OLEH :
NIM : 1214511028
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk mendapatkan hasil persentase tutupan karang di wilayah industry Paiton dengan
cara mengidentifikasi bentuk pertumbuhan dan pengamatan terumbu karang
menggunakan metode LIT (line intercept transect).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 oC di atas suhu normal Selain dari
perubahan suhu, maka perubahan pada salinitas juga akan mempengaruhi terumbu karang. Hal
ini sesuai dengan penjelasan McCook (1999) bahwa curah hujan yang tinggi dan aliran material
permukaan dari daratan (mainland run off) dapat membunuh terumbu karang melalui
peningkatan sedimen dan terjadinya penurunan salinitas air laut. Efek selanjutnya adalah
kelebihan zat hara (nutrient overload) berkontribusi terhadap degradasi terumbu karang
melalui peningkatan pertumbuhan makroalga yang melimpah (overgrowth) terhadap karang.
Meskipun beberapa karang dapat dijumpai dari lautan subtropis tetapi spesies yang membentuk
karang hanya terdapat di daerah tropis. Kehidupan karang di lautan dibatasi oleh kedalaman
yang biasanya kurang dari 25 m dan oleh area yang mempunyai suhu rata-rata minimum
dalam setahun sebesar 10 o C. Pertumbuha n maksimum terumbu karang terjadi pada kedalaman
kurang dari 10 m dan suhu sekitar 25 o C sampai 29 o C. Karena sifat hidup inilah maka
terumbu karang banyak dijumpai di Indonesia (Hutabarat dan Evans, 1984).
A. ANALISA DATA
1. Persentase penutupan
Persentase penutupan karang digunakan untuk menduga kondisi terumbu karang pada
suatu lingkungan. Interprestasi data yang diambil dengan metode LIT dapat dilihat pada Gambar
1. Rumus yang digunakan untuk menghitung penutupan biota karang :
ni
Li = × 100%
L
Li = persentase penutupan biota karang ke-i;
ni = panjang total kelompok biota karang ke-I; dan
L = panjang total transek garis (100 meter)
Persentase penutupan karang batu memiliki kriteria sebagai berikut: sangat baik dengan
kisaran 75,0% - 100%; baik (50,0% - 74,9%); sedang (25,0% - 49,9%) dan buruk dengan kisaran
0,0% - 24,9%. Hasil penutupan karang hidup yang tinggi biasanya menandakan bahwa terumbu
karang di suatu daerah berada dalam kondisi yang sehat.
Tabel Kriteria Kondisi Tutupan Karang Berdasarkan Persentase Tutupan Karang Hidup.
Parameter Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang (dalam %)
1 2 3 4
Persentase Luas Rusak Buruk 0 – 24.9
Tutupan Karang Sedang 25 – 49.9
Hidup Baik Baik 50 – 74.9
Baik Sekali 75 – 100
(Sumber : Gomez dan Yap, 1984)
2. Indeks Mortalitas Karang
Penilaian suatu kondisi atau kesehatan dari ekosistem terumbu karang tidak hanya
berpatokan pada persentase penutupan karang saja, karena bisa terjadi dua daerah memiliki
persentase penutupan karang hidupnya sama namun mempunyai tingkat kerusakan yang berbeda.
Tingkat kerusakan ini terkait dengan besarnya perubahan karang hidup menjadi karang mati.
Rasio kematian karang dapat diketahui melalui indeks mortalitas karang dengan perhitungan
(English et al., 1997):
persen penutupan (karang mati)
Indeks Mortalitas =
persen penutupan (karang mati + karang hidup)
Gambar Interprestasi Data Transek Garis Menyinggung
Berdasarkan hasil yang ditemukan, terdapat beberapa jenis terumbu karang seperti
DC(Death Coral) dengan persentase penutupan life form 0% , DCA (Death Coral Algae) dengan
persentase penutupan life form 1.45% , CM (Coral Massive) dengan persentase penutupan life
form 2.85% , ACB (Acropora Branching) dengan persentase penutupan life form 39.4%,
ACD(Acropora digitate ) dengan persentase penutupan life form 0%, CB(Coral Branching)
dengan persentase penutupan life form 2.1%, CF (Coral foliose ) dengan persentase penutupan
life form 1.65%, CS(Coral Encrusting) dengan persentase penutupan life form 0.85%,
CMR(Coral mushroom ) dengan persentase penutupan life form 8.5%, SP(Sponge) dengan
persentase penutupan life form 5%, Pada Line Transect yang dibentangkan, tidak hanya terumbu
karang saja yang terdapat melainkan terdapat S (Sand) dengan persentase penutupan life form
4.6%, R (Ruble) dengan persentase penutupan life form 13.1%.
40
35
Persentase Tutupan (%)
30
25
20
15
10
5
0
ACE
CMR
TA
ACD
DCA
ACT
CME
ACB
R
S
DC
OT
SC
SP
CA
CE
CF
CS
CB
CM
CHE
Lifeform
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan persentase penutupan life form didominasi oleh
terumbu karang dengan tipe pertumbuhan ACB (Acropora Branching).
Berdasarkan hasil diatas didapatkan persentase penutupan biota bentik sebagai berikut: karang
hidup 57.65%, karang mati 1.45%, biota lain 23.2%, Algae 0%, dan Abiotik 17.7%
Persentase Penutupan
Terumbu Karang di Paiton
Algae
0%
Abiotik
18%
Biota Lain
23% Karang Hidup
58%
Karang Mati
1%
Dari grafik diatas terlihat bahwa persentase penutupan di perairan kawassan industry Paiton lebih
didominasi oleh karang hidup sebesar 58%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terumbu karang
di kawasan industry Paiton dalam keadaan baik.
= 0,025 %
Berdasarkan data diatas disimpulkan bahwa indeks mortalitas terumbu karang tersebut sangat
rendah hanya 0,025 %
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang ditemukan, terdapat beberapa jenis terumbu karang seperti
DC(Death Coral) dengan persentase penutupan life form 0% , DCA (Death Coral Algae)
dengan persentase penutupan life form 1.45% , CM (Coral Massive) dengan persentase
penutupan life form 2.85% , ACB (Acropora Branching) dengan persentase penutupan
life form 39.4%, ACD(Acropora digitate ) dengan persentase penutupan life form 0%,
CB(Coral Branching) dengan persentase penutupan life form 2.1%, CF (Coral foliose )
dengan persentase penutupan life form 1.65%, CS(Coral Encrusting) dengan persentase
penutupan life form 0.85%, CMR(Coral mushroom ) dengan persentase penutupan life
form 8.5%, SP(Sponge) dengan persentase penutupan life form 5%, Pada Line Transect
yang dibentangkan, tidak hanya terumbu karang saja yang terdapat melainkan terdapat S
(Sand) dengan persentase penutupan life form 4.6%, R (Ruble) dengan persentase
penutupan life form 13.1%.
Berdasarkan hasil diatas didapatkan persentase penutupan biota bentik sebagai berikut:
karang hidup 57.65%, karang mati 1.45%, biota lain 23.2%, Algae 0%, dan Abiotik
17.7%
Berdasarkan data diatas disimpulkan bahwa indeks mortalitas terumbu karang tersebut
sangat rendah hanya 0,025 %
Persentase penutupan di perairan kawassan industry Paiton lebih didominasi oleh karang
hidup sebesar 58% dan tingkat kematian terumbu karang sangat rendah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terumbu karang di kawasan industry Paiton dalam keadaan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Burke L, Selig E, Spalding M. 2002. Terumbu Karang Yang Terancam Di Asia Tenggara.
USA: Wold Resource Institute.
Cesar, H. 2000. Collected Essay on the Economics of Coral Reefs. Cordio Departemen Biology
and Environmental Science,Kalma r University. Sweden.
Dahuri. R, Rais.J, Ginting.S.P, Sitepu.M.J. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Jakarta. PT Pradnya Paramita.
English, S., C. Wilkinson and V. Baker.1994. Survey manual for Tropical marine Resources.
Australian Institute of Marine Science, Townsville. Australia.
Gomez, E.D. and H.T. Yap. 1984. Monitoring Reef Condition. In: Coral Reef Management
Handbook. R.A. Kenchingt6on and B.E.T. Hudson (Eds). Unesco Publisher, Jakarta,
p. 171.
Guilcher Andre. 1988. Coral reef Geomorphology. John Willey & Sons.Chhichester
McCook LJ. 1999. Macroalgae, nutrients and phase shifts on coral reefs: scientific issue and
management consequences for the Great Barrier Reef. Coral reef (18): 357-367
Nybakken, J.W. 1982. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Biologis. Editor: M. Eidman,
Koesobiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. Jakarta: PT. Gramedia. 480
halaman.
Sumich JL. 1992. An introduction to the biology of marine life. Ed ke-5. Dubuque: WmC
Brown.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis.
Jakarta. Gramedia.
Veron JEN. 1995. Coral in space and time. Townsville: Australian Institute of Marine Science.