Anda di halaman 1dari 16

Gejala Korona Pada Sistem Tegangan Tinggi

4/18/2009 HaGe 1 komentar

Artikel kali ini akan menjelaskan mengenai gejala-gejala pada sistem tegangan tinggi,
diantaranya teori yang akan dibahas adalah gejala korona, pengaruh udara pada korona, dan
tegangan kritis korona.

Gejala Umum

Dengan semakin besarnya energi listrik yang disalurkan melalui kawat transmisi, maka makin
tinggi pula kerugiannya, Namun hal ini dapat diminimalkan dengan menaikkan tegangan dari
kawat tersebut, seperti telah dijelaskan pada artikel tegangan transmisi dan rugi-rugi daya di sini.
Akan tetapi dengan menaikkan tegangan kerja transmisi, akan timbul pula faktor-faktor lain
yang dahulunya belum kelihatan dan masih diabaikan.

Adapun faktor-faktor itu diantaranya:


• Adanya gejala korona yang semakin menonjol, yang berakibat adanya kerugian energi dan
gangguan RI (radio interference) yang sifatnya merugikan.
• Dengan semakin tingginya tegangan maka timbul persoalan mengenai isolasi kawat, bentuk
tower dan mungkin prosedur pengoperasiannya yang berbeda.
• Timbulnya masalah isolasi pada alat-alat yang menyebabkan perubahan konstruksi sehingga
perlu menyelidiki lebih lanjut mengenai bahan-bahan isolasi.

Semua hal tersebut diatas, mengakibatkan kenaikan investasi yang lebih tinggi sehingga
diperlukan penyelidikan, penyesuaian konstruksi, operasi dan lain-lain. Sedangkan persoalan
yang akan dibahas disini hanyalah masalah yang pertama, yaitu timbulnya gejala korona.

Gejala Korona
Elektron yang bebas bergerak diudara umumnya berasal dari radiasi radio-aktif yang terdapat di
alam bebas dan juga dengan adanya sinar kosmik. Elektron-elektron yang posisinya dekat
dengan kawat trasnmisi dipengaruhi oleh adanya medan listrik yang menuju ke atau menjauhi
kawat tersebut.

Selama gerakannya ini, elektron yang melewati gradient medan listrik akan bertubrukkan
dengan molekul dari udara, yang kemudian terjadi ionisasi pada molekul tersebut. Karena
adanya ionisasi tersebut, maka akan terdapat ion positif dan elektron yang bebas, yang akan
akan mendorong terjadinya ionisasi lanjutan. Proses ini berkelanjutan yang kemudian
membentuk banjiran elektron (avalance).

Bilamana banjiran elektron ini melintasi dua kawat yang sejajar, maka ia akan menyebabkan
terjadinya perubahan pembagian gradient tegangan-tegangan dari udara diantara kedua kawat
tersebut dan penataan kembali dari gradient ini dapat menyebabkan harga tegangannya
melampaui kekuatan (tegangan breakdown) dari udara. Ini akan menyebabkan terjadinya
kegagalan dari sifat isolasi yang dimiliki oleh udara yang terletak disekitarnya.

Bilamana penataan kembali ini hanya menyebabkan sebagian perubahan potensial gradient dari
udara, misalnya hanya daerah sekitar kawat saja yang mengalami perubahan, maka
perubahannya terbatas hanya pada satu kawat saja.

Oleh karena itu korona disifatkan sebagai:

“Terjadinya suatu pelepasan muatan yang bermula pada permukaan dari suatu kawat bila nilai
medan listrik pada permukaan kawat itu melampaui nilai tertentu”
Sedangkan nilai tertentu tersebut adalah harga medan listrik dimana pada saat itu mulai
terjadinya pelepasan muatan ke udara sekitarnya. Gejala ini dapat terjadi pada segala macam
kawat, tidak peduli seberapa besar diameter kawat tersebut, asalkan diberi tegangan yang cukup
tinggi. Didalam prakteknya, hal ini akan terjadi bila tegangan antara kawat fasa melebihi 100
kV. Namun bisa saja pada tegangan dibawah itu dapat terjadi,korona asalkan syarat-syarat untuk
terjadinya korona sudah terpenuhi.

Artikel selanjutnya: "pengaruh udara pada korona dan tegangan kritis korona"

Pengaruh Udara Pada korona dan Tegangan Kritis Korona

4/18/2009 HaGe 1 komentar

Seperti telah dijelaskan di artikel sebelumnya di sini, bahwa proses ionisasi yang terus-menerus
dan berkelanjutan akan membentuk banjiran elektron. Maka pembentukan banjiran elektron ini
tergantung pada kecepatan mula dari elektron dan percepatannya selama ia bergerak disepanjang
jarak bebas antara dua tubrukkan. Ada gradient permukaan yang terbentuk dimana korona ini
akan terjadi. Tegangan yang dimiliki pada gradient ini dinamakan “permukaan tegangan
korona” atau secara tepat juga dinamakan permulaan tegangan korona mulai kelihatan.

Nilai dari tegangan ini tergantung pada:


• Keadaan atmosfer disekitarnya.
• Keadaan dari permukaan kawat.
• Bentuk susunan kawat.

Jadi tegangan kritis pada udara dan pada waktu terjadinya kegagalan sesuai dengan persamaan
berikut:

Pada waktu terjadinya breakdown diudara Ed = 30 kV/cm atau 3000 kV/m.

Jadi tegangan kritis adalah sebesar:

D dan r didalam netral.

Bila dijadikan R.M.S maka:

Dan bila dirubah menjadi log 10, maka:

Didalam prakteknya, masih ada koreksi yang disebabkan oleh keadaan permukaan kawat yang
tidak rata, karena itu harga diatas masih harus dikalikan dengan factor mo yang besarnya seperti
dibawah ini:
• mo = 1,0 untuk kawat yang licin.
• mo = 0,98 s/d 0,93 untuk kawat kasar yang sudah lama dipasang.
• mo = 0,87 s/d 0,83 untuk kawat stranded terdiri dari 7 kawat halus.
• mo = 0,85 s/d 0,80 untuk kawat stranded yang terdiri dari 19, 37, 61, kawat halus.

Sehingga persamaan tegangan kritis menjadi:


Nilai ini berlaku pada cuaca cerah, sedangkan pada cuaca buruk (seperti mendung, hujan) naka
harga tegangan harus dikalikan dengan factor koreksi untuk menyesuaikan dengan kenyataan.
Adapun factor koreksinya adalah 0,8.

Jadi dalam hal ini, pada keadaan cuaca buruk:

Ed (RMS) = 0,8.Ed(RMS)t

Ed (RMS)t = Ed pada cuaca cerah.

Tegangan Kritis Bilamana Korona Mulai Kelihatan

Bilamana tegangan mencapai tegangan kritis maka korona ini belum kelihatan, sebab untuk
menjadi kelihatan, maka muatan yang terdapat diudara haruslah menerima suatu energi tertentu,
sebelum udara ini meneruskan ionisasinya yang disebabkan oleh adanya tubrukan elektron
dengan atom yang lain.

Menurut “PEEK”, tegangan kritis ini haruslah mempunyai nilai sehingga melebihi harga
tegangan breakdown dari udara sekelilingnya hingga jarak sebesar 0,03.d.r (meter) dari
konduktor. Bilamana hal ini terjadi, maka korona akan mulai kelihatan. Oleh karena itu korona
mulai kelihatan bilamana breakdown ini terjadi sampai pada suatu jarak (r + 0,03.d.r) dari titik
tengah konduktor (bukan lagi berjarak = r), hingga tegangan kritis ini akan naik, sebab potensial
gradient bertambah dari Ed menjadi Ev. Tetapi harga Ev tidak tetap karena ia bergantung dari
besar jari-jari konduktor, sehingga:

dapat juga dituliskan;

Jadi tegangan kritis “korona kelihatan”, menjadi:

Nilai dari mv adalah tergantung pada keadaan konduktor, yaitu:


• mv = 1,00 untuk kawat yang licin.
• mv = 0,93 s/d 1,00 untuk kawaqt biasa.
• mv = 0,72 untuk korona pada sepanjang kawat.
• mv = 0,82 untuk korona yang tetap pada sepanjang kawat.

Dari persamaan itu terlihat bahwa tegangan kritis ini (tegangan kritis bilamana korona mulai
kelihatan) dari kawat transmisi nilainya dapat dinaikkan dengan cara:
• Menaikkan jarak kedua kawat (D)
• Memperbesar diameter kawat (r)

Dari kedua alternatif diatas, lebih baik dipilih memperbesar diameter (r), karena dengan
menaikkan nilai r, maka biaya untuk pembuatan tiang listrik dapat ditekan rendah dan juga
reaktansi dari sistem transmisi dapat dibuat rendah.

Oleh karena itu, supaya r besar maka dapat dipakai kawat yang stranded atau bundle conductor.
Didalam prakteknya penggunaan bundle conductor mungkin tidak menguntungkan pada sistem
dengan tegangan lebih rendah dari 220 kV. Tetapi dengan sistem Tegangan Ekstra Tinggi,
pengguna bundle conductor lebih menguntungkan.
Pada sistem tiga fasa, gradient tegangan dari setiap kawat tergantung dari susunan kawat
tersebut. Sebagai contoh untuk menghitung gradient tegangan dari system tiga fasa adalah
seperti berikut: misal setiap fasa terdiri dari satu kawat dan kawat disusun secara mendatar.

Gambar 1. Gradient tegangan pada susunan kawat secara mendatar

Nilai maksimum dari potensial gradient:

• Untuk korona yang kelihatan Vv:

Dan dikalikan dengan:

• Sehingga nilainya menjadi:

gv = 3000 kV/m

• jadi tegangan kritis korona kelihatan adalah:

terhadap netral/m

Bilamana diambil h = 0,05 D; 2h = jarak antara konduktor dengan bayangannya.

• Jadi tegangan kritis korona kelihatan adalah:


kV peak / m

• Nilai RMS dari tegangan kritis ini adalah:

kV (RMS) terhadap netral / m

Bilamana kawat terdiri dari kawat yang dibundel dan disusun secara horizontal.

Gambar 2. kawat susunan horizontal.

Nilai maksimum dari potensial gradient adalah:

Jika h = 0,5 D, maka:

Semoga bermanfaat,

Kategori: Sistem Transmisi dan Distribusi

Perawatan dan Pemantauan Kondisi Transformator

1/04/2009 HaGe 7 komentar

Perawatan dan Pemantauan Kondisi Transformator, kalo bahasa inggrisnya: "Transformer


Condition Monitoring and Maintenance"...(kerenkan...?!! Tapi kita harus bangga pada bahasa
sendiri...ya nggak?). Artikel ini untuk melengkapi artikel-artikel sebelumnya tentang
transformator alias transformer alias trafo (terserah, mana yang anda pakai, kalo saya lebih suka
menyebutnya Tr).

Dengan melakukan perawatan secara berkala dan pemantauan kondisi transformator pada saat
beroperasi akan banyak keuntungan yang didapat, antara lain:
• Meningkatkan keandalan dari transformator tersebut.
• Memperpanjang masa pakai.
• Jika masa pakai lebih panjang, maka secara otomatis akan dapat menghemat biaya penggantian
unit transformator.

Adapun langkah-langkah perawatan dari transformator, antara lain adalah:


• Pemeriksaan berkala kualitas minyak isolasi.
• Pemeriksaan/pengamatan berkala secara langsung (Visual Inspection)
• Pemeriksaan-pemeriksaan secara teliti (overhauls) yang terjadwal.

Gambar 1.Perawatan Transformator

Komponen-Komponen Utama Transformator

untuk lebih jelasnya anda dapat membaca artikel sebelumnya, "Komponen-Komponen


Transformator", tapi saya tampilkan sedikit mengenai komponen utamanya saja, yaitu:
• On-load tap changer (OLTC)
• Bushing
• Insulator / penyekat
• Gasket
• Sistem saringan / filter minyak isolasi
• Peralatan proteksi;
– Valves atau katup-katup
– relay
– Alat-alat ukur dan indikator-indikator

Peta Potensi Terjadinya Gangguan didalam Transformator

Gambar 2. Peta Potensi Gangguan didalam Transformator

Pemeriksaan Kondisi Transformator Saat Beroperasi

Pada saat transformator beroperasi ada beberapa pemeriksaan dan analisa yang harus dilakukan,
antara lain:
1. Pemeriksaan dan analisa minyak isolasi transformator, meliputi:
– Tegangan tembus (breakdown voltage)
– Analisa gas terlarut (dissolved gas analysis, DGA)
– Analisa minyak isolasi secara menyeluruh (sekali setiap 10 tahun)

• Pemeriksaan dan analisa kandungan gas terlarut (Dissolved gas analysis, DGA), untuk
mencegah terjadinya:(partial) discharges, Kegagalan thermal (thermal faults), Deteriorasi /
pemburukan kertas isolasi/laminasi.

• Pemeriksaan dan analisa minyak isolasi secara menyeluruh, meliputi: power factor (cf. Tan δ),
kandungan air (water content), neutralisation number, interfacial tension, furfural analysis dan
kandungan katalisator negatif (inhibitor content)

2. Pengamatan dan Pemeriksaan Langsung (Visual inspections)


– Kondisi fisik transformator secara menyeluruh.
– Alat-alat ukur, relay, saringan/filter dll.
– Pemeriksaan dengan menggunakan sinar infra-merah (infrared monitoring),
setiap 2 tahun.

Karakteristik Akibat Kegagalan Gas

Tabel 1. Karakteristik Akibat Kegagalan Gas

Rentang Waktu Pemeriksaan dan Analisa Minyak isolasi

Tabel 2. rentang waktu pemeriksaan minyak isolasi

Tindakan yang biasa dilakukan pada saat Pemeriksaan Teliti (Overhaul)

1. Perawatan dan pemeriksaan ringan (Minor overhaul), setiap 3 atau 6 tahun.


– on-load tap changers
– oil filtering dan vacuum treatment
– relays dan auxiliary devices.

2. Perawatan dan pemeriksaan teliti (Major overhaul)


– Secara teknis setidaknya 1 kali selama masa pakai.
– pembersihan, pengencangan kembali dan pengeringan.

3. Analisa kimia
– analisa kertas penyekat/laminasi (sekali setiap 10 tahun)

4. Pengujian listrik (Electrical Test) untuk peralatan;


– power transformer
– bushings
– Transformator ukur (measurement transformator)
– breaker capacitors

Pengujian listrik (electrical test) dilakukan setidaknya setiap 6 - 9 tahun. Pengujian yang
dilakukan meliputi;
a. Doble measurements
b. PD-measurement
c. Frequency Responce Analysis, FRA
d. voltage tests

Penyebab Hubung Singkat didalam Transformator, antara lain:

• Gangguan hubung singkat antar lilitan karena rusaknya laminasi.


• Perubahan kandungan gas H2, CH4, CO, C2H4 dan C2H2

**)Kegagalan pada lilitan dapat diperbaiki dengan penggulungan ulang atau rewinding

Perlindungan Peralatan Elektronika dari Sambaran Petir

10/16/2008 HaGe 9 komentar

Intisari

Petir merupakan kejadian alam yang selalu melepaskan muatan listriknya ke bumi tanpa dapat
dikendalikan dan menyebabkan kerugian harta benda dan manusia. Tak ada yang dapat
mengubah situasi ini.

Petir telah banyak membuat kerugian pada manusia dan kerusakan pada peralatan sejak dulu.
Semakin banyaknya pemakaian alat elektronik dan peralatan tegangan rendah saat ini telah
meningkatkan jumlah statistik kerusakan yang ditimbulkan oleh pengaruh sambaran petir baik
langsung maupun tidak langsung.

Indonesia memiliki hari guruh yang tinggi dengan jumlah sambaran petirnya yang banyak,
sehingga kerusakan dan kerugian yang ditimbulkannya pun lebih besar. Upaya proteksi manusia
dan peralatan telah dilakukan, namun dengan semakin luas, semakin banyak dan semakin
canggihnya peralatan listrik dan elektronik yang digunakan menyebabkan semakin rumitnya
sistem yang diperlukan.

Kerusakan yang diakibatkan oleh petir

Keadaan alam iklim tropis Indonesia pada umumnya termasuk daerah dengan hari petir yang
tinggi setiap tahun. Karena keterbatasan data besarnya hari petir untuk setiap lokasi di Indonesia,
pada saat ini diasumsikan bahwa lokasi-lokasi yang tinggi di atas gunung atau menara yang
menonjol ditengah- tengah area yang bebas (sawah, ladang, dll.) mempunyai kemungkinan
sambaran lebih tinggi daripada tempat-tempat di tengah-tengah kota yang dikelilingi bangunan-
bangunan tinggi lainnya.

Tempat-tempat dengan tingkat sambaran tinggi (frekwensi maupun intensitasnya) mendapat


prioritas pertama untuk penanggulangannya, sedangkan tempat-tempat yang relatif kurang
bahaya petirnya mendapat prioritas ke dua dengan pemasangan protektor yang lebih sederhana.
Lokasi yang mempunyai nilai bisnis tinggi (industri kimia, pemancar TV, Telkom, gedung
perkantoran dengan sistem perkantoran dan industri strategis seperti : hankam, pelabuhan udara,
dll.), memerlukan proteksi yang dilakukan seoptimal mungkin, sedangkan lokasi dengan nilai
bisnis rendah mungkin makin sederhana sistem protektor yang akan dipasang.

Pemakaian penangkal petir tradisional (eksternal) sudah sangat dikenal sejak dulu untuk
melindungi bangunan atau instalasi terhadap sambaran petir. Bagaimanapun alat pelindung
tradisional ini hanya dapat digunakan sebagai perlindungan gedung itu sendiri terhadap bahaya
kebakaran atau kehancuran, sedangkan induksi tegangan lebih atau arus lebih yang diakibatkan
masih belum terserap sepenuhnya oleh penangkal petir tradisional tadi. Induksi inilah yang
bahayanya cukup besar terhadap peralatan elektronik yang cukup sensitif dan mahal.

Dengan berkembangnya teknologi yang sangat pesat hingga kini, maka pelepasan muatan petir
dapat merusak jaringan listrik dan peralatan elektronik yang lebih sensitif. Sambaran petir pada
tempat yang jauh sudah mampu merusak sistem elektronika dan peralatannya, seperti instalasi
komputer, perangkat telekomunikasi seperti PABX, sistem kontrol, alat-alat pemancar dan
instrument serta peralatan elektronik sensitif lainnya. Untuk mengatasi masalah ini maka
perlindungan yang sesuai harus diberikan dan dipasang pada peralatan atau instalasi terhadap
bahaya sambaran petir langsung maupun induksinya.

Salah satu penyebab semakin tingginya kerusakan peralatan elektronika karena induksi
sambaran petir tersebut adalah karena sangat sedikitnya informasi mengenai petir dan masalah
yang dapat ditimbulkannya.

• Kerusakan Akibat Sambaran Langsung


Kerusakan ini biasanya langsung mudah diketahui sebabnya, karena jelas petir menyambar
sebuah gedung dan sekaligus peralatan listrik/elektronik yang ada di dalamnya ikut rusak
(kemungkinan mengakibatkan kebakaran gedung, PABX, kontrol AC, komputer, alat pemancar,
dll. hancur total).

• Kerusakan Akibat Sambaran Tidak Langsung


Kerusakan ini sulit diidentifikasi dengan jelas karena petir yang menyambar pada satu titik
lokasi sehingga hantaran induksi melalui aliran listrik/kabel PLN, telekomunikasi, pipa pam dan
peralatan besi lainnya dapat mencapai 1 km dari tempat petir tadi terjadi. Sehingga tanpa
disadari dengan tiba-tiba peralatan komputer, pemancar TV, radio, PABX terbakar tanpa sebab
yang jelas.
Contoh : Petir menyambar tiang PLN lokasi A sehingga tegangan/arusnya mencapai dan
merusak peralatan rumah sakit dan peralatan telekomunikasi di lokasi B karena jarak tiang PLN
(A) ke rumah sakit dan peralatan telekomunikasi tersebut (B) adalah kurang atau sama dengan 1
km.

Sistem Perlindungan Peralatan (Penangkal Petir)

Sistem proteksi yang dibutuhkan berkaitan erat dengan konsep zone atau induksi yang mungkin
timbul diakibatkan dari petir itu sendiri dan keinginan untuk memperoleh data petir akan
terpenuhi dengan semakin banyaknya dana dan daya yang diarahkan ke permasalahan petir.

Di samping itu pemahaman tentang masalah atau pengaruh yang ditimbulkan perlu ditingkatkan
sehingga usaha perlindungan yang dilakukan dapat maksimal. Sistem perlindungan yang
diaplikasikan pada instalasi yang sudah dibangun akan menjadi lebih mahal daripada jika
dilakukan perlindungan pada saat instalasi baru pada tahap perencanaan.

Proses terjadinya awan bermuatan ini akan semakin sering jika semakin dekat ke katulistiwa
yang berudara lembab. Semakin banyak terbentuknya awan bermuatan akan semakin tinggi
jumlah sambaran petir yang terjadi. Jumlah sambaran ini sering disebut juga sebagai jumlah
HARI-GURUH PER TAHUN (thunderstormdays).

Dari pengalaman bertahun-tahun para peneliti petir telah menunjukkan bahwa sistem proteksi
petir yang didasarkan pada sistem proteksi eksternal dan internal yang klasik, misalnya seperti
yang diberikan pada standard DIN VDE 0185, sudah tidak memadai lagi untuk sitem yang rumit
dan menggunakan banyak fasilitas jaringan telekomunikasi yang padat seperti pabrik, pusat
komputer dan pembangkit listrik. Standar yang konvensional hanya menentukan komponen
secara sendiri-sendiri (individual), seperti finial, down conductor, sistem pentanahan, sistem
penyama tegangan (Equipotential Bonding - EB), pembatasan medan, atau pembatasan
gelombang berjalan pada hantaran.

Ada satu referensi umum untuk semua peraturan yang berlaku pada bidang teknik
telekomunikasi, misalnya pada standar Jerman DIN VDE 0800 dan DIN VDE 0845. Standar ini
pun belum tentu sesuai dengan standar lainnya, karena itu suatu metode telah dikembangkan
untuk memungkinkan perencanaan suatu sistem proteksi yang bisa mengintegrasikan seluruh
individual sistem tersebut.

Proteksi petir untuk instalasi telekomunikasi pada dasarnya adalah masalah Electromagnetic
Compatibility - EMC. Peralatan elektronik harus tahan terhadap gangguan dari induksi dan
konduksi petir pada akibat sambaran langsung atau sambaran dekat dan bahkan tidak boleh
"upset" atau terputusnya komunikasi.

Untuk mengintegrasikan seluruh sistem proteksi tersebut, dikenal istilah Lighting Protection
Zones (LPZ) yang telah digunakan sebagai standar di Hankam milik Jerman. Prinsipnya adalah
sistem proteksi dibagi menjadi beberapa bagian dengan intersection yang jelas antara masing-
masing zone. Untuk daerah proteksi, kondisi elektromagnetik dapat didefinisikan, misalnya
besarnya medan listrik dan medan magnet akibat pengaruh petir atau besarnya tegangan lebih
yang berjalan pada hantaran yang memasuki daerah tersebut. Dari besaran dapat ditentukan
ukuran hantaran dan karakteristik alat proteksi yang dibutuhkan.

Metode ini telah dibahas untuk dijadikan sebagai standar pada International Electrotechnical
Commission (IEC) TC 81. LPZ ini dimulai dari Zone 0, daerah yang memungkinkan terjadinya
sambaran petir (LEMP) langsung, yaitu:
1. Arus transient akibat sambaran petir langsung.
2. Arus transient yang mengalir melalui hantaran (kondiksi).
3. Medan elektromagnetik akibat sambaran langsung atau sambaran dekat.

Model ini dapat dikembangkan untuk proteksi akibat tegangan lebih, akibat proses switching
(SEMP) di dalam industri, sehingga proteksi yang lengkap bisa diperoleh.

• Konsep Daerah Proteksi (LPZ) dan Tingkat Proteksi (PL)

Untuk sistem yang rumit umumnya digunakan Metode Bola Petir (Rolling Sphere Method)
untuk menentukan letak finial. Dengan demikian ada daerah yang kemungkinan mendapatkan
sambaran petir langsung (LPZ O), juga ada daerah yang tidak akan mendapat sambaran
langsung karena terproteksi oleh finial (LPZ O/E).
Dapat ditentukan klasifikasi dari daerah proteksi dan tingkat proteksi, misalnya untuk pusat
komputer. Hantaran yang datang dari LPZ O masuk ke LPZ 1 harus dihubungkan dengan alat
proteksi yang sesuai yang dilengkapi dengan Equipotential Bonding (EB).

Pada sambaran petir diberikan besaran arus petir yang mengalir pada sistem listrik akibat
sambaran petir langsung pada instalasi.
Sesuai dengan ketentuan International Electrotechnical Commission TC 81 yang disahkan bulan
Agustus 1989 maka sistem penangkal petir yang sempurna harus terdiri atas 3 bagian:

1. Proteksi External
Yang disebut Proteksi External adalah instalasi dan alat-alat di luar sebuah struktur untuk
menangkap dan menghantar arus petir ke sistem pembumian atau berfungsi sebagai ujung
tombak penangkap muatan listrik/arus petir di tempat tertinggi.Proteksi External yang baik
terdiri atas:
- Air Terminal atau Interseptor.
- Down Conductor.
- Equipotensialisasi.

2. Proteksi Pembumian/Pentanahan
Bagian terpenting dalam instalasi sistem penangkal petir adalah sistem pembumiannya.
Kesulitan pada sistem pembumian biasanya karena berbagai macam jenis tanah. Hal ini dapat
diatasi dengan menghubungkan semua metal (Equipotensialisasi) dengan elektrode tunggal yang
ke bumi. Hal ini sesuai dengan IEC TC 81 Bab 2.3.

3. Proteksi Internal
Proteksi Internal berarti proteksi peralatan elektronik terhadap efek dari arus petir. Terutama
efek medan magnet dan medan listrik pada instalasi metal atau sistem listrik. Sesuai dengan
standar DIV VDE 0185, IEC 1024-1.
Proteksi Internal terdiri atas:
- Pencegahan sambaran langsung.
- Pencegahan sambaran tidak langsung.
- Equipotesialisasi.

4. Peralatan Proteksi Petir


Untuk dapat mengantisipasi perkembangan peralatan listrik dan elektronika, maka peralatan
proteksi dalam Konsep Daerah Proteksi yang berorientasi pada EMC juga mempunyai tugas
yang disesuaikan dengan kebutuhan tersebut.

Kesimpulan

Perlunya dilakukan penyampaian informasi yang cepat dan tepat kepada perencanaan,
pemeliharaan dan penyedia komponen peralatan proteksi tentang teknologi dan metode-metode
baru yang berkembang pesat seirama dengan perkembangan teknologi elektronika dan
mikroprosesor.Tingkat proteksi bangunan gedung atau perumahan yang ada, pada umumnya
belum mengacu pada proteksi Eksternal dan Internal, apalagi konsep LPZ yang masih sangat
baru untuk instalasi di Indonesia.

sumber: majalah elektroindonesia-online

Pengukuran Medan Listrik dan Medan Magnet di bawah SUTET 500kV

11/04/2008 HaGe 0 komentar

Sampai sekarang masyarakat masih khawatir tinggal dibawah Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) 500 kV. Ketakutan ini tampaknya berawal dari pernyataan ahli Epidemiologi
bahwa SUTET dapat membangkitkan medan listrik dan medan magnet yang berpengaruh buruk
terhadap kesehatan manusia. Masyarakat bahkan ada yang mengeluh pusing-pusing walaupun
belum dapat dibuktikan penyebabnya.

Kehadiran medan listrik dan medan magnet di sekitar kehidupan manusia tidak dapat dirasakan
oleh indera manusia, kecuali jika intensitasnya cukup besar dan terasa hanya bagi orang yang
hipersensitif saja. Medan listrik dan medan magnet termasuk kelompok radiasi non-pengion.
Radiasi ini relatif tidak berbahaya, berbeda sama sekali dengan radiasi jenis pengion seperti
radiasi nuklir atau radiasi sinar rontgen.

Medan listrik dan medan magnet sudah ada sejak bumi kita ini terbentuk. Awan yang
mengandung potensial air, terdapat medan listrik yang besarnya antara 3000 - 30.000 V/m.
Demikian juga bumi secara alamiah bermedan listrik (100 - 500 V/m) dan bermedan magnet
(0,004 - 0,007 mT). Di dalam rumah, di tempat kerja, di kantor atau di bengkel terdapat medan
listrik dan medan magnet buatan. Medan listrik dan medan magnet ini biasanya berasal dari
instalasi dan peralatan listrik antara lain berasal dari : sistem instalasi dalam rumah, lemari
pendingin, AC, kipas angin, pompa air, televisi, mesin tik elektronik, mesin photocopy,
komputer danprinter, mesin las, kompresor, saluran udara tegangan rendah/menengah
(SUTR/M) yang berdekatan, dan lain-lain. Pada sistem instalasi yang bertegangan dan berarus
selalu timbul medan listrik. Tetapi medan listrik ini sudah melemah karena jaraknya cukup jauh
dari sumber.

Di bawah SUTR dan SUTM kuat medan magnet bervariasi antara 0,1 – 3,5 mikrotesla. Di dalam
bangunan rumah, kantor, bengkel atau pabrik, medan magnet karena saluran udara ini jauh lebih
lemah lagi. Diusahakan dalam pemilihan jalur SUTET tidak melintas daerah pemukiman, hutan
lindung maupun cagar alam. Di beberapa daerah pemukiman yang padat mungkin tidak bisa
dihindari jalur SUTET untuk melintas, tetapi baik medan listrik maupun medan magnet tidak
boleh diatas ambang batas yang diperbolehkan.

Medan Listrik di bawah jaringan dapat menimbulkan beberapa hal, antara lain :
• menimbulkan suara/bunyi mendesis akibat ionisasi pada permukaan penghantar (konduktor)
yang kadang disertai cahaya keunguan,
• bulu/rambut berdiri pada bagian badan yang terpajan akibat gaya tarik medan listrik yang
kecil,
• lampu neon dan tes-pen dapat menyala tetapi redup, akibat mudahnya gas neon di dalam
tabung lampu dan tes-pen terionisasi,
• kejutan lemah pada sentuhan pertama terhadap benda-benda yang mudah menghantar listrik
(seperti atap seng, pagar besi, kawat jemuran dan badan mobil).

Hubungan Medan Listrik dan Medan Magnet dengan Kesehatan

Kekhawatiran akan pengaruh buruk medan listrik dan medan magnet terhadap kesehatan dipicu
oleh publikasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Wertheimer dan Leeper pada tahun 1979 di
Amerika. Penelitian tersebut menggambarkan adanya hubungan kenaikan risiko kematian akibat
kanker pada anak dengan jarak tempat tinggal yang dekat jaringan transmisi listrik tegangan
tinggi. Banyak ahli yang meragukan hasil penelitian tersebut dengan menunjuk berbagai
kelemahannya, antara lain tidak adanya data hasil pengukuran kuat medan listrik dan medan
magnet yang mengenai kelompok anak-anak yang diteliti.

Koreksi yang dilakukan oleh peneliti lainnya seperti yang dilakukan oleh Savitz dan kawan-
kawan serta temuan studi Fulton dan kawan-kawan, ternyata hubungan tersebut tidak ada. Hasil
penelitian dengan metoda yang lebih disempurnakan pernah dilakukan oleh Maria Linett dan
kawan-kawan dari National Cancer Institute -Amerika tahun 1997. Penelitian yang melibatkan
lebih kurang 1200 anak ini melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian leukemia
pada anak yang terpajan medan listrik dan medan magnet dengan anak-anak yang tidak terpajan.
Temuan ini mengukuhkan penolakan terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Wertheimer
dan Leeper tersebut.
Penelitian dengan menggunakan hewan percobaan pernah dilakukan sejak tahun 60-an dengan
hasilnya bervariasi mulai dari gambaran yang tidak berpengaruh, adanya perubahan perilaku
sampai pada pengaruh terjadinya cacat pada keturunan.

Sesungguhnya hasil penelitian pada hewan yang menunjukkan adanya pengaruh buruk tersebut
diakibatkan oleh penggunaan kuat medan listrik atau medan magnet yang sangat besar dalam
percobaan tersebut. Percobaan dengan kuat medan listrik dan medan magnet sampai pada
tingkat yang menghasilkan kelainan tersebut memang diperlukan untuk mengetahui proses
terjadinya gangguan tertentu sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar penanggulangannya.
Kuat medan listrik dan medan magnet yang digunakan pada percobaan tersebut hampir mustahil
dapat dihasilkan dan terjadi di lingkungan sekitar kehidupan manusia. Pengaruh medan listrik
dan medan magnet terhadap kesehatan sangat tergantung pada dosis yang diterimanya. Dosis
yang kecil tentu tidak akan berpengaruh, bahkan penelitian yang dilakukan oleh Piekarsi dari
negara bekas Uni Sovyet menunjukkan efek positif terhadap penyambungan tulang yang patah
pada anjing percobaan.

Para ahli telah sepakat bahwa medan listrik dan medan magnet yang berasal dari jaringan listrik
digolongkan sebagai frekuensi ekstrim rendah dengan konsekuensi kemampuan memindahkan
energi sangat kecil, sehingga tidak mampu mempengaruhi ikatan kimia pembentuk sel-sel tubuh
manusia. Disamping itu sel tubuh manusia mempunyai kuat medan listrik sekitar 10 juta Volt/m
yang jauh lebih kuat dari medan listrik luar. Medan listrik dan medan magnet dengan frekuensi
ekstrim rendah ini juga tidak mungkin menimbulkan efek panas seperti yang dapat terjadi pada
efek medan elektromagnet gelombang mikro, frekuensi radio, dan frekuensi yang lebih tinggi
seperti pada telepon seluler. Adanya sementara orang yang tinggal dekat dengan jaringan
transmisi listrik melaporkan keluhan-keluhan seperti sakit kepala, pusing, berdebar dan susah
tidur serta kelemahan seksual adalah bersifat subyektif, karena persepsi mereka yang kurang
tepat.

Batas Pajanan Medan Listrik dan Medan Magnet

Kriteria yang dipakai dalam penentuan batas pajanan menggunakan rapat arus yang diinduksi
dalam tubuh. Karena arus-arus induksi dalam tubuh tidak dapat dengan mudah diukur secara
langsung maka penentuan batas pajanan diturunkan dari nilai kriteria arus induksi dalam tubuh
berupa kuat medan listrik (E) yang tidak terganggu dan rapat fluks magnetik (B). Gampangnya
misalnya saja suatu medan listrik yang homogen dengan kuat medan sebesar 10 kV/m akan
menginduksi rapat arus efektif kurang dari 4 mA/m2 dengan rata-rata pengaliran arus di seluruh
daerah kepada atau batang tubuh manusia (Berhardt, 1985 dan Kaune & Forsythe, 1985).

Suatu rapat fluks magnetik sebesar 0.5 mT pada 50/60 Hz akan menginduksi rapat arus efektif
sekitar 1 mA/m2 pada keliling suatu loop jaringan tubuh yang berjejari 10 cm. UNEP, WHO
dan IRPA pada tahun 1987 mengeluarkan suatu pernyataan mengenai nilai rapat arus induksi
terhadap efek-efek biologis yang ditimbulkan akibat pajanan medan listrik dan medan magnet
pada frekuensi 50/60HZ terhadap tubuh manusia sebagai berikut : antara 1 dan 10 mA/m2 tidak
menimbulkan efek biologis yang berarti, antara 10 dan 100 mA/m2 menimbulkan efek biologis
yang terbukti termasuk efek pada sistem penglihatan dan syaraf, antara 100 dan 1000 mA/m2
menimbulkan stimulasi pada jaringan-jaringan yang dapat dirangsang dan ada kemungkinan
bahaya terhadap kesehatan dan, di atas 1000 mA/m2 dapat menimbulkan ekstrasistole dan
fibrasi ventrikular dari jantung (bahaya akut terhadap kesehatan).

Sementara menunggu ditetapkannya Enviromental Health Criteria dari WHO mengenai medan
elektromagnetik, Pemerintah akan mengadopsi rekomendasi international radiation protection
association (IRPA) dan WHO 1990 untuk batas pajanan Medan Listrik dan Medan Magnet 50 -
60 Hz sebagai berikut :

Sumber : Rekomendasi IRPA, INIRC dan WHO tahun 1990

Standar medan listrik dan medan magnet 50/60 Hz di beberapa negara maju untuk tingkat
pajanan terus menerus pada kelompok masyarakat umum (MU) dan kelompok pekerja (KP)
adalah sebagai berikut:

Sumber : IRPA, 1991; Pakpahan, 1992 ; WHO, 1987

Di Indonesia, pengamanan terhadap pengaruh medan listrik dan medan magnet 50-60 Hz pada
tegangan 115 V, diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.
01.P/47/MPE/ 1992, dengan ketentuan sebagai berikut:
untuk Medan Listrrik
Untuk Medan Magnet

Sumber : Departemen Pertambangan dan Energi (No. 01.P/47/MPE/1992)

Pengukuran Kuat medan Listrik SUTET 500 kV

Pengukuran medan listrik di bawah jaringan SUTET 500 kV sebagai fungsi jarak telah
dilakukan dilapangan terbuka tanpa pepohonan pada andongan terendah di 4 lokasi di Ciledug,
Cirata, Ungaran dan Gresik. Kuat medan yang diperoleh untuk Ciledug mencapai angka
maksimum 4 kV/m pada titik dibawah konduktor phasa sejarak 10 meter dari pusat sumbu
saluran, Cirata mencapai angka maksimum 17 kV/m pada titik sejarak 5 m, Ungaran mencapai
angka maksimum 4,78 kV/m pada titik sejarak 15 m, dan Gresik mencapai angka maksimum
3,32 kV/m pada titik sejarak 20 m. Kuat medan listrik pada titik tengah antara dua deretan
konduktor phasa diperoleh lebih kecil, dimana hal tersebut diakibatkan oleh penjumlahan
vektoral medan listrik yang ditimbulkan oleh susunan konfigurasi konduktor phasa. Untuk
konfigurasi yang lainnya diperoleh keadaan kuat medan listrik yang sedikit lebih tinggi.
Menurut IRPA dan WHO, batasan pajanan kuat medan listrik yang diduga dapat menimbulkan
efek biologis untuk umum adalah 5 kV/m, sedang hasil pengukuran dilapangan terbuka terhadap
kuat medan listrik di bawah SUTET mencapai angka maksimum 4.78 kV/m (di Ungaran) pada
titik sejarak 15 m, kecuali didaerah Cirata mencapai 17 kV/m tetapi ini merupakan tempat tebing
dan curam yang tidak dilalui penduduk.
Pengukuran kuat medan Listrik di dalam rumah juga dilakukan di 3 lokasi pada posisi listrik
hidup, dengan hasil pengukuran sebagai berikut : di desa Marga Hurip, Kec. Banjaran, Kab.
Bandung diperoleh angka maksimum 0.0255 kV/m; desa Genuk RT. 01 Ungaran diperoleh
angka maksimum 0.0124 kV/m; dan perumahan Bhakti Pertiwi Gresik diperoleh angka
maksimum 0.0175 kV/m. Kuat medan listrik di dalam rumah dalam posisi listrik menyala
memperlihatkan harga yang kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya redaman rumah terhadap
pajanan medan listrik. Sedangkan pengukuran kuat medan listrik pada posisi listrik tidak
menyala, diperoleh hasil sedikit lebih rendah dibanding oleh kuat medan listrik pada posisi
nyala. Hasil pengukuran ini jauh dibawah batas pajanan yang diperbolehkan.

Kuat Medan Magnet SUTET 500 KV

Pengukuran kuat medan magnet dilakukan di lapangan terbuka tanpa adanya pengaruh
keberadaan pohon-pohonan, rumah serta obyek-obyek lain. Pengukuran kuat medan untuk
Ciledug mencapai angka maksimum 0,0021 mili Tesla dititik 0 meter (sejajar tower), Cirata
mencapai angka maksimum 0,036 mili Tesla pada titik sejarak 0 m, Ungaran mencapai angka
maksimum 0,00180 mili Tesla pada titik sejarak 0 m, sedang Gresik mencapai angka maksimum
0,0021 mili Tesla pada titik sejarak 0 m. Menurut IRPA dan WHO, batasan pajanan kuat medan
magnet yang diduga dapat menimbulkan efek biologis untuk umum adalah 0,5 mili Tesla,
sedang seperti diuraikan diatas kuat medan magnet di bawah SUTET 500 kV dilapangan terbuka
mencapai harga maksimum 0,036 mili Tesla (di Cirata) pada titik 0 m sejajar tower. Jadi masih
sangat jauh dibawah ambang batas yang ditetapkan. Pengukuran kuat medan magnet di tiga
lokasi dilakukan pada posisi listrik nyala, diperoleh hasil sebagai berikut : di desa Marga Hurip,
Kec. Banjaran, Kab. Bandung diperoleh angka maksimum 0.0255 mili Tesla; di desa Genuk RT.
01 Ungaran diperoleh angka maksimum 0.0124 mili Tesla; dan di perumahan Bhakti Pertiwi
Gresik diperoleh angka maksimum 0.0175 mili Tesla. Pengukuran kuat medan magnet di dalam
rumah dengan posisi listrik nyala memperlihatkan harga yang kecil. Hal ini, sama seperti pada
kasus pengukuran medan listrik, disebabkan pula oleh adanya redaman rumah terhadap pajanan
medan magnet. Demikian juga pengukuran kuat medan magnet pada posisi listrik tidak menyala,
diperoleh hasil sedikit lebih rendah dibanding oleh kuat medan listrik pada posisi nyala. Hasil
pengukuran ini jauh dibawah batas pajanan yang diperbolehkan.

Pedoman Teknis Pengurangan Dampak Medan Listrik dan Medan Magnet

Dari penelitian yang sudah dilakukan ditemukan kuat medan listrik di halaman/luar rumah lebih
tinggi dibandingkan dengan di dalam rumah, sehingga dalam rangka peningkatan kondisi
lingkungan akibat adanya SUTET perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : mengusahakan
agar rumahnya berlangit-langit, menanam popohonan sebanyak mungkin disekitar rumah pada
lahan yang kosong, bagian atap rumah terbuat dari atap logam, seharusnya ditanahkan
(digroundkan), penduduk disarankan tidak berada diluar rumah terutama pada malam hari,
karena pada saat itu arus yang mengalir pada kawat penghantar SUTET lebih tinggi dari pada
siang hari.
Pengamanan terhadap arus peluahan elektrostatis perlu dilakukan untuk menghindari adanya
pengutupan muatan yang akan terjadi pada benda terbuat dari bahan logam. Caranya yaitu
dengan mentanahkan agar terjadi penetralan kembali semua benda terbuat dari bahan logam
dengan ukuran cukup besar (contohnya kawat jemuran, kabal interkom, mobil dan sepeda
motor), yang terletak dibawah SUTET. Hal ini dikarenakan untuk menghindari adanya
pengutupan muatan yang akan terjadi pada objek tersebut, dengan mentanahkan maka akan
terjadi penetralan kembali. Akibat adanya arus peluahan ini pengamanan yang harus dilakukan
oleh penduduk adalah: disarankan tidak membuat jemuran yang atasnya bebas sama sekali dari
pepohonan; disarankan membuat jemuran bukan berasal dari kawat dan tiang besi, (contoh :
kayu, bambu, tali plastik) dan kalau terpaksa membuat jemuran yang menggunakan bahan
konduktor maka harus di tanahkan; saluran interkom harus jauh dari SUTET; bila atap bukan
dari bahan logam (genting, asbes, sirap) maka usahakan atap tersebut tidak terdapat bahan logam
(misalnya antena TV, talang seng); jangan memasang antena TV atau radio (ORARI)di atap
rumah; usahakan kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor dll) ditanahkan untuk
menghilangkan medan elektrostatis akibat induksi SUTET; usahakan tidak terdapat bahan-bahan
yang bersifat konduktor berada di teras rumah yang bertingkat di bawah SUTET; Sering
mungkin melakukan pengukuran tegangan dengan testpen pada objek yang dicurigai
bertegangan.

Pengamanan Terhadap Induksi Tegangan Lebih Transien Pada Peralatan Listrik dapat
dilaksanakan dengan pemasangan titik nol yang ditanahkan. Tegangan induksi pada peralatan di
bawah SUTET aman bagi manusia.
Pengamanan Terhadap Tegangan Langkah dan Tegangan Sentuh disarankan penduduk agar
masyarakat tidak masuk didalam daerah sekitar pentanahan kaki menara yang telah diberi pagar
oleh PLN.

Pengamanan Terhadap Bahaya Putusnya Kawat Saluran Transisi dilakukan agar pemukiman
yang dilintasi SUTET perlu ditanami pepohonan, tetapi perlu di pantau ketinggiannya dan batas-
batas ruang bebas, yaitu puncak pohon berjarak minimum 15 M dari kabel SUTET terbawah.
Bahaya putusnya kawat SUTET belum pernah dijumpai, yang dijumpai adalah pecahnya
isolator, oleh sebab itu digunakan isolator ganda dan dengan tanaman pohon dibawah SUTET
yang dipantau ketinggiannya maka bahaya seandainya kawat SUTET putus dapat dieleminir.

Pengamanan terhadap loncatan listrik keinstalasi diatas atap bangunan diadasarkan pada
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/MPE/1992, yaitu agar jarak minimum
titik tertinggi bangunan (pohon) terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV harus
memenuhi ketentuan sbb : Jarak minimum titik tertinggi bangunan tahan api terhadap titik
terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 8,5 m; Jarak minimum titik tertinggi
jembatan besi titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 8,5 m; Jarak minimum
jalan kereta api terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 15 m; Jarak
minimum lapangan terbuka terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 11
m; Jarak minimum titik tertinggi bangunan tidak tahan api terhadap titik terendah kawat
penghantar SUTET 500 kV adalah 15 m; Jarak minimum titik tertinggi bangunan tidak tahan api
terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 15 m; Jarak minimum jalan
raya terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 15 m. Ruang bebas adalah
ruang sekeliling penghantar yang dibentuk oleh jarak bebas minimum sepanjang SUTT atau
SUTET yang didalam ruang itu harus dibebaskan dari benda-benda dan kegiatan lainnya. Ruang
bebas ditetapkan berdeda-beda dalam luas dan bentuk. Sementara ruang aman adalah ruang yang
berada di luar ruang bebas. Lahan atau tanahnya yang masih dapat dimanfaatkan. Dalam ruang
aman pengaruh kuat medan listrik dan kuat medan magnet sudah dipertimbangkan dengan
mengacu kepada peraturan yang berlaku. Ruang bebas dan ruang aman dapat diatur besarnya
sesuai kebutuhan pada saat mempersiapkan rancangbangun. Ruang aman dapat diperluas dengan
cara meninggikan menara dan atau mempendek jarak antara menara, sehingga bila ada
pemukiman yang akan dilintasi SUTT / SUTET yang akan dibangun berada di dalam ruang
yang aman.

(Sumber Laporan Evaluasi Teknis dan Sosialisasi pada Masyarakat tentang Dampak Medan
Listrik dan Medan Magnet di Bawah SUTT/SUTET, Proyek Penelitian Teknologi Energi dan
Ketenagalistrikan, Ditjen Listrik dan Pengembngan Energi)

Oleh Ir. Nanan Tribuana adalah staf Ditjen Listrik dan Pengembngan Energi, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai