Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun pedoman pelayanan farmasi
Puskesmas Kraksaan tahun 2019 dengan baik dan tepat pada waktunya.
Pedoman ini dibuat dengan berbagai observasi dan bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama penyusunan
pedoman pelayanan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
pedoman pelayanan ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada pedoman pelayanan ini.
Oleh karena itu kami mengharapkan semua pihak yang terkait untuk memberikan saran
dan kritik yang membangun demi penyempurnaan pedoman pelayanan ini.
Akhir kata semoga pedoman pelayanan farmasi Puskesmas Kraksaan ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Probolinggo,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Sasaran Pedoman
D. Ruang Lingkup Pedoman
E. Batasan Operasional
F. Landasan Hukum

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN


A. Lingkup Kegiatan
B. Metode
C. Langkah Kegiatan

BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia. Salah satu upaya pembangunan

kesehatan adalah melaksanakan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas.

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan.

Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung

jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan

konsep wilayah yaitu desa/kelurahan.


Visi
Puskesmas Kraksaan mewujudkan Masyarakat Kraksaan yang sehat,mandiri
dan berkeadilan.
Misi
1.Menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat yang semakin berkualitas
dan berkesinambungan
2.Menyelenggarakan progam kesehatan pengembangan yang bersifat spesifik
perkotaan.
3.Proaktif menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan untuk mewujudkan
pelayanan yang prima.
. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang
bermutu.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi
obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical
Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker
sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan atau penyimpanan resep) dengan memanfaatkan
tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan.

B. Tujuan Pedoman

1. Tujuan Umum
Sebagai acuan bagi petugas farmasi untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian
di Puskesmas Kraksaan.
2. Tujuan Khusus
- Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas Kraksaan
- Meningkatkan dan memberdayakan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) di
Puskesmas Kraksaan
- Terlaksananya penilaian serta perbaikan terhadap kinerja pelayanan farmasi di
Puskesmas Kraksaan
- Meningkatkan kepuasan dan harapan pasien terhadap pelayanan farmasi di
Puskesmas Kraksaan.

C. Sasaran Pedoman

Sasaran dari pedoman ini adalah tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya yang terkait dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kraksaan. Sasaran
dari kegiatan pelayanan kefarmasian adalah pasien di Puskesmas Kraksaan.

D. Ruang Lingkup Pedoman

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan


yang bersifat manajerial berupa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan
kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber
daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.

E. Batasan Operasional

1. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
2.Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan kesehatan.
3.Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan
dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep supaya
lebih mudah dimonitor dan dievaluasi.

F. Landasan Hukum

1. Undang-undang RI Nomer 23 tahun 1992 tentang kesehatan


a) Bab 1 pasal 1
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi
obat, pengelolan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.
b) Bab V pasal 42
Pekerjajn kefarmasian harus dilakukan dalam rangka menjaga mutu
sediaan farmasi yang beredar.
c) Bab VI pasal 63
Pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi dan
pelayanan sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu,
d) Bab X pasal 82
Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja
melakukan pekerjaan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam pasal
63 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan atau pidana
denda paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Undang-undang nomer 5 tahun 1997 tentang psikotropika.
3. Undang-undang nomer 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Peraturan menteri kesehatan RI Nomer 74 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di puskesmas.
5. Peraturan menteri kesehatan RI Nomer 3 tahun 2015 tentang peredaran,
penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan
prekursor farmasi
6. Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan RI nomor
HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang pedoman teknis cara distribusi obat
yang baik

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas


minimal harus dilaksanakan oleh 1 orang tenaga Apoteker per 30 pasien dibantu
oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan apoteker (Undang-Undang RI
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan) yang memenuhi persyaratan (PP Nomor
51 tahum 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian):
- Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) bagi Apoteker
- Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) bagi Tenaga Teknis
Kefarmasian
- Terdaftar di Asosiasi profesi
- Mempunyai izin kerja, SIPA bagi Apoteker dan SIK bagi Tenaga Teknis
Kefarmasian
- Mempunyai SK penempatan
Jabatan Fungsi Kualifikasi
Kordinator Farmasi - Mengkoordinir Apoteker
pekerjaan kefarmasian
- Pengelolaan sediaan
farmasi
- Pelayanan farmasi klinis
Tenaga Teknis Melaksanakan tugas Sarjana Farmasi,
Kefarmasian kefarmasian Ahli Madya Farmasi, dan
Tenaga Menengah
Farmasi /Asisten
Apoteker

Adapun tenaga yang tersedia di Ruang Farmasi Puskesmas Kraksaan yaitu


seorang Tenaga Teknis Kefarmasian. Apabila petugas di Ruang Farmasi sedang
tidak ada ditempat maka ada petugas pengganti yaitu sebagai berikut :

No JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH


1 Membantu pelayanan obat SMA 1

Untuk pembagian kerja masing masing petugas berdasarkan TUPOKSI yang


sesuai kompetensinya.
B. Distribusi Ketenagaan

Pengaturan dan penjadwalan pelayanan dikoordinir oleh penanggung jawab unit


farmasi.

KEPALA PUSKESMAS
NURYAKUB,S.K.M
SKM.,MMKes
PENANGGUNG JAWAB UKP
Dr.MAULIDA RACHMANI

PENANGGUNG JAWAB
GUDANG DAN RUANG
FARMASI

SUKARWATI, A.Md.Farm
A.Md.FarmA.Md.Farm
C. Jadwal Kegiatan
MEMBANTU PELAYANAN
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas
OBAT Kraksaan di laksanakan setiap

DWI HARYONO
hari senin - sabtu dengan rincian:
senin – kamis : jam 07.30 WIB – jam 14.00 WIB
jum’at : jam 07.00 WIB – jam 11.00 WIB
sabtu : jam 07.30 WIB – jam 12.30 WIB

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Farmasi


a. Ruang farmasi

1
12 9

5
10

6 8
2
11

7
3

13

b. Gudang Farmasi
B.Standar Fasilitas
Prasarana dan sarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut :
1. Bangunan
a. lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan puskesmas
b. Papan nama “Ruang Farmasi” yang dapat terlihat jelas oleh pasien
c. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
d. Tersedia tempat untuk melakukan peracikan obat yang memadai
e. Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk
melakukan pelayanan informasi obat.
2. Peralatan Farmasi dan Gudang Farmasi
a. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain blender obat, gelas
ukur, lemari obat, rak obat, kertas puyer, etiket, sendok obat, kotak obat,plastic
klip.
b. Peralatan tulis menulis kantor, komputer dan printer
c. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari obat yang terkunci khusus
untuk obat psikotropika dan narkotika
d. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat.
e. Temperatur suhu ruangan dan kelembaban
f. Lemari es untuk obat yang harus disimpan dengan suhu tertentu
g. Palet
h. Rak obat dan lemari obat
i. AC

C.STANDAR PERALATAN UNIT FARMASI


Jumlah Minimal Jumlah yg
No Jenis Peralatan Peralatan ada Di
Puskesmas Puskesmas
Set
Farmasi 1 buah 0
1 Analitical Balance (Timbangan Mikro) 1 buah 0
2 Batang Pengaduk 1 buah 0
3 Corong 1 buah 0
4 Cawan Penguap Porselen (d.5- 1 buah 0
15cm)
Gelas Pengukur 10mL, 100mL dan
5 250mL 1 buah 1(100 ml)
6 Gelas Piala 100mL, 500mL dan 1L 1 buah
7 Higrometer 1 buah
Mortir (d. 5-10cm dan d.10-15cm) +
8 stamper 1 buah 1 (10-15cm)
9 Pipet Berskala 1 buah 0
10 Spatel logam 1 buah 0
11 Shaker 1 buah 0
12 Termometer skala 50 1 buah 0
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN OBAT

A. Lingkup Kegiatan
1. Peresepan Obat
2. Pelayanan Obat
3. Pengadaan Obat
4. Penerimaan Obat
5. Penyimpanan Obat
6. Distribusi Obat
7. Monitoring dan Evaluasi
8. Pencegahan dan Penanganan Obat Kaduluwarsa
9. Pelayanan dan Penyimpanan Obat Psikotropika dan Narkotika
10. Rekonsiliasi Obat
11. Monitoring Efek Samping Obat
12. Penyediaan dan Penggunaan Obat Emergensi

B. Metode
1. Peresepan Obat
a) Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
b) Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non
teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat
sampai dengan penyerahan obat kepada pasien.
2. Pelayanan Obat
Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non
teknis
a. Tahap Konfirmasi dan Validasi
Kegiatan pada tahap ini meliputi:
1) Mencetak/prin resep sesuai dengan urutan yang ada di simpus.
Skrining administratif berupa kajian terhadap kelengkapan resep
2) Skrining farmasetik berupa kajian terhadap bentuk dan kekuatan sediaan,
stabilitas dan kompatibilitas (ketercampuran obat) yang diresepkan
3) Skrining pertimbangan klinis, meliputi kajian terhadap ketepatan indikasi
dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi dan/atau
polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain), kontra indikasi dan interaksi.
b. Tahap konsultasi dan asuhan kefarmasian
Tujuan tahap ini adalah agar pasien mendapatkan informasi obat yang tepat
3. Pengadaan Obat
Pengadaan dimulai dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses
kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan
jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Proses seleksi
obat dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat
periode sebelumnya, data mutasi obat. Data mutasi obat yang dihasilkan oleh
Puskesmas merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan
perencanaan kebutuhan obat tahunan.
Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang.
Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Selanjutnya seksi
farmasi akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat
Puskesmas diwilayahnya, dengan memperhitungkan waktu kekosongan obat
serta menghindari stok berlebih. Pengadaan obat dilakukan melalui sistem e-
catalog maupun lelang sesuai ketentuan pemerintah daerah yang berlaku.
4. Penerimaan Obat
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan penerimaan obat-obatan hasil
pengadaan barang dan jasa,sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Setiap penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat mencakup
jumlah, bentuk obat, dan jika tidak sesuai maka petugas penerima dapat
mengajukan keberatan dan meretur. Sedangkan untuk masa kadaluarsa obat
yang diterima minimal 2 tahun dari saat penerimaan.
5. Penyimpanan Obat
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan
yang diterima dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada
tempat yang sesuai agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Beberapa sistem yang umum dalam
pengaturan obat :
a) Alfabetis berdasarkan nama generik
b) Kategori terapetik atau farmakologi
c) Bentuk sediaan
d) Di Puskesmas Kraksaan sistem penyimpanan berdasarkan sistem FIFO dan
FEFO
6. Distribusi Obat
Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan sehingga tersedia obat-obatan di unit-unit pelayanan secara tepat
waktu, jenis dan jumlah. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub
unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmaas Kraksaan
dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Pada umumnya obat diberikan
untuk 3 hari kecuali obat antibiotik dan pasien khusus sesuai dengan permintaan
dokter.
7. Monitoring dan Evaluasi
Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan secara berkala. Monitoring
merupakan kegiatan pemantauan terhadap pelayanan kefarmasian dan evaluasi
merupakan proses penilaian kinerja pelayanan kefarmasian itu sendiri.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan memantau seluruh kegiatan
pelayanan kefarmasian dimulai dari pelayanan resep sampai kepada pelayanan
informasi obat kepada pasien sehingga diperoleh gambaran mutu pelayanan
kefarmasian sebagai dasar perbaikan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
selanjutnya.
8. Pencegahan dan Penanganan Obat Kaduluwarsa
Jika petugas pengelola obat menemukan obat yang tidak layak pakai (karena
rusak/kadaluwarsa), maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Petugas segera melaporkan dan mengirimkan kembali obat tersebut kepada
petugas gudang obat Puskesmas
b) Petugas gudang obat Puskesmas menerima dan mengumpulkan obat rusak
dalam gudang. Jika memang ditemukan obat tidak layak pakai maka harus
segera dikurangkan dari catatan sisa stok pada masing-masing kartu stok
yang dikelolanya. Petugas kemudian membuat berita acara obat
rusak/kadaluwarsa yang diterimanya dari satuan kerja lainnya, ditambah
dengan obat rusak/kadaluwarsa dalam gudang.
c) Setelah terkumpul dibuatkan berita acara obat kadaluarsa yang ditandatangi
kepala puskesmas rangkap 2 lalu dikrim ke GFK.Setelah dicek oleh petugas
GFK dan ditandatangani oleh kepala GFK,satu berkas berita acara obat
kadaluarsa diberikan kepada puskesmas
d) Pemusnahan obat kadaluarsa dari JKN dilakukan sesuai ketentuan yang
berlaku di Puskesmas yaitu dengan menggunakan pihak ketiga.
9. Pelayanan dan Penyimpanan Obat Psikotropika dan Narkotika
Pelayanan obat psikotropika dan narkotika dilakukan sama seperti resep
biasa,penyimpanan resep dipisahkan. Penyimpanan obat psikotropika dan
narkotika di simpan dilemari khusus dengan 2 pintu yang dipegang oleh
Penanggung Jawab Farmasi dan Dokter Puskesmas.
10. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat yaitu membandingkan obat yang diresepkan dokter dengan
obat yang telah didapatkan pasien sebelumnya
11. Monitoring Efek Samping Obat
Bila diketahui bahwa obat yang diberikan pada pasien mempunyai efek
samping, beritahu pasien gejala sampingan apa yang dapat ditimbulkan oleh
obat tersebut. Monitoring efek samping obat dilakukan dengan pengisian form
khusus jika terjadi efek samping obat
12. Penyediaan dan Penggunaan Obat Emergensi
Obat emergensi disediakan di ruang tindakan, poli gigi, ruang imunisasi, ruang
persalinan, poli kia.

C. Langkah Kegiatan
PETUGAS
PETUGAS FARMASI
FARMASI
MENCETAK/PRIN
MENCETAK/PRIN
RESEP
RESEP

PETUGAS
PETUGAS
MELAYANI
MELAYANI
RESEP
RESEP SESUAI
SESUAI
ANTRIAN
ANTRIAN DI
DI
SIMPUS
SIMPUS

PETUGAS
PETUGAS
MEMPERSILAKAN
MEMPERSILAKAN
PASIEN
PASIEN MENUNGGU
MENUNGGU
PANGGILAN
PANGGILAN DARI
DARI
UNIT
UNIT FARMASI
FARMASI JIKA
JIKA
OBAT
OBAT SUDAH
SUDAH SIAP
SIAP

PETUGAS
PETUGAS FARMASI
FARMASI
MENYIAPKAN
MENYIAPKAN OBAT
OBAT

PETUGAS
PETUGAS MENYERAHKAN
MENYERAHKAN OBAT
OBAT KEPADA
KEPADA PASIEN
PASIEN DAN
DAN
MEMBERIKAN INFORMASI TENTANG JENIS ,JUMLAH
MEMBERIKAN INFORMASI TENTANG JENIS ,JUMLAH
OBAT,
OBAT, DOSIS,
DOSIS, CARA
CARA MINUM,
MINUM, EFEK
EFEK SAMPING
SAMPING DAN
DAN
PENYIMPANAN
PENYIMPANAN

PASIEN
PASIEN MENDAPAT
MENDAPAT PANGGILAN
PANGGILAN
DARI
DARI UNIT
UNIT FARMASI
FARMASI SAAT
SAAT OBAT
OBAT
SUDAH SIAP
SUDAH SIAP

BAB V
LOGISTIK

Logistik terkait erat dengan kegiatan pengendalian persediaan adalah suatu


kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan atau kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Kegiatan Pengendalian adalah:
1.Memperkirakan / menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas dan
seluruh unit pelayanan.
2. Menentukan :
a) Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan
agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan
b) Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah terjadinya
sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan pengiriman dari
gudang farmasi kabupaten.
3. Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM

Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas


membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Dalam setiap kegiatan pelayanan kefarmasian perlu diperhatikan keselamatan
sasaran, yakni pasien dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan
risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Adapun sasaran dari keselamatan pasien diantaranya yaitu:
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert).
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragam terhadap


kesehatan, terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat
timbul dari lingkungan tempat kerja, proses kerja, cara kerja, alat dan bahan kerja yang
dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
Dalam setiap kegiatan pelayanan kefarmasian perlu diperhatikan keselamatan
kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait, dengan melakukan identifikasi
risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Upaya pencegahan risiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk mengukur kinerja pelayanan kefarmasian harus ada indikator yang


digunakan. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas antara lain:
1. Tingkat kepuasan konsumen: dilakukan dengan survei berupa angket melalui kotak
saran atau wawancara langsung. Di Puskesmas Kraksaan kegiatan ini dilakukan
oleh Tim Mutu Puskesmas Kraksaan
2. Dimensi waktu: lama pelayanan diukur dengan waktu ( yang telah ditetapkan)
3. Prosedur tetap (Protap) Pelayanan Kefarmasian digunakan untuk menjamin mutu
pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan.
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak


terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat
dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Untuk tercapainya tujuan ini maka
disusunlah Pedoman Pelayanan farmasi Puskesmas Kraksaan sebagai acuan bagi
tenaga kefarmasian dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Kraksaan.
Keberhasilan kegiatan pelayanan kefarmasian tergantung pada komitmen yang
kuat dan kerjasama dari semua pihak terkait terutama tenaga kefarmasian yang harus
bekerja dengan profesional sehingga tercapainya tujuan yaitu meningkatkan mutu
pelayanan farmasi, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, melindungi
pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional. Dan bagi pasien dan
masyarakat dapat dirasakan manfaatnya yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra
Puskesmas dan kepuasan pasien atau masyarakat.

Mengetahui,

Probolinggo, 2019

Penanggung Jawab UKP Penanggung Jawab Unit Farmasi

Dr.MAULIDA RACHMANI SUKARWATI


NIP.19851215 2001411 2 001 NIP.19640813 199203 2 004

Kepala Puskesmas Kraksaan

NURYAKUB,S.K.M
NIP. 19700327 199203 1 006
PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN

PUSKESMAS KRAKSAAN
TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai