1) Pembayaran
2) Penawaran
4) Pembaharuan Hutang
5) Perjumpaan Hutang
6) Percampuran Hutang
8) Pembatalan Perikatan
10) Kadaluwarsa
Berdasarkan dasar hukum tersebut dapat dilihat bahwa pailitnya suatu perusahaan tidak
langsung mengakibatkan berkahirnya suatu perjanjian. Namun berdasarkan Pasal 41 Ayat (!)
UU Nomor 27 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Pasal 1341 KUHPer yang berbunyi :
Berdasarkan dasar hukum tersebut maka apabila salah satu pihak dalam perjanjian pailit
maka pihak yang dirugikan akibat kepailitan tersebut dapat mengaujukan pembatalan
perjanjian ke pengadilan. Dalam Pasal 41 ayat (1) UU Kepailitan dinyatakan secara tegas
bahwa Untuk kepentingan harta pailit, kepada Pengadilan dapat dimintalkan pembatalan
segala perbuatan hukurn Debitor yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan
Kreditor, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
Pengembalian harta benda yang telah diserahkan sebagai akibat pembatalan perbuatan
yang telah dilakukan oleh debitur pailit sebelum pernyataan pailit diucapkan, bahwa dalam
beberapa hal tertentu, Undang-undang kepailitan memberikan hak kepada kurator maupun
kreditur yang berkepentingan untuk meminta pembatalan atas perjanjian yang dibuat antara
debitur pailit dengan kreditur, yang, melakukan gugatan atas pemenuhan kewajiban debitur
pailit. Jika dibandingkan akibat pembatalan dari perbuatan hukum debitur pailit yang
dilakukan olehnya sebelum pernyataan pailit dikeluarkan sesuai dengan Pasal 28 jo Pasal 30
dan Pasal 41 jo Pasal 2 UUK, sampai pada derajat tertentu kedua pembatalan tersebut akan
mengembalikan posisi debitur pailit (harta pailit) dan/atau lawan pihak dalam perbuatan
hukum tersebut ke dalam kedudukan mereka semula, sebelum perbuatan hukum tersebut
dilaksanakan, seolah-olah perbuatan hukum tersebut tidak pernah dilakukan sama sekali
(kecuali untuk prestasi yang memang hanya dapat dan wajib dilakukan oleh debitur pailit
secara pribadi).
Apabila perjanjian dengan pihak yang merupakan debitor pailit dilakukan setelah putusan
pailitditerbitkan maka tidak lagi dapat dibayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut
menguntungkan harta pailit (Pasal 25 UU Nomor 27 Tahun 2004 Tentang Kepailitan)
2. Apakah Kurator berhak memutuskan mengakhiri atau meneruskan kontrak dalam proses
kepailitan ?
Berdasarkan pasal 26 ayat (1) UU Nomor 27 Tahun 2004 Tentang Kepailitan yang
berbunyi :
“Tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan
oleh atau terhadap Kurator.”
e. menghentikan hubungan kerja dengan para buruh yang bekerja pada debitor pailit