BAB II Ketiga
BAB II Ketiga
TINJAUAN PUSTAKA
jaringan, organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia sehingga
pada fisik, psikologis, dan sosial (Mubarak et. al, 2009). Lanjut usia menurut
pasal 1 ayat (2), (3), (4) undang-undang RI nomor 13 tahun 1998, adalah
seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik
secara fisik masih berkemampuan maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu
Ada 2 jenis teori penuaan yaitu, teori biologi, teori psikososial. Teori biologis
meliputi teori genetik dan mutasi, teori imunologis, teori stres, teori radikal bebas,
teori rantai silang, teori menua akibat metabolisme. Teori social meliputi
pelepasan, teori aktivitas, teori interaksi sosial, teori kepribadian berlanjut, teori
perkembangan.
genetik untuk spesies tertentu. Teori ini menunjukkan bahwa menua terjadi
karena peru bahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil dari mutasi
spontan yang tidak dapat dan yang terakumulasi seiring dengan usia.
Sebagai contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan
2. Teori Imunologis
Walford 1965. Teori ini menyatakan bahwa respon imun yang tidak
dirinya sendiri. Jika mutasi merusak membran sel akan menyebabkan sistem
imun tidak mengenal dirinya sendiri sehingga merusaknya. Hal inilah yang
3. Teori Stres
berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang
kerbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia
Teori ini merupakan teori social tentang penuaan yang paling awal dan
pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961). Teori ini
terakhir yaitu kematian dengan pelepasan mutual dan pelepasan yang dapat
proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu
dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Simmons (1945),
usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini
pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku,
dan harapan seseorang ternyata tidak berubah walaupun ia telah lanjut usia.
4. Teori Aktivitas
bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut
5. Teori perkembangan
bernilai positif maupun negatif. Akan tetapi teori ini tidak menggariskan
berbagai lintas sektor, penduduk lanjut usia adalah sekelompok penduduk yang
tahun, usia lanjut 60 tahun ke atas. Kelompok usia risiko tinggi 70 tahun ke atas
atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2009).
Kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut
Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut
berikut :
1. Usia pertengahan (middle age)
Seseorang yang berusia 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly)
Seseorang yang berusia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old)
Seseorang yang berusia 75-90 tahun
4. Lanjut usia sangan tua (very old)
Seseorang yang berusia diatas 90 tahun (WHO, 2010)
c Menurut Maryam, (2008) lansia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pra lansia
Seseorang yang berusia antara 45 – 59 tahun.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau berusia 60 tahun
otot seperti kekuatan genggaman tangan, kekuatan kaki berkurang pada pria,
genggaman tangan dan kekuatan kaki pada wanita (Lord, et al, 2007). Sistem
pendengaran, hipotensi postural, dan sistem saraf pusat. Lansia wanita lebih
Faktor resiko dari mobilitas yang tidak aman adalah lingkungan yang tidak
pada lansia mempengaruhi sistem organ lainnya. Perubahan sistem saraf di otak
berpengaruh pada stabilitas tubuh (Mauk, 2010). Perubahan pada saraf motorik
sistem organ lain seperti sistem penglihatan, vestibuler dan propiosepsi (Mauk,
modulasi. Tahap tranduksi adalah penerimaan rangsangan dari luar oleh reseptor
(Bintoro, 2010).
memberikan sinyal deteksi, lokasi dan identifikasi sentuhan atau tekanan pada
kulit (Mauk, 2010). Lansia juga terjadi kehilangan sensasi dan propiosepsi serta
resepsi informasi yang mengatur pergerakan tubuh dan posisi (Mauk, 2010).
telinga bagian dalam. Telinga bagian dalam terdiri dari kokhlea dan organ-organ
Gangguan pada system vestibular dapat mengarah pada pusing dan vertigo
sosial, rendah diri, serta ketakutan dan kecemasan yang berhubungan dengan
afektif. Kemampuan kognitif lansia juga dipengaruhi oleh faktor personal dan
juga berdampak pada kepuasan hidup dan perubahan arti hidup (Mauk, 2010).
terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka (Darmojo, 2009). Jatuh menyebabkan subyek yang sadar
menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja dan tidak termasuk jatuh
fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul. Jenis
fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur pergelangan tangan,
lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis yang
dapat terjadi yaitu syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat
pembatasan dalam aktivitas sehari-hari, dan falafobia atau fobia jatuh (Stanley,
2006).
Sebagian besar kejadian jatuh pada lansia terjadi saat lansia melakukan
posisi. Hanya sekitar 5% jatuh pada lansia yang terjadi saat lansia
jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri koroner berkurang. Tanda
dan gejala penyakit jantung pada lansia adalah sering kali merasakan nyeri pada
daerah prekordial dan sesak nafas yang mengakibatkan rasa cepat lelah dan
muntah, dan nyeri pada perut karena pengaruh dari bendungan hepar atau
kesadaran yang terjadi secara mendadak dan dalam waktu yang singkat.
Kelainan jantung dapat menyebabkan sinkop karena tidak cukupnya aliran darah
menuju ke otak yang bersifat sementara. Gangguan aliran darah ini biasanya
disebabkan saat tekanan darah yang rendah (hipotensi). Organ jantung yang
atau sumbatan pada aliran darah, gangguan otot jantung, atau gangguan irama
kelainan pada ganglia basal dibagi menjadi 2 yaitu hipokinetik dan hiperkinetik.
kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi temporalis baik pada pria maupun
wanita. Konjungtiva menipis dan berwarna kekuningan, produksi air mata oleh
menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi,
2010).
telinga bagian dalam (Mauk, 2010). Telinga bagian dalam terdiri dari kokhlea dan
ekuilibrium. Gangguan pada sistem vestibular dapat mengarah pada pusing dan
vertigo yang dapat mengganggu keseimbangan (Mauk, 2010). Faktor risiko dari
apatis isolasi sosial, rendah diri, seta ketakutan dan kecemasan yang
dan cara menggunakan alat bantu seperti walker, tongkat, kursi roda, dan kruk
(Mauk, 2010).
2.2.5.2 Lingkungan
(Prabuseso, 2006). Kejadian jatuh di dalam ruangan lebih sering terjadi di kamar
mandi, kamar tidur, dan dapur. Sekitar 10% kejadian jatuh terjadi di tangga
terutama saat turun karena lebih berbahaya daripada naik tangga (Mauk, 2010).
Lingkungan yang sering dihubungkan dengan jatuh pada lansia antara lain alat-
alat bantu atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di
bawah, tempat tidur tidak atau kamar mandi yang rendah dan licin, tempat
berpegangan yang tidak kuat atau sulit dijangkau, lantai tidak datar, licin atau
menurun, karpet yang tidak digelar dengan baik, penerangan yang tidak baik
(kurang terang atau menyilaukan), alat kaki yang tidak tepat ukuran, berat
maupun cara penggunaannya yang salah. Keseimbangan berkurang seiring
bertambahnya usia karena perubahan yang terjadi pada lansia (APS Health
Care, 2010).
psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah
tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur
pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak.
Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh
dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk
2.2.5.1 Perlukaan
sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena,
patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah
dan tungkai atas. Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan
fisik dan psikologis. (Darmojo, 2009). Dari hasil penelitian oleh Ariawan et al
(2010), perlukaan akibat jatuh beragam dari berat sampai ringan, cedera
2.2.5.2 Disability
2.2.5.4 Meninggal
adalah timbulnya perdarahan, trombosis vena dalam, emboli paru, sampai infeksi
saluran kemih akibat tirah baring yang lama (Ariawan, et al. 2010).
adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan penilaian keadaan sensorik,
menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang
susah dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat
Kamar mandi dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya,
pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi
dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila goyangan badan
pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh
rehabilitasi medis. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat,
apakah kakinya menapak dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita
ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Semuanya itu
lingkungan domestik Karnataka India (2012) oleh Aras et al, menyatakan bahwa
jatuh pada lansia. Salah satu bidang kajian yang paling berharga, yang
luar rumah. Khususnya yang ada di dalam rumah, kecelakaan merupakan satu
masalah kecelakaan utama, dimana hal ini memberikan informasi faktual, dan
jatuh tangga yang tidak memiliki pegangan, alat-alat atau perlengkapan rumah
tangga yang sudah tua dibiarkan tergeletak, tempat tidur yang tinggi, lantai licin
dan kadang tidak rata, penerangan yang tidak baik, alat bantu berjalan yang
tidak memadai dan eksterior rumah meliputi lantai, tangga, jeruji dalam
keadaan buruk, tempat obat-obatan tidak terjangkau dan pintu masuk dan
pintu keluar ke rumah tidak terdapat penerangan dan ruang gerak yang cukup
untuk keluar dari rumah, kabel listrik telanjang di lantai, kolam renang yang