BAB 1
PENDAHULUAN
Pada suatu era dalam sejarah Indonesia, yaitu dalam kurun abad ke-8
hingga ke-10 tercatat sebagai masa paling produktif dalam pembangunan candi.
Pada kurun kerajaan Medang Mataram ini candi-candi besar dan kecil memenuhi
dataran Kedu dan dataran Kewu di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Hanya
peradaban yang cukup makmur dan terpenuhi kebutuhan sandang dan pangannya
sajalah yang mampu menciptakan karya cipta arsitektur bernilai seni tinggi seperti
ini. Beberapa candi yang bercorak Hindu di Indonesia adalah Candi Prambanan,
Candi Jajaghu (Candi Jago), Candi Gedongsongo, Candi Dieng, Candi Panataran,
Candi Angin, Candi Selogrio, Candi Pringapus, Candi Singhasari, dan Candi
Kidal. Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi Borobudur dan Candi
Sewu. Candi Prambanan di Jawa Tengah adalah salah satu candi Hindu-Siwa
yang paling indah. Candi itu didirikan pada abad ke-9 Masehi pada masa
Kerajaan Mataram Kuno.
2
Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah
bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari
peradaban Hindu-Buddha. Bangunan ini digunakan sebagai tempat pemujaan
dewa-dewi ataupun memuliakan Buddha. Akan tetapi, istilah. candi tidak hanya
digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-
situs purbakala non-religius dari masa Hindu-Buddha Indonesia klasik, baik
sebagai istana (kraton), pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya, juga
disebut dengan istilah candi.
BAB II
PEMBAHASAN
Candi berasal dari frase candika graha yang berarti kediaman Betari Durga.
Durga ini disembah terutama oleh umat Buddha. Dalam dunia pewayangan di
Indonesia, Durga merupakan istri Dewa Siwa yang dikutuk dari berwajah cantik
menjadi raksasa. Yang pertama mendirikan candi di India diduga adalah umat
Buddhis. Ini terlihat dari temuan candi tertua di sana yang dibangun pada abad ke-3
SM. Pada perkembangan berikutnya, candi pun didirikan oleh umat Hindu.
Candi sebagai tempat makam hanya terdapat dalam agama Hindu. Sedangkan,
candi-candi dalam agama Buddha sebagai tempat pemujaan. Di dalamnya tidak
terdapat peti pripih dan arcanya bukan perwujudan seorang raja. Abu jenazah dari
para biksu yang terkemuka, ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Pada umumnya bangunan candi terdiri atas tiga bagian (triloka), yakni kaki
candi, tubuh candi, dan atap candi. Pembagian itu melambangkan pembagian alam
semesta.
a. Kaki candi melambangkan alam bawah (bhurloka), ialah dunia manusia yang
masih berkaitan dengan hal-hal duniawi. Kaki candi bentuknya bujur sangkar,
di tengah-tengahnya ditanam pripih.
b. Tubuh candi melambangkan alam antara (bhurwarloka), ialah dunia manusia
yang sudah tidak berkaitan dengan hal-hal duniawi. Tubuh candi terdiri atas
bilik yang berisi arca perwujudan. Dinding luar sisi bilik diberi relung (ceruk)
yang berisi arca.
c. Atap candi melambangkan dunia atas (swargaloka), yaitu dunia para dewa,
dunia di mana para dewa bersemayam. Atap candi terdiri atas tiga tingkat,
makin ke atas makin kecil dan di puncaknya terdapat lingga atau stupa.
Bagian dalam atap (bilik) ada sebuah rongga kecil yang dasarnya berupa batu
5
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang
diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan
2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Borobudur memiliki
koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Stupa utama terbesar
teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan
melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah
duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap
tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan
berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha.
Puncak Borobudur berupa sebuah stupa. Candi ini terdiri dari enam
tingkat teras bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar (lingkaran
konsentris) dalam bentuk 10 pelataran yang berdiri di atas dasar berukuran
123×123 meter pada tiap sisinya dengan tinggi 4 meter.
Luas bangunan mencapai 15.129 m2, tersusun dari 55.000 m3 batu, kurang
lebih ada dua juta potongan batu-batuan. Panjang potongan batu mencapai 500
km dengan berat keseluruhannya dapat mencapai 1,3 juta ton. Rata-rata ukuran
batunya 25 cm x 10 cm x 15 cm. Tinggi candi dari permukaan tanah sampai
ujung stupa induk 35 meter—dahulu mencapai 42 meter. Struktur batu
Borobudur tidak menggunakan perekat, tetapi menggunakan sistem interlock,
sistem kuncian seperti balok-balok lego yang dapat menempel tanpa lem atau
semen.
tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa
stupa Budha yang menghadap ke arah barat.
Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran
disebut “The Lamp for the Path to Enlightenment” atau yang lebih dikenal
dengan nama Bodhipathapradipa.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu
terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara.
Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur
Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki
ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-
candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara,
candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.
Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa
Sansekerta; Siwagrha (Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam Siwa),
berdasarkan Prasasti Siwagrha yang bertarikh 778 Saka (856
Masehi). Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini dengan tiga candi
utamanya memuliakan Brahma, Siwa, dan Wisnu. Akan tetapi Siwa Mahadewa
yang menempati ruang utama di candi Siwa adalah dewa yang paling dimuliakan
dalam kompleks candi ini.
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai
Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja
Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti
Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan
dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta
adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa')
atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam
Siwa'). Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha
tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk
memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud
adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat
kompleks candi Prambanan. Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca Siwa
di garbhagriha (ruang utama) dalam candi Siwa sebagai candi utama merupakan
arca perwujudan raja Balitung, sebagai arca pedharmaan anumerta dia.
pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat mungkin
disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20
kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah
peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi
Prambanan mulai telantar dan tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai
rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat
pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat
Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa
yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan
utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang.
Setelah perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan
sungai Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan
Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta (Solo).
Dalam kompleks candi terdapat tiga candi utama, yaitu Candi Wisnu,
Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut melambangkan Trimurti dalam
kepercayaan Hindu. Setiap candi menghadap ke timur dan berdekatan dengan
candi pendamping yang menghadap ke barat. Nandini untuk Siwa, Angsa untuk
Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi
15
kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi. Candi-
candi utama di kompleks Prambanan menjulang tinggi sampai 47 meter, lebih
tinggi lima meter dari Borobodur. Candi juga dikelilingi taman yang dapat
dijadikan tempat istirahat pengunjung
Relief-relif lain yang terdapat pada candi prambanan yaitu relief burung
yang nyata, relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para
16
Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak
di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini,
letaknya berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur. Candi Mendut
didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam
prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra
telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan
bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini
dihubungkan dengan Candi Mendut.
19
Bahan bangunan candi sebenarnya adalah batu bata yang ditutupi dengan
batu alam. Bangunan ini terletak pada sebuah basement yang tinggi, sehingga
tampak lebih anggun dan kokoh. Tangga naik dan pintu masuk menghadap ke
barat-daya. Di atas basement terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi.
Atapnya bertingkat tiga dan dihiasi dengan stupa-stupa kecil. Jumlah stupa-stupa
kecil yang terpasang sekarang adalah 48 buah. Tinggi bangunan adalah 26,4
meter. Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-
seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa dewata
gandarwa dan apsara atau bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda. Pada kedua
tepi tangga terdapat relief-relief cerita Pancatantra dan jataka.
berjumlah tiga: yaitu Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap tangan (mudra)
dharmacakramudra. Di depan arca Buddha terdapat relief berbentuk roda dan
diapit sepasang rusa, lambang Buddha. Di sebelah kiri terdapat arca
Awalokiteśwara (Padmapāņi) dan sebelah kanan arca Wajrapāņi.
Candi ini pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1836. Seluruh
bangunan candi Mendut diketemukan, kecuali bagian atapnya. Pada tahun 1897-
1904, pemerintah Hindia Belanda melakukan uapaya pemugaran yang pertama
dengan hasil yang cukup memuaskan walaupun masih jauh dari sempurna. Kaki
dan tubuh candi telah berhasil direkonstruksi. Pada tahun 1908, Van Erp
memimpin rekonstruksi dan pemugaran kembali Candi Mendut, yaitu dengan
menyempurnakan bentuk atap, memasang kembali stupa-stupa dan memperbaiki
sebagian puncak atap. Pemugaran sempat terhenti karena ketidaktersediaan dana,
namun dilanjutkan kembali pada tahun 1925.
menandakan corak dari candi mendut. Bila Anda berkunjung ke candi ini, Anda
akan melihat beberapa saluran untuk membuang air dari selasar di sepanjang
dinding luar langkan. Bagian saluran ini disebut dengan jaladwara.
Jaladwara ini menjadi ciri khas pada candi candi yang berada di kawasan
Jawa Tengah. Jenis jaladwara ini dapat Anda temukan pada candi candi terkenal
di Jawa Tengah & Yogjakarta seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs
Ratu Baka dan Candi Banyuniba. Meski begitu, bentuk jaladwara tidaklah sama
dan memilki ciri sendiri sesuai dengan ciri khas candi tersebutBagian tangga
candi terletak di sisi barat candi yang juga berada di depan pintu masuk ke dalam
tubuh candi. Di pintu masuk candi ini, Anda bisa melihat bilik penampil yang
menjorok keluar. Bilik penampil ini memiliki tinggi yang serupa dengan atap
candi sehingga terlihat menyatu dengan tubuh candi. Pintu masuk tubuh candi ini
tidak memiliki garupa ataupun bingkai pintu sebagaimana candi lainnya. Bilik ini
memiliki bentuk berapa lorong dengan langit berongga rongga memanjang
dengan penampang segi tiga.
Candi mendut dibangun lebih dahulu dari pada Candi Pawon dan Candi
Borobudur yang terletak dalam satu garis lurus. Candi ini dibangun menghadap
ke arah barat berlainan dengan candi Borobudur yang dibangun menghadap ke
arah matahari terbit.
Saat memasuki pelataran dan kaki candi, anda dapat melihat beberapa
relief yang menceritakan tentang kura-kura, burung, kera dan burung manyar,
brahmana dan kepiting. Relief ini sepintas terlihat seperti dongeng yang
ditujukan kepada anak-anak, tetapi sebenarnya cerita tersebut menceritakan kisah
jataka yang memberikan pesan moral kepada semua orang yang datang
berkunjung ke Candi Mendut ini. Di bagian badan candi, anda akan mendapatkan
8 relief Bodhisattva yang berukuran lebih besar dibandingkan dengan relief yang
ada di candi Borobudur.
22
Candi Sewu atau Manjusrighra adalah candi Buddha yang dibangun pada
abad ke-8 yang berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara Candi
Prambanan. Candi Sewu merupakan kompleks candi Buddha terbesar kedua
setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu berusia lebih tua daripada
Candi Borobudur dan Prambanan. Meskipun aslinya memiliki 249 candi, oleh
masyarakat setempat candi ini dinamakan "Sewu" yang berarti seribu dalam
bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah legenda Loro Jonggrang.
luasnya kompleks candi ini, candi Sewu diduga merupakan Candi Buddha
Kerajaan, sekaligus pusat kegiatan agama buddha yang penting pada masa lalu.
Candi ini terletak di lembah Prambanan yang membentang dari lereng selatan
gunung Merapi di utara hingga pegunungan Sewu di selatan, di sekitar
perbatasan Yogyakarta dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Di lembah ini
tersebar candi-candi dan situs purbakala yang berjarak hanya beberapa ratus
meter satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan ini merupakan
kawasan penting artinya dalam sektor keagamaan, politik, dan kehidupan urban
masyarakat Jawa kuno.
Candi perwara (pengawal) yang berukuran lebih kecil aslinya terdiri atas
240 buah dengan disain yang hampir serupa dan tersusun atas empat barisan
yang konsentris. Dilihat dari bagian terdalam (tengah), baris pertama terdiri atas
28 candi, dan baris kedua terdiri atas 44 candi yang tersusun dengan interval
jarak tertentu. Dua barisan terluar, baris ketiga terdiri dari 80 candi, sedangkan
baris keempat yang terluar terdiri atas 88 candi-candi kecil yang disusun
berdekatan.
Dari keempat baris candi perwara ini terdapat dua junis rancangan candi
perwara; baris keempat (terluar) memiliki rancang bentuk yang serupa dengan
baris pertama (terdalam), yaitu pada bagian penampang gawang pintunya,
sedangkan baris kedua dan ketiga memiliki rancang bentuk yang lebih tinggi
dengan gawang pintu yang berbeda. Banyak patung dan ornamen yang telah
hilang dan susunannya telah berubah. Candi-candi perwara ini diisi arca-arca
Dhyani Buddha. Ditemukan empat jenis Dhyani Buddha di
sudah tidak utuh lagi. Di balik barisan ke-4 candi kecil terdapat pelataran beralas
batu dan ditengahnya berdiri candi utama.
Candi utama memiliki denah poligon bersudut 20 yang menyerupai salib atau
silang yang berdiameter 29 meter dan tinggi bangunan mencapai 30 meter. Pada
tiap penjuru mata angin terdapat struktur bangunan yang menjorok ke luar,
masing-masing dengan tangga dan ruangan tersendiri dan dimahkotai susunan
stupa. Seluruh bangunan terbuat dari batu andesit. Ruangan di empat penjuru
mata angin ini saling terhubungkan oleh galeri sudut berpagar langkan.
BAB III
Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah
bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari
peradaban Hindu-Buddha. Bangunan ini digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-
dewi ataupun memuliakan Buddha. Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan
oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala
non-religius dari masa Hindu-Buddha Indonesia klasik, baik sebagai istana (kraton),
pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi.
kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah
Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa
Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih
diutamakan.
Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak di
Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini, letaknya
berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur. Candi Mendut didirikan semasa
pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah
yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan
suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli
arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi
Mendut.
32
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi
https://en.wikipedia.org/wiki/Borobudur
https://en.wikipedia.org/wiki/Prambanan
https://en.wikipedia.org/wiki/Mendut
http://sejarahlengkap.com/agama/buddha/candi-peninggalan-budha
http://www.anton-nb.com/2015/09/sejarah-candi-borobudur.html
https://candi1001.blogspot.co.id/2014/08/sejarah-candi-prambanan.html
http://sejarahlengkap.com/bangunan/sejarah-candi-mendut