Anda di halaman 1dari 2

Tindakan Legal Etik Keperawatan Dalam Praktik Mandiri

Berdasarkan UU No.38 tahun 2014 pasal 29 dan 30, Tugas dan wewenang perawat
yaitu dalam menyelenggarakan praktik keperawatan perawat bertugas sebagai pemberi
asuhan, penyuluh dari konselor bagi klien, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti
keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan atau pelaksana tugas
dalam keadaan keterbatasan tertentu. Pelaksanaan tugas perawat sebagaimana yang dimaksud
yaitu harus dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel. Dan dalam menjalankan
tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan dibidang perorangan, perawat berwenang
melakukan pengkajian keperawatan secara holistic, menetapkan diagnosis keperawatan,
merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan, mengevaluasi
hasil tindakan keperawatan, melakukan rujukan, memberikan tindakan pada keadaan darurat
sesuai dengan kompetensi dan memberikan penatalaksanakan pemberian obat kepada klien
sesuai dengan resep tenaga medis atau obat bebas terbatas.
Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 pasal 35, Perawat dapat melakukan tindakan
medis dan pemberian obat sesuai kompetensinya dalam keadaan darurat. Keadaan darurat
yang dimaksud merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan klien. Penentuan
obat untuk pasien sebenarnya adalah wewenang dari dokter, tetapi para perawat dituntut
untuk turut bertanggung jawab dalam pengelolaan obat tersebut. Memastikan bahwa obat
tersebut aman bagi pasien dan mengawasi akan terjadi efek samping dari pemberiaan obat
tersebut pada pasien.(UU No. 38. 2014)
Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 pasal 10 menjelaskan bahwa dalam keadaan
darurat untuk penyelamatan jiwa pasien dan tidak ada dokter di tempat kejadian, perawat
dapat melakukan pelayanan diluar kewenangannya. Dan bagi perawat yang bekerja didaerah
terpencil dan tidak ada dokter dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah, perawat dapat
melakukan pelayanan diluar kewenangannya.
Perawat adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan
keperawatan.(UU No. 23 tahun 1992). Perawat harus mengetahui semua komponen dari
perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak
jelas atau dosis yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan. Secarahukum perawat
bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar
atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien.Cara pemberiaan
obat yang benar akan memberikan efek dan dampak yang bagus dan efektif kepada proses
penyembuhan penyakit. Pemberiaan obat yang tepat dan sesuai dengan dosis adalah salah
satu tanggung jawab penting bagi perawat. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses
pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan
dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang diberikan kepada pasien,
hal ini harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan.(via,2015)
Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014, Perawat adalah profesi tenaga kesehatan yang
mampu menyelenggarakan pelayanan keperawatan secara bertanggung jawab, akuntabel,
bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat yang memiliki etik dan moral tinggi, sertifikat,
registrasi dan lisensi. Dengan tuntutan semacam itu maka profesi perawat harus dapat
menjawabnya dengan memberikan pelayanan secara profesional. Sehingga perawat yang
melakukan praktik mandiri hendaknya memahami hak dan batasan wewenangnya, serta akan
lebih baik jika memiliki sertifikat keilmuan tertentu.
Praktik mandiri perawat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan sesuai dengan pilihannya. Namun,
pendirian praktik mandiri perawat perlu ditinjau untuk mengenai urgensi, kompetensi dan
regulasi yang mendasarinya. Hal ini menjadi hal yang penting untuk dikritisi karena
pelaksanaan praktik mandiri sering ditemukan perawat yang melakukan tindakan invasif
seperti pemberian obat parenteral, hecting dan luka.Padahal tindakan tersebut bukan
merupakan kewenangan perawat. Hal tersebut dapat terjadi karena banyak perawat yang
belum memahami batasan dan wewenang praktik mandiri perawat, sehingga tindakan yang
dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan kebijakan. Kebijakan praktik mandiri perawat dapat
menjadi lebih baik dan bermanfaat jika serangkaian kebijakan yang ada saling mendukung
dan memiliki petunjuk teknis yang jelas dalam menjalankannya.(UU No. 38.2014)
Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP diruang
praktiknya.Dan perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan
memasang papan praktik( sedang dalam proses amandemen). Perawat yang memiliki SIPP
dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah. Persyaratan praktik perorangan
sekurang-kurangnya memenuhi tempat praktik yang memenuhi syarat dan memiliki
perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir, catatan tindakan dan formulir
rujukan.(wiji,2010)
Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2014 tugas dan wewenang perawat yang membuka
praktik mandiri dapat diuraikan dengan jelas, sehingga tidak menimbulkan kasus pelanggaran
hukum saat perawat menjalankan praktinya.Pelaksanaan penyelenggaraan praktik mandiri
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur, perawat menjalankan praktik sesuai
dengan kewenangan yang dimiliki.Praktek keperawatan dilakukan berdasarkan pada
kesepakatan antara perawat dengan klien dalam upaya untuk peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, kuratif dan pemulihan kesehatan.Perawat
dapat mendelegasikan dan atau menyerahkan tugas kepada perawat lain yang setara
kompetensi dan pengalamannya.

Anda mungkin juga menyukai