PENDAHULUAN
masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang
amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus kaki diabetik merupakan sebab
perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk DM (Riyanto, 2007
dalam Rahimi, 2015). Rowland (2009) dan Singh (2005) menyebutkan bahwa
15% diabetisi akan mengalami setidaknya satu kali ulkus kaki diabetes selama
hidupnya. Ulkus kaki diabetes merupakan penyebab utama (85%) dari seluruh
amputasi pada ekstremitas bawah (Brookes & O’Leary, 2006, dan Boulton, 2004).
Data tersebut diperkuat dengan data dari WHO (2008) yang menyebutkan bahwa
amputasi tungkai terjadi 10 kali lebih banyak pada diabetisi (Arianti, Yetti, &
Nasution, 2012).
masalah ulkus kaki diabetik merupakan masalah serius, sebagian besar penderia
DM dirawat karena mengalami ulkus diabetik. Akibat dari masalah ulkus diabetik
angka amputasi masih cukup tinggi, yaitu sebesar 23,5%. Penderita DM paska
1
2
amputasi sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun dan 37% akan
Kaki diabetik adalah kelainan bentuk kaki mulai dari ulkus sampai
gangrene yang terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau iskemia
perifer, atau keduanya (Grace, 2006). Salah satu penyebab terjadinya luka kaki
(nekrosis) jaringan dan menyebabkan iskemik perifer dan berisiko kejadian ulkus
bawah non traumatik yang paling sering terjadi dengan risiko amputasi 15-46 kali
dalam Dari, Nurchayati, & Hasanah. 2014). Singh, Armstrong dan Lipsky (2005)
menjelaskan efek yang ditimbulkan bagi diabetisi yang mengalami ulkus kaki
Gangguan kaki diabetik (gangrene) terjadi karena kendali kadar gula yang
gangguan pembuluh darah. Syaraf yang telah rusak membuat pasien diabetes tidak
dapat merasakan sakit, panas, atau dingin pada tangan dan kaki.
menjadi lebih buruk. Karena diabetesi tidak menyadari adanya luka tersebut.
“Neuropati diabetik menyerang lebih dari 50% diabetisi. Gejala umum yang
terjadi adalah rasa kebas (baal) serta kelemahan pada kaki dan tangan.
darah yang tidak cukup ke kaki akan menimbulkan luka dan infeksi yang sulit
(Sarwono, 2011).
Perawatan luka pada ulkus diabetik saat ini sudah banyak dilakukan
dengan berbagai teknik pelaksanaannya. Salah satu yang sering digunakan adalah
konvensional yang dipakai dalam perawatan luka adalah balutan dengan prinsip
kering, kondisi yang kering pada luka dapat menghambat penyembuhan luka
harus sering mengganti kain kasa pembalut luka. Hal ini bertujuan untuk
factor. Oleh karena peneliti menawarkan alternatif dengan perawatan luka secara
konvensional dan dilakukan penyuluhan terhadap pola diit pada pasien uklkus
diabetik dengan asupan yang seimbang dan perawatan luka konvensional yang
berkesinambungan.
4
Asembagus.
Ruang Rawat Inap dalam pelaksanaan perawatan luka pada pasien dengan
Asembagus