Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PEMANASAN ELEKTRODA LAS PADA SUHU 80-120ºC TERHADAP

SIFAT MEKANIK

Zulfah, Agus Wibowo, Cusanto Aji

ABSTRACT

This Research purpose to know : (1) Nature of mechanic to influence of warm-up of


electrode las (2) Require to do of further research by adding the further variation that is
examination Penetran and Radiografi (3) Menetahui hardness of result pengelasan after
electrode in heating with selected heat.

Pursuant to hypothesis test that writer only using the steel type to in ujikan that is type
become militant ST 41 by using electrode las type RD 260 with diameter of 4,0 x 350 mm.
Examination result show the existence of the influence signifikan [among/between] electrodes
which have through warm-up process and the electrode tampa through warm-up, specially for
interesting examination, impack or beat, and examination of hardness where in each;every
examination of writer do 3 spesiment in each;every his examination.

Way obtain;get the data by using temperature grader [at] industrial kitchen [of] electrics
( Heater Elektroda Las) that is to know the hardness storey;level found on electrode membrane
las specially type RD 260 with electrode diameter of 4,0-350mm.

Influence of warm-up of electrode las [at] temperature of 80-120°C to nature of


mechanic done [by] during 15-30 minute in kitchen induce the electrics [so that/ to be] obtaining
the maximal result. used machine for interesting examination is machine test the type Shimadzu
UH 1000 kNI, for examination beat [is] to the type test : Hang Ta, HT-8941, is while
examination of hardness of writer use the machine test the type : A ffri 206 RT.

Keywords: Nature of mechanic to of warm up of elektroda

elektroda yang akan digunakan.


A. PENDAHULUAN Biasanya elektroda yang digunakan
1. Latar Belakang Masalah pada proses produksi atau pengelasan
Agar proses pengelasan mempunyai diameter kawat lebih dari
mempunyai hasil yang maksimal dan 1,5 mm dengan panjang rata-rata 450
mempunyai kualitas yang baik, maka mm, khusus elektroda yang berbalut
faktor yang terpenting adalah bila disimpan di udara bebas akan
menentukan jenis menjadi lembab yang akan membuat
busur nyala api tidak stabil, maka
sebaliknya elektroda jenis ini perlu
disimpan didalam pemanas elektroda
las yang berfungsi untuk
mengkondisikan bahan-bahan yang
ada pada kawat las agar bila dipakai elektroda las serta struktur mikro dan
mudah menyatu dengan benda. sifat – sifat mekanik.
Penggunaan elektroda las yang tidak
dipanaskan dalam pemanas elektroda 3. Rumusan Masalah
dapat membahayakan barang yang Berdasarkan uraian diatas maka
dihasilkan rentan patah. Dikarenakan permasalahan yang akan dikaji dalam
bahan-bahan yang ada pada selaput penelitian ini adalah :
elektroda las akan menjadi lembab ( a. Apakah elektroda yang tidak
Prof Dr. Ir. Harsono. W, 2000: hal 21). melalui proses pemanasan
Misalnya pada pengelasan vassel, berdampak adanya kelembaban
poros bertekanan tinggi, pipa penstock, udara sehingga terdapat gelembung
pipa api dan benda yang mempunyai – gelembung udara pada bagian
tekanan tarik dari material tersebut dalam atau luar pada hasil
lebih dari 60 kg/cm² dan elektroda las pengelasan.
yang dimasukan dalam pemanas b. Apakah pemanasan Elektroda Las
elektroda apabila saat digunakan tidak pada suhu 80-120ºC berpengaruh
terdapat gelembung-gelembung udara terhadap hasil pengelasan pada
didalam hasil pengelasan dan pada saat struktur mikro dan sifat – sifat
dicek oleh alat NDT tidak terjadi mekanik.
kekeroposan pada hasil las. Dan bukan c. Apakah Elektroda yang tidak
cuma kawat elektroda saja yang melalui pemanasan juga
dipanaskan, namun material yang akan berpengaruh terhadap hasil
dilas pun harus dipanasi terlebih pengelasan.
dahulu sebelum dilas dengan cara
dikompor atau dengan api dari blander 4. Tujuan Penelitian
tanggan. Tujuan yang ingin dicapai dalam
Dalam pekerjaan yang penelitian ini adalah untuk
berhubungan dengan pengelasan tidak mengetahui kekerasan dari hasil
semua bengkel konstruksi mempunyai pengelasan setelah elektroda
pemanas elektroda las terutama dipanaskan dengan panas tertentu
bengkel-bengkel kecil karena sebelum digunakan, sehingga
mahalnya alat tersebut dan hanya pemanas Elektroda las pada suhu 80-
digunakan pada pengelasan tertentu 120ºC berpengaruh terhadap kualitas
saja sesuai pesanan. hasil pengelasan serta struktur mikro
Melihat latar belakang diatas dan sifat – sifat mekaniknya.
maka penulis melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Pemanasan 5. Manfaat Penelitian
Elektroda las pada suhu 80-120ºC Manfaat yang bisa diambil dari hasil
Terhadap Struktur Mikro dan Sifat analisa ini diantaranya :
– Sifat Mekanik” a. Mendapatkan informasi tentang alat
dan bahan yang diperlukan serta
2. Batasan Masalah proses terhadap pengaruh
Berdasarkan latar belakang pemanasan elektroda las pada suhu
tersebut diatas penulis membatasi 80-120ºC terhadap kualitas hasil
masalah pada suhu berkisar 80-120ºC pengelasan serta mikro dan sifat –
terhadap pengaruh pemanasan sifat mekaniknya.
b. Mendapatkan informasi tentang dengan jenis bahan dan diameter
kekuatan hasil dari pengelasan elektroda yang di gunakan dalam
dengan elektroda setelah pengelasan.
dipanaskan dengan suhu tertentu.
c. Memberikan kontribusi terhadap 4. Elektroda
pengetahuan tentang karakteristik Pengelasan dengan
struktur mikro dan sifat mekanik menggunakan las busur listrik
yaitu kekuatan uji tarik, uji impack memerlukan kawat las (Elektroda)
dan penetran. yang terdiri dari suatu inti terbuat
dari suatu logam di lapisi oleh
B. DASAR TEORI lapisan yang terbuat dari campuran
1. Pengertian Las zat kimia, selain berfungsi sebagai
Pengertian pengelasan adalah pembangkit, elektroda juga sebagai
salah satu cara untuk menyambung bahan tambah.
benda padat dengan jalan 5. Pengelasan Baja karbon
mencairkannya melalui pemanasan. Baja karbon sedang dan baja
Berdasarkan definisi dari karbon tinggi mengandung
Deutche Industrie Normen (DIN) las banyak karbon dan unsur lain dapat
adalah ikatan metalurgi pada memperkeras baja, karena itu
sambungan logam atau logam paduan daerah pengaruh panas atau HAZ pada
yang dilaksanakan dalam baja ini mudah menjadi keras
keadaan lumer atau cair. bila dibandingkan baja karbon rendah.
Wiryosumarto dan Okumura (2000) 6. Daerah pengaruh panas (HAZ)
menyebutkan bahwa pengelasan adalah Daerah HAZ merupakan daerah
penyambungan setempat dari beberapa paling kritis dari sambungan
batang logam dengan menggunakan las, karena selain berubah strukturnya
energi panas. juga terjadi perubahan sifat pada
2. Las Busur Listrik daerah ini. Secara umum struktur dan
Las busur listrik adalah proses sifat daerah panas efektif di
penyambungan logam dengan pengaruhi dari lamanya pendinginan
pemanfaatan tenaga listrik sebagai dan komposisi dari logam induk
sumber panasnya. Menurut itu sendiri.
(Arifin,1997) las busur listrik 7. Kampuh V
merupakan salah satu jenis las listrik Hasil penyambungan logam
dimana sumber pemanasan atau melalui pengelasan hendaknya
pelumeran bahan yang disambung mengahsilkan sambungan yang
atau di las berasal dari busur nyala berkualitas dari segi kekuatan dan
listrik. lapisan las dari bahan atau logam
yang dilas, di mana untuk
3. Alur Pengelasan menghasilkan sambungan las yang
Arus pengelasan adalah berkualitas hendaknya kedua
besarnya aliran atau arus listrik yang ujung/bidang atau bagian logam yang
keluar dari mesin las. Besar kecilnya akan dilas perlu di berikan suatu bentuk
arus pengelasan dapat diatur kampuh las tertentu.
dengan alat yang ada pada mesin las. (M.Suratman;1999).
Arus las harus disesuaikan 8. Post Weld Heat Treatment
Post Weld Heat Treatment adalah ukur dengan panjang awal.
perlakuan panas dilakukan setelah Persamaannya yaitu :
pengelasan. PWHT dimaksudkan juga
untuk stress relieving (pelepasan ε = Lf - L0 x 100%
tegangan internal). L0
9. Proses Annealing Dimana:
Proses annealing adalah perlakuan ε = Regangan (%)
panas pada bahan dimana L0 = Panjang awal (mm)
bahan tersebut dipanaskan pada Lf = Panjang akhir (mm)
temperatur tertentu, dan Apabila pembebanan tarik di
mendinginkannya dengan lambat lakukan secara terus menerus dengan
sampai temperatur ruangan. Metode menambahkan beban maka akan
pendingin dilakukan dengan mematikan mengakibatkan perubahan bentuk
furnace (furnace cooled). Pada benda uji yang berupa
pertambahan panjang dan pengecilan.
10. Baja K-945 EMS-45 Bila diteruskan akan mengakibatkan
Baja K-945 EMS 45 merupakan kepatahan pada bahan.
baja paduan dengan komponen- Prosentase pengecilan yang terjadi
komponen paduan terdiri dari kadar pada daerah patahan dapat
Karbon (C) 0,48%; Silicon (Si) dinyatakan dengan rumus :
0,30%; Mangan (Mn) 0,70% q = Ao − A x 100%
(Catalog). Sifat baja karbon sangat Ao
tergantung pada kadar karbon oleh Dimana:
karena itu baja karbon di q = Reduksi penampang (%)
kelompokkan berdasarkan kadar A0 = Luas penampang mula-mula(mm2)
karbonnya. A1 = Luas penampang terkecil (mm2)
11. Pengujian tarik 12. Pengujian kekerasan Brinell
Pengujian tarik dilakukan untuk Pengujian kekerasan adalah suatu
mengetahui sifat-sifat mekanis pengujian dari sekian banyak
suatu logam dan paduannya. Pada pengujian yang dipakai, karena dapat
pengujian tarik beban diberikan secara dilaksanakan pada benda uji
kontinu dan pelanpelan bertambah yang relative kecil tanpa kesukaran
besar, bersamaan dengan itu dilakukan mengenai spesifikasi benda uji.
pengamatan mengenai perpanjamgan Pengujian yang banyak dipakai adalah
yang dialami benda uji. Kemudian dengan cara menekankan
penekanan tertentu kepada benda uji
dapat dihasilkan kurva tegangan dan
dengan beban tertentu dan
regangan.
mengukur bekas hasil penekanan yang
σ=P
terbentuk diatasnya (Surdia dan
A0 Saito; 2000).
Dimana : C. METODOLOGI PENELITIAN
σ = Tegangan nominal (kg/mm2) 1. Metode Penelitian
P = Beban (kg) Penelitian ini merupakan
A0 = Luas awal penampang (mm2) penelitian Eksperimental. Penelitian
Regangan yang dipergunakan pada Eksperimental sendiri adalah dengan
kurva diperoleh dengan cara melakukan percobaan terhadap
membagi perpanjangan panjang
kelompok-kelompok eksperimen Agar proses pengelasan
pemeriksaan dan pengujian hasil las mempunyai hasil kualitas yang
dan jenis elektroda yang akan maksimal dan mempunyai kualitas
digunakan yaitu RD 260 dengan yang baik, maka factor yang terpenting
diameter 4,0 x 400 mm dengan adalah menentukan jenis elektroda
panjang busur api mencapai 3 mm serta bahan yang akan di gunakan
(dengan menggunakan mesin las listrik sesuai dengan karakteristik macam –
AC ARC WELDER B x 1-250A), dan macam elektroda las menurut Standart
kepercayaan terhadap konstruksi AWS (M. Suratman, S.Pd dan IR.
pengelasan. Tujuan pemeriksaan dan Ohan Juana 1999: 81).
pengujian adalah sebagai hasil Dari penelitian yang telah di
pengaruh pemanasan elektroda laksanakan, di peroleh beberapa hasil
terhadap kualitas hasil pengelasan. dari 3 Spesiment yang di ujikan yaitu:
Pengujian pukul ( Impack Test ),
2. Variabel Penelitian Pengujian tarik ( Tensile Test ), dan
a. Variabel bebas Pengujian kekerasan( Hardness Test ).
Variabel bebas adalah Sebagaimana di tunjukan dalam tabel
metode untuk menganalisa antara sebagai berikut.
pengaruh pemanasan elektroda las
listrik pada suhu antara 120°C
terhadap jenis elektroda di sini jenis
elektroda yang di pakai adalah jenis
RD – 260 dengan diameter 4,0 mm
x 400 mm dan material yang di
pakai adalah jenis Baja ST – 41 (
Plat Kapal ) dengan ketebalan 12
mm.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah
Metode untuk proses pengujian
yang di maksud di sini adalah untuk
mengetetahui stifat – sifst mekanik
dari hasil pengujian yang meliputi
tiga unsur diantaranya : Pengujian
tarik ( Tensile test ), Pengujian
pukul ( Impack test), dan Uji
kekerasan (Hardness Test) terhadap
kualitas dan kekuatan hasil
pengelasan.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian

LAPORAN UJI TARIK


Laporan No. : 06/2010/UTM/30-A Komoditi : Welding RB (S-41 )
Pemakai Jasa : CUSANTO AJI Suhu : 25°
Alamat : UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL Standar Uji : JIS Z 2241 : 1998 ed. 2006
Tgl. Terima : 22 Juni 2010 Mesin uji : Shimadzu UH 1000 kNI
Tgl. Pengujian : 22 Juni 2010 Halaman : 1 dari 2

HASIL UJI :

Kode sampel 30/A1-220610 30/A2-220610 30/A3-220610

Tebal x Lebar (mm) 12x26.54 12x26.21 12x26.20


Luas penampang mula-mula 318.480 314.520 314.400
(mm2)
Panjang ukur / lo (mm) 100 100 100
Beban tarik maksimum (N) 31250 129938 128219
Kuat tarik (N/mm2) Rm 412.114 413.130 407.820
Beban luluh (N) 102469 90593.8 90500
Kuat luluh (N/mm2) R0,2 321.743 288.038 287.850
Panjang ukur akhir (mm) 126.04 127.80 115.49
Elongasi (%) 26.04 27.8 15.49
Tebal x Lebar akhir (mm) 8.02x18.17 7.69x18.12 10.81x24.26
Luas penampang akhir (mm2) 145.72 139.34 262.25
Reduksi luas (%) 54.2441 55.6967 16.5870

Tampa perlakuan Tampa perlakuan


Keterangan Tampa perlakuan padaelektroda
padaelektroda padaelektroda

LAPORAN UJI IMPAK (CHARPY)

Laporan No. : 06/2010/I/ 04-A Komoditi : Welding RB ( S-41 )


Pemakai Jasa : CUSANTO AJI Suhu : 28ºC
Alamat : Mhs.UNIVERSITAS PANCASAKTI Mesin uji : Hung Ta, HT-8941
Tgl. Terima : 23 Juni 2010 Jml Sampel : 3 Pc
Tgl. Pengujian : 24 Juni 2010 Halaman : 1 dari 1

HASIL UJI :

α β
G (Berat R (Panjang KV (Energi
Kode (Sudut (Sudut Keterangan
Pendulum) Pendulum) Impak)1)
Sampel Awal) Akhir)
(N) , (m) (Joule)
(º) (º)
1 390.63 0.72 140 129 38.53
Elektroda
tampa
2 390.63 0.72 140 131 30.93
perlakuan
panas
3 390.63 0.72 140 133 23.90
Note :
b (lbr patahan ) = 10 mm, h( tinggi patahan ) = 8 mm
U(usaha ) = mgh…..(Joule )
I(kekuatan Inpack) = U/A = (G.R.(cos β - cos α) / b.h

LAPORAN UJI KEKERASAN

Laporan No. : 06/2010/H/26-A Komoditi : Welding ( S-41)


Pemakai Jasa : CUSANTO AJI Suhu : 28ºC
Alamat : UNIVERSITAS PANCA SAKTI TEGAL Mesin uji : Affri 206 RT
Tgl. Terima : 23 Juni 2010 Jml Specimen : 3 pcs
Tgl. Pengujian : 23 Juni 2010 Halaman : 1 dari 1

HASIL UJI :

Parameter Hasil Uji


No Satuan Metode Uji Keterangan
Uji
Kode A1 A2 A3

Titik 1 153 153 155


Dia.Indentor
Titik 2 147 147 155 2.5mm,
JIS Z
Kekerasan Beban
1 BH 2245:2005
Brinell Titik 3 153 151 153 penekanan
Ed. 2006
F= 1840 N,
Rata- Waktu
rata
151 150 154
penekanan 15
menit
tampa perlakuan panas. Pada
2. Pembahasan pengujian ini batang uji
Berdasarkan data hasil berpenampang persegi panjang
penelitian dan pengujian sebanyak 27 dan padanya di tempatkan tanda
Pcs dari 3 jenis pengujian ( Pengujian dua titik yang di sebut panjang
tarik, pukul, dan kekerasan ), terhadap ukur. Di sini nilai elastisitasnya
pengaruh elektroda baik pada suhu lebih kecil di bandingkan dengan
normal (suhu kamar), suhu 100 ºC, dan pengujian pada suhu 100 ºC dan
suhu 120 ºC, dengan jenis material plat 120 ºC mencapai 4729,75
kapal (ST 41) dan ketebalan plat N/mm2, dengan jumlah
12mm. spesiment sebanyak 3 Pcs

- Suhu 100 ºC yaitu suhu


pemanasan elektroda las pada
pemanasan 80 ºC – 100 ºC
a. Pengujian Tarik (Tensile Test) dimana pada nilai elastisitasnya
- Suhu normal (suhu kamar), yaitu lebih besar dari suhu normal
suhu pada elektroda las yang yang mencapai 6350, 17
N/mm2, dengan jumlah Manufaktur Bandung, Pengetahuan
speciment sebanyak 3 Pcs. Bahan ; 2-50).
- Suhu 120 ºC yaitu suhu Dari hasil pengujian kekerasan
pemanasan elektroda las pada diperoleh hasil rata-rata dengan
pemanasan 100 ºC – 120 ºC, beban penekanan F=1840 N,
dimana pada nilai elastisitasnya dengan waktu penekanan 15 menit,
paling besar di bandingkan dan suhu 28°C dengan
dengan kedua pengujian menggunakan mesin uji Affri 206
sebelumnya yang mencapai LT diperoleh hasil rata-rata 146,66
6687,66 N/mm2, dengan jumlah Joule/Newton dengan jumlah
speciment sebanyak 3 Pcs. speciment 3 Pcs yang meliputi :
- Suhu Normal (Elektroda tampa
b. Pengujian Pukul ( Impack Test ) melalui proses pemanasan)
- Suhu normal (suhu kamar), yaitu - Suhu 100°C dimana pada bagian
suhu pada elektroda las tampa atas benda uji dilakukan proses
perlakuan panas. Pada pengujian pengelasan dengan ketebalan las
ini merupakan percobaan dimana kurang lebih 3-5 mm.
benda uji di pukul dengan palu - Suhu 120°C Dimana pada bagian
Charpy, dengan maksud untuk atas benda uji dilakukan proses
memperoleh gambaran pengelasan dengan ketebalan las
bagaimana sifat bahan tadi kurang lebih 3-5 mm.
apabila mengalami beban yang
menyentak. Dimana energi
Impack yang paling randah E. KESIMPULAN DAN SARAN
mencapai 33,90 Joule, dengan 1. Kesimpulan
jumlah spesiment sebanyak 3 a. Untuk Pengujian Tarik : Adanya
Pcs. pengaruh yang signifikan antara
- Suhu 100 ºC dimana energi elektroda yang tanpa pemanasan,
impack yang terendah pada dimana elektroda yang semakin besar
pengujian ini mencapai 27,28 suhu pada pemanasannya maka
Joule, dengan jumlah speciment semakin baik hasil pengelasannya
sebanyak 3 Pcs. Khususnya pada Pengujian Tarik,
- Suhu 120 ºC dimana energi dimana nilai tegangan tarik terbesar
impack yang terendah pada adalah 413,131 N/mm2 dengan nilai
pengujian ini mencapai 16,59 rata – rata 411,002 N/mm2, dan untuk
Joule, dengan jumlah speciment pengujian tarik tanpa pemanasan (
sebanyak 3 Pcs. suhu normal ) diperoleh hasil adanya
speciment hasil uji pada sambungan
c. Pengujian Kekerasan (Hardness
pengelasannya patah (putus ). Untuk
Test)
pengujian Tarik dengan suhu
Pengujian yaitu suatu pemanasan 80 °C di peroleh nilai
pengujian dengan cara menekankan tegangan tarik sebesar 418,689 N/mm
tertentu pada benda uji dengan dengan nilai rata – rata 413,26 N/mm.
beban tertentu dan mengukur bekas b. Nilai kekerasan pada raw material
hasil penekanan yang terbentuk sebesar 156 N inimerupakan nilai
diatasnya (Departemen Pendidikan kekerasan yang paling tinggi
dan Kebudayaan, Politeknik dibandingkan dengan spesimen yang
lain. Untuk nilai kekerasan pada pemanasan tidak sesuai dengan
spesimen dilas tanpa treatment pada Standart JIS ( Japan International
masing -masing daerah pengelasan Standarisation.
yaitu daerah las, daerah batas las d. Dalam proses annealing semakin
dengan HAZ, daerah HAZ daerah tinggi suhu yang digunakan
batas HAZ dengan daerah yang di las. nyebabkan nilai kekuatan tarik dan
Logam induk dan daerah logam nilai kekerasannya semakin
induk ini merupakan nilai menurun dan pada patahannya
kekerasan yang paling tinggi berbentuk cup cone sehingga benda
dibanding dengan spesimen yang lain. itu menandakan ulet.
Pada pengujian kekerasan suhu e. Proses pengelasan sangat
pemanasan tidak begitu berpengaruh mempengaruhi sifat fisis dan
terhadap hasil pengelasan tapi yang mekanis dari sambungan logam,
lebih di perhatikan adalah jenis dimana akan terjadi perubahan pada
material dan jenis elektroda yang di struktur mikro disekitar las akibat dari
pakai untuk nilai rata – rata HB masukan panas yang tinggi pada saat
sebesar 156 N ini terdapat pada pengelasan dan pendinginan yang
pengujian kekerasan dengan perlakuan tidak merata pada sekitar logam
pemanasan elektroda dengan suhu 100 lasan, semakin halus dan homogen
°C, dimana dalam pengujian kekerasan struktur mikro yang terjadi maka
ini bekas tekanan yang hasilkan kekerasan akan meningkat.
mempunyai garis tengah D (mm) =
0,39 dengan nilai rata – rata HB yang 2. Saran
paling tinggi sebesar: 156 N, hasil ini a. Perlu dilakukan penelitian lebih
terdapat pada kelompok dengan lanjut dengan menambah variasi
perlakuan pemanasan elektroda suhu dan waktu dalam proses
dengan suhu 100 °C. perlakuan panas sehingga dapat
c. Untuk Pengujian Pukul ( Impack Test diperoleh hasil yang optimal untuk
), terlihat adanya perbedaan pada hasil menigkatkan sifat fisis dan mekanis
pengujian di mana semua hasil dari jenis merial Baja ST 41( Baja
pengujian pada Pengujian Pukul ini Plat Kapal ).
semua speciment hasil uji dengan b. Perlu dilakukan penelitian lebih
jumlah 9 Pcs yang meliputi: Pengujian lanjut dengan menambahkan variasi
tanpa pemanasan dengan jumlah 3 pengujian yaitu dengan pengujian
Pcs, pengujian dengan pemansan Penetrant.
elektroda las pada suhu 100°C dan c. Sebelum melakuan pengelasan,
yang terakhir adalah suhu pemanasan elektroda sebaiknya dimasukan
elektroda 120 °C dengan nilai rata – kedalam oven supaya penyalannya
rata 679,697 N/mm. Dari semua hasil lebih mudah.
pengujian ini ternyata pengujian Patah d. Untuk proses pengelasan harus
dan patah yang dihasilkan mampir dilakukan oleh pewelder yang
semuanya terjadi di sambungan profesional dan memiliki setifikat
pengelasan ini membuktikan bahwa
jenis elektroda dan material serta suhu
DAFTAR PUSTAKA

Amstead, BH, dkk. 1989. Teknologi Mekanik


Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Alip, Mochamad. 1989. Teori dan Praktik
Las. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Pengantar untuk Memahami Proses
Kebudayaan. Pengelasan Logam. Bandung. Alfabeta.

Arifin, Samsul, 1977. Las Listrik dan Suharto, 1991. Teknologi Pengelasan
Otogen. Jakarta: Ghalia Indonesia Logam. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 1997. Penelitian Suatu Surdia,Tata dan Saito Sinroku, 2000.
Pendekatan Praktek.Yogyakarta: Rineka Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta Pradnya
Cipta Paramita

Bintor, Gatot, 1999. Dasar-dasar Widharto, Sri, 2001. Petunjuk Kerja Las.
Pengerjaan Las,Yogyakarta: Kanisus Jakarta: Pradnya Paramita.

Bradbury, EJ. 1990. Dasar Metalurgi Untuk Wiryosumarto, Harsono dan okumura
Rekasayawan. Jakarta: Gramedia Toshie,1991. Teknologi Pengelasan
Logam. Jakarta: Pradnya Paramita
Dieter, George E. 1987. Metalurgi Mekanik.
Jakarta: Erlangga.

Encarta Microsoft 2000” Hardening


Testing Machine”, http.//
encarta.msn.Com/,US, diakses tanggal 14
Juli 2006

Kenneth N, Derucher and Conrad P. Heins.


1981. Materialss For Civil and Highway
Engineers. Prentice-Hall, Inc., Englewood
Cliffs

Lawrence, Van Vlack.1991. Ilmu Bahan dan


Teknologi Bahan. Jakarta:Erlangga

Love, George, 1986. Teori dan Praktek Kerja


Logam. Jakarta: Erlangga

Poerwodarminta, W.J.S. 1989. Kamus


Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Smallman R.E, dan Bishop R.J. 2000.


Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Material. Jakarta: PT Gramedia

Sonawan Hery dan Suratman Rochim. 2004.

Anda mungkin juga menyukai