Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Plebitis merupakan peradangan pembuluh darah vena. Plebitis

merupakan komplikasi umum dari terapi intravena, (Andrean et al., 2009).

Plebitis bila tidak ditangani, dapat menyebabkan trombus dan emboli yang

dapat menyebabkan kerusakan permanen pada vena dan dapat menyebabkan

infeksi (Potter and perry, 2009). Fenomena yang paling sering terjadi di rumah

sakit untuk mengatasi Plebitis selama ini adalah dengan pemberian Salep

Heparin Sodium dan kompres alkohol (Rajin, 2011). Sedangkan yang terjadi di

puskesmas biasanya perawat hanya menganjurkan kepada keluarga pasien

yang mengalami plebitis untuk memberikan kompres. Dalam penelitian Binarti

Dwi W menyebutkan bahwa Ekstrak daun Aloe vera memiliki aktivitas

antibakteri yang mungkin dapat membantu mengobati infeksi ringan pada kulit,

seperti plebitis, bisul dan kista kulit jinak.

Menurut data survelans World Health Organisation (WHO) tahun 2012,

dinyatakan bahwa kejadian infeksi nasokomial berupa Plebitis cukup tinggi

yaitu 5% per tahun (WHO, 2012). Di Indonesia belum ada angka yang pasti

tentang pravalensi kejadian flebitis, kemungkinan disebabkan oleh penelitian

dan publikasi yang berkaitan dengan flebitis jarang dilakukan. Data Depkes RI

Tahun 2013 angka kejadian flebitis di Indonesia sebesar 50,11 % untuk Rumah

Sakit Pemerintah sedangkan untuk Rumah Sakit Swasta sebesar 32,70 %


2

(Rizky W, 2014).

Berdasarkan penelitian Mukhamad Rajin dan Indah Mukarromah, Faktor-

faktor yang dapat menyebabkan plebitis antara lain adalah faktor manusia,

teknik pemasangan selang, penempatan lokasi selang yang digunakan,

panjang dan ukuran kanula, lamanya pemakaian selang, kecocokan cairan,

jenis, dan pH obat atau cairan. Secara mekanis juga dapat terjadi akibat ujung

kanul bergerak akibat kurang direkatkannya dengan baik dan mengiritasi

tunika intima vena sehingga timbul plebitis (Sharon, 2012).

Berdasarkan penelitian Oswati Hasanah, Riri Novayelinda, Maifera, Isdelni

tentang menurunkan derajat plebitis akibat terapi intravena pada anak dengan

kopres aloe vera. Penatalaksanaan plebitis yang selama ini digunakan berupa

kompres air hangat, MgSO4, laturan garam (Nacl) 0,9% dan alcohol 75%.

Penggunaan beberapa bahan ini belum menimbilkan efek yang signifikan

terhadap pengurangan gejala plebitis. Kompres aloe vera adalah salah satu

alternatif penatalaksanaan plebitis yang telah diterapkan pada pasien di China

dan terbukti lebih efektif. Penelitian ini juga menerapkan kompres aloe vera

namun pada anak usia inflant sampai berperan sebagai efek system imun, zat

pelembab, anti-anging, dan anti septik. Selain itu aloe vera mengandung

carboxxypeptidase yang menghambat aktivasi bradykinin, salisilat yang juga

menghambat proses vaso kontriksi. (Zhein et al,2014)

Penelitian K.Dewi Budiarti, Yusep Subagja, dan Devi Ratnasari mengenai

pengaruh penanganan flebitis dengan lidah buaya terhadap penurunan flebitis

menunjukkan bahwa pemberian kompres lidah buaya mempunyai pengaruh


3

terhadap penuruanan tingkat flebitis, hal ini dapat dilihat dengan tidak

ditemukannya tanda flebitis seperti nyeri, kemerahan, hangat/panas, bengkak

pada sebagian besar responden setelah diberi kompres lidah buaya. Lidah

buaya menghambat migrasi sel PMN (neutrophil) ke jaringan vena yang

meradang, sehingga inflamasi vena dihambat. Kandungan asam amino,

glikoprotein dana aloe emodin dalam lidah buaya mempercepat perkembangan

sel – sel baru dalam proses regenerasi epitel pembuluh darah.

Pemberian gel lidah buaya secara oral (diminum) sebanyak 100

mg/kilogram berat badan selama dua bulan dapat mengurangi ukuran luka

sebanyak 62%, dibandingkan 51% pada kelompok kontrolnya (tanpa pemberian

gel). Pengolesan krim yang mengandung 25% gel lidah buaya pada permukaan

luka selama 4 hari dapat mengurangi ukuran luka sebesar 51% dibandingkan

33% pada kelompok kontrolnya (Martopo, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mukhamad Rajin dan Indah

Mukarromah Tentang pemanfaatan kompres ekstrak lidah buaya pada pasien

plebitis untuk mengurangi biaya perawatan di Rumah sakit. Kompres lidah

buaya mengandung beberapa komponen, mempunyai efek biologis dan

fisiologis terhadap plebitis sampai pada tingkat sel dan enzim, sementara

pengaruh kompres alcohol 70% terhadap plebitis hanya memberikan efek

dingin beberapa menit yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah local

pada daerah yang mengalami plebitis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kompres lidah buaya lebih mempunyai efek teraputik dari pada kompres alcohol

70% terhadap phlebitis.


4

Berdasarkan data yang didapat di BLUD Sekarwangi di ruangan anak

yang mengalami plebitis pada bulan tahun 2018 sebanyak anak, dan pada

bulan januari sampai bulan mei sebanyak anak.

Penatalaksanaan plebitis di BLUD Sekarwangi yang selama ini

digunakan berupa kompres air hangat, MgSO4, larutan NaCl dan alcohol 75%.

Penggunaan beberapa bahan ini belum menimbulkan efek yang signifikan

yerhadap pengurangan gejala phlebitis.berdasarkan penelitian Oswati dkk

tentang pelaksanaan phlebitis, Kompres lidah buaya adalah salah satu

alternative penatalaksanaan phlebitis yang telah diterapkan pada pasien Cina

dan terbukti efektif. Penelitian ini juga menerapkan kompres aloe vera namun

pada anak usia inflant sampai usia sekolah mengalami phlebitis di ruang

perawatan. Menghasilkan pebaikan yang signifikan berupa penurunan derajat

phlebitis dengan derajat minimum 0 dan maksimum 3. Penelitian Liu Yang, 2014

Lidah buaya lebih efektif dari pda pengobatan rutin saja untuk meningkatkan

gejala phlebitis termasuk memperpendek waktu penghapusan gejala

pembekakan merah.waktu menghilangkan rasa sakit dilokasi infus.

Pemakaian lidah buaya memiliki keunggulan antara lain mudah didapat

dan tidak menimbulkan ekstravasasi karena tidak memiliki elektrolit daam

konstresasi tinggi. Lidah buaya mengganggung 20 jenis asam amino san asam

salisilat yang bersifat anti inflamasi dan anti bakteri. Selain itu lebih sedikit

menimbulkan alergi pada kulit anak yang masih sensitive. (Suzzana, 2014)

Pemberian kompres lidah buaya dianggap lebih aman diberikan kepada

anak karena tidak mengandung elektrolit yang menimbulkan ekstravakasi pada


5

pembuluh darah.(Zheng et al, 2014), Berdasarkan fenomena yang ditemukan,

peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “pengaruh ekstrak lidah

buaya Terhadap derajat phlebitis pada anak di BLUD Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi Tahun 2019“

B. PERUMUSAN MASALAH

Apakah ada pengaruh ekstrak lidah buaya terhadap derajat plebitis pada

anak di BLUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Tahun 2019?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh ekstrak lidah buaya terhadap derajat plebitis

pada anak di BLUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Tahun 2019

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui derajat plebitis pada anak sebelum dilakukan perlakuan

ekstrak lidah buaya di BLUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Tahun 2019

b. Untuk mengetahui derajat plebitis pada anak setelah dilakukan perlakuan

ekstrak lidah buaya di BLUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Tahun 2019

c. Untuk menganalisa perbedaan derajat plebitis pada anak sebelum dan

sesudah dilakukan perlakuaan ekstrak lidah buaya di BLUD Sekarawangi

Kabupaten Sukabumi
6

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Menambah pengetahuan tentang manfaat kompres gel lidah buaya terhadap

perbaikan plebitis pada pasien pasca terapi intravena.

2. Praktis

Secara teori penelitian ini diharapkan dapat memberukan informasi tentang

manfaat alternative terhadap perbaikan plebitis pada pasien pasca terapi

intravena. Dan menambah ilmu khasanah tentang manfaat tanaman obat

tradisional dalam hal ini lidah buaya

Anda mungkin juga menyukai