Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan

masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang

menyita banyak perhatian adalah Diabetes Melitus (DM). Di Indonesia DM

merupakan ancaman serius bagi derajat kesehatan masyarakat karena dapat

menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetik (gangrene) sehingga harus

diamputasi (Depkes, 2013).

Prevalensi penderita ulkus kaki diabetik di Indonesia sekitar 15%, angka

amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus kaki diabetik merupakan sebab

perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk DM (Riyanto, 2007

dalam Rahimi, 2015). Rowland (2009) dan Singh (2005) menyebutkan bahwa

15% diabetisi akan mengalami setidaknya satu kali ulkus kaki diabetes selama

hidupnya. Ulkus kaki diabetes merupakan penyebab utama (85%) dari seluruh

amputasi pada ekstremitas bawah (Brookes & O’Leary, 2006, dan Boulton, 2004).

Data tersebut diperkuat dengan data dari WHO (2008) yang menyebutkan bahwa

amputasi tungkai terjadi 10 kali lebih banyak pada diabetisi (Arianti, Yetti, &

Nasution, 2012).

Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) data pada tahun 2003,

masalah ulkus kaki diabetik merupakan masalah serius, sebagian besar penderia

DM dirawat karena mengalami ulkus diabetik. Akibat dari masalah ulkus diabetik

angka amputasi masih cukup tinggi, yaitu sebesar 23,5%. Penderita DM paska

1
2

amputasi sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun dan 37% akan

meninggal dalam 3 tahun (Waspadji, 2006 dalam Rahimi, 2015).

Dari data Puskesmas Asembagus tercatat penderita diabetes mellitus tahun

2017 pada bulan Nopember sebanyak 15 penderita ulkus diabetik dari 32

penderita diabetes mellitus (Rekam Medik PKM Asembagus, 2017).

Kaki diabetik adalah kelainan bentuk kaki mulai dari ulkus sampai

gangrene yang terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau iskemia

perifer, atau keduanya (Grace, 2006). Salah satu penyebab terjadinya luka kaki

diabetes adalah penurunan sirkulasi ke perifer yang dipengaruhi oleh tingginya

kadar glukosa dalam darah. Penurunan perfusi ke perifer menyebabkan kematian

(nekrosis) jaringan dan menyebabkan iskemik perifer dan berisiko kejadian ulkus

diabetik (Indah, 2010).

Ulkus kaki diabetik (gangrene) adalah penyebab amputasi ekstrermitas

bawah non traumatik yang paling sering terjadi dengan risiko amputasi 15-46 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DM (Maulana

dalam Dari, Nurchayati, & Hasanah. 2014). Singh, Armstrong dan Lipsky (2005)

menjelaskan efek yang ditimbulkan bagi diabetisi yang mengalami ulkus kaki

diabetes yaitu terganggunya kondisi fisik, emosional, produktivitas, dan finansial.

Gangguan kaki diabetik (gangrene) terjadi karena kendali kadar gula yang

tidak dilakukan dengan baik dan berlangsung terus-menerus selama bertahun-

tahun. Penyebab utamanya adalah kerusakan syaraf (neuropati diabetik) dan

gangguan pembuluh darah. Syaraf yang telah rusak membuat pasien diabetes tidak

dapat merasakan sakit, panas, atau dingin pada tangan dan kaki.

Ketidakmampuan syaraf merespon rangsangan di luar tubuh membuat luka


3

menjadi lebih buruk. Karena diabetesi tidak menyadari adanya luka tersebut.

“Neuropati diabetik menyerang lebih dari 50% diabetisi. Gejala umum yang

terjadi adalah rasa kebas (baal) serta kelemahan pada kaki dan tangan.

Tersumbatnya aliran darah juga menyebabkan gangguan kaki diabetik. Aliran

darah yang tidak cukup ke kaki akan menimbulkan luka dan infeksi yang sulit

untuk disembuhkan. gangguan ini disebut penyakit pembuluh darah perifer

(pembuluh darah tepi). Pembuluh darah perifer umumnya menyerang kaki

(Sarwono, 2011).

Perawatan luka pada ulkus diabetik saat ini sudah banyak dilakukan

dengan berbagai teknik pelaksanaannya. Salah satu yang sering digunakan adalah

perawatan luka konvensional (Conventional Dressing). Pearawatan luka secara

konvensional yang dipakai dalam perawatan luka adalah balutan dengan prinsip

kering, kondisi yang kering pada luka dapat menghambat penyembuhan luka

karena menghambat proliferasi sel dan kolagen. Perawatan luka konvensional

harus sering mengganti kain kasa pembalut luka. Hal ini bertujuan untuk

mempercepat penyembuhan luka dengan memfasilitasi luka untuk pemulihan

jaringan melalui granulasi dan epitelisasi, mempercepat fibrinolisis, mempercepat

angiogenesis, menurunkan resiko infeksi, serta mempercepat pembentukan growth

factor. Oleh karena peneliti menawarkan alternatif dengan perawatan luka secara

konvensional dengan metode yang sesuai standart perawatan luka secara

konvensional dan dilakukan penyuluhan terhadap pola diit pada pasien uklkus

diabetik dengan asupan yang seimbang dan perawatan luka konvensional yang

berkesinambungan.
4

Dengan berbagai permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti

tentang Pengaruh Perawatan Luka Dengan Proses Penyembuhan Luka pada

Pasien Diabetes Mellitus Gangrene fase II diwilayah kerja UPTD Puskesmas

Asembagus.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Pengaruh Perawatan Luka Dengan Proses Penyembuhan Luka

Pada Pasien Diabetes Mellitus Gangrene Fase II Diwilayah Kerja UPTD

Puskesmas Asembagus Tahun 2018 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Perawatan Luka (Dressing) Dengan Proses

Penyembuhan Luka Pada Pasien Diabetes Mellitus Gangrene Fase II

Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas Asembagus Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Perawatan Luka (Dressing) Pada Pasien Diabetes

Mellitus Gangrene Fase II Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas

Asembagus tahun 2018.

2. Mengidentifikasi Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien Diabetes

Mellitus Gangrene Fase II Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas

Asembagus Tahun 2018


5

3. Menganalisa Pengaruh Perawatan Luka (Dressing) dengan Proses

Penyembuhan Luka Pada Pasien Diabetes Millitus Gangrene Fase II

Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas Asembagus Tahun 2018

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Pendidikan

Hasil Penelitian ini dapat digunakan untuk memahami mata kuliah

keperawatan medical bedah, khususnya perawatan luka.

1.4.2 Manfaat Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian dapat menunjang peningkatan mutu kinerja perawat di

Ruang Rawat Inap dalam pelaksanaan perawatan luka pada pasien dengan

diabetes mellitus Gangrene Fase II sehingga dapat tercapai penyembuhan

luka pasien yang optimal.

1.4.3 Manfaat Bagi Responden

Sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi responden pada

umumnya mengenai pelayanan keperawatan menyeluruh pada pasien

diabetes mellitus terutama bagi masyarakat menjalani perawatan dengan

diabetes mellitus gangrene fase II diwilayah kerja UPTD Puskesmas

Asembagus

1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat menambah wawasan untuk dapat

dikembangkan pada penelitian selanjutnya.


6

Anda mungkin juga menyukai