiswa. Masukan dari mahasiswa dan dosen 5. KESIMPULAN
ber tujuan untuk membantu mahasisa dalam
merefleskikan dirinya. Hal tersebut dapat dilihat dari Kesimpulan dari penelitian ini senagai berikut.
pernyataan berikut ini. 1) Mata kuliah pendidikan matematika dirancang
untuk mengembangkan kompetensi dasar
“Masukan sangat membantu saya mahasiswa sebagai calon guru. Kompetensi
setelah mengajar. Meskipun terkadang dasar yang dikembangkan adalah kompetensi
menyakitkan tetapi masukan ini untuk pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi
membangun kita sebagai calon guru” sosial dan kompetensi kepribadian
2) Mata kuliah pendidikan matematika dapat
“perasaan saya senang karena punya membantu mahasiswa merncang pembelajaran
pengalaman baru di sekolah” matematika yang baik

“Saya merasa sangat senang. Ternyata


model-model pembelajaran matematika
ada dan bisa dipraktekkan.”

186
Andri Anugrahana, Peningkatan Kompetensi Dasar Mahasiswa Calon Guru SD pada ....

4. DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan


Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R &
Baharuddin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. D. Bandung: Alfabeta.
Yogyakar ta: Ar_Ruzz Media Group. Sukardjo. 2008. “Evaluasi Pembelajaran.” Diktat
Gunawan, Ansyori. 2004. “Penguasaan konsep Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran. Prodi
Geometri oleh Murid SD Negeri 38 kota TP PPs UNY. Tidak diterbitkan.
Bengkulu.” Jurnal Penelitian UNIB. Vol. X, Sur yanto. 2010. Sejarah Pendidikan Matematika
No 1. p. 71-74. Realistik Indonesia (PMRI). Yogyakar ta:
Grufrond, Anik. 2008. “Kompetensi Dasar Guru SD Koleksi Pustaka.
http://staf f.uny.ac.id/sites/default/files/ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
KOMPETENSI%20GURU%20SD.pdf Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. http:/
dikutip bulan Juli 2016. /umumblog.blogspot.com/2009/04/
Herlan, Ayi. 2006. “Mengembangkan Pembelajaran kompetensi-guru.html. Dikutip tanggal 24
Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Juni 2016.
Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Uno, Hamzah B. 2009. Profesi Kependidikan.
SMA.” Tesis Magister. Bandung: Universitas Jakarta: Bumi Aksara.
Pendidikan Indonesia. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Mor timore, P. 1999. Understanding Pedagogy and Nasional.
It Is Impact on Learning. London: Paul ––––––––––. 2005. Undang-Undang Republik
Chapman Publishing Ltd. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Santoso. 2011. “Model-Model Pembelajaran.” Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknashttp:/
http://skp.unair.ac.id/repositor y/Guru- /duniapendidikanfisekt08.blogspot.com/
Indonesia/ModelModelPembel_ 2011/02/kompetensi-guru-menurut-uu-no-
EdySantoso_11499.pdf. Dikutip tanggal 20 142005.html dikutip tanggal 20 Juni 2016.
Juni 2016. Zuriah, Nurul. 2008. Pendidikan Moral & Budi
Peker ti Dalam Perspektif Per ubahan:
Platform Pendidikan Budi Peker ti Secara
Kontekstual Dan Futuristik. Jakarta: Bumi
Aksara.

187
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
GEOMETRI BERDASARKAN TEORI VAN HIELE
PADA MATAKULIAH MATEMATIKA 2
MAHASISWA PGSD USD
Christiyanti Aprinastuti
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022
Email:c_aprinast@yahoo.com

ABSTRACT

The background of this study was some students’ misconceptions about the quadrilateral in Teacher
Training Program. The reseacher developed a learning tool geometry that based on the theory of
van Hiele. This research used research and development. Preliminary studies have been done in
previous research. The outcomes from this research was lesson plan of Math 2nd lesson. The lesson
plan consist of information, directional, descriptions, free orientation, and integration phases.
Keywords : geometric teaching and learning, learning model.

1. PENDAHULUAN pendidikan menengah bahkan mahasiswa pada


jenjang pendidikan tinggi. Hal ini terbukti dari
Geometri merupakan kajian dalam Matematika pengalaman penulis sendiri ketika mengajar
yang berhubungan dengan logika ker uangan matakuliah Matematika 2 PGSD Universitas Sanata
seseorang. Dalam pendidikan dasar sampai menengah Dharma. Hampir 40% persen mahasiswa memiliki
kehadiran geometri melekat pada mata pelajaran nilai di bawah KKM untuk matakuliah Matematika
Matematika, meskipun karakteristik geometri sedikit 2 dengan pokok bahasan yang berhubungan dengan
berbeda dengan bidang kajian dalam Matematika. geometri yaitu pokok bahasan persegi dan belah
Geometri juga merupakan kajian yang sangat dekat ketupat. Permasalahan tersebut didukung dengan
dengan kehidupan sehari-hari, karena konteks nyata penelitian kualitatif penulis pada tahun 2013 pada
geometri sebenarnya ada di sekitar peserta didik. subjek penelitian yang sama. Hasil penelitian
Namun tak dipungkiri, pemahaman peserta didik menunjukka bahwa bahwa terdapat tiga permasalahan
tentang geometri tak jarang lebih rendah dibandingkan pemahaman mahasiswa mengenai persegi dan belah
dengan pemahaman kajian lain dalam Matematika. ketupat (Aprinastuti, 2013) sehingga melahirkan
Bahkan yang terjadi, peserta didik yang memiliki miskonsepsi mahasiswa mengenai belah ketupat
nilai Matematika tinggi ada kalanya memiliki dan persegi.
pemahaman geometri yang rendah. Seperti halnya Permasalahan yang mendasari miskonsepsi
yang diungkapkan oleh Clement dan Battista (dalam tersebut adalah (1) interpretasi bangun belah
Husnaeni, 2006: 67) bahwa siswa dengan prestasi ketupat yang masih terbatas hanya pada bentuk
belajar matematika tinggi belum tentu memiliki belah ketupat yang diibaratkan seper ti bentuk
pemahaman geometri yang tinggi pula. Bahkan, ketupat, (2) Klasifikasi belah ketupat dan persegi
ditemukan bahwa siswa yang berprestasi tinggi yang dikelompokkan adalah hasil persepsi yang
dalam bidang matematika ternyata pemahaman dibawa sejak mahasiswa di sekolah dasar, (3) Adanya
geometrinya berada dalam urutan prestasi yang persepsi mengenai hubungan antarbangun segiempat
paling rendah. sebagai gabungan antar bangun, (4) Adanya persepsi
Prestasi geometri yang rendah tidak hanya yang salah dari bagan “keluarga segiempat”, dari hasil
terjadi pada siswa pada tingkat pendidikan dasar perkuliahan yang penulis berikan (Aprinastuti, 2013).
saja, tetapi juga dapat terjadi pada siswa pada tingkat Salah satu penyebab pendukung dari permasalahan-

188
Christiyanti Aprinastuti, Pengembangan Model Pembelajaran Geometri Berdasarkan Teori Van Hiele ....

permasalahan tersebut adalah adanya perbedaan produk desain pembelajaran berdasarkan analisis
pemahaman geometri. kebutuhan dan studi pustaka. Produk yang akan
Perbedaan pemikiran dalam geometri dapat dihasilkan adalah rancangan pembelajaran, modul
terjadi pada setiap orang, hal ini dikarenakan setiap dan alat peraga geometri berdasarkan teori van
orang memiliki perbedaan tingkat pemahaman Hiele. Selanjutnya, proses validasi desain yang
berpikir dalam area ker uangan. Hal tersebut merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah
dibuktikan oleh Piere van Hiele, yang terkenal rancangan produk lebih efektif atau tidak. Dalam
dengan teorinya dalam pembelajaran geometri yaitu tahap ini validasi masih bersifat penilaian berdasarkan
Teori van Hiele, yang mengungkap wawasan tentang pemikiran rasional, belum fakta dilapangan. Validasi
perbedaan dalam pemikiran secara geometri dan desain dilakukan oleh pakar pembelajaran
bagaimana perbedaan tersebut muncul(van de Wale, Matematika. Revisi desain juga dilakukan untuk
2008: 151-154). Teori van Hiele terdiri atas 5 tingkatan, memperbaiki desain yang akan dikembangkan dari
yaitu tingkat 0 (Visualisasi), tingkat 1 (Analisis), hasil validasi desain oleh para pakar pembelajaran
tingkat 2(Deduksi Informal), tingkat 3 (Deduksi), Matematika. Langkah selanjutnya adalah uji coba
tingkat 4(Rigor). produk, yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
Dari perbedaan tingkat itulah, van Hiele data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
melihat perbedaan karakteristik untuk setiap menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan/atau
tingkatan, sehingga diciptakan pula sebuah model daya tarik dari produk yang dihasilkan. Tahapan
pembelajaran khusus untuk kajian geometri yang terakhir merupakan revisi produk, revisi produk ini
dikenal juga sebagai model pembelajaran van Hielle. dilakukan apabila dalam pemakaian kondisi nyata
Bertitik tolak dari hal tersebut van Hiele menenmukan terdapat kekurangan dan kelemahan dari hasil
5 fase dalam pembelajaran geometri, yaitu (1) fase ujicoba produk.
informasi: memberikan informasi dengan tanya
jawab ringan, (2)fase orientasi terarah: melakukan
eksplorasi topik materi, (3) fase uraian: membagikan 3. HASIL PENGEMBANGAN
pengalaman yang sesuai dengan topic, (4) fase
orientasi bebas: membuat lembar tugas untuk Model pembelajaran yang dirancang merupakan
mahasiswa, (5) fase integrasi: membuat kesimpulan model pembelajaran untuk menjawab permasalahan
dari informasi dan hasil diskusi dalam topik pada penelitian sebelumnya. Permasalahan tersebut
materi(van de Wale, 2008: 154). adalah sebagai berikut.
Berdasarkan uraian di atas serta sebagai 1) Interpretasi bangun belah ketupat yang masih
kelanjutan dari penelitian penulis sebelumnya, terbatas hanya pada bentuk belah ketupat
penulis ber maksud mengembangkan model yang diibaratkan seperti bentuk ketupat.
pembelajaran pembelajaran berdasarkan teori van 2) Klasifikasi belah ketupat dan persegi yang
Hiele untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dikelompokkan adalah hasil persepsi yang
geometri pada matakuliah Matematika 2 mahasiswa dibawa sejak mahasiswa di sekolah dasar.
PGSD Universitas Sanata Dharma. 3) Adanya persepsi mengenai hubungan
antarbangun segiempat sebagai gabungan
antar bangun.
2. METODE PENGEMBANGAN 4) Adanya persepsi yang salah dari bagan
“keluarga segiempat”, dari hasil perkuliahan
Metode pengembangan produk yang yang penulis berikan.
digunakan dalam penelitian ini adalah Research and Hasil pengembangan model pembelajaran
Development (R & D). Adapun prosedur penelitian berdasarkan teori van Hiele adalah sebagai berikut.
yang dilakukan adalah sebagai berikut. Pengumpulan 1) Pada fase informasi, dosen perlu banyak
data dilaksanakan dengan (1) menganalisis memberi contoh real bangun belah ketupat
kebutuhan desain pembelajaran (2) mengkaji teori dengan berbagai bentuk. Fase informasi
van Hiele dan aplikasinya dalam pembelajaran. Pada menjadi dasar untuk melangkah ke dalam fase
tahapan desain produk, pengembang mendesain yang lebih mendalam. Dosen juga menenkankan

189
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 188-190

pada mahasiswa bahwa yang dikatakan belah dimana mahasiswa dituntut untuk dapat
ketupat tidak melulu yang berbentuk belah membuat kesimpulan dari setiap topik yang
ketupat. Dosen memberikan informasi dengan telah dibahas.
tanya jawab ringan mengenai belah ketupat
dan bentuk bentuk real di sekitar kelas.
2) Fase orientasi terarah, mahasiswa dalam 4. PENUTUP
kelompok melakukan eksplorasi topik materi,
berupa definisi, sifat-sifat belah ketupat dan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
persegi. Hal ini dimaksudkan agar materi tersebut, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah
yang akan dibahas mahasiswa, tidak keluar sebagai berikut. Pengembangan model pembelajaran
dari konteks yang telah ditentukan. berdasarkan teori van Hiele untuk pembelajaran
3) Fase uraian, dalam proses ini mahasiswa geometri pada matakuliah Matematika 2 mahasiswa
membagikan pengalaman yang sesuai dengan PGSD Universitas Sanata Dharma adalah:
topic yang didapatkan. Kegiatan dapat berupa 1) Fase informasi, dosen memberikan informasi
presentasi ataupun permainan yang menekankan dengan tanya jawab ringan,
penjelasan topik yang dibahas kelompok. 2) Fase orientasi terarah, dosen dan mahasiswa
4) Fase orientasi bebas, dosen membuat lembar melakukan eksplorasi topik materi,
tugas untuk mahasiswa, tujuan dari lembar 3) Fase uraian, mahasiswa membagikan
kerja ini sebagai evaluasi dan memonitor pengalaman yang sesuai dengan topic,
seberapa dalam pengetahuan yang didapat 4) Fase orientasi bebas, dosen membuat lembar
mahasiswa. tugas untuk mahasiswa,
5) Fase integrasi, mahasiswa membuat kesimpulan 5) Fase integrasi, mahasiswa membuat kesimpulan
dari informasi dan hasil diskusi dalam topik dari informasi dan hasil diskusi dalam topik
materi. Fase ini merupakan fase terkahir materi.

DAFTAR PUSTAKA Presented at Topic Study Group 18, ICME


11. The 11th International Congress on
Adisendjaja, Yusuf H dan Romlah, Oom. 2007. Mathematical Education. Monterrey, Mexico.
“Identifikasi Kesalahan dan Miskonsepsi Diakses melalui http://tsg.icme11.org/
Buku Teks Biologi SMU”. Disampaikan document/get/691 tanggal 16 Mei 2013.
pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi Marchis, Iuliana. 2012. “Preser vice Primar y
dan Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi School Teachers Elementar y Geometr y
FMIPA UPI, 23-26 Mei. Knowledge”. J o u r n a l A c t a D i d a c t i a
Aprinastuti, Christiyanti. 2013. “Identifikasi Napocensia. Vol.5, No. 2. pp 33-40.
Miskonsepsi Konsep Belah Ketupat pada Olivier, Alwyn. 1989. “Handling Pupil’s
Matakuliah Matematika 2 bagi Mahasiswa Misconceptions”. Present at The Thir teenth
USD”. Dalam Journal Widya Dharma. National Convention on Mathematics,
Aries Yuwono. 2010. Profil Siswa SMA dalam Physical Science and Biology Education
Memecahkan Masalah Matematika Pretoria. 3-7 July 1989.
Ditinjau dari Tipe Kepribadian. Tesis. Sunarjo, R. 2008. M a t e m a t i k a 5. J a k a r t a :
Surakarta: UNS. Depar temen Pendidikan Nasional.
Gal, Hagar dan Chan Lew, Hee. ––––. Is rectangle Wirasto. 1977. Matematika Sekolah untuk Guru SD
a parallelogram? – Towards a bypass of van dan Orang Tua Murid. Jakarta: Departemen
Hiele Level 3 Decision Making. A Paper Pendidikan dan Kebudayaan.

190
BIOGRAFI PENULIS

Gregorius Ari Nugrahanta, menyelesaikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2007), dan
Program S1 Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Drijarkara Program S3 di Ohio University USA (2012).
Jakarta (1995), program S1 Teologi di Universitas
Gregoriana Roma (2000), dan program S2 Filsafat di Wahyu Wido Sari, menyelesaikan Program S1 di
Hochschule für Philosophie München (2006). Jurusan Biologi Institut Pertanian Bogor (2008) dan
Program S2 di Bioteknologi Universitas Gadjah Mada
Catur Rismiati, menyelesaikan Program S1 Yogyakarta (2011).
Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma
Yogyakar ta (2004), program S2 Elementar y Puji Purnomo, menyelesaikan Program S1 Didaktik
Education: Social Studies di The University of Iowa Kurikulum di Universitas Sebelas Maret Surakarta
USA (1997), dan program S3 Cur riculum and (1981) dan Program S2 Ilmu Administrasi di
Instruction di Loyola University Chicago USA (2012). Universitas di Gadjah Mada Yogyakarta (1994).

Irine Kur niastuti, menyelesaikan program S1 Maria Sekar Palupi, mahasiswa Program S1
Psikologi UniversitasGadjah Mada (2010) dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di FKIP Universitas
program S2 Psikologi Profesi dengan Mayor di Sanata Dharma Yogyakarta (2016).
Psikologi Pendidikan Universitas Gajah Mada (2013).
Theresia Yunia Setyawan, menyelesaikan Program
Kintan Limiansih, menyelesaikan Program S1 S1 Pendidikan Bahasa Inggris di FKIP Universitas
Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sanata Dharma Sanata Dharma Yogyakarta (2000) dan Program S2
Yogyakarta (2009) dan Program S2 Pendidikan Dasar, Kajian Bahasa Inggris di Universitas Sanata Dharma
Universitas Pendidikan Indonesia (2015). Yogyakarta (2008).

Maria Agustina Amelia, menyelesaikan Program Y.B. Adimassana, menyelesaikan Program Sarjana
S1 Matematika di Fakultas MIPA Universitas Sanata S1 Sosiologi Pendidikan di IKIP Sanata Dharma
Dharma Yogyakarta (2007) dan Program S2 Jurusan Yogyakar ta (1988) dan Master of Ar ts bidang
Penelitian dan Pengukuran Pendidikan di Universitas Pendidikan Guru Sekolah Dasar di The Ohio State
Pendidikan Indonesia Bandung (2014). University, Columbus, U.S.A (1995).

Paulus Wahana, menyelesaikan Program Sarjana Rusmawan, menyelesaikan Program Sarjana S1


Muda Filsafat-Teologi dari FKSS di IKIP Sanata Pendidikan Geografi di Universitas Negeri
Dharma Yogyakarta (1978), Program Sarjana Muda Yogyakar ta (2004), S2 Pendidikan Dasar di
dari Fakultas Filsafat di Universitas Gadjah Mada Universitas Negeri Yogyakarta (2012) dan saat ini
Yogyakarta, S1 Fakultas Filsafat Universitas Gadjah sedang menempuh S3 di UPI Bandung.
Mada Yogyakarta (1982), dan Program Magister
Humaniora Bidang Ilmu Filsafat di Sekolah Tinggi Andri Anugrahana, menyelesaikan Program S1
Filsafat Driyarkara Jakarta (1999). Pendidikan Matematika di FKIP Universitas Sanata
Dhar ma Yogyakar ta (2006) dan program S2
Paulus Yuli Suseno, menyelesaikan Program S1 Pendidikan Dasar Konsentrasi Matematika di
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di FKIP Universitas Negeri Yogyakarta (2010).
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2016).
Christiyanti Aprinastuti, menyelesaikan Program
Eny Winarti, menyelesaikan Program S1 Pendidikan S1 Sains Jurusan Matematika di Universitas Negeri
Bahasa Inggris di Universitas Sanata Dharma Semarang (2009) dan Program S2 Magister
Yogyakarta (1998), Program S2 Kajian Bahasa Inggris Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika di
Universitas Sebelas Maret (2012).

191-1
INDEKS PENULIS

A Logho, Audra Febriandini. “Peranan Kepemimpinan


Adimassana & Rusmawan. “Efektivitas Penerapan Instruksional dalam Pendidikan: Konsep dan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Aplikasinya dalam Pendidikan di Indonesia”. Vol.
pada Mata Pelajaran IPS SD”. Edisi Khusus 20, No. 1, November 2016, hlm. 69-80.
PGSD Vol. 20, No. 2, Desember 2016, hlm.
174-181. N
Amboro, Aleksandrea Tri. “Balanced Scorecard: Nugrahanta, Gregoriusari Ari., Catur Rismiati, Andri
Sebuah Tantangan Bar u Dunia Pendidikan Anugrahana, & Irine Kurniastuti. “Pengembangan
di Indonesia”. Vol. 20, No. 1, November 2016, Alat Peraga Matematika Berbasis Metode
hlm. 81-92. Montessori Papan Dakon Operasi Bilangan
Amelia, Maria Agustina. “Analisis Soal Tes Hasil Bulat Untuk Siswa SD”. Edisi Khusus PGSD Vol.
Belajar High Order Thinking Skills (HOTS) 20, No. 2, Desember 2016, hlm.103-116.
Matematika Materi Pecahan untuk Kelas 5
Sekolah Dasar”. Edisi Khusus PGSD Vol. 20, P
No. 2, Desember 2016, hlm. 123-131. Panuluh, Albertus Hariwangsa & Mirza Satriawan.
Anugrahana, Andri. “Peningkatan Kompetensi Dasar “Perantara Peluruhan Proton dalam Model
Mahasiswa Calon Guru SD pada Mata Kuliah Korespondensi Spinor-Skalar”. Vol. 20, No. 1,
Pendidikan Matematika dengan Model November 2016, hlm. 10~15.
Pembelajaran Inovatif”. Edisi Khusus PGSD Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi
Vol. 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 182-187. Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan
Aprinastuti, Christiyanti. “Pengembangan Model Waktu, Jarak dan Kecepatan untuk Siswa Kelas
Pembelajaran Geometri Berdasarkan Teori Van V”. Edisi Khusus PGSD Vol. 20, No. 2,
Hiele pada Matakuliah Matematika 2 Mahasiswa Desember 2016, hlm. 151-157.
PGSD USD”. Edisi Khusus PGSD Vol. 20, No. Prihatmoko, R. Landung Eko. “Hubungan antara
2, Desember 2016, hlm. 182-190. Kompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim
Proyek pada Kerja Kelompok Mahasiswa
C Psikologi USD”. Vol. 20, No. 1, November 2016,
Cahyono, Yulius Dwi. “Pembentukan Karakter hlm. 16-24.
Bangsa Ala Sukar no dan Suhar to dalam Purnomo, Puji & Maria Sekar Palupi. “Setyawan,
Perspektif Sejarah Pemerintahan di Indonesia”. Theresia Yunia. “Pengembangan Rencana
Vol. 20, No. 1, November 2016, hlm. 25-35. Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
I Mengintegrasikan Edubuntu “. Edisi Khusus
Iswandari, Yuseva Ariyani. “Written Corrective PGSD Vol. 20, No. 2, Desember 2016, hlm.
Feedback in Writing Class: Students’ 158-173.
Preferences and Types of Errors”. Vol. 20, No. Putra, Dewa Putu Wiadnyana. “Seputar Modul
1, November 2016, hlm. 1-9. Auto Invarian”. Vol. 20, No. 1, November 2016,
hlm. 49-53.
L
Limiansih, Kintan. “Nalisis Buku: Ragam Kegiatan S
Menanya di Buku Siswa Kelas 1, 2, 4, dan 5 Sianipar, Cecilia Paulina. “Penggunaan Exelsa Moodle
Kurikulum 2013”. Edisi Khusus PGSD Vol. 20, sebagai Sumber Belajar Digital pada Mata Kuliah
No. 2, Desember 2016, hlm. 117-122. Perencanaan Pengajaran”. Vol. 20, No. 1,
November 2016, hlm. 93-101

191-2
Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016

Sumarna, FX. “Improving Learning Outcomes of Suseno, Paulus Yuli., Eny Winarti, & Wahyu Wido
Catholic Religious Education Method by Make Sari. “Pengembangan Materi Pendidikan
a Mach”. Vol. 20, No. 1, November 2016, Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan
hlm. 40-48. Menggunakan Model Conservation Scout untuk
Suryadi Sw., Ignas. “Implementasi Gaya Kepemimpinan Siswa Kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta”. Edisi
Transformasional-Heroik dalam Bidang Khusus PGSD Vol. 20, No. 2, Desember 2016,
Pendidikan di Indonesia”. Vol. 20, No. 1, hlm. 144-150.
November 2016, hlm. 54-68.
Susanto, Gatot Nugroho. “Pergerakkan Darat Ikan W
Amfibi: Periophthalmus Gracilis Eggert”. Vol. Wahana, Paulus. “Persepsi Mahasiswa terhadap
20, No. 1, November 2016, hlm. 36-39. Perkuliahan Filsafat Ilmu Pengetahuan dengan
Pembelajaran Kontekstual-Reflektif Berbasis
Pedagogi Ignasian”. Edisi Khusus PGSD Vol. 20,
No. 2, Desember 2016, hlm. 132-143.

191-3
KETENTUAN PENULISAN ARTIKEL
JURNAL PENELITIAN

Ketentuan Umum
1. Artikel merupakan karya asli dari hasil penelitian dan belum pernah dipulikasikan di media lain.
2. Isi artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
3. Artikel menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.
4. Panjang artikel 15-20 halaman (tidak termasuk Daftar Pustaka) dengan spasi ganda, ukuran kertas A4.
5. Artikel dikirim dalam bentuk print out dan softcopy/file (jenis dokumen .rtf – Rich Texs Format) dengan
menggunakan CD atau dikirim melalui email lemlit@usd.ac.id
6. Penulis wajib mengirimkan biodata yang meliputi riwayat pendidikan dengan contoh sbb:
Antonius Gilang Fajar, menyelesaikan Program S1 Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sanata Dharma
(1999-2002) dan Program S2 Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah
Mada (2009-2011). Saat ini sedang studi lanjut S3 pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
7. Penulis wajib menyertakan status pekerjaan dan alamat korespondensi seperti contoh berikut:
Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma. Alamat korespondensi:
Kampus I Mrican, Jl. Affandi, Yogyakarta. Email: gilang_fajar@yahoo.com dan albertusyuniarto@yahoo.com
Format Artikel
1. Judul, maksimal 12 kata dalam bahasa Indonesia atau 10 kata dalam bahasa Inggris,
2. Nama penulis tanpa gelar diikuti dengan identitas penulis meliputi institusi, alamat korespondensi, dan
alamat email, dengan contoh sbb:
Antonius Gilang Fajar, Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP, Universitas Sanata Dharma. Alamat
korespondensi: Kampus I Mrican, Jl. Affandi, Yogyakarta. Email: gilang_fajar@yahoo.com
3. Abstrak sekitar 150-200 kata dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Abstrak berisi seputar permasalahan,
metode, temuan-temuan penting, dan kontribusi karangan,
4. Kata kunci terdiri 3-5 kata, yang menggambarkan daerah pemasalahan yang diteliti atau istilah-istilah yang
merupakan dasar gagasan dalam artikel,
5. Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penulisan,
6. Metode penelitian,
7. Pembahasan yang dapat terdiri dari beberapa bab,
8. Penutup,
9. Daftar Pustaka, memuat referensi yang diurutkan secara alfabetis. Nama belakang penulis ditulis terlebih
dahulu diikuti nama depan.
Ketentuan Khusus
1. Tabel dilengkapi dengan judul tabel di bagian atas tabel tersebut. Gambar/Bagan dilengkapi dengan judul
gambar/bagan di bagian bawah gambar/bagan tersebut.
2. Catatan referensi dituliskan di dalam teks sebagai body-notes, ditulis dengan empat kemungkinan:
(1) nama, tahun, dan halaman semuanya di dalam kurung, (2) hanya tahun dan halamannya di dalam kurung,
(3) nama di luar kurung, dan tahun di dalam kurung, (4) nama dan tahun di dalam kurung. Referensi yang
berupa kutipan langsung atau ringkasannya dituliskan halamannya. Contoh catatan referensi: (Mantra, 2007:
51) , Mantra (2007: 51), Mantra (2007), (Mantra, 2007)
3. Catatan yang berupa tambahan informasi diberi nomor urut Latin, ditulis sebagai catatan kaki.
4. Ketentuan penulisan Daftar Pustaka:
a. Dari sumber buku: nama penulis, tahun terbit, judul (dicetak miring), edisi (jika ada), nama kota dan
penerbit. Contoh:
Blocher, Richard.2004. Dasar Elektronika. Yogyakarta: Andi Offset.
b. Dari sumber jurnal: nama penulis, tahun terbit, judul artikel (dalam dua tanda kutip), nama jurnal (dicetak
miring), volume, nomor, halaman.
c. Dari sumber selain buku dan jurnal: nama penulis, tahun terbit, judul, jenis sumber, nama kota dan penerbit.
d. Dari sumber internet: nama penulis, tahun diunggah, judul artikel (dalam dua tanda kutip), nama buku/
ebook/jurnal (jika ada), alamat akses homepage, tanggal akses. Contoh:
Svensson, Jakob. 2000. “When is External Aid Policy Credible? Aid Dependence and Conditionality”. Journal
of Development Economics. Vol 61. No. 2. Diakses dari: www.jstor.org, tanggal 4 Juni 2010.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Sanata Dharma

Anda mungkin juga menyukai