Anda di halaman 1dari 2

PATOFISIOLOGI

Terjadinya suatu otomikosis berhubungan dengan adanya interaksi antara


inang, agen dan faktor lingkungan. Keadaan lingkungan dan kondisi tubuh manusia
sebagai inang merupakan bagian dari faktor predisposisi terjadinya otomikosis. Faktor
predisposisi tersebut dapat meliputi ketiadaan serumen, kelembaban yang tinggi,
peningkatan temperatur dan trauma lokal yang biasanya sering disebabkan oleh kapas
telinga (cotton buds) dan alat bantu dengar. Serumen sendiri memiliki pH yang
berkisar antara 4-5 yang berfungsi menekan pertumbuhan bakteri dan jamur, yang
terdiri dari lipid (46 hingga 73%), protein, asam amino bebas dan ion mineral yang
juga mengandung lisozim, imunoglobulin, dan asam lemak tak jenuh ganda. Asam
lemak rantai panjang hadir di kulit yang tidak terputus mungkin menghambat
pertumbuhan bakteri. Karena komposisi hidrofobiknya, cerumen mampu menolak air,
membuat permukaan saluran air tidak tembus air dan menghindari kerusakan
maserasi dan epitel(1).

Aspergillus adalah jamur patogen dapat menyebabkan infeksi saat mekanisme


pertahanan tubuh inang menurun. Keratin dan epidermis kulit merupakan mekanisme
pertahanan terhadap spesies Aspergillus. Jika kulit dan adneksanya rusak seperti pada
kondisi yang disebabkan kebiasaan mengorek telinga dan masuknya air yang
mengubah struktur kulit dan kondisi kelembaban liang telinga maka otomikosis dapat
terjadi. Pada umumnya para peneliti berpendapat bahwa dari sekian banyak faktor
yang berperan dalam timbulnya otomikosis yang terpenting ialah suhu dan
kelembaban udara yang meninggi serta bentuk anatomis dari liang telinga. Pada
kelembaban yang relatif di atas 80%, lapisan tanduk epitel dapat mengabsorpsi air
dari udara dalam jumlah banyak. Pertambahan isi cairan keratin di dalam dan sekitar
unit pilosebaseus menyebabkan pembengkakan dan obstruksi orilisium dengan
demikian mengurangi pengeluaran zat lipoid ke permukaan kulit yang mengakibatkan
hilangnya atau berkurangnya pembentukan serumen. Pada suhu yang meninggi,
produksi keringat menjadi berlebihan dan menyebabkan reaksi bergeser kearah alkalis
sehingga pembentukan serumen yang memerlukan pH antara 4,7 sampai 7,5
terganggu. Tidak adanya serumen yang bersifat bakterisid dan fungisid berarti
hilangnya proteksi kulit meatus terhadap kuman dan jamur(2).

Daftar Pustaka

1. Guitterez PH, Alvarez Sj, Sanudo et al. Presumed diagnosis: Otomycosis. A


study 451 patients. Acta Otorinolaringol Esp 2005; 56: 181- 6.

2. Munguia R, Daniel SJ. Ototopical antifungals and Otomycosis: A review. Int J


Ped Otorhinolaryngol 2008; 72:453-9. 


Anda mungkin juga menyukai